BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.2.3 Pola Alih Tutur Dalam Kegiatan Berpantun Merisik
5.2.3.1 Pola Alih Tutur Bagian Pembuka dalam Upacara Adat
127
Kami ucapkan selamat datang
Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin washolatu wasalamuala asrofil ambiaiwal mursalin waala alihi wasahbihi azmain. Allahuma sholiala syaidina muhammad waalaali syaidina muhammad. Encik-encik, tuan-tuan dan puan-puan kami jemput kami silahkan, melangkah ke tempat kami, kami tunggu dengan lapang dada, kami terima dengan senang hati, kami sambut dengan muka yang jernih, kalau kami tersalah adap, kalau kami tersalah cakap, kalau kami tersalah letak, kami mohon beribu ampun.
Dari jauh menjunjong duli Sudah dokat menjunjong sombah Kami suson sepuloh jari
Beribu ampon dari ujong rambot sampai ujong kaki
Bak kato pepatah, tak konal mako tak cinto, tak cinto mako tak sayang Datok panglimo membawa tikar
Tikar dibawa untuk berziarah Perkenalkan namo odan si polan Bentara sabda dari tuan rumoh Selamat datang kami ucapkan
Mohon serta keberkahan dan kemampuan Kehadirat Allah kito tujukan
Semoga pertomuan mendapat kesyukuran Menurot adat rosam Melayu Apabilo kito kedatangan tamu Tepak sireh disorong selalu Begitu adat sojak dulu
Kapur dan gambir tembakau di dalam Pinang menghadap sireh menyombah Tertogun raso hati kami di dalam
Semoga tamu yang datang membawa tuah
(Menyorongkan tepak nanti kepada tamu dan melanjutkan pantun) Mahat kisoh Laman Gonang
Mahat rumoh Bilal Lado Makan sireh sekapor seorang Itulah mulo asal kato
Tepak sireh kami persombahkan Silo nikmati segoro dimakan Ujud beriring serta kiasan Setepak sireh sejuta posan
129
Setepak sireh ponuh berisi Jiko sudah tuan hambo rasai Seandai pahit usah dikeji Seumpamo manis usah dipuji Bak kato pepatah:
Ikan bilis ikan tenggiri
Dimakan nenek puan dari melako Silo makan sireh kami
Sebagai obat pelopas dahago
(pihak laki-laki menyantap sirih nanti dari keluarga pihak perempuan) Kala potang memungut sabot
Sabot untuk membakar ikan Tuan datang kami sambot Apo hajat tolong sampaikan
Karono hajat ondak disampaikan, tak mungkin odan becakap seorang, mestilah ado kawan.
Darimano hondak ke mano Dari kedah hondak ke negeri cino Hondak bertanyo apo salahnyo Wakil yang punyo siapo namanyo?
(Dilanjutkan oleh bentara sabda pihak laki-laki) (BL2A) Ikan kakap ondak digulai
Digulai lomak santan kelapo Mohon maaf majelis ramai Sambutlah salam dengan suaro
Assalamualaiakum warahmatullah wabarakatuh, wasyukurillah selawat dan salam. Allah humma sholi ala syaidina Muhammad, awal bermula dengan bismillah bersyukur kepada Allah sholawat kepada nabiallah Muhammad sholallahu alaihi wassalam semoga pertomuan ini mendapatkan borkat. Bapak- bapak, ibu-ibu, encik-encik, puan-puan yang odan hormati terkhusus ahli bait.
Kami rombongan terimo kaseh sebosar-bosarnyo, datang kami disambot baek dongan dado yang lapang, dongan wajah yang bersori-seori. Namon demikian ontah kami tersalah cakap, ontah kami tak beradat, ontah adat tak bersifat, tak ado fitnah yang hino. Cik-cik puan-puan yang dihormati yang kecik tak disobut namo, yang bosa tak disebut gelar ... yang punyo hajat pado hari ni adalah pak Leman odan ditugaskan sebagai bentara sabda sebagai wakil beliau.
Batang kuwini si batang loban Jadikan papan buat lemari
Perkonalkan odan si polan wakil pak leman Penyambong lidah, penyampai hajat hati
Selain bersyukor kehadirat tuhan Kami datang membawa posan Salam takzim ponuh keikhlasan
Dari keluargo yang jauh dari pangkalan Kami datang membawa posan
Salam takzim ponuh keikhlasan
Dari kelurgo pak cik si polan dari pangkalan Semoga kita dalam lindungan tuhan
Sunggoh tuan hambo berlapang hati
Menerimo kami di rumah ahli bait yang bertuah ini Disongsong tepak ponuh berisi
Takjub pulakk raso di hati
Monang setepak Laksana Hang Tuah Dengan Hang Jebat kawan bersoru Disongsongg tepak dihela sombah Demikian adat puak Melayu Disorong tepak dihela sombah Mohon restu sanak keluargo Mohon disantap budiman bertuah Sekapur sirih pembuka kato
(mengedarkan tepak pembuka kata, setelah itu dilanjutkan) Bukan kacang sembarang kacang
Kacang melilit si pokok jati
Kami datang bukan sembarang datang Bosar raso hajat di hati
(menyorongkan tepak perisik dan melanjutkan acara)
Datok, jauh sudah perjalanan kami, banyak lombah yang tolah kami turuni banyak buket tolah kami daki, kerono hajat kami datang kemari. Longkaplah hadir para utusan dari cik si polan, disortai dengan sireh adat dan sirih iring- iringan, seperti kata pantun berikut”
Tumboh kemiri di dalam dulang Uratnyo bosar sileh menyileh Duduk kami duduk terbilang Kerono hajat membori sireh
Limau purot jatoh ke lombah Tibo di lombah tertumbok duri
Pinang menghadap, sireh menyombah Jari sepuloh menjunjong duli
Birik-birik torbang berkawan
131
Torbang tinggi di atas awan Tepak sireh kami persombahkan Ingen merisik bunga di taman
Demikianlah kato mulo dari kami, moga-moga tanyo terjawab, gayong bersambot.
(Dilanjutkan oleh bentara sabda pihak perempuan) (BP3A) Keduduk di dalam dulang
Urat bosar berjalur-jaluran Dudok kito dudok berbilang Adat mano kito keluarkan?
Birik-birik torbang berlimo Torbang tinggi berkawan-kawan Tepak perisik bolum kami terimo Awas jangan terusik bungo larangan Sorong papan, tarek papan
Buah langsat di dalam poti Sireh risik belum dimakan Apo hajat di dalam hati?
(Disambut oleh bentara sabda pihak laki-laki)
Percakapan di atas merupakan percakapan antara bentara sabda pihak laki-laki dan pihak perempuan. Percakapan terjadi di rumah pihak perempuan yang merupakan ahli bait dalam upacara adat merisik. Kegiatan merisik sebelumnya telah disepakati waktu pelaksanaannya oleh kedua pihak keluarga sehingga kegiatan ini merupakan kegiatan yang terencana, namun pada zaman dahulu pembahasan dalam acara ini mengalir saja tanpa adanya teks yang dipersiapkan oleh bentara sabda.
Percakapan terjadi ketika seluruh sanak saudara telah berkumpul untuk mengadiri upacara adat merisik ini dan percakapan dimulai oleh BP1A dengan terlebih dahulu membuka kata dengan pantun dan bukan membuka kata dengan salam sesuai syariat Islam. Awal percakapan dimulai dengan dua bait pantun dan
kemudian dilanjutkan dengan salam sesuai dengan syarita Islam serta mengucapkan sholawat kepada baginda nabi Muhammad dan memohon maaf jika terjadi kekurangan dalam hal penyambutan kepada tamu yang datang.
Tuturan dalam kegiatan ini tidak langsung bersambut oleh mitra tutur tetapi menggunakan banyak pantun dan sajak dalam penyampaiannya. Setelah penyampaian salam, selanjutnaya percakapan BP1A berlanjut kembali memohon maaf kepada tamu dan undangan dalam hal penyambutan. Kemudian unruk mengakrapkan suasana, BP1A memperkenalkan diri dan menyebutkan posisinya sebagai bentara sabda dalam keluarga pihak perempuan. BP1A mengucapkan selamat datang kepada tamu dan undangan dan memohon kehadirat Allah atas acara yang sedang diselenggarakan ini.
Setelah mengucapkan selamat datang kepada tamu dan undangan BP1A menyampaikan, jika orang Melayu kedatangan tamu maka akan disorongkan tepak sirih yang berisi sirih, kapur, gambir, tembakau dan pinang yang dihadapkan kepada tamu dan undangan serta berharap tamu yang datang membawa keberkahan dalam acara ini. BP1A mengatakan sebelum memulai acara selanjutnya maka satu per satu tamu harus memakan sekapur sirih karena masyarakat Melayu memiliki istilah “setepak sirih sejuta pesan” maknanya segala sesuatu keinginan yang akan disampaikan dalam acara adat maka terlebih dahulu menyorongkan tepak.
Ketika tamu dan undangan akan mencicipi atau memakan sekapur sirih yang disorongkan oleh ahli bait, BP1A mengatakan seandainya sirih yang dimakan rasanya pahit maka jangan di caci dan seandainya sekapur sirih yang
133
dimakan rasanya manis jangan dipuji. BP1A juga mempersilahkan tamu dan undangan untuk memakan sekapur sirih dan menjadikannya sebagai obat pelepas dahaga untuk tamu dan undangan. Setelah acara adat menyorongkan tepak sirih penanti, dan tamu serta undangan telah menyantap sekapur sirih yang disuguhkan, BP1A menanyakan apa tujuan rombongan datang ke rumah ahli bait. Sebelum keluarga pihak laki-laki menjawab pertanyaan tersebut, BP1A menanyakan wakil dari pihak laki-laki yang akan dijadikan mitra tuturnya.
Setelah BP1A selesai memberikan sambutan dan melakukan acara adat berupa menyorongkan tepak penanti kepada tamu dan undangan, kemudian BL2A melanjutkan percakapan. Percakapan dimulai oleh BL2A dengan menggunakan 1 bait pantun kemudian dilanjutkan dengan memberikan salam kepada hadirin yang hadir dalam acara ini. BL2A memberikan sambutan berupa penghormatan pada hadirin yang datang beserta ahli bait dan mengucapka terima kasih kepada ahli bait karena telah menyambut rombongan pihak laki-laki dengan lapang hati dan wajah yang berseri-seri. BL2A juga menyebutkan siapa yang memiliki hajat sehingga tereselnggara cara merisik ini.
Sama seperti BP1A, BL2A juga memperkenalkan diri dan menyebutkan jika dia adalah wakil dari keluarga pihak laki-laki. BL2A menyebutkan kedatangan keluarga pihak laki-laki membawa pesan dan menyampaikan salam dari keluarga yang jauh dan tidak dapat hadir di rumah ahli bait serta menyampaikan doa dari keluraga tersebut semoga semua yang hadir dalam acara merisik ini dalam lindungan tuhan yang maha kuasa. Keluarga pihak laki-laki melalui BL2A mengatakan sungguh ahli bait berlapang hati karena menyambut
tamu dengan tepak yang penuh berisi sehingga tamu dan undagan yang hadir merasa takjub.
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya, dalam acara adat Melayu dari dahulu selalu menggunakan tepak, BL2A menyorongkan tepak pembuka kata kepada ahli bait dan mempersilahkan untuk menyantap sekpur sirih pembuka kata. Setelah sekapur sirih pembuka kata disantap, kemudian BL2A menyampaikan bahwasanya kedatang keluarga pihak laki-laki tidak hanya sekedar datang untuk bertamu tetapi memiliki keinginan yang cukup besar yang akan disampaikan. BL2A bercerita bagaimana halangan yang mereka lalui untuk sampai ke rumah ahli bait, karena hajat yang besar sehingga mereka bisa melewati semua rintangan itu dengan membawa tepak sirih adat dan sirih iring-iringan.
BL2A mengatakan bahwasanya keluarga pihak laki-laki duduk berbaris di rumah ahli bait memiliki tujuan untuk menyampaikan hajat melalui tepak sirih.
Tepak sirih yang akan dipersembahkan merupakan tepak perisik yang akan digunakan untuk merisik bungadi taman atau anak gadis dari keluarga ahli bait.
Pantun yang diutarakan oleh BL2A merupakan jawaban dari pertanyaan yang diajukan oleh BP1A dan BL2A berharap keinginan bersambut baik.
Percakapanpun berlanjut yang langsung ditimpali oleh BP3A yang menanyakan adat mana yang digunakan sehingga keluarga pihak perempuan untuk langsung menerima risikan dari keluarga pihak laki-laki. BP3A memperingatkan bahwa risikan belum diterima, jangan sampai keluarga pihak laki-laki mengusik atau mengambil bunga larangan atau anak gadis yang belum sah dirisik. Sirih risik yang disorongkan belum diterima dan belum dimakan oleh
135
ahli bait dan menjadi tanda bahwa risikan keluarga pihak laki-laki belum diterima, kemudian BP3A bertanya kepada wakil dari pihak keluarga laki-laki keinginan terbesar dalam hati sehingga risikan harus diterima. Setelah pertenayaan tersebut, acara berlanjut ke bagian isi.
Dari percakapan pada bagian pembuka dalam acara adat merisik di atas tampak pola alih tutur yang sempurna jika dilihat dari pasangan ujaran terdekat dengan pola BP1A-BL2A-BP3A dengan masing-masing diwakilkan dengan orang yang sama. Percakapan di atas juga tidak seperti percakapan pada umumnya yang menggunakan dialog pendek dan menerima tanggapan yang cepat, tetapi percakapan di atas menggunakan dialog yang panjang berupa pantun, sajak dan kata sambutan. Perpindahan aliih tutur dari masing-masing mitra tutur didapat dengan cara memperoleh yaitu cara mengambil alih tutur yang diberikan oleh pembicara terdahulu.
5.2.3.2 Pola Alih Tutur Bagian Isi dalam Upacara Adat Merisik
Bagian ini berisi penjelasan dari pihak laki-laki yang disampaikan oleh bentara sabda tentang anak laki-laki yang ada di keluarga tersebut. Bentara sabda menjelaskan anak laki-laki dalam keluarga tersebut sudah cukup syarat dan syarak untuk menikah. Bagian ini juga berisi pertanyaan apakah anak perempuan yang dimaksud dapat disunting atau tidak. Bagian isi diawali oleh bentara sabda pihak laki-laki dan seterusnya sescara berurutan. Berikut tuturan bagian isi dalam upacara adat merisik.
(BL1B) Ampon datok, sebosar-bosar gunong, lobeh bosar maksud yang kami kandung;
Setinggi-tinggi gunong, lobeh tinggi harapan yang kami gantongkan kepado datok;
Itulah sobabnyo maka kemari, tak menghiraukan haus dan dahago;
Onak dan duri, dilando, dilanggar, dikuakkan;
Kami donga, datok orang arif, orang bijaksano, tahu dikias, tahu diumpamo;
Memogang adat dan kebiasoan Pemogang janji dan kato-kato Dari dulu sampai sekarang Siapo salah, siapo ditimbang Adat dan syarak jadi pemogang Kemudian daripado itu datok;
Bosarlah sudah budak omas dirumoh Budak dari cik si polan
Umor sudah setahun jagong Darah sudah setampok pinang Laki-laki remaja lajang Menjadi hutang ibu bapa
Jadi tanggungan seluruh keluargo Baru sebgian hutang dibayar
Pertamo : kerat pusat dan beryon Keduo : berkhatam sunat rasul Ketigo : mengaji khatam quran Keompat : diajar sopan santun
Hanya tinggal satu lagi Hukum adat hukum negeri Wajib disuroh berumoh tanggo Baru sempurno umat manusio
Desau angin tolah berlalu Risik-merisik imbau mengimbau Berdesir meninggalkan kesan Kait-berkait rotan di hutan Berjalin menjadi satu Tuan dan puan sekalian;
Allah jadikan adam seorang diri Tinggal di topi sungai sehari-hari Ditengoknyo burong duo sejoli Inginlah adam ondak beristri
Kami punyo seekor kumbang, gorangan kumbang kami yang tolah dewasa, lazim disobut mudo remajo;
Hasrat hatinyo ondak torbang ke angkaso Kami takut kelak balo menimpo
Lalu mufakatlah kami seluroh keluargo Maksud hati ondak mencari penawar biso
Yang kami risaukan, ionyo selalu torbang, pogi pagi pulangyo potang,
137
Tapi percayolah datok dan hadirin sekalian Ionyo bukan pulak dagang terbuang
Ionyo punyo tompat dan sarang
Tapi, lain pulo keadanyo sekarang Hal-hal yang lalu banyak berkurang Kini ionyo lobeh banyak diam di sarang Hati kami ini susah dan bimbang
Tidurnyo tak nyonyak, makan tak konyang
Menengok ionyo macam tu, hati kami jadi bimbang
Kami tanyokan pado kumbang kami tu. Wahai kumbang ngapo engko susah dan selalu gelisah?. Io menjawab dengan tersipu-sipu dan berusahalah kami bawak kumbang kami tersobut untuk berubat dan melihat penyakit kumbang kami. Tapi seperti kato pantun:
Bukan dokter tak handalan Bukan dukun tak mujarab
Kepado nujan sudah kami tanyokan
Kironyo sekuntum bungulah yang jadi penyobab Kumbang pornah melintas seperti cerano Dentam dentum bunyi rebbano
Badan kurus jiwo maerano
Baerarti sudah tekono panah asmaro Makan tak konyang,, tidur tak leno Kami datang ondak menyatokan maksud
Hati dari kumbang kami tesobut Kironyo kami tak salah bertanyo
Tak salah ataupun sumbang Apokah bungo yang di rumo ini Sudah ado dimiliki kumbang?
Hinggo kami biso berlapang hati Datok yang kami muliakan;
Jika remajo kami umpamokan;
Seekor kumbang yang sodang torbang;
Tolah melintas melalui taman, Terpandang io dalam jambangan, Indah lotaknyo di tongah ruang Berisi bungo sodang mengombang
Pulanglah kumbang mendapatkan keluargo Ceritokan bungo yang tongah mokar Siang malam teringat sajo
Tiada lupa barang sebontar Seluroh keluargo tolah berapat
Dibori tugas kepado kami Untuk bertanyo sacaro adat
Menyampaikan maksud dongan resmi Bolehkah kami dengan cerana Memberi sireh dongan setangan Bolehkah kami datang bertanyo Adokah bungo dalam jambangan?
Sekianlah kata dari kami
(bentara sabda pihak perempuan langsung menyambut) (BP2B) Tuan-tuan yang kami hormati
Semuo kato tolah didongar,
Nampaknyo kumbang tukang pesiar Kerono tuan datang menjonguk Membuat hati jadi sojuk
Seluroh keluargopun dah berombuk Kato kami sampaikan
Sebolum sireh kami makan
Banyaklah bungo pado kami Lobih satu dalam puri
Takutlah kumbang datang menyeri Menengok bungo dilingkari duri Sunggohpun kembang belum bertali Bungo tetap dijago keluarga inti
Sebolum tuan melangkah maju Inginlah kami membori tahu Bungo di taman bukanlah satu Ado mawar, melati dan bungo labu Bungo mawar
Orang pintar, suko berkelakar
Sangat disosalkan sudah ado yang melamar Nun jauh dari Sei Bejangkar
Bungo melati
Orangyo rapi, pandai pulak mengaji Sifatnyo penggoli
Tapi ionyo nenek kami, ondak?
Bungo kami yang ketigo adolah bungo labu Sunggoh cantek tak berbau
Orangnyo pemalu, tapi taat pado ayah ibu Cumo io suko pulak makan kue putu
(bentara sabda pihak laki-laki langsung menyambar perkataan)
139
(BL3B) Biarpon semerbak wangi si bungo mawar Dan melati menjadi bungo pujian
Seandainyo layu gugur terbuang Tak nanti meninggalkan pesan
Cantek-cantek si bungo labu Walaupon cantek tapi tak berbau Tidak kami bimbang dan ragu Karena ionyolah yang kami tuju
(pihak laki-laki menemukan apa yang dicari, dan melanjutkan acara) Ampon datok;
Rumoh mulio punyo penunggu;
Masyhur semorbak segonap tanjong Kehulu sampai ke gunong
Bukan bungo sembarang bungo Mawar hidup suntingan utamo Suci berseh,
Penghias dan pelaksano Untuk rumoh tanggo
Berulang kepado pangkal, Dikaji dari alip,
Dihitung dari mulo
Hidup manusio dikandung adat, Mati dikandung tanah
Kunci kata pada hias Sireh bersuson, pinang berlonggok Tepak berbaris menunggu sapo Anak beru beriring menunggu izin, Dari datok selurohnyo
Menyuroh mengabdi kepado bungo Mawar bungo suntingan
Yang tertuo dalam jambangan Untok dijago dan disayangi Lobeh dari anak sendiri.
Segala syarat jadi pikulan Tiada engkar dari janji
Baik yang sudah, baik yang kudian Asal lulus adat dan syarak
Ringan akan kami jinjing Borat akan dipikul
Bukan maksud berado-ado Hanyo takut akan ilahi
Macam pantun orang dulu-dulu, datok:
Darimano hondak kemano Bawa bokal tolo itik
Salahkah kami kalau bertanyo Bolehkah bungo kalau dipotek?
Ampon datok, demikianlah kato pangkal dari kami
(bentara sabda pihak laki-laki mengutarakan maksud dan dilanjtkan oleh bentara sabda pihak perempuan)
Bagian ini merupakan bagian lanjutan dari yang sebelumnya, bagian ini diawali oleh BL1B yang menjelaskan bahwasannya keinginan yang sangat besarlah sehingga keluarga pihak laki-laki sampai ke rumah ahli bait. Keinginan yang besar tersebut diumpamakan besar dan tingginya gunung. BL1B mengatakan lebih besar gunung lebih besar keinginan pihak laki-laki, lebih tinggi gunung lebih tinggi pula keinginan pihak laki-laki. Onak dan duri dilalui, dilewati dan diangkat un tuk sampai ke rumah ahli bait. Sanjunganpun dilakukan oleh BL1B untuk ahli bait dengan mengatakan bahwa ahli bait adalah orang yang arif dan bijaksana serta tau dikias dan diumpama.
BL1B bercerita jika keluarga dari pihak laki-laki memiliki seorang anak laki-laki yang sudah besar. Anak tersebut sudah memiliki umur yang cukup dan sudah memenuhi syarat dan sayarak untuk menikah. Anak yang belum menikah merupakan hutang ayah dan ibu namun baru sebagian saja yang telah terbayar.
BL1B mengatakan hanya tinggal satu hutang lagi yang harus dipenuhi yang menjadi hukum adat dan hukum negeri yaitu diwajibkan untuk menikah untuk menyempurnakan imannya. BL1B mengibaratkan anak laki-laki tersebut dengan seekor kumbang yang sudah remaja dan memiliki keinginan untuk terbang kesana
141
kemari dan takut sesuatu hal yang brurk menimpa. Lalu keluarga pihak laki-laki telah bermusyawarah untuk mencarikannya penawar atau calon istri.
Keluarga pihak laki-laki resah karena kumbang atau anak laki-laki itu tidak kenal waktu, selalu pergi pagi dan pulang petang, namun BL1B meyakinkan bahwa kumbang yang dimaksud bukanlah seorang gelandangan melainkan seseorang yang masih memiliki tempat tinggal. Namun keadaannya sekarang berbeda hal-hal yang dulu pernah dilakukan sudah banyak berubah, anak laki-laki itu lebih banyak diam di rumah dan membuat hati keluarga menjadi tidak tenang takut ia terkena penyakit. BL1B mengatakan bukan dokter yang tidak handal, bukan dukun yang tidak manjur dan kepada ahli mimpi sudah ditanyakan ternayata sekuntum bunga yang menjadi penyebabnya.
BL1B melanjutkan bahwasannya anak laki-laki tersebut pernah melewati sebuah rumah dan melihat anak gadis kemudian tertarik kepada anak gadis tersebut. Kedatangan keluaraga pihak laki-laki ingin menyatakan maksud dari hati anak laki-laki tersebut apakah bunga atau anak gadis yang dimaksud sudah dimiliki oleh kumbang atau orang lain sehingga keluarga pihak laki-laki dapat berlapang hati. Keluarga pihak laki-laki yang diwakili oleh BL1B ditugaskan untuk bertanya secara adat dan menyampaikan maksud secara resmi apakah ada bunga atau anak gadis yang di maksud ada di rumah tersebut.
Setelah mendengakan penyampaian BL1B, percakapan dilanjutkan oleh BP2B yang mengkhawatirkan keluarga pihak perempuan dengan mengatakan bahwa kumbang atau anak laki-laki itu lirik sana sini, tetapi karena keluarga pihak laki-laki sudah mau datang membuat kekhawatiran itu menjadi hilang. BP2B