• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Kajian Teori

2. Program Tahfidz Al-qur’an

4 Fase Retensi a. Menyelesaikan uji kompetensi dalam buku siswa

b. Mengoreksi/ memeriksa jawaban siswa 5 Fase

Pemanggilan

a. Menyelesaikan soal pada LKS

b. Jika jawaban siswa belum tepat maka guru membimbing

c. siswa untuk mengingat apa yang telah dipelajarinya sehingga ia dapat mengungkapkannya

6 Fase Generalisasi a. Memberikan contoh yang lain, yang mana dalam contoh tersebut terdapat transfer

b. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

c. Berdiskusi menyelesaikan soal pada LKS 7 Fase penampilan a. Memberikan tes tertulis/ lisan pada siswa 8 Fase umpan balik a. Memberikan pertanyaan kepada siswa secara

lisan untuk

dijawab sebagai umpan balik.

b. Menilai kelebihan dan kekurangan siswa dalam menjawab pertanyaan dan membimbing siswa untuk memperbaikinya

c. Jika masih ada kesalahan maka guru membimbing siswa untuk memperbaikinya

a

Rosulullah SAW, ditulis dalam mushaf dan diriwayatkan secara mutawatir tanpa keraguan.32

Dari kesimpulan diatas menejemen program tahfidz al-qur’an berarti keterlibatan berbagai pihak yang berperan aktif di bidangnya dalam merumuskan,mengelola dan mengontrol rencana atau kegiatan yang akan dilakukan dalam bentuk unit yang merupakan realisasi dalam bentuk kebijakan yang berkesinambungan yakni program tahfidz al-qur’an.

a. Perencanaan program tahfidz al-qur’an

Perencanaan adalah proses penetapan dan pemanfaatan sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan-kegiatan dan upaya-upaya yang akan dilaksanakan secara efisien dan efektif dalam mencapai tujuan. Perencanaan program pembelajaran bukan hanya terfokus pada pembelajaran saja tetatpi keseluruhan stekholder yang berpengaruh dalam pembelajaran diantaranya Kyai sebagai penentu kebijakan dan dibantu oleh bawahannya yang di tunjuk oleh kyai agar terlibat dalam merumuskan,mengelola dan mengontrol program pembelajaran yang telah direncanakan. French menyatakan “Planning foundatioans, context, cultural and social aspects of planning, and skill into methods and planning practive skills, respectively”.33 Sebuah perencanaan didasarkan pada sebuah landasan yang dibuat dengan memuat beberapa konteks, yang disesuaikan dengan keadaan budaya sosial setempat. Perencaanaa tersebut merujuk pada sebuah kemampuan diri, di

32 Rosihan Anwar, Pengantar Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), Hal. 15

33 French,Steven P. The Routledge Handbook of International Planning Education. United Kingdom: Routledge 2019) 107

mana individu mampu meningkatkan pengetahuan. Konteks dalam hal ini meliputi segala sesuatu dalam hal administrasi pembelajaran yang mendukung adanya sebuah pendidikan.

Perencanaan merupakan bagian dari sunnatullah, yaitu dengan melihat bagaimana Allah SWT menciptakan alam semesta dengan hak dan perencanaan yang matang dan disertai dengan tujuan yang jelas.34 Hal ini selaras dengan firman Allah SWT berikut.

ُّنَظ َكِلََٰذ ۚ الِٗطََٰب اَمُهَنۡيَب اَم َو َض ۡرَ ۡلۡٱ َو َءٓاَمَّسلٱ اَنۡقَلَخ اَم َو َّنلٱ َنِم ْاو ُرَفَك َنيِذَّلِ ل ٞلۡي َوَف ْۚاو ُرَفَك َنيِذَّلٱ ِرا

"Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang- orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.”35

Selain itu dalam fungsi perencanaan tugas kepala pesantren sebagai manajer yakni mengawasi dan mengecek perangkat yang guru buat, apakah sesuai dengan pedoman kurikulum ataukah belum. Melalui perencanaan pembelajaran yang baik, guru dapat mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan siswa dalam belajar.

Perencanaan pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini tidak terbatas pada perencanaan secara formal tertulis, karena pembelajaran Tahfidz di pesantren memiliki keunikan dibanding dengan pembelajaran pada lembaga formal. Perencanaan pembelajaran tahfidz tersirat dalam seluruh kegiatan sebelum pelaksanaan

34Hafiduddin Dinin dan Tanjung Hendri, Manajemen Syariah dalam Praktek, (Jakarta: Gema Insani Pers, 2002), 78

35QS. Saad: 27

pembelajaran tahfidz di pesantren Bahrusysyifa Lumajang dan Pesantren Nahdlatul Tholabah Jember mulai dari input, pelaksanaan dan out put santri. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam yang khas, memiliki perbedaan kultur budaya organisasi yang dibangun dengan budaya organisasi dilembaga pendidikan formal seperti sekolah umum lainnya, tentunya upaya untuk mempersiapkan hal-hal yang berkenaan manajemen pengelolaan pembelajaran tahfidz, perlu penyesuaian dengan sentralisasi kebijakan pengasuh/ yayasan, kondisi dan komitmen sumberdaya pesantren terlebih yang ditugaskan pengasuh untuk mengelola program tahfidz serta partisipasi tenaga pendidik didalamnya.

Berlandaskan uraian di atas, konsep perencanaan lebih spesifik mengarah pada perencanaan berbasis skill yang dimulai dari penyesuaian keadaan sosial pesantren diantaranya, Menyiapkan rekrutmen calon santri baru, menetapkan kebijakan pemondokan, Menyiapkan sumber daya pendidik, Pembinaan dan pembeljaran santri santri, Penyiapan kurikulum, dan penyediaan sarana dan prasarana. Dalam perencanaan tersebut diantaranya:

b. Visi, misi dan tujuan program tahfidz

Visi adalah berasala dari bahasa inggris “vision” yang artinya tujuan daya lihat,khayalan terdapat beberapa prinsip dasaryang mesti diterapkan dalam setiap organisasi. Tujuan, atau alasan keberadaan yang sering disebut dengan misi atau visi, adalah salah satu diantara prinsip itu. Jika organisasi berusaha dengan

sungguh-sungguh berusaha untuk mencapai misinya maka ia akan memiliki identitas organisasi.36

Visi dan misi akan selalu memberi petunjuk kepada pesantren arah mana yang harus ditempuh. Karena itu pesantren akan lebih pasti dan mengurangi tindakan-tindakan coba-coba. Dan juga memberikan batasan- batasan pembuatan kebijakan mengenai apa yang dapat dan tidak dapat ditempuh oleh para pemimpin organisasi. Dengan demikian kesalahan membuat kebijakan yang tidak sesuai dengan tujuan organisasi akan jauh berkurang. Sebagaimana diketahui manusia yang menggerakkan organisasi pada dasarnya bukan mesin.

Mereka dapat bekerja sepenuh hati jika memahami apa makna tindakan-tindakan itu bagi organisasi dan bagi keyakinan-keyakinan mereka sendiri. Visi misi yang baik memberikan makna terhadap setiap tindakan yang mereka lakukan.

c. Upaya dalam perencanaan program tahfidz dan Pengembangan pembelajaran

Pengasuh sebagai tokoh sentral memiliki tanggung jawab untuk mengorganisir jajaran sumberdaya dibawahnya berdasarkan struktur yang telah ditetapkan seperti para asatidz yang bertugas sebagai pendidik dan maupun para asatidz yang sedang diberikan tugas untuk mengelola administrasi. Peran strategis yang diberikan ini dengan harapan bisa meningkatkan perkembangan pesantren dalam menghadapi era yang semakin berubah cepat. Juga dalam continuitas perjalanan pesantren maka perlu adanya pembagian kegiatan berikut :

36 Dalam.Uwes, Sanusi. et.all. 2001. Visi, Misi, dan Tradisi Universitas Islam Bandung. Bandung, Unisba