• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA PASCASARJANA UIN KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER MEI 2023

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA PASCASARJANA UIN KIAI HAJI ACHMAD SIDDIQ JEMBER MEI 2023"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Konteks Penelitian

Baik Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga maupun undang-undang terbaru telah melalui proses dan perjuangan yang panjang. Keberadaan budaya tersebut juga menjadi salah satu penyebab utama meningkatnya prevalensi kekerasan dalam rumah tangga, khususnya di bidang perkosaan dalam pernikahan.

Fokus Kajian

Dan tidak termasuk pidana bagi suami karena tidak melanggar syariat Islam dalam rangka perzinahan, sehingga tidak perlu adanya sanksi pidana. Oleh karena itu, berdasarkan pemaparan di atas, peneliti merasa terdorong untuk membahas dan mengkaji fenomena tersebut lebih dalam dalam penelitian dengan judul tesis ijazah Kajian Perkosaan dalam Perkawinan dalam UU No.

Tujuan Kajian

Manfaat Kajian

Hasil penelitian berikut ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pemerintah dan DPR untuk memberikan rumusan hukum yang terbaik, sehingga suatu kebijakan perundang-undangan tidak hanya dilihat dari aspek pragmatisnya saja, tetapi juga dari aspek filosofis, sosiologis, dan hukum. aspek, undang-undang tersebut tidak menyimpang dari konstitusi.21 Sehingga berlaku jangka panjang dan bermanfaat bagi bangsa Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi peradaban umat manusia, karena penelitian ini berkaitan dengan undang-undang yang masih memerlukan peraturan turunan untuk menyempurnakan konsep pasal-pasal dalam undang-undang tersebut.

Metode Penelitian

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, dimana metodologi ini merupakan aturan dalam UU Udang No. Penelitian ini menggunakan teknik analisis isi yang digunakan untuk menganalisis UU No.

Definisi Istilah

Undang-undang ialah undang-undang yang telah disahkan oleh badan perundangan atau unsur penentangan yang lain. Definisi lain juga menyatakan bahawa undang-undang adalah peraturan undang-undang yang dibuat oleh Dewan Pewakilan Rakyat dengan persetujuan bersama Presiden.

Sistematika Penulisan

KAJIAN PUSTAKA

Penelitian Terdahulu

Sementara itu, penelitian ini fokus pada kajian perkosaan dalam perkawinan dalam UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang TPKDRT, serta UU Nomor 12 Tahun 2022 tentang TPKS dalam perspektif feminis. Penelitian ini menjelaskan bagaimana konsep perkosaan dalam rumah tangga dalam KUHP tidak secara tegas mengatur perkosaan dalam rumah tangga. Perkosaan dalam pernikahan merupakan bagian dari kekerasan seksual dalam rumah tangga berdasarkan UU No.

Namun jika mengacu pada perkosaan dalam pernikahan, ruang lingkup kekerasan seksual dalam rumah tangga tercakup dalam Pasal 6(b) yang berbunyi. Sebagaimana telah peneliti jelaskan pada bab sebelumnya mengenai Kajian Perkosaan dalam Pernikahan dalam UU No. Dengan sungguh-sungguh menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Kajian Perkosaan dalam Pernikahan dalam UU No.

Kajian Pustaka

Kerangka Konseptual

Baik bagi laki-laki maupun perempuan, hanya saja mayoritas perkosaan dalam pernikahan cenderung melibatkan kekerasan seksual yang dilakukan oleh laki-laki terhadap perempuan. 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual (TPKS) yang juga memuat konsep perkosaan dalam pernikahan, meskipun hal ini tidak dijelaskan secara eksplisit dan terdapat sanksi pidana bagi pelaku perkosaan dalam pernikahan itu sendiri. Sebelum membahas sanksi perkosaan dalam pernikahan, peneliti terlebih dahulu mengkaji posisi perkosaan dalam pernikahan itu sendiri dalam undang-undang.

Jadi berdasarkan uraian di atas, maka sanksi hukum terkait pemerkosaan terhadap pasangan memenuhi seluruh aspek jenis kekerasan dalam rumah tangga dan sanksi tersebut diatur dalam UU TPKDRT.

KONSEP MARITAL RAPE DALAM UNDANG-UNDANG

Marital Rape dalam Undang-Undang No. 23 Tahun 2004

23 Tahun 2004 tentang tindak pidana kekerasan dalam rumah tangga tidak lahir begitu saja; Ada beberapa faktor yang mempengaruhi lahirnya undang-undang ini, antara lain landasan filosofis, sosiologis, dan hukum. Pencanangan kekerasan dalam rumah tangga merupakan upaya pemerintah dalam melaksanakan prinsip Pancasila, khususnya sila kedua ‘Kemanusiaan yang Benar. Namun untuk kasus yang terjadi di rumah tangga, tidak semuanya bisa ditangani.

Gagasan Komnas Perempuan tentang pentingnya undang-undang yang mengatur masalah kekerasan dalam rumah tangga masih belum terwujud, meski rancangannya sudah diserahkan ke Senayan saat itu. Persepsi polisi bahwa kekerasan dalam rumah tangga merupakan urusan internal pasangan yang bersangkutan juga turut andil dalam permasalahan ini.

Marital Rape dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2022

148 https://www.asatunews.co.id/index.php/index-mpr/6011-ruu-tindak-pidana-kekerasan-sex-had-miliki-tiga-landasan Diakses 16 Februari WIB. 153 Sumy Hastry Purwanti, Kekerasan Seksual Terhadap Perempuan Solusi Integratif dari Forensik Klinis, (Jakarta: Rayyanakomunikasindo), 4. 154 UU Unfdang No.12 Tahun 2022 tentang Pidana Kekerasan Seksual secara umum diatur dalam Pasal 4 ayat. (1 dan 2).

Tindak pidana lain yang secara tegas dinyatakan sebagai tindak pidana kekerasan seksual sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan. Tampaknya dalam Pasal 6 sanksi terkait kekerasan seksual dalam rumah tangga dalam lingkup perkawinan dilindungi oleh Pasal tersebut.

Marital Rape Dalam Pandangan Feminisme

Hal ini karena banyak perempuan yang menginternalisasi keyakinan (mitos) yang sebenarnya tidak ada mengenai peran perempuan dalam pernikahan sebagai cerminan akurat tentang apa artinya menjadi perempuan.159. Dalam sesi ini, peneliti mengkaji persepsi perempuan mengenai pentingnya perkosaan dalam pernikahan bagi konstruksi nilai-nilai gender ganda dan konsekuensi terhadap status gender perempuan sebagai perempuan. Standar tindakan sebagai perempuan tidak boleh berbicara terlalu terbuka mengenai seksualitasnya karena hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak mempunyai sikap atau perilaku dan dianggap sebagai perempuan yang “buruk”.

Oleh karena itu, perempuan sebagai perempuan harus bisa menolak berhubungan seks dengan suaminya. Terdapat bentuk problematis yaitu ketidakjelasan istilah “pemerkosaan” jika dikaitkan dengan bidang perkawinan, baik dari sudut pandang pelaku maupun korban yang tidak sadar bahwa dirinya sedang tidak melakukan perkawinan. memperkosa. hanya karena mereka berstatus "menikah".

Ruang Lingkup Matital Rape dalam Undang-Undang

Sebelum lahirnya UU TPKDRT, kekerasan dalam rumah tangga seolah-olah tidak ada sama sekali.162 Dianggap tidak pernah ada karena tidak ada lagi peraturan perundang-undangan yang mengaturnya. Perkosaan dalam pernikahan sebagai tindak pidana dalam UU TPKS Merujuk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini, UU TPKS mengkonseptualisasikan jenis-jenis kekerasan seksual lebih umum dan lebih luas dalam kerangka yang lebih beragam dibandingkan peraturan yang ada sebelumnya. Secara umum, undang-undang hanya menyebutkan kekerasan seksual dalam rumah tangga.164 Penjelasan tiap pasal dinyatakan cukup jelas sehingga tidak memerlukan penjelasan tambahan.

Akibat sanksi tersebut, di Indonesia pemberdayaan perempuan dalam melawan kekerasan dalam rumah tangga secara hukum dimasukkan ke dalam konstitusi negara dalam bentuk undang-undang. Dalam kajian fikih Islam, perkosaan dalam perkawinan sebenarnya masih rancu, ada atau tidaknya perkosaan dalam perkawinan itu ada dan dialami oleh istri, atau tidak pernah ada, karena berhubungan seks dengan pasangan yang halal menurut hukum dan syariat adalah sebuah hak. dan kewajiban.

Sanksi bagi Pelaku Marital Rape

Setiap orang dilarang melakukan kekerasan dalam rumah tangga terhadap orang dalam rumah tangganya, dengan cara: Karena hakikat dari perkosaan dalam perkawinan itu sendiri adalah pemaksaan yang dilakukan oleh suami/istri terhadap pasangannya tanpa persetujuannya. Karena jenis perkosaan dalam perkawinan sendiri sama dengan perkosaan di luar nikah, hanya saja luasnya terjadi atau dialami oleh perempuan dalam rumah tangga.

Berdasarkan Pasal 6 barulah perkosaan dalam perkawinan disebutkan dengan kalimat “penggunaan kekuasaan yang tidak sah di dalam dan di luar perkawinan”. Dan seperti halnya UU TPKDRT, UU TPKS berdasarkan Pasal 7 ayat (1) juga menyebutkan bahwa Pasal 6 merupakan pelanggaran yang dapat dimintakan banding. Oleh karena itu, kembali lagi kepada korban, adakah yang berani bersuara dan bagaimana peran aparat dalam menangani pengaduan korban perkosaan dalam pernikahan?

Telaah Sanksi Pidana Marital Rape Dalam Konstitusi Perspektif

Lanjutkan dengan marital rape dalam perspektif maqasid syariah, seperti yang telah dijelaskan pada penelitian sebelumnya oleh Zikri Darussamin dengan judul “Marital rape sebagai alasan perceraian dalam Kajian Maqasid Syariah”. 189 Zikri Darussamin dan Armansyah, Pemerkosaan dalam Pernikahan Sebagai Alasan Perceraian dalam Kajian Maqasid Syariah, Jurnal Al Ahwal, Vol. Di Indonesia, perkosaan dalam pernikahan, meskipun tidak dijelaskan secara spesifik, namun peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia dapat menunjukkan bukti bahwa perlindungan terhadap kekerasan dalam rumah tangga, termasuk perkosaan dalam pernikahan, ada sesuai dengan pasal-pasal yang terdapat dalam UU TPKDRT dan UU TPKS serta sanksinya.

Pemahaman yang cukup mendalam diperlukan untuk memahami pasal yang mengindikasikan adanya kekerasan dalam rumah tangga karena masih dianggap hal yang lumrah, sehingga penanganan terkait perkosaan dalam perkawinan cenderung belum terakomodasi dengan baik karena belum adanya penafsiran yang mendalam. Oktarina Paramitha Sandy, Pernikahan di Indonesia kerap diwarnai 'marital rape', https://www.validnews.id/nasional/prenikana-di-indonesia-kerap-coloured-marital-rape.

PENUTUP

Kesimpulan

Jika konsep marital rape ditelusuri secara teoritis dari fakta-fakta yang dialami oleh korban (istri) ternyata lebih kompleks dan bervariasi, kekerasan yang dialami oleh korban juga lebih beragam, tidak hanya didasari oleh kekurangan. atas persetujuan istri, tapi ada juga banyak. Hal yang mendasarinya, sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya, adalah beragamnya kekerasan yang diterima istri berdampak negatif terhadap kondisi fisik dan mentalnya. Perkosaan dalam pernikahan dalam perspektif feminis menjadi sorotan karena pelakunya adalah orang terdekatnya dan disebut-sebut sebagai orang yang memberikan perlindungan. Banyak istri yang masih belum memahami bahwa berbakti kepada suami bukan berarti membiarkan suami sewenang-wenang dan merugikan hak fisik, mental, dan seksual pasangannya.

Oleh karena itu, kemunculan undang-undang TPKS merupakan wujud nyata gerakan feminis yang menyebarkan teori feminisme hukum yang dimodifikasi oleh empirisme, posisi dan postmodernisme dalam melindungi hak-hak perempuan, khususnya perempuan di tanah air.

Saran

Jadi, etika dalam pernikahan menjadi kunci terciptanya lingkungan rumah tangga yang menyenangkan dan harmonis. Meski kesenjangan muncul jika dihadapkan pada etika yang baik, namun hal-hal yang menimbulkan perselisihan dalam rumah tangga dapat dicegah, yang berdampak pada kondisi fisik dan psikis keluarga serta hak seksual pasangan. Karena sanksi pidana terhadap perkosaan dalam pernikahan telah diatur dalam UU PKDRT dan UU TPKS, maka aparat penegak hukum harus mulai memberikan perhatian lebih serius terhadap pengaduan istri kepada pihak berwajib, mengingat perempuan juga berhak mendapatkan perlindungan berdasarkan Konstitusi. Republik Indonesia pada tahun 1945.

Jika kita sebut sebagai permasalahan dalam negeri, nampaknya cara pandang penguasa dalam menangani kasus ini akan mulai berubah lagi, karena saat ini peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia telah memberikan kekuasaan penuh melalui konstitusi negara. Masih harus dilihat bagaimana sikap pihak berwenang nantinya. dalam melaksanakan tanggung jawab tersebut sesuai dengan pasal-pasal yang ditetapkan undang-undang. Undang sendiri. Catatan Tahunan Komnas Perempuan 2021 Catatan Tahunan Komnas Perempuan 2022 KUHP.

Referensi

Dokumen terkait

Achmad Sodikul Faiq, 2022: konseling behavioral dalam meningkatkan minat belajar anak tunagrahita (studi kasus SLB Negeri Jember). Kata kunci: behavioral, minat

Tujuan penelitian ini diantaranya 1 Untuk mengetahui gaya kepemimpinan perempuan guna peningkatan motivasi kinerja di BNI Cabang Prenduan Sumenep 2 Untuk mengetahui motivasi kinerja

Dari segi penerapan dengan maksimalnya upaya Bank Jatim Capem Ambulu dalam meningkatkan kinerja karyawan tentu tidak langsung karyawan Bank Jatim Capem Ambulu langsung bisa memenuhi

Pendekatan dan Jenis Penelitian Pengaruh Pengajian Al-Hidayah Terhadap Peningkatan Akhlak Remaja di Desa Gebang Kecamatan Patrang Kabupaten Jember dapat diketahui dengan menggunakan

vi ABSTRAK Fathma Auliyah, 2023 : Pengembangan Media Belajar Pendidikan Agama Islam Melalui Kotak Belajar Dalam Meningkatkan Minat Belajar Siswa SMP Negeri 30 Sidayu Kata kunci :

19 produk halal juga penting sebagai salah satu upaya untuk membatasi pemasaran produk yang tidak bersertifikat halal.22 Dewasa ini dari hasil wawancara dilapang yang dilakukan dengan

Bagi pendidik, kajian tentang pembiasaan shalat dhuha dan dzuhur berjamaah serta kontribusinya dalam pembentukan karakter peserta didik di SMP Negeri 9 Jember dan SMP Islam Al-Hidayah

Tenaga kerja yang terserap memiliki pendapatan yang berasal dari unit pengelolaan sampah dan unit usaha dari BUMDesa Karya Mandiri.Ada kontribusi dari sisi kesejahteraan masyarakat,