MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ AL-QUR’AN
DI PONDOK PESANTREN BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER
DISERTASI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Doktor Manajemen Pendidikan Islam
Oleh:
MOHAMAD NUR ROHMAN NIM. 0841915023
PROGRAM DOKTOR MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM PASCASARJANA UIN KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER
2022
MANAJEMEN PROGRAM TAHFIDZ ALQUR’AN
DI PONDOK PESANTREN BAHRUSYSYIFA LUMAJANG DAN PONDOK PESANTREN NAHDLATUL THOLABAH JEMBER
DISERTASI
Diajukan kepada Pascasarjana
UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember untuk memenuhi beban studi pada Program Doktor Manajemen Pendidikan Islam
Oleh:
MOHAMAD NUR ROHMAN NIM. 0841915023
Pembimbing:
Promotor,
Prof. Dr. H. Miftah Arifin, M.Ag.
NIP. 197501031999031001
Co-Promotor,
Prof. Dr. H. Abd. Muis, M.M.
NIP. 195504051986031003
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Disertasi dengan Judul “Manajemen Program Tahfidz Al-qur’an di Pondok Pesantren Bahrusysyifa Lumajang dan Pondok Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember” yang disusun oleh Mohamad Nur Rohman, NIM. 0841915023 telah dipertahankan pada Sidang Terbuka Disertasi yang laksanakan pada hari senin 4 Juli 2022, dan telah direvisi sesuai masukan dari dewan penguji.
DEWAN PENGUJI
1. Ketua Sidang/Reviewer : Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM. 1. ………
2. Reviewer Utama : Prof. Dr. H. Arskal Salim,GP.M.Ag, 2. …………
3. Reviewer : Prof. Dr. H. Moh. Dahlan, M.Ag. 3. ………
4. Reviewer : Prof. Dr. H. Moh. Khusnuridlo, M.Pd 4. …………
5. Reviewer : Dr. H. Sofyan Tsauri, M.Pd. 5. …………
6. Reviewer : Dr. Hepni, S.Ag, M.M 6. …………
7. Promotor / Reviewer : Prof. Dr. H. Miftah Arifin, M.Ag 7. ………
8. Co-Promotor / Reviewer : Prof. Dr. H. Abd. Muis Tabrani, M.M. 8. …………
Jember, Juli 2022 Mengesahkan
Pascasarjana UIN KHAS Jember Direktur,
Prof. Dr. H. Dahlan, M.Ag.
NIP. 196507201992031003
iii MOTTO
Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga
iv
PERSEMBAHAN
Karya desertasi ini ku persembahkan untuk kedua orang tuaku sebagai wujud bhakti yang belum tertunaikan. Mereka yang telah menuntunku mengenal pencipta. Kepada ayah tercinta (Mesdar) dan kepada ibundaku (Ropanti) yang
telah mencurahkan kasih dan pengorbanannya hingga keberadaanku hari ini…..
Karya ini juga ku persembahkan kepada seluruh dewan guruku yang telah membimbingku dan memberiku suatu pengertian
yang tiada tara ….
Dan tak lupa juga ku persembahkan pula kepada istriku tercinta Luluk nurul khusna, serta anak-anakku yang bernama Muhammad fahri ramadhani dan
Muhammad arfin dhorif sebagai sumber inspirasi dan motivasiku.
Terima kasih atas dorongan, doa, semangat dan restunya, yang memberi ketenangan dalam setiap permasalahan…
v
KATA PENGANTAR
Segala puji hanya milik Allah SWT, shalawat dan salam kepada Rasulullah Saw yang telah membimbing ummat manusia melalui lembaga pendidikan terbaik Islam. Alhamdulillah karya Disertasi yang berjudul “Manajemen Program Tahfidz Al-qur’an di Pondok Pesantren Bahrusysyifa Lumajang dan Pondok Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember” ini telah selesai. Semoga kehadirannya dapat memberi manfaat bagi pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan.
Lahirnya karya ini tidak lepas dari dukungan banyak pihak, sekecil apa pun andil mereka, tentu hal itu telah melengkapi hitungan lahirnya disertasi ini.
Ucapan terimaksih yang sedalam-sedalamnya penulis haturkan kepada:
1. Prof. Dr. H. Babun Suharto, SE., MM., selaku Rektor UIN KHAS Jember yang telah memberikan ijin serta dukungan secara moral maupun materiil.
2. Prof. Dr. H. Moh. Dahlan, M.Ag.., selaku Direktur Pascasarjana UIN KHAS Jember yang telah mengarahkan, memberikan petunjuk dalam layanan pendidikan di pascasarjana UIN KHAS Jember serta memfasilitasi dalam upaya menempuh program Doktor hingga saat naskah ini diujikan di depan penguji.
3. Prof. Dr. H. Miftah Arifin, M.Ag, selaku Promotor; dan Prof. Dr. H. Abd.
Muis, M.M., selaku Co-Promotor yang telah memberikan bimbingan, kritik, serta saran demi perbaikan Disertasi ini.
4. Prof. Dr. H. Moh. Khusnuridlo, M.Pd, Selaku Ketua program Studi Doktor MPi, Yang telah memberi motivasi yang sangat berharga kepada kami sehingga peneliti dapat menyeselesaikan desertasi ini.
5. Segenap Dosen dan Karyawan Pascasarjana UIN KHAS Jember yang telah memberikan wawasan keilmuan serta fasilitas kemudahan dalam menempuh studi selama ini.
6. Seluruh jajaran pimpinan, pengelola, pengurus, serta pendidik di Pesantren Bahrusysyifa Lumajang dan Pesantren Nahdlatul Tholabah Jemberyang telah memberikan ijin serta kemudahan dalam pengumpulan data penelitian ini.
vi
7. Kepada rekan-rekan seperjuangan Mahasiswa Program Doktor Pascasarjana UIN KHAS Jember khususnya angkatan ke-I tahun angkatan 2015.
Dalam proses penyusunan Disertasi selama ini telah diusahakan semaksimal mungkin untuk mendapatkan hasil terbaik. Namun penulis menyadari bahwa selalu ada celah dan kekurangan dalam setiap upaya manusia, karena kesempurnaan hanya milik Allah. Oleh karena itu, penulis selalu membuka diri untuk menerima saran dan kritikan dari semua pihak demi perbaikan Disertasi ini.
Jember, Juli 2022 Penulis
vii DAFTAR ISI
PERSETUJUAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
MOTTO ... iii
PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
ABSTRAK ... .... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A Konteks penelitian ... 1
B Fokus Penelitian ... 15
C Tujuan Penelitian ... 15
D Manfaat Penelitian ... 16
E Definisi Istilah ... 17
1. Manajemen ... 17
2. Program Pembelajaran Tahfidz Al-qur’an ... 19
3. Pesantren ... 21
4. Sistematika Penulisan ... 22
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 24
A. Penelitian Terdahulu ... 24
B. Kajian Teori ... 43
viii
C. Kerangka Konseptual ... 86
BAB III METODE PENELITIAN ... 88
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 88
B. Kehadiran Peneliti ... 91
C. Lokasi Penelitian ... 91
D. Sumber Data ... 92
E. Prosedur Pengumpulan Data ... 94
1. Observasi ... 95
2. Wawancara Mendalam (indepth interviewing) ... 95
3. Studi Dokumentasi (study of documents) ... 97
F. Analisis Data ... 98
1. Kondensasi (Condensation) Data ... 99
2. Penyajian (Display) Data ... 99
3. Verifikasi Data (Conclusion Drawing) ... 100
G. Keabsahan Data... 101
1. Uji Kredibilitas ... 101
2. Uji Transferability ... 102
3. Uji Dependability ... 103
4. Uji Confirmability ... 103
ix
BAB IV PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN ... 104 A. Perencanaan Program Tahfidz Al-Qur’an ... 104
1. Perencanaan Program Tahfidz Al-qur’an di Pondok
Pesantren Bahrusysyifa Lumajang ... 105 a. Visi, misi dan tujuan program tahfidz di Pondok
Pesantren Bahrussyifa Lumajang ... 108 b. Orientasi Program tahfidz dan pembelajaran tahfidz ... 111 c. Upaya dalam perencanaan program tahfidz dan
Pengembangan pembelajaran ... 115 2. Manajemen perencanaan program dan pembelajaran tahfidz
di Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember ... 146 a. Visi, misi dan tujuan program tahfidz di Pondok Pesantren
Nahdlatut Tholabah Jember ... 146 b. Orientasi program Tahfidz dan program pembelajaran ... 154 a. Upaya dalam perencanaan program tahfidz dan pembelajaran 160 1) Rekrutmen dan seleksi santri ... 161 2) Rekrutmen dan pengembangan pendidik ... 166 3) Penempatan / pemondokan dan program pembinaan santri 107 4) Rencana strategis pesantren ... 168 5) Perencanaan Program Pembelajaran Tahfidz ... 171
x
B. Pelaksanaan Program Tahfidz Al-qur’an ... 175
1. Manajemen pelaksanaan pembelajaran Tahfidz di Pesantren Bahrusysyifa Lumajang ... 178
2. Manajemen pelaksanaan pembelajaran Tahfidz di Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember ... 192
C. Evaluasi Program Tahfidz Al-qur’an ... 209
1. Evaluasi Program Tahfidz Al-qur’an di Pesantren Bahrusysyifa Lumajang ... 209
a. Evaluasi Konteks (Context Evaluation) ... 210
b. Evaluasi Masukan (Input Evaluation) ... 212
c. Evaluasi Proses (Process Evaluation) ... 219
d. Evaluasi Hasil (Product Evaluation) ... 220
2. Evaluasi Hasil (Product Evaluation) ... 221
a. Evaluasi Konteks (Context Evaluation ... 222
b. Evaluasi Masukan (Input Evaluation) ... 223
c. Evaluasi Proses (Process Evaluation) ... 224
d. Evaluasi Hasil (Product Evaluation) ... 226
xi
B. Temuan Penelitian ... 228 1. Temuan Penelitian Kasus pada Pesantren Bahrusysyifa
Lumajang ... 228 2. Temuan Penelitian Kasus pada Pesantren Nahdlatul Tholabah
Jember ... 233 3. Temuan Lintas Kasus ... 239
a. Menemukan Perencanaan Program Tahfidz Al-qur’an di Pesantren Bahrusysyifa Lumajang dan Pondok
Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember ... 239 b. Menemukan Pelaksanaan Program Tahfidz Al-qur’an di
Pesantren Bahrusysyifa Lumajang dan Pondok
Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember ... 240 c. Menemukan Evaluasi Program Tahfidz Al-qur’an di
Pesantren Bahrusysyifa Lumajang dan Pondok
Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember ... 241 BAB V PEMBAHASAN ... 243
A. Perencanaan di Pondok Pesantren BahrusysyifaLumajang dan
pondok Pondok Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember ... 243 B. Pelaksanaan di Pondok Pesantren Bahrusysyifa Lumajang dan
Pondok Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember ... 262 C. Evaluasi di Pondok Pesantren Bahrusysyifa Lumajang dan
Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember... 267
xii BAB VI PENUTUP275
A. Kesimpulan... 275
B. Rekomendasi ... 275
C. Implikasi teori ... 281
DAFTAR PUSTAKA ... 285
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar.2.1 Administrative Proces ... 45
Gambar 2.1 Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Fase-Fase Belajar Gagne 51 Gambar 2.2 Payung Hukum Pendidikan Pesanntren ... 74
Gambar 2.3 Manajemen Pembelajaran Tahfidz ... 82
Gambar 2.4 Kerangka Konseptual Manajemen Program Thafidz Al-qur’an 86 Gambar 3.1 Prosedur Analisa Data ... 101
Gambar: 4.1 struktur yayasan di pesantren Bahrusysyfa lumajang ... 117
Gambar 4.1 Modul Tahsin Pesantren Bahrusysyifa Lumajang ... 123
Gambar 4.2 Asrama Pesantren BahrusysyifaLumajang ... 128
Gambar 4.3 Rumah Tahfidz Santri Kalong Pesantren Bahrusysyifa Lumajang... 128
Gambar 4.4 Gapura Kampung Qur'an Bagusari Kabupaten Lumajang ... 132
Gambar 4.5 Alur Input Program Tahfidz di Pesantren Bahrusysyifa Lumajang... 137
Gambar 4.6 Manajemen Perencanaan Pembelajaran Tahfidz di Pesantren Bahrusysyifa Lumajang ... 145
Gambar 4.7 Manajemen Perencanaan Program Tahfidz Al-qur’an di pondok pesantren Nahdlatut Tholabah Nahdlatul Tholabah ... 175
Gambar: 4.8 Mekanisme test di Pondok pesantren bahrusysyfa Lumajang 179 Gambar: 4.9 Bagan Alur Pelaksanaan Program Pembelajaran Tahfidz Di Pondok Pesantren Bahrusysyifa’ Lumajang... 189
xiv
Gambar 4.10 Pelaksanaan Pembelajaran Tahfidzul Qur'an di Pesantren
BahrusysyifaLumajang ... 192 Gambar : 4.11 Mekanisme test masuk program tahfidz di pondok pesantren
Nahdlatul Tholabah ... 195 Gambar: 4.12 Alur seleksi Pembimbing kelas di pondok posantren Nahdlatul
Tholabah Jember ... 197 Gambar 4.13 Pelaksanaan Metode Pembelajaran Tahfidzul Qur’an di Pesantren
Nahdlatul Tholabah Jember ... 204 Gambar 4.14 Pelaksanaan Program Tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren
Nahdlatul Tholabah Jember ... 208 Gambar 4.14 Pelaksanaan Program Tahfidzul Qur’an di Pondok Pesantren
Nahdlatul Tholabah Jember ... 209 Gambar 4.15 Evaluasi Pembelajaran Tahfidzul Qur'an di Pondok Pesantren
Nahdlatul Tholabah Jember ... 228
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Langkah Pelaksanaan Pembelajaran Berbasis Fase Belajar
Gagne ... 51
Tabel 4.1 Program Tahunan Pembelajaran Pesantren Bahrusysyifa ... 142
Tabel: 4.2 Jadwal rekrutment santri baru ... 178
Tabel : 4.3 Jadwal pembimbing ustadz pesantren Bahrusysyfa ... 183
Tabel 4.4. Kurikulum Tahfidz di Pondok Pesantren Bahrussyifa Lumajang... 190
Tabel 4.5 Aturan Santri Pesantren BahrusysyifaLumajang ... 116
Tabel 4.6 Laporan Hasil Belajar Pesantren Bahrusysyifa ... 121
Gambar 4.8 Evaluasi Pembelajaran Tahfidzul Qur'an di Pesantren Bahrusysyifa ... 121
Tabel 4.7 Temuan Penelitian Kasus pada Pesantren Bahrusysyifa Lumajang... 229
Tabel 4.8 Temuan Penelitian Kasus pada Pondok Pesantren Nahdlatul Tholabah ... 234
xvi ABSTRAK
Mohamad Nur Rohman, 2022, Manajemen Program Tahfidz Al-qur’an di Pondok Pesantren Bahrusysyifa Lumajang dan Pondok Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember
Pesantren dalam perkembangan sudah banyak mengalami perubahan yang segnifikan. Dalam undang – undang No 18 tahun 2019 dan dikuatkan oleh Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 30 Tahun 2020 tentang Pendirian dan Penyelenggaraan Pesantrren, PMA Nomor 31 Tahun 2020 tentang Pendidikan Pesantren merupakan bentuk perhatian pemerintah terhadap perkembangan pesantren sebagai sub kultur dan sekaligus sub-sistem pendidikan nasional yang telah mencetak kader – kader bangsa berkualitas. tidak dapat dipungkiri bahwa hasil berkualitasnya pesantren karena penerapan managemen pesantren.
Tujuan penelitian ini mendiskripsikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program tahfidz al-qur’an di Pondok Pesantren Bahrusysyifa Lumajang dan Pondok Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember. Adapun teori-teori yang digunakan dalam landasan untuk mengkaji focus penelitian tersebut yakni : Grand theory:
Manajemen(Richard A. Gorton, 2009), Midle theory: Pembelajaran (Gangne dan Kemp,1985), Aplied theory: Perencanaan pembelajaran (Steven P French,2019), Pelaksanaan pembelajaran (John Flavell,1976), dan evaluasi pembelajaran (Gerald W. Brown, 1977).
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang menekankan pada fenomenalogis di lapangan pada multikasus. Seting penelitian ini melibatkan 2 pesantren, di antaranya; Pesantren Bahrusysyifa Bangusari Lumajang, Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember. Subyek dari penelitian adalah mudir, pengurus pesantren,para asatid,para santri,pengurus yayasan dan masyarakat sekitar.
Pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Tehnik menganalisis melalui reduksi data,penyajian data dan ferifikasi data. Keabsahan data menggunakan uji kredibilitas,transfer ability, dependability dan confirm ability.
Hasil Temuan ini yaitu: Pertama, pengelolaan perencanaan program tahfidz Al-qur’an merupakan keterlibatan kyai dan para asatidz dalam merumuskan, mengelola dan mengontrol program tahfidz al-qur’an dalam pengembangan tujuan pesantren secara optimal yang bercirikhas pesantren. Konsep perencanaan lebih spesifik mengarah pada perencanaan berbasis skill dan penyusunan Visi, Misi dan tujuan pesantren; Kedua, penerapan program tahfidz Al-Qur’an pada hakekatnya peranan kyai, para asatid dan santri dalam rekrutmen santri dan pembimbing, penempatan pemondokan, rencana strategis pesantren dan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode gabungan yang telah dimodifikasi oleh para pengasuh pesantren.; Ketiga, evaluasi program tahfidzul Qur’an memfokuskan pada evaluasi input, proses, dan output, sedangkan untuk evaluasi konteks bersifat kondisional. Artinya ada sebuah upaya untuk terus memperbaiki jalannya Program tahfidzul Qur’an.
Kata Kunci: Manajemen, Program Tahfidz Al-Qur’an, Pesantren
xvii ABSTRACT
Mohamad Nur Rohman, 2022, Management of the Tahfidz Al-Qur'an Program at the Bahrusysyifa Islamic Boarding School Lumajang and the Nahdlatul Tholabah Islamic Boarding School Jember
Boarding school in development has many significant changes. In Law No. 18of 2019 and strengthened by Minister of Religion Regulation(PMA) Number 30 of 2020 concerning the Establishment and Implementation of Islamic Boarding Schools, PMA No. 31 of 2020 concerning Islamic Boarding Schools is a form of government attention to the development of pesantren as a sub-culture and at the same time a sub-system. national education that has produced quality national cadres. it is can be deny that the quality results of pesantren are due to the application of pesantren management.
The purpose of this research is to describe the planning, implementation and evaluation of the tahfidz al-qur'an program at the Bahrusysyifa Islamic Boarding School Lumajang and the Nahdlatul Tholabah Islamic Boarding School Jember.
The theories used in the basis for examining the research focus are: Grand theory:
Management (Richard A. Gorton, 2009), Middle theory: Learning (Gangne and Kemp, 1985), Applied theory: Learning planning (Steven P French, 2019), implementation of learning (John Flavell, 1976), and evaluation of learning (Gerald W. Brown, 1977).
This research is a qualitative research that emphasizes the phenomenal in the field in multi-cases. The setting of this research are involves two Islamic boarding schools, including; Bahrusysyifa Islamic Boarding School Bangusari Lumajang, Nahdlatul Tholabah Islamic Boarding School Jember. The subjects of the study are Kyai, pesantren administrators, asatids, students, foundation administrators and the surrounding community. Collecting data using observation, interviews and documentation. The technique of analyzing is through data reduction, data presentation and data verification. Validity of data using credibility test, transfer ability, dependability and confirm ability
The results of these findings are: First, the management of the tahfidz Al- qur'an program planning is the involvement of Kyai (the Master of Boarding School) and Asatidz (the teacher of the Boarding School) in formulating, managing and controlling the tahfidz al-qur'an program in the development of optimal Boarding School goals that are characterized by the Boarding School. The planning concept is more specific towards skill-based planning and the preparation of the Vision, Mission and objectives of the Boarding School; Second, the application of the tahfidz Al-Qur'an program is essentially the role of kyai, asatid and santri ( student ) in the recruitment of students and supervisors, the placement of boarding houses, the strategic planning of the Boarding School and the implementation of learning using a combined method that has been modified by the Boarding School caregivers; Third, the evaluation of the Qur'an tahfidz program focuses on evaluating the input, process, and output, while the context evaluation is conditional. This means that there is an effort to continue to improve the course of the Qur'an tahfidz program.
Keywords: Management, Tahfidz Al-Qur'an Program, Islamic Boarding School
xviii
صلختسلما
نحمر رون دممح ،
2022 ل ءافشلا ربح دهعم فى نآرقلا ظيفتح جمنارب ةرادإ ،
دهعم و جناجامو
بجم ةبلطلا ةضنه ( : ثحبلا اذه فادهأ امأو 1
نآرقلا ظيفتح جمنارب طيطتخ ققتح ) ءافشلا ربح دهعم فى
( .بجم ةبلطلا ةضنه دهعم و جناجامول 2
دهعم فى نآرقلا ظيفتح جمنارب جمنارب ذيفنت ققتح )
( .بجم ةبلطلا ةضنه دهعم و جناجامول ءافشلا ربح 3
ققتح ) ظيفتح جمنارب جمنارب يموقت
بجم ةبلطلا ةضنه دهعم و جناجامول ءافشلا ربح دهعم فى نآرقلا تلاالحا ةساردب ناديلما في رهاوظلا لىإ دكؤي يذلا يفيكلا ثحبلا وه ثحبلا اذه عونو دهعم و جناجامولب ءافشلا ربح دهعم وهف نيدهعلما نع نوكتي ثحبلا ناديم امأو .ةددعتلما بلطلا ةضنه امأو .بمبج ة
دادعإ دهعلما ءاضعأو ريدلما وه ثحبلا و ذيملاتلاو ةذتاسلأا و
امأو .قئثاولاو ةلباقلماو ةظحلالما يه تناايبلا عجم ةقيرط امأو .عمتلمجاو ةسسؤلما ءاضعأو .تناايبلا قيقتحو تناايبلا ضرعو ، تناايبلا فينصت نع نوكتي تناايبلا ليلتح بيلاسأ ثحبلا اذه جئاتنو ( : يه
1 ءافشلا ربح دهعم في نآرقلا ظيفتح جمنارب طيطتخ امأ )
ءانب يمدقت نود ايحور دهعلما فادهأ ريوطت طنم قيبطتب بمبج ةبلطلا ةضنه دهعمو جناجاماولب دهعلما سيئر نم رملأا لعفب وهف ةيحورلا ةدعاقلا مدختسي دهعلما لك ،ةقيقلحبا .ةيسمرلا كتري طيطتخ موهفم . يهايك ىمسي ةلاح ليدعت نم اءدب يذلا ةراهلمبا مئاقلا طيطتخ ىلع ز
،ظيفحتلا جمنارب هيجوتو ،هفدهو هتلاسرو دهعلما ةيؤر دادعإ و ةيميلعتلا ةسسؤلم ةيعامتجلإا نكسلا بيسنت و فرشلماو ذيملاتلا فيظوت نم ملعتلا و ظيفحتلا جمنارب طيطتخ في دوهلجاو ترسلإا ةطلخا و ذيملاتلا بيردت جمناربو يهف نآرقلا ظيفتح ملعت جمنارب ةطخ و دهعلم ةجيتا
( .ةدوصقلما فادهلأا قيقحتل ةيلصفلاو ةيونسلا جمناربو تقولا نع 2
جمنارب ظيفنت امأ )
فيظوت نع بمبج ةبلطلا ةضنه دهعم و جناجامولب ءافشلا ربح دهعم في نآرقلا ظيفتح ترسلإا ةطلخا و ةئيبلا وأ نكسلا بيسنتو فرشلماو ذيملاتلا ةقيرطب ميلعت ذيفنتو دهعملل ةيجيتا
عيجم ذفن دق "نآرقلا ظيفتح" نيدهعلما اذهو .دهعلما سيئرل اهليدعت تم دق تيلا ةيجاودزلإا
xix
ريركتلاو ظيفحتلا و رظنلبا : اهنم ةقبطلما ظفلحا ةقيرط لمشتو اهؤارجإ تم تيلا تاططخلما ركلا قلاخأ هلو فياكلا نآرقلا ظفاح لعج كلذكو عيمستلاو فى هتناوكلما دهعلما زكريو .ةيم
.ملعتلا ةءارجإو ةقيرطلا ديدتحو ةغايصلا لامج (
3 ربح دهعم في نآرقلا ظيفتح ملعت يموقت امأو )
.جارخلإاو ةيلمعلاو لاخدلإا يموقت ىلع زكتري رمببج ةبلطلا ةضنه دهعم و جناجامولب ءافشلا ظيفتح فى ملعتلا ةيلمع ينسحتل ادهجو ايعس كانه ناك نىعبمو طورشم قايسلا يموقت امأو .نآرقلا : ةيحاتفلما تاملكلا تح جمنارب ، ةرادإ
دهعلما ، نآرقلا ظيف
BAB I PENDAHULUAN A Konteks penelitian
Pesantren adalah salah satu lembaga kajian agama Islam di Indonesia.
Keberadaan pesantren dengan ciri khasnya tersendiri tetap bertahan semenjak pertama kali Islam masuk ke Indonesia hingga sekarang, sehingga tidaklah mengherankan apabila pesantren tetap menjadi alternatif pilihan dan media bagi mereka yang ingin mempelajari dan memperdalam ajaran agama Islam. Pesantren adalah suatu lembaga pendidikan agama Islam menjadi bagian penting dalam pembentukan moralitas, karakter dan akhlakul karimah yang terus tumbuh, mengakar dan diakui masyarakat. Pesantren juga merupakan institusi pendidikan tertua di Indonesia dan perkembangannya mencapai ribuan yang tersebar di berbagai kepulauan Indonesia, khususnya didominasi di pulau Jawa.
Meskipun pesantren merupakan pendidikan nonformal tetapi keberadaannya masih sebagai alternatif pilihan, hingga saat ini perkembangannya tetap diminati dan memiliki daya tarik bagi masyarakat khususnya masyarakat yang masih memimpikan pendidikan yang memiliki kekuatan moral dan spiritual.
Disamping itu pesantren merupakan lembaga independen masyarakat yang keberadaan pesantren lahir dari masyarakat, dikelola oleh masyarakat, dan akhirnya dapat memberi manfaat untuk masyarakat terutama masyarakat yang berdomisili di sekitar pesantren.
Secara yuridis, mandat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan amanat Undang-undang Dasar 1945 yang mana dengan tegas konstitusi menjamin bahwa kehadiran negara menjadi penting untuk hadir dalam memfasilitasi
1
penyelenggaraan pendidikan melalui pembiayaan pendidikan. Hal ini sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 31 ayat (1) “Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan”. Lebih lanjut pada ayat (2) “Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya”. Ayat (3)
“Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang”, ayat (4) “Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional,” dan ayat (5) Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat manusia.1
Untuk mengatur ketentuan dan aturan penyelenggaraan pendidikan secara nasional telah diatur dalam Undang-undang No 4 tahun 1950 Juncto Undang- undang No 12 tahun 1954 tentang Dasar Dasar Pendidikan dan Pengajaran di sekolah. Lebih lanjut, pada perkembangan berikutnya, undang-undang tersebut tidak berlaku lagi dan diganti dengan undang-undang no 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Undang-undang tersebut berlaku hingga tahun 2003 dan diadakan penyempurnaan sehingga ditetapkanlah undang-undang no 20 tahun 2003 yang berlaku hingga saat ini.
1 Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diakses di https://www.dpr.go.id/jdih/uu1945
Istilah pesantren dalam undang-undang no 20 tahun 2003 tidak diatur secara rinci dalam undang-undang tersebut, tetapi istilah pesantren sudah muncul dalam pasal 30 ayat 4 yang dikategorisasikan kedalam pendidikan keagamaan.
“Pendidikan keagamaan berbentuk pendidikan diniyah, pesantren, pasraman, pabhaja samanera, dan bentuk lain yang sejenis”.2 Barulah pada Peraturan Pemerintah No 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan Keagamaan, istilah pesantren dijabarkan lebih jelas, mulai dari istilah pesantren (pasal 1 ayat 4), bentuk pendidikan keagamaan yang diselenggarakan dipesantren (pasal 21 dan pasal 22), penyelenggaraan pendidikan pesantren (pasal 26).3 Namun demikian, dalam peraturan pemerintah tersebut belum diatur lebih lanjut dalam peraturan menteri yang secara sepesifik dan khusus mengatur tentang pengelolaan, penyelenggaraan baik secara konsep maupun secara tekhnis, termasuk pula bentuk apresiasi pemerintah dalam hal penganggaran dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di pesantren.
Pada perkembangan berikutnya, barulah pesantren memasuki babak baru, dengan ditetapkannya undang-undang khusus yang mengatur tentang penyelenggaraan pendidikan dipesantren yang memiliki konsekswensi pada berbagai aspek, terutama soal bentuk kongkrit pengakuan pemerintah atas eksistensi pesantren, salah satunya apresiasi atas lulusan pesantren dan pemberdayaan dalam bidang anggaran dalam meningkatkan kualitas pendidikan di pesantren, yakni dengan ditetapkannya Undang-undang No 18 tahun 2019 tentang Pesantren yang secara khusus ketentuan penyelenggaraan diatur
2 Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 30 ayat 4
3 Peraturan Pemerintah no 55 tahun 2007 tentang Pendidikan Agama Dan Keagamaan
didalamnya. Dalam undang-undang tersebut secara yuridis formal mendapatkan ruang yang cukup menggembirakan dan memberikan kepastian hukum yang berefek pada penyelenggaraannya, salah satunya dalam penganggaran/
pembiayaan pendidikan.
Jika dianalisis, dalam undang-undang pesantren tersebut, tertuang lima pokok penting, pertama undang-undang Pesantren yang telah disetujui tersebut tetap konsisten mengajarkan para siswanya menggunakan kurikulum kitab kuning sebagaimana yang sudah berjalan dan menjadi ciri khas pesantren. Hal ini sebagaimana dituangkan dalam Pasal 1 ayat 2 dan 3. Kedua, keberadaan pesantren sebagai lembaga yang mandiri, sebab selama ini pesantren sudah diakui dan berkontribusi besar dalam membentuk karakter dan akhlak santri sehingga keberadaannya sebagai institusi khas yang menanamkan nilai-nilai keimanan kepada Allah SWT. Ketiga, kiai sebagai tokoh sentral dan figur teladan sudah diakui menjadi role model perkembangan dan kemajuan pesantren selama ini sehingga keberadaan kiai menjadi penting. Oleh kareananya untuk menjamin keberanjutan dan keberlangsungan pesantren, maka sosok kiai tidak bisa dihapuskan/ diabaikan dalam lingkungan pesantren, atau perlunya kaderisasi kiai dipesantren, sehingga dalam undang-undang tersebut sangat tegas disebutkan bahwa “pesantren harus memiliki kiai”. Disisi lain, juga ditegaskan pada pasal 1 ayat 9 kiai harus seorang pendidik yang memiliki kompetensi ilmu agama berlatar belakang pendidikan pesantren. Keempat, undang-undang pesantren mengesahkan proses pembelajaran yang khas, yakni ijazah kelulusannya memiliki kesetaraan dengan lembaga formal lainnya dengan syarat memenuhi jaminan mutu
pendidikan. Kelima, pondok pesantren mendapatkan apresiasi dari pemerintah berupa Dana Abadi Pesantren. Ketentuan aturan tersebut dituangkan dalam Pasal 49 ayat 1 dan 2.4
Pada perkembangan berikutnya, pesantren dihadapkan pada momentum yang menggembirakan pasalnya pesantren telah diatur didalam undang-undang Republik Indonesia No.18 Tahun 2019 tentang Pesantren. Lebih lanjut tahun berikutnya undang-undang tersebut diperkuat oleh peraturan Menteri Agama Nomor 31 tahun 2020 tentang Pendirian dan Penyelenggaraan Pesantren. Dengan demikian semakin jelas dan memperkuat undang-undang tersebut untuk mengatur lebih lanjut bagaimana pesantren dapat menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas yang ditandai dengan pengelolaan yang akuntabel, professional dan serta dapat bersaing dengan institusi pendidikan lainnya.
Dengan begitu tentu tidak diragukan lagi bahwa pemerintah memberikan porsi pengakuan dan legitimasinya sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi pesantren selama ini dalam mencerdaskan dan membentuk generasi muslim yang memiliki karakter yang kokoh, kecakapan dan kedalaman ilmu pengetahuan agama, serta keluhuran akhlak sehingga berhasil membentuk manusia beriman, bertakwa, berilmu pengetahuan, serta mantap secara spiritual, moral dan akhlak.
Tentu perkembangan ini patut disyukuri, sebab sebelumnya pesantren sebagai lembaga pendidikan tradisional berjalan secara kultural, tidak tergantung kepada berbagai kebijakan diluar termasuk pemerintah dalam hal manajemen pengelolaan anggaran, termasuk pula bentuk pengakuan atas kualitas lulusan pesantren.
4 Undang-undang No 18 tahun 2019 Tentang Pesantren
Namun demikian, optimisme yang ditanamkan pengasuh kepada para ustad dan santri, mampu mendorong semangat dan etos kerja dalam membangun kemandirian pesantren, sehingga tidak jarang pesantren-pesantren mampu melakukan improvisasi diri, adaptasi dan serta formulasi dalam mengembangkan kualitas layanan pendidikan dengan berbagai program-program progresif yang dapat membangun kemandirian dan tetap konsisten pada prinsip tafaqquh fi addin.
Sekedar cerdas dan terampil manusia belum cukup, apalagi diimbangi oleh dangkal spiritualitasnya. Begitu pula sebaliknya, tidak cukup seseorang memiliki kedalaman spiritual, tetapi tidak memiliki kecerdasan dan keterampilan atau keahlian tertentu. Jadi manusia seutuhnya senyawa dengan prinsip dasar pembentukan identitas dan karakter umat terbaik (mabadi‟ khaira ummah). Hal ini tentu memaksa pengelola pesantren untuk tetap mengikuti agenda dalam UU Republik Indonesia No.18 Tahun 2019 dengan membuat kurikulum lokal yang bersifat mandiri. Adanya kurikulum lokal pesantren itu sendiri, menjadikan luaran dalam pembelajaran pesantren sangat beragam, artinya perlu adanya sebuah konsep kurikulum secara umum yang dapat diimplementasikan pada setiap pesantren.
Seiring perkembangannya, pesantren mempunyai karakter dan visi misi sendiri-sendiri untuk mempertahankan niai-nilai kepesantrenan yang dimiliki ada yang memunculkan diniahnya, muadalah, thoriqoh, kitab kuning, tahfidz Al- Qur’an untuk menunjukan eksistensinya dimasyarakat. Suprayogo berharap pesantren mampu melahirkan ulama plus, yaitu Ulama-intelektual dan intelektual-
ulama.5 Semua itu hanya bisa dilakukan jika pesantren mampu melakukan proses perawatan tradisi-tradisi yang baik dan sekaligus mengadaptasi perkembangan keilmuan baru yang lebih baik, sehingga mampu memainkan peran sebagai agent of change.
Pembelajaran tahfidz di pesantren pada umumnya memiliki banyak kendala, bahkan tidak sedikit yang tidak berhasil memberikan pemahaman dalam menghafal Al-quran kepada para peserta didiknya. Tahfidz Al-Qur’an lebih banyak diajarkan sebagai hafalan saja, bukan sebagai skill pemahaman kandungan isinya. Akibatnya ketika peserta didik belajar tahfidz tidak lebih dari hafal saja.
Bahkan, proses pembelajaran pun sangat sedikit menggunakan methode yang menarik sebagai perangsang agar menghafal Al-quran itu tidak menjemukan.
Permasalahan pembelajaran tahfidz Al-Qur’an dapat disebabkan karena berbagai faktor. Misalnya, para guru merasa kesulitan untuk mengajarkan Al- qur’an karena input peserta didik yang tidak memiliki basik membaca dengan fasih dan benar baik dari makhorijul hurufnya atau tajwid sebelumnya, sehingga harus diajarkan mulai dari awal. Sebab lain adalah kurikulum tahfidz dipesantren dan program-program tambahan menghafal dalam ko-kurikuler dan ekstrakurikuler yang diselenggaran kurang terintegrasi dengan baik, diperparah juga karena kurikulum tahfidz secara formal tidak ada dan kurikulum non-formal juga masih top–down dari kyai, tetapi lebih banyak pada tahfidz reseptif seperti mendengar dan membaca. Alasan lain dapat juga disebabkan karena skill para guru tahfidz itu sendiri yang kurang menguasai methode pembelajaran, dan lebih
5 Dalam BabunSuharto. Dari Pesantren Untuk Umat, Reinventing Eksistensi Pesantren di EraGlobalisasi. (Surabaya: IMTIYAZ. 2011). hlm.74.
menguasai materi hafal, sehingga mereka juga cenderung mengajarkan materi dengan hafalan kepada para peserta didik.
Mulanya hanya pesantren-pesantren khusus tahfidz Al–Qura’an saja yang menyelenggarakan. Tetapi pada saat ini, kajian terhadap tahfidz Al-Qur’an dirasakan berkembang sangat signifikan. Banyak lembaga pendidikan Islam baik formal maupun non formal di Indonesia saat ini antusias menggalakkan dan mengembangkan program tahfidz Al-Qur’an. Hal ini menunjukkan keinginan masyarakat muslim Indonesia yang tinggi untuk menghafal al-Qur’an dan menjadikan anak- anak mereka sebagai penghafalal-Qur’an. Tren ini juga sebagai tanda akan kemajuan pendidikan Islam. Meskipun sebetulnya menghafal al- Qur’an bukanlah suatu hal yang baru bagi umat Islam, karena menghafal al- Qur’an sudah berjalan sejak lama di pesantren-pesantren. Ahmad Fathoni, dalam artikelnya “Sejarah dan Perkembangan Pengajaran Tafidz al-Qur’an di Indonesia”yang dikutip oleh Republika mengatakan semangat menghafal al- Qur’an mulai bermunculan saat sering diadakannya Musabaqah.6
Faktor lain juga sebagai bukti bahwa Allah telah memudahkan hamba-Nya yang mau mempelajari al-Qur’an, sebagaimana tersebut dalam firman-Nya QS.Al-Qamar ayat17, 22, 33, dan 44 yang berbunyi “Walaqad yassarna al-qur’an aliadzdzikri…”(Dansesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk diingat…),7sehingga membacanya merupakan ibadah paling utama jika dilakukan secara istiqamah dan disertai tadabbur. Kemudahan yang diberikan mencakup
6 Ahmad Fathoni“Sejarah dan Perkembangan Pengajaran Tafidz al-Qur’andiIndonesia”
dalam TA’ALLUM,Vol. 04, No. 01, Juni 2016 ж 63
7 al-Qamar ayat 17, 22, 33 dan 44. Ini menunjukkan jaminan Allah akan kemudahan yang diberikan kepada umat Islam di seluruh dunia yang mau menghafal dan mempelajari al- Qur’an
segala aspek meliputi kemudahan membaca, kemudahan, menghafal, kemudahan mempelajari dan kemudahan menulis. Disamping itu, juga merupakan bentuk jaminan Allah terhadap pemeliharaan keaslian dan kemurnian Al-Qur’an meskipun telah diturunkan ribuan tahun yang silam.Kalimat yang berbunyi“innanahnunazzalna”dalam surat al Hijr ayat 9 dimaknai oleh Quraisy Syihab sebagai keikutsertaan umat Islam pilihan Allah untuk menjaga dan memelihara al-Qur’an yang salah satunya adalah dengan cara menghafalnya.8 Bahkan para ulama sepakat bahwa hukum menghafal al-Qur’an adalah fardlu kifayah.
Oleh karena itu, perlu adanya sistem untuk mengatur program tahfidz Al- qur’an, dengan harapan agar program tahfidz di pesantren dapat terlaksana dengan baik dan para santri dapat lebih memaksimalkan kompetensinya serta mengembangkan bakatnya sehingga tercapai prestasinya. Prestasi dibutuhkan untuk menimbulkan kepercayaan diri yang positif, sehingga ketika terjun di masyarakat kelak para santri akan senantiasa percaya diri dalam melakukan skillnya di masyarakat.
Melalui proses mengembangkan dan melakukan inovasi Manajemen Program Tahfidz Al-qur’an, maka Program pembelajaran tahfidz dapat diselesaikan bahkan melampaui target kurikulum formal. Memperhatikan keperluan di pesanntren, maka diperlukan sebuah inovasi sehingga program pembelajaran di pesanntren dapat dilaksanakan dengan tidak saja dengan sasaran pada kurikulum tetapi juga sudah menjadi landasan bagi proses belajar berikutnya.
8Quraisy Syihab, Tafsir al-Misbah, (Jakarta : Lentera Hati, 2000), hal. 95-97
Kesempatan selama proses pengalaman belajar, merupakan kesempatan terbaik dalam pengenalan tahfidz dan penguasaannya.
Program Pembelajaran tahfidz memerlukan inovasi pengembangan manajemen pembelajaran dan kesungguhan dalam pelaksanaannya. Selama ini kegagalan pembelajaran tahfidz karena tidak dijadikan sebagai program utama.
Berbeda halnya dengan lembaga-lembaga yang menjadikan tahfidz sebagai program utama, maka keterampilan tahfidz menjadi bagian utama yang memberikan “ruh” bagi pelaksanaan program yang dijalankan. Sementara itu, materi tahfidz kadang hanya dijadikan sebagai pelengkap sebuah program dan bukan dijadikan sebagai program itu sendiri. Sehingga pencapaian keterampilan bertahfidz tidak dijadikan sebagai unsur utama evaluasi pelaksanaan kegiatan.
Manajemen Program Tahfidz hendaknya memiliki karakteristik sebagai berikut: (1) komprehensif, artinya menyeluruh dan berlaku untuk semua, juga berorientasi pada Kompetensi Berbahasa dan Kompetensi Kebahasaan, (2) prinsip interaksi, artinya antara elemen yang satu dan lainnya saling berkaitan, (3) pandangan multifaktor, artinya mencakup semua faktor pembelajaran, seperti pemerintah, sekolah, guru, pembelajar, materi, media, kegiatan belajar mengajar, evaluasi dan lain sebagainya, (4) pendekatan multidisipliner, artinya pengajaran bahasa itu didasari oleh berbagai disiplin ilmu, seperti pendidikan, linguistik, psikolinguistik, sosiolinguistik, dan berbagai variannya.
Namun, secara umum manajemen program tahfidz al-qur’an dewasa ini, khususnya di pesantren. Dari sisi komprehensif, tidak berjalan sebagaimana mestinya, masih terfokus kepada kompetensi hafalan dan mengabaikan
kompetensi yang lain, dan juga masih terdapat kesenjangan antara pesanntren moderen dan pesantren berbasis clasical. Perbedaan ini, tentu akan menghambat sebagian peserta didik dan menghambat tercapainya tujuan pendidikan. Dari sinilah lantas muncul kendala kendala dalam menerapkan karakteristik kedua, yaitu prinsip interaksi antara satu elemen dengan elemen lainnya.
Secara empiris, hasil observasi awal peneliti menemukan keunikan manajemen program tahfidz al-qur’an di Pondok Pesantren Bahrusysyifa, dan Pondok Pesantren Nahdlatul Tholabah dapat dijadikan model percontohan karena memang terbukti telah menghasilkan output dan outcome yang berkualitas, khususnya di bidang tahfidz. Asumsinya adalah lulusan yang berkualitas tersebut pasti karena proses manajemen pembelajaran yang berkualitas pula.
Kekhasan pembelajaran tahfidz di Pesantren Bahrusysyifa, yakni terdapat dua klasifikasi dalam program pembelajaran tahfidz, yaitu: program pembelajaran tahfidz umum dan program pembelajran tahfidz khusus. Program pembelajaran tahfidz umum utuk santri lepas, santri lepas adalah santri yang tidak menetap di pesantren. Melainkan diluar pesantren yang mana santriwan/ti berada disekitar pesantren dirumah penduduk dengan diberi tanda “rumah tahfidz” dan dengan melaksanakan aktifitasnya sehari hari. sebagaimana termaktub dalam kurikulum yakni program pembelajaran yang harus diikuti oleh seluruh peserta didik karena merupakan kegiatan wajib. Sedangkan, program pembelajaran tahfidz khusus yaitu bagi mereka yang ingin lebih mendalami tahfidz Al-Qur’an secara cepat.
Adalah santriwan/ti yang ada di pesantren yang melaksanakan program pembelajaran secara lebih itensif.
Dalam rangka mengembangkan percepatan dipesantren Bahrushyshyfa dalam menghafal, program khusus tahfidz memiliki dua kegiatan inti. Kegiatan inti pertama, peserta didik diwajibkan menghafalkan minimal setiap harinya untuk kemudian disetorkan kepada pengurus di setiap kelompoknya. Dan membaca Al-Qur’an setiap setelah sholat minimal 1 jus. Kegiatan ini untuk meningkatkan penguasaan daya ingat para santri. Kegiatan inti kedua, guru tahfidz dan para pengurus kelompok mengadakan kegiatan pembinaan khusus yang diadakan dua kali dalam seminggu.
Kekhasan manajemen pembelajaran tahfidz di pesantren Nahdlatul Tholabah Jember, yang biasanya dengan masyarakat di juluki pesantren (YASINAT) artinya Yayasan Islam Nahdlatul Tholabah. Notabenya merupakan pesantren dalam satu yayasan di bawah naungan pesantren, maka pihak pesantren selalu berkoordinasi dengan dewan pengasuh untuk mensinergikan antara kurikulum dan jadwal kegiatan terkait proses pembelajaran tahfidz di pesantren, supaya tidak saling tumpang tindih atau malah mengganggu salah satunya. Karena dipesantren Nahdlatul Tholabah dibuat pemondokan – pemondokan yakni pemondokan diniyah, pemondokan dzikrulloh, pemondokan tahfidz serta pemondokan pendidikan umum. Hal itu dilakukan supaya menciptakan lingkungan pembelajaran dijalankan secara integratif antara pemondokan.
Sistem pemondokan pesantren Nahdlatul Tholabah pada pemondokan tahfidz Al-Qur’an menggunakan dua program manajemen pembelajaran yakni, 1) program takasus, program ini dilaksanakan tidak jauh beda dengan pesantren bahrushyshyfa, system setoran setiap hari dan membaca 2 juzz setiap setelah
sholat fardhu, 2) program regular menggunakan system setoran setiap hari, dan yang ada di pemondokan lain juga system setoran tetapi ada tegang waktu untuk setoran.
Berdasarkan hasil wawancara awal, tampak bahwa dengan padatnya kegiatan dan program-program pengembangan yang diterapkan di kedua lokasi tersebut, tentunya dapat menjadi sebuah kendala atau hambatan dalam penerapan pengembangan pembelajaran tahfidz. Oleh karena itu, pesantren tersebut dituntut untuk cerdas dalam menentukan kebijakan, strategi, dan model manajemen secara tepat, supaya proses pembelajaran tahfidz dapat terlaksana dengan maksimal serta tercapainya tujuan yang direncanakan.
Manajemen Program tahfidz Al-qur’an pada kedua lokasi penelitian tersebut cukup berbeda dan memiliki keunikan dibandingkan dengan pesantren lainnya. Tentu saja hal ini sangat menarik dikaji karena berdasarkan data-data yang ada di kedua pesantren tersebut, ternyata memang telah terbukti peserta didik memiliki prestasi yang cukup banyak dalam bidang tahfidz Al-Qur’an.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka penelitian ini mengangkat Manajemen Program Tahfidz Al-qur’an di pesantren Bahrusysyifa Bangusari Lumajang dan pesantren Nahdlatul Tholabah Jember. Dilihat dari aspek manajemen integrasinya.
Penyelenggaraan program tahfidznya secara integratif tersebut mencakup berbagai aspek, di antaranya adalah aspek kurikulum, rekrutmen santri dan tenaga pembimbingnya, penempatan pemondokan, pembelajaran, sarana prasarana, dan juga kolaborasinya kepada masyarakat sekitar dan lain-lain. Namun demikian,
dalam penelitian ini lebih difokuskan pada perencanaan, pelaksanaan, evaluasi program tahfidz Al-qur’an di kedua pondok tersebut.
Terlepas dari perkembangan itu, berkaitan dengan riset ini, terkait dengan program pembelajaran tahfidz di pondok pesantren, bahwa perkembangan pengajaran tahfidz Al-Qur’an diIndonesia semakin meluas tidak dapat dibendung lagi. Kalau sebelumnya hanya eksis dan berkembang dipesantren pulau Jawa dan Sulawesi, maka sejak 1981 hingga kini hamper semua daerah di nusantara, kecuali Papua, hidup subur bak jamur dimusim hujan dari tingkat pendidikan dasar sampai perguruan tinggi, baik formal maupun non formal, khususnya diwilayah jawa timur mulai banyak tawaran – tawaran program tahfidz.
Oleh karena itu, out put dari penelitian disertasi ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah rumusan konsep berupa kualifikasi dan kompetensi Manajemen pembelajaran kepada siswa/siswinya yang notabennya berbeda dengan pembelajaran dilembaga pendidikan formal. Sekaligus sebagai kritik penyempurnaan teori pembelajaran formal, sehingga dapat menghasilkan manajemen pembelajaran versi pesantren tahfidz. manajemen pembelajaran tahfidz versi pesantren tahfidz dapat menghasilkan guru/ustad/ustadah yang professional sehingga dapat melahirkan output dan outcome alumni yang berkualitas pula.
Sehubungan dengan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik utuk mengkaji penelitian ini secara lebih dalamdan menemukan judul yang relevan, yaitu:“Manajemen Program Tahfidz Al-qur’an di Pondok Pesantren Bahrusysyifa Lumajang dan Pondok Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember.”
B Fokus Penelitian
Fokus penelitian pada dasarnya hal utama yang akan dikaji dalam sebuah penelitian. Fokus atau rumusan masalah penelitian menjadi garis utama dalam menentukan bentuk analisis pada sebuah penelitian. Adapun fokus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bagaimana Perencanaan Program Tahfidz Al-qur’an di Pondok Pesantren Bahrusysyifa Lumajang dan Pondok Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember?
2. Bagaimana Pelaksanaan Program Tahfidz Al-qur’an di Pondok Pesantren Bahrusysyifa Lumajang dan Pondok Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember?
3. Bagaimana evaluasi Program Tahfidz Al-qur’an di Pondok Pesantren Bahrusysyifa Lumajang dan Pondok Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember?
C Tujuan Penelitian
Tujuan merupakan sesuatu hal yang ingin dicapai dalam sebuah penelitian, adapun tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Menganalisis dan Mengevaluasi Perencanaan Program Tahfidz Al-qur’an di Pondok Pesantren Bahrusysyifa Lumajang dan Pondok Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember.
2. Menganalisis dan Mengevaluasi Pelaksanaan Program Tahfidz Al-qur’an di Pondok Pesantren Bahrusysyifa Lumajang dan Pondok Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember.
3. Menganalisis dan Mengevaluasi Evaluasi Program Tahfidz Al-qur’an di Pondok Pesantren Bahrusysyifa Lumajang dan Pondok Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember.
D Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan memberikan manfaat secara teoritis maupun praktis sebagai berikut :
Secara teoritis penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis
a. Mengkritik teori Administrative Process oleh Ricard A Gorton,(1976, 1991), Khususnya terkait dengan mekanisme manajemen program.
b. Mengkritik teori Pembelajaran oleh Robert M.Gangne,(1988).
Khususnya terkait memberi panduan belajar.
c. Mengkritik teori Evaluasi Pembelajaran oleh Gerald W.Brown (1977), khususnya terkait tes formatif dan sumantif.
d. Mengkritisi teori CIPP oleh Stufflebeam (1985), Khususnya terkait evaluasi Context.
2. Manfaat praktis
Adapun manfaat penelitian praktis ini adalah sebagai berikut.
a. Bagi Peneliti, yaitu: (1) sebagai sarana untuk menerapkan pengalaman belajar yang telah diperoleh (2) sebagai sarana untuk meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan yang telah diperoleh di jenjang perkuliahan dan (3) merupakan usaha untuk melatih diri dalam memecahkan permasalahan yang ada secara kritis, obyektif dan ilmiah tentang Manajemen Program Tahfidz Al-qur’an di pesantren.
b. Bagi Pascasarjana UIN Kiai Haji Achmad Siddiq Jember, yaitu: (1) sebagai bahan kajian atau rujukan untuk pengembangan keilmuan
selanjutnya, khususnya terkait dengan pengembangan Manajemen Program Tahfidz Al-qur’an di pesantren dan (b) sebagai koleksi karya ilmiah Disertasi yang dapat dijadikan bahan referensi dan bacaan bagi dosen dan mahasiswa.
c. Bagi Pesantren, yaitu: (1) dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menerapkan manajemen program tahfidz al-quran di pesantren Bahrusysyifa Kabupaten Lumajang, dan Pondok Pesantren Nahdlatul Tholabah, kabupaten jember dan (2) dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam penerapannya ke arah yang lebih baik di masa yang akan datang.
d. Bagi masyarakat hasil penelitian ini dapat berkontribusi dalam upaya membangun kesadaran akan pentingnya mendukung, memperkuat agenda pesantren terutama terkait dengan program tahfidz al-qur’an yang sudah berjalan selama ini sehingga terbangun komitmen dan kepeduliannya terhadap pesantren.
E Definisi Istilah 5. Manajemen
Harold koontz and cyril o’donnell menyatakan ”Management is getting things done through other people ” yang artinya ‘manajemen ialah pelaksanaan pekerjaan bersama–sama orang lain’. Terry menyatakan
“Management is the accomplishing of predetermined objectives through the efforts of other people“ yang artinya ‘manajemen adalah pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya dengan bantuan
orang lain’. Proses dalam sebuah manajemen dimulai dari perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan (actuating), dan pengendalian (controlling) yang dilakukan untuk menentukan menyelesaikan sasaran yang telah ditetapkan dengan menggunakan orang dan sumber-sumber daya lainnya.9
Berkaitan dengan manajemen dalam lingkup pembelajaran, Gorton menyatakan bahwa manajemen adalah seperangkat proses perencanaan untuk melaksanakan sebuah tujuan pembelajaran yang didasarkan pada sistem kependidikan dan proses pembelajaran. Adapun skema manajemen pembelajaran dalam penelitian inimenggunakan konsep ADDIE, konsep ini membentuk siklus 5 tahapan yang terdiri dari: analisis (Analysis), desain (Design), pengembangan (Development), implementasi (Implementation), serta evaluasi (Evaluation). Gorton juga mengatakan bahwa pihak sekolah dapat membuat organisasi yang melibatkan orang tua, peserta didik, guru, komite sekolah dan tokoh masyarakat.10
Berdasarkan konsep teori di atas, manajemen pembelajaran dapat didefinisikan sebagai sebuah sistem pengelolaan pendidik, peserta didik, dan seperangkat kurikulum pembelajaran yang dibuat untuk mencapai sebuah tujuan pembelajaran. Adapaun sistem tersebut meliputi:
perencanaan (planning), pelaksanaan (implementation), dan evaluasi (evaluation). Konsep manajemen pembelajaran ini pada dasarnya mengacu pada bentuk kurikulum pembelajaran yang kemudian dikonstruksikan
9GR. Terry, The Principles of Management. (Homewood Illinois: Richard Irwin, 1984), 2
10Gorton, Richard A. School Administration. Challenge and opportunity for leadership(USA:WM.C.
Brown Company Publishers,1976),350
dalam manajemen perencanaan, manajemen pelaksanaan, dan manajemen evaluasi pembelajaran.
6. Program Pembelajaran Tahfidz Al-qur’an
Konsep pembelajaran tahfidz pada dasarnya memuat dua komponen yang saling berkaitan, yaitu antara konsep pembelajaran dengan konsep penghafal Al-Qur’an (Tahfidsz). Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian menghafal adalah berusaha meresapkan kedalam fikiran agar selalu ingat.11 Dalam bahasa Arab, menghafal menggunakan terminologi al-Hifzh yang artinya menjaga, memelihara atau menghafalkan. Sedang al-Hafizh adalah orang yang menghafal dengan cermat, orang yang selalu berjaga-jaga, orang yang selalu menekuni pekerjaannya. Istilah al-Hafizh ini dipergunakan untuk orang yang hafal al-Qur’an tiga puluh juz tanpa mengetahui isi dan kandungan al-Qur’an.
Sebenarnya istilah al-Hafizh ini adalah predikat bagi sahabat Nabi yang hafal hadits-hadits shahih (bukan predikat bagi penghafal al-Qur’an).12
Hifzh diartikan memelihara atau menjaga dan mempunyai banyak idiom yang lain, seperti si-fulan membaca al-Qur’an dengan kecepatan yang jitu (zhahru al-lisan) dengan hafalan diluar kepala (zhahru alqolb).
Baik kata-kata zhahru al-lisan maupun zhahru al-qolb merupakan kinayah (metafora) dari hafalan tanpa kitab, karena itu disebut “istizhahrahu” yang berarti menghafal dan membacanya diluar kepala.13
11 Tim Prima Pena, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Gita Media Press,tt), 307
12 Ahmad Warson Munawir, Almunawir Kamus Bahasa Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), 279.
13 Ibid., 279
Menurut Atkinson yang dikutip oleh Sa’dullah mengatakan proses menghafal melewati tiga proses yaitu:encoding, storage, dan retrieval.14Encoding adalah suatu proses memasukan data data informasi ke dalam ingatan. Storage adalah penyimpann informasi yang masuk di dalam gudang memori. Gudang memori terletak di dalam memori panjang (long term memory). Retrieval adalah pengungkapan kembali (reproduksi) informasi yang telah disimpan di dalam gudang memori adakalanya serta merta dan adakalanya perlu pancingan.Bagi seorang tenaga pengajar atau guru, pengetahuan ini sangat bermanfaat karena membantu dalam memonitor dan mengarahkan proses berfikir peserta didik. Proses berfipikir yang sedemikan tersebut perlu dilatih dengan beberapa konsep latihan.
Bentuk latihan dalam menghafal menurut Gie, meliputi 3 hal yaitu:
1) Recall, anak dididik untuk mampu mengingat materi pelajaran di luar kepala; 2) Recognition, anak dididik untuk mampu mengenal kembali apa yang telah dipelajari setelah melihat atau mendengarnya; dan 3) Relearning, anak dididik untuk mampu mempelajari kembali dengan mudah apa yang pernah dipelajarinya.
Berdasarkan konsep menghafal dan pembelajaran di atas, dapat didefinisikan bahwa pembelajaran tahfidz merupakan sebuah proses belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam hal ini (ustadz) kepada peserta didik (santri) dengan tujuan untuk menghafal,
14 Sa‟dullah, S.Q., 9 Cara Cepat Menghafal Al-qur’an (Jakarta : Gema Insani Press, 2008)h lm. 49-50.
memelihara, dan melestarikan kemurnian ayat-ayat Al-Qur’an beserta tafsirannya. Upaya menghafal dalam konsep ini tidak hanya pada pada konsep encoding, storage, dan retrieval saja, melainkan memelihara dengan terus mengamalkan ajaran-ajaran yang ada dalam Al-Qur’an, serta melestarikan kemurnian dengan memahami dan menyampaikan setiap bagian tafsir dalam Al-Qur’an.
7. Pesantren
Menurut asal katanya pesantren berasal dari kata ”santri” yang mendapat imbuhan awalan pe- dan akhiran -an yang menunjukkan tempat, maka artinya adalah tempat para santri. Secara istilah, pesantren adalah suatu lembaga pendidikan dan keagamaan yang berusaha melestarikan, mengajarkan dan menyebarkan ajaran Islam serta melatih para santri untuk siap dan mampu mandiri. Namun, dalam penelitian ini istilah pesantren mengacu pada sebuah sistem kependidikan islam dikelola oleh sebuah lembaga pendidikan islam dengan tujuan untuk mencapai sebuah sistem pembelajaran yang efektif dan efisien.
Berdasarkan uraian di atas, pesantren didefinisikan sebagai sebuah tempat di mana para santri belajar kepada seorang kyai pada tataran kurikulum pendidikan islam untuk memperdalam atau memperoleh ilmu- ilmu agama yang diharapkan nantinya menjadi bekal bagi santri dalam menghadapi kehidupan di dunia maupun di akhirat.
F Sistematika Penulisan
Dalam penelitian ini menggunakan system penelitian sebagai berikut : Pada bab satu di jelaskan mengenai konteks penelitian, focus penelitian, Tujuan penelitian, manfaat penelitian, Definisi istilah, dan sistematika pembahasan. Fungsi dari bab satu ini untuk memperoleh gambaran umum dari penelitian ini.
Pada bab dua dipaparkan mengenai kajian pustaka yang didalamnya terdiri dari penelitian terdahulu, kajian teori, dan kerangka konseptual. Teori yang disajikan meliputi: (1) Manajemen program tahfidz Al-qur’an, didalamnya menjelaskan perencanaan program tahfidz al-qur’an, pelaksanaan program tahfidz al-qur’an, dan evaluasi program tahfidz al-qur’an; (2) upaya pengembangan program pembelajaran tahfidz al-qur’an, di dalamnya menjelaskan pengertian, dasar hukum, bentuk-bentuk, dan mekanisme program pembelajaran tahfidz al-qur’an. Fungsi dari bab dua ini adalah untuk mengetahui hasil-hasil dari penelitian yang pernah ada terkait dengan tema yang relevan, serta menyajikan teori yang digunakan sebagai kerangka dan analisis dalam penelitian ini.
Pada bab tiga di jelaskan mengenai metode penelitian, meliputi:
Pendekatan dan jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, teknik analisa data dan uji keabsahan data. Fungsi bab tiga ini yaitu sebagai pedoman atau acuan dalam melaksanakan penelitian, berupa langkah – langkah yang harus diikuti untuk menjawab pertanyaan perumusan masalah.
Pada bab empat dijelaskan mengenai penyajian data analisis, yang meliputi: Gambaran obyek penelitian; serta penyajian data dan analisis.
Fungsi bab empat ini adalah pemaparan data yang diperoleh di lapangan dan dilakukan analisis data sebagai instrument dalam rangka menjawab masalah yang telah dirumuskan.
Bab lima adalah pembahasan, yang mana dialog antara temuan penelitian dengan teori – teori yang digunakan serta gagasan peneliti terkait dengan penyempurnaan atas kritik teori yang ada, sehingga dapat menemukan posisi temuan terhadap teori – teori dan temuan sebelumnya.
Serta interprestasi dari temuan yang telah di ungkap dari lapangan.
Pada bab enam adalah penutup, didalamnya meliputi : kesimpulan dan saran – saran. Fungsi dari bab enam ini adalah sebagai ringkasan dari semua paparan data dan pembahasan pada bab sebelumnya, implikasi teoritis dan praktis, serta penyampaian rekomendasi bagi pihak – pihak terkait.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Bab ini hendak mangulas tentang riset terdahulu yang membagikan konsepsi bawah pada riset ini, sekalian selaku pembanding serta pendukung dalam melakukan riset. Fokus riset ini ialah manajemen pendidikan tahfidz. Riset tadinya sudah mengkaji permasalahan ataupun tema yang sama dengan riset ini.
Oleh sebab itu, biar tidak terjalin tumpang tindih serta riset kesekian dengan tema dan tata cara yang sama, hingga penulis menelusuri serta menyamakan penelitian- penelitian yang sempat di jalani, baik di dalam negara ataupun di luar negara.
berikut ini penulis paparkan sebagian riset lain sebgai acuan antara lain:
Pertama, Moeh Djuddah, Ahmad Shukri, Badarussyamsi, “Tahfiz Al- Qur'an Program Management in Improving The Quality Of Memory Islamic Boarding School Students In Jambi Province” dalam European Journal of Humanities and Educational Advancements (EJHEA), Vol. 2 No. 10, October 2021; https://www.scholarzest.com. Penelitian ini bertujuan: (a) Ingin mendapatkan informasi dan data tentang kepengurusan Pondok Pesantren Tahfiz Al-Mubarak Kota Jambi, Jauharul Falah AlIslami Pondok Pesantren Muaro Jambi dan Pondok Pesantren Bustanul 'Ulum Tanjung Jabung Timur (b) Ingin mengetahui strategi dan kualitas hafalan yang diproyeksikan untuk meningkatkan kualitas Tahfiz Al-Qur'an di Pondok Pesantren Al-Mubarak Kota Jambi , Pondok Pesantren Jauharul Falah AlIslamy Muaro Jambi dan Pondok Pesantren Bustanul 'Ulum Tanjung Jabung Timur. (c) Ingin mengetahui peran kepemimpinan kiai
24
dalam meningkatkan kualitas hafalan di Pondok Pesantren AlMubarak Jambi City, Pondok Pesantren Jauharul Falah Al-Islami Muaro Jambi dan Pondok Pesantren Bustanul 'Ulum Tanjung Jabung Timur. Kajian ini menempuh tiga tahapan, yaitu: pemaparan teori, deskripsi fakta di lapangan, analisis kesesuaian antara teori dan praktik. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model Miles dan Huberman dan teknik validitas data menggunakan triangulasi data. Hasil kajian menemukan bahwa pengelolaan kegiatan tahfiz, mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan hingga pengawasan berjalan secara alami, dengan sedikit sentuhan manajemen modern, inilah faktual dokumen perencanaan, pengorganisasian, pengelolaan dan pengawasan yang mudah diakses, strategi kiai dalam meningkatkan kualitas tahfiz dengan motivasi dan keteladanan kiai berperan sebagai panutan dalam kegiatan tahfiz dan terus melakukan pengawasan, bimbingan dan penilaian serta secara periodik dan spontan dalam kapasitasnya sebagai pimpinan pondok. sekolah sebagai guru dalam pengembangan tahfiz.
Kedua, Muhammad Santoso, Nasrudin Baidan, dan Zainul Muttaqin,
“Learning Management of Tahfidz Al-Qur'an Program at Modern Pesantren of Indonesia” dalam European Journal of Molecular & Clinical Medicine, Vol. 07, No. 08, 2020. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan faktor-faktor perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pemantauan, pendukung dan penghambat, serta hasil yang dicapai dalam pengelolaan pembelajaran Tahfidz Al-Qur'an. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif melalui teknik wawancara, observasi dan dokumentasi atau penyalinan dalam
pengumpulan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perencanaan dalam program Tahfidzul Qur'an di Pondok Pesantren dilakukan dengan empat tahap seleksi, pengorganisasian dengan menentukan tugas dan mekanisme dalam proses pembelajaran, pelaksanaan ditandai dengan proses pembelajaran menghafal Al- Qur'an'an, dengan memantau perkembangan hafalan Al-Qur'an oleh para santri melalui buku pantauan dan daftar hadir santri. Faktor pendukung berasal dari lingkungan pondok pesantren, sedangkan faktor penghambatnya adalah kurangnya konsistensi santri dalam menghafal Tahfidz al-Qur'an. Keberhasilan yang diraih oleh program Tahfidz Al-Qur'an di pondok pesantren dapat dilihat dari hasil prestasi lomba Tahfidz Al-Qur'an di berbagai tingkatan dan lomba.
Ketiga, Chusnul Chotimah, Achmad Rifai Rc, Titi Prihatin, dengan judul
“The Management of the Tahfidz Al Qur’an Education Program in Children Tahfidh Yanbu’ul Qur’an Islamic Boarding School Kudus” dalam Educational Management, 7 (1) (2018) 39-45; http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eduman.
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mendeskripsikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran tahfidzul Qur'an pada program tahfidz dalam pengembangan karakter siswa di MTs Al-Arqom Sarirejo, Balen, Kabupaten Bojonegoro. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al-Arqom Sarirejo. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada bulan April- Juli 2021. Subyek penelitian ini adalah kepala madrasah, wakil ketua bidang kurikulum, guru tahfidzul, wali kelas, siswa dan wali siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Teknik keabsahan
data menggunakan triangulasi sumber dan metode. Teknik analisis data menggunakan model analisis interaktif, yang terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Strategi pembelajaran Tahfidz Qur'an yang dilakukan di MTs Al-Arqom adalah: a) talaqqi, yaitu umpan balik antara guru dan siswa. b) takrir, yaitu menghafal dengan bimbingan guru dan dititipkan pada guru. c) muroja'ah, yaitu dengan mengulang hafalan bersama-sama dengan siswa lain. d) mudarosah, yaitu siswa menghafal dengan bergiliran dengan teman yang lain. e) tes yaitu tes hafalan untuk mengetahui kelancaran hafalan siswa. 2) Penerapan strategi pembelajaran tahfidzul Qur'an mampu mengubah karakter peserta didik menjadi lebih baik.
Karakter yang menonjol adalah: religius, jujur, disiplin, mandiri, bertanggung jawab, bersih, istiqomah, sabar, santun.
Keempat, Maulana Ishaq Ernas, “Tahfidz Al-Qur'an Learning Model at Hidayatullah Putri Islamic Boarding School, Ohoitel Village, North Dullah District, Tual City, Maluku Towards a World-Class Campus” dalam Budapest International Research and Critics Institute-Journal (BIRCI-Journal), Vol. 5, No 1, 2022, Page: 4591-4598; doi: https://doi.org/10.33258/birci.v5i1.4168. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menggambarkan dan menggambarkan suatu prosedur yang sistematis dalam menyelenggarakan pembelajaran dan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran dan berfungsi sebagai pedoman dalam perencanaan pembelajaran bagi pendidik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Model pembelajaran tahfidzul qur'an merupakan desain konseptual yang disusun secara sistematis sebagai pedoman