• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.2.3 Pola Alih Tutur Dalam Kegiatan Berpantun Merisik

5.2.3.3 Pola Alih Tutur Bagian Penutup dalam Upacara Adat

Bagian penutup merupakan bagian yang menentukan apakah anak perempuan dari ahli bait dapat disunting atau tidak. Bagian ini juga berisi perjanjian-perjanian yang ditawarkan dari kedua belah pihak beserta sanksi yang akan diterima oleh masing-masing keluarga jika melanggar perjanjian. Jika kedua pihak menerima janji yang diusulkan, maka risikan diterima oleh ahli bait. Pihak perempuan mengawali bagian ini dan diteruskan oleh pihak laki-laki. Berikut merupakan tuturan bagian penutup dalam upacara adat merisik.

(BP1C) Periok gebang dikampong Dadap Buatkan lidi jadikan penyapu Sireh pinang sodang dihadap Syarat janji tontukan dulu.

Tuan-tuan yang budiman;

Kami dari pangkalan

Melihat perahu datang berlayar Dibawa arus pasang naik Syarat muatan berbagai ragam Ponuh haluan ponuh buritan Sampai kepado syarak kiasan Menyuroh berpikir dan berpedoman Takut bencano datang kudian

Hidup manusio dikandung adat Hukum adat hukum negeri Adat bolum tertukar Sumpah Melayu totap setia Baik ke atas baik ke bawah Persumpahan demang lebar daun Asal adat melayu lamo

Siapo mengubah janji

Bubungan rumah akan terjungkir Kaki tiang meninjau langit Kemudian dari itu tuan-tuan;

Lombah samo ditimbuni Gunong samo diratokan Ke hulu samo berakit Ke hiler samo beronang Rotan berjalin totap berjalin Berjalin menjadi satu

Kutuk manusio engkar janji Mawar totap bolum bertali Tuan-tuan;

Bungo di taman bolum tekopek Jumlah mawar lobeh satu Samo tuo samo mudo Samo umor setahun jagung Samo darah setampok pinang Samo akal tumboh keluar Dunio akhirat sidang dituntut Mungkin nanti jadi umpatan Sesal dahulu pendapatan Sesal kemudian tak berguno Dalam pada itu tuan-tuan;

Semuo kato tolah didongakan;

Kunci kato dongan kias Mulo pangkal bagi kami Jadi rombukan anak beru Menontukan hajat nan baek Tak sio-sio pasang naek Tak sio-sio prahu berlayar Tak sio-sio matohari torbit Tak sio-sio tornak disembolih Tak sio-sio malim diundang Tak sio-sio janji dibuat Guno mengikat silaturahim

145

Tuan-tuan yang budiman, kembali kepada pangkal;

Anak beru penggalang perahu

Berbantalkan adat bersendikan syarak Timbol tenggolam untuk kaum

Segalo kato cuko rukunyo Manusia cukup syaratnyo Lajang remajo tiado cedoro Tiado saket tiado cacat Baerdayo lahir batin

Dapat mengikat anak tanggo Dapat mengganti kayu solang Barnamo bergelar seporti orang

Kalau syah dapat dikato Kalau dijanji baru menjadi Baru disambung soal lanjutan Jiko tidak hanyo berjamu Kaum kerabat dari jauh

Tuan-tuan demikian kata dari kami

(Pihak perempuan meminta untuk menentukan syarat kepada pihak laki- laki dan dilanjutkan oleh pihak laki-laki)

(BL2C) Pisang omas dibawa berlayar Masak sebiji di atas poti Hutang omas dapat dibayar Hutang budi dibawa mati Ampon datok;

Seperti sireh pulang ke gagang Seporti pinang pulang ke tampok Tak ado rajo menolak sombah Hidup dikandung adat

Mati dikandung tanah Adat diisi lembago dituang Hidup sandar menyandar Hukum tiado borat sebolah Janji berlaku kedua pihak Dari kami, kami akukan Siapo ingkar, siapo ditimbang Cacat tidak ciderapun tidak Sawan gilo luar janji Lain dijanji lain tibo

Tando kembali pulang balik Bilo mati pulang tando

Tando hilang dongan percumo Bilo pria mungkir janji

Dara bayar ganda tanda

Nilai lipat dua kali Kalau dara tarik diri Kemudian daripado itu datuk;

Banyak rantau tolah ditompuh Yang kocik sudah bosa

Yang bingung sudah cerdik Lajang sudah, remaja putera Sulaiman namo timangan Dihajatkan berumah tanggo Dengan mawar kuntum utamo Halimah binti datok hasan Teruna kami serahkan

Untuk membawa kain basahan Untuk menyisip lantai patah Untuk mengikat anak tanggo Untuk merumput jalan ketopian Untuk dijadikan uruh-suruhan Timbul tengolam dengan kerabat Hidup mati di tangan datok

Ampun datok, demikianah kabar dari kami

(Pihak laki-laki sudah menjawab apa yang diminta, kemudian dilanjutkan oleh pihak perempuan)

(BP3C) Tuan-tuan yang mulia, pantun berbunyi;

Jiko digantang tigo gantang Akan disukat tigo sukat Jiko direntang akan panjang Baik dipintal supayo singkat Oleh sobab itu tuan-tuan;

Anak beru tolah berombuk Impal larangan tolah ditanyo Sodaro ayah tolah berposan Sodaro ibu tolah berkato Rasi baik untung bertuah Tornak membiak, padi menjadi Kaum sekampong turut gembiro Torang nampaknyo cuaco hari Seporti pantun orang tua-tua dulu;

Torang bulan di tongah lorong Cuaconyo sampai di daun kayu Kalau Allah hendak menolong Air pasang kapalpun lalu

147

Tuan-tuan yang mulia;

Mawar bolum lagi bertali Datang kumbang mau mencari Lulus adat, lulus syarak Sireh risik akan dimakan Hanya sebuah lagi posan, tuan-tuan;

Pantun tuo, pantun hikmat Berguno untuk semuo

Baik sekarang maupun nanti Yaitu:

Dari rembang ke Banyuwangi Pakai baju sutra Karawang Jkalau bungo asalnyo wangi Sampai layu jangan dibuang Sekianlah kato putus dari kami.

Akhir dari upacara adat merisik ini adalah bagian penutup yang berisi perjanjian antara keluarga pihak laki-laki dan keluarga pihak perempuan, jika janji telah disepakati artinya risikan keluarga laki-laki diterima. Percakapan diawali oleh BP1C yang mengatakan sirih pinangan sudah disorongkan, sebelum dimakan harus ditentukan syarat dan janji terlebih dahulu. BP1C mengkiaskan keluarga pihak laki-laki sedang mengendarai perahu yang penuh muatan dari haluan hingga buritan dan memenuhi syarak namun harus sesuai dengan hukum yang ada agar tidak datang bencana.

BP1C mengingatkan hidup manusia dikandung adat, manusia memiliki dua hukum yaitu hukum adat dan hukum negeri, jika sudah ditegakkan janji dan sumpah maka orang Melayu akan tetap setia. Berlanjut pada kiasan berikutnya BP1C mengatakan berdasarkan adat Melayu lama siapa yang mengubah janji bumbungan rumah akan terbalik dan kaki tiang meninju langit. Kemudian BP1C

mengingatkan syarat apapun itu akan sama-sama dipikul, kutukan untuk manusia ingkar tetap terjadi dan bunga yang dituju tetap belum bertali. Lanjut BP1C mengatakan bunga di taman belum mekar dan jumlahnya lebih dari satu serta sama-sama memiliki kriteria yang sama maka pilih yang mana lebih baik karena akan menjadi tuntutan di akhirat. Selain itu mungkin suatu hari bunga yang dipilih akan menjadi umpatan lebih baik mendapat penyesalan di awal karena penyesalan di akhir tidak berguna.

BP1C melanjutkan percakapan dengan mengatakan permulaan dari semua ini adalah musyawarah anak beru untuk menentukan hajat yan baik. Tidak sia-sia kapal dari jauh berlayar, tidak sia-siang ternak disembelih, tidak sai-sia malim diundang, tidak sia-sia janji untuk acara ini dibuat untuk mengikat silaturahmi.

Kembali kepada pembahawan awal, anak beru pengawal perahu yang bebantalkan adat dan besendikan syarak berjuang mati-matian untuk kaum dan bangsa Melayu. Segala kata cukup rukunnya, dan manusia harus cukup syaratnya sudah dewasa serta tidak cacat, sanggup lahir dan batin dapat mengerjakan pekerjaan rumah terakhir memiliki nama layaknya orang pada umumnya. BP1C menegaskan kalau sah baru dapat dikatan iya, kalau sudah janji baru jadi, setelah itu akan dilanjutkan persoalan kedepannya, jika tidak terpenuhi maka pertemuan ini hanya sekedar bertamu dari kaum kerabat dari jauh.

Setelah BP1C selesai memberikan pandangan dari keluarga perempuan, dilanjutkan oleh BL2C yang menyampaikan satu bait pantun dengan makna hutang emas dapat dibayar, hutang budi dibawa mati. BL2C mengatakan semua di dunia ini telah ditakdirkan hidup manusia dikandung adat dan mati dikandung tanah. Hidup ini saling melengkapi dan hukum harus seimbang dan tidak boleh

149

berat sebelah janji yang akan disepakati harus berlaku kedua belah pihak. Pihak laki-laki melalui BL2C memberikan janji dan syarat, pihak laki-laki ingin siapa yang ingkar janji itu yang dihukum, remaja yang diserahkan tidak cacat dan tidak cidera jika terjadi sawa gila maka itu diluar janji lain dari janji yang disepakati tidak masuk hitungan.

Pihak laki-laki meminta tanda dikembalikan jika dara meninggal, pihak laki-laki menawarkan tanda hilang jika pria ingkar janji. Selain itu jika dara menarik diri harus membayar tanda dua kali lipat dari yang telah disepakati.

Sudah banyak yang dilalui oleh remaja dari kecil hingga besar, dari bingung sudah cerdik, lajang sudah remaja diberi nama Sulaiman dan akan dinikahkan dengan Halimah binti datuk hasan. Anak remaja diserahkan untuk mengurus rumah, untuk dijadikan suruh-suruhan, untuk bergaul dengan kaum kerabat hidup mati diserahkan kepada ahli bait.

Pihak laki-laki telah memberikan janji dan syarat, percakapan dilanjutkan oleh BP3C dengan berkata untuk mempersingkat waktu lebih baik langsung kepada inti pembahasan. Anak beru pihak perempuan telah berembuk, impal larangan telah ditanya, saudara ayah telah berpesan, saudara ibu telah berkata.

Jika rasi sedang baik dan bertuah maka ternak akan membiak, padi akan menjadi kaum sekampung turut bergembira nampaknya terang hari ini dengan artian sepertinya risikan akan diterima. BP3C mengatakan jika Allah mau menolong air pasang kapalpun lalu, jika semua itu niat baik maka semua urusan akan dimudahkan. Bunga yang dituju belum lagi bertali, datang seekor kumbang datang menyeri, telah lulus adat dan syarak sirih risik akan dimakan. Pesan

terakhir dari BP3C melalui satu bait pantun, kalau bunga asalnya wangi sampai layu jangan sampai dibuang.

Percapakan pada bagian penutup dalam upacara adat merisik di atas masih memiliki pola yang sempurna jika dilihat dari pasangan ujaran terdekat dengan pola BP1C-BL2C-BP3C yang masing-masing diwakilkan oleh orang yang sama.

Percakapan di atas juga tidak seperti percakapan pada umumnya yang menggunakan dialog pendek dan menerima tanggapan yang cepat, tetapi percakapan di atas menggunakan dialog yang panjang berupa pantun dan sajak.

Perpindahan alih tutur dari masing-masing mitra tutur didapat dengan cara memperoleh yaitu cara mengambil alih tutur yang diberikan oleh pembicara terdahulu.

151 BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN 6.1 Simpulan

Setelah dilakukan penelitian terhadap tradisi berpantun dalam upacara adat merisik pada masyarakat Melayu Batubara, maka ditemukan hasil sebagai berikut:

1. Tindak tutur khususnya tindak tutur ilokusi yang digunakan dalam tradisi berpantun dalam upacara adat merisik pada masyarakat Melayu Batubara adalah asertif, direktif, ekspresif dan komisif. Dalam upacara adat ini maksud dan tujuan yang ingin disampaikan diutarakan menggunakan pantun. Pada bagian awal kegiatan ini lebih banyak bersecerita tentang bagaimana adat Melayu ketika menyambut tamu maka disoronglah tepak penanti, dan pihak laki-laki menyorongkan tepak pembuka kata. Kemudian pengutaraan niat pihak laki-laki. Pada bagian kedua bercerita tentang remaja yang yang ada di dalam keluarga tersebut yang terkena panah asmara dan perangai yang berubah menjadi pemurung. Pihak laki-laki juga menanyakan apakah anak gadis yang dimaksud ada di dalam keluarga tersebut dan apakah sudah dipinang oleh remaja lain. Pada bagian ini pihak perempuan menjawab pertanyaan dan memberitahukan jika di dalam rumahnya ada lebih dari satu anak gadis, dan anak gadis yang dimaksud pihak laki-laki ada di dalam rumahnya serta belum dipinang oleh siapapun.

Sebelum dipinang pihak perempuan ingin dilakukan perjanjian dari kedua belah pihak. Bagian penutup merupakan bagian yang bersecita

tentang perjanjian yang akan disepakati oleh kedua belah pihak. Selain janji yang dibuat, pada bagian ini diungkapkan pula sanksi yang akan diterima oleh kedua belah pihak jika melanggar perjanjian.

2. Tindak tutur yang paling dominan adalah tindak tutur asertif sebanyak (67,90%) karena dalam upacara adat ini lebih banyak bertutur menyatakan, menunjukkan, membual, mengeluhkan, menyebutkan.

Tuturan kedua yang dominan digunakan adalah direktif sebanyak (24,69%) dengan tuturan menyuruh, memohon, menyarankan dan memberi nasehat. Tuturan ketiga yang dominan digunakan adalah ekspresif sebesar (3,70%) dengan tuturan mengingatkan, menawarkan, berjanji. Tuturan keempat atau yang terakhir adalah komisif sebanyak (3,70%) dengan tuturan menjelaskan, memeberi selamat dan memuji.

3. Pola alih tutur jika dilihat dari pasangan ujaran terdekat memiliki pola yang sempurna dan sistematis. Pola yang didapat pada bagian pembuka BP1A-BL2A-BP3A, pada bagian isi BL1B-BL2B-BL3A, dan pada bagian penutup BP1C-BL2C-BL3C. Masing-masing penutur mendapatkan gilir tuturan dengan cara memperoleh dari mitra tutur yang sebelumnya. Namun ada satu bagian yang mendapatkan gilir tuturan dengan cara merebut yaitu pada bagian BP2B ke BL3B. Jika dilihat dari jenis tanggapan yang diperoleh tidak langsung mendapatkan ujaran yang diinginkan, melainkan bercerita dahulu baru masuk kepada jawaban yang diinginkan oleh mitra tutur.

153

6.2 Saran

Merisik merupakan upacara adat yang sangat penting dilakukan karena manusia akan memilih pasangan hidupnya yang akan menemani hingga akhir hayatnya. Oleh karena itu, seseorang harus benar-benar jeli untuk memilih pasangannya, dan seseorang harus memahami perangai calon pasangannya.

Melalui upacara adat merisik inilah masing-masing dapat melihat bagaimana perangai calon yang telah dipilih. Tetapi pada saat sekarang upacara adat merisik ini sudah sangat jarang dilakukan, jika sesorang akan menikah, maka akan langsung kepada prosesi meminang tanpa ada prosesi merisik. Benatara sabda yang memahami upacara adat merisik ini juga sudah termakan usia, generasi penerus atau generasi muda sulit ditemui bahkan tidak memahami upacara adat merisik ini. Oleh karena itu melalui penelitian ini penulis berharap generasi muda dapat mempelajari dan tergugah untuk membangkitkan kembali upacara adat merisik ini yang telah dilakukan oleh nenek moyang orang Melayu.

154

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer, L. A. (2004). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Akmal. (2015). Melayu Riau (Pantun, Syair, Gurindam). Risalah Vol. 26, No. 4, 159-165.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Asih, T. W. (2012). Kajian Bentuk Tindak Tutur Ilokusi Sales Promotion Girls (SPG) dan Calon Pembeli di Moro Swalayan Purwokerto. Purwokerto:

Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Austin, J. (1962). How to Do Things with Words. Camridge: Harvard University Press.

Budiasih, L. T. (2017). Tindak Tutur Mahasiswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Bahasa Asing (BIPA) di UPT Bahasa Universitas Sebelas Maret. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Chaer, A., & Agustina, L. (2010). Sosiolinguistik Suatu Perkenalan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Cook, G. (1989). Discourse. Oxford: Oxford University Press.

Creswel, J. W. (2017). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran (Terjemahan Achmad Fawaid dan Rianayati Kusmini Pancasari dari Research Design, Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dako, R. T. (2005). Tindak Tutur Dalam Upacara Adat Meminang di Masyarakat Gorontalo: Sebuah Kajian Pragmatik. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Fatmayanti, U. (2017). Tindak Tutur Orang Tua dalam Pembentukan Karakter Anak. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Fitriah, F., & Fitriani, S. S. (2017). Analisis Tindak Tutur dalam Novel Marwah di Ujung Bara Karya R. H, Fitriadi. Master Bahasa Vol. 5 No. 1, 51-62.

Griffiths, P. (2006). An Introduction to English Semantics and Pragmatics.

Edinburgh: Edinburgh University Press.

155

Gunawan, I. (2015). Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta:

Bumi Aksara.

Henry Guntur, T. (1997). Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Howe, C. (1983). Accouring Language in Cinversational Context. London:

Academik Press Line.

Irham. (2017). Tindak Tutur Nggahi Panati dalam Proses Lamaran Pernikahan Adat Bima: Suatu Kajian Pragmatik Serta Implikasinya dalam Pembelajaran Mulok di Sekolah. Retorika: Jurnal Ilmu Bahasa, 118-133.

Kridalaksana, H. (1984). Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Bandung: Ganaco.

Krippendorff, K. (1993). Analisis Isi Pengantar Dan Teori Metodologi. Jakarta:

Rajawali Press.

Leech, G. (1983). Principles of Pragmatic. London: Longman.

Leech, G. (2014). The Pragmatics of Politeness. New York: Oxford University Press.

Maulina, D. E. (2017). Keanekaragaman Pantun di Indonesia. Semantik, 107-121.

Moleong, L. J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mukhtar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta:

Referensi.

Mulyani, R., & Freddy Sihombing, N. (2020). Tepak Sirih Melayu Deli Serdang.

Surabaya: Pustaka Media Guru.

Nadar, F. (2009). Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nadzir, M. (2017). Tindak Tutur Dalam Adat Melamar Pada Masyarakat Kambowa Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara. Jurnal Bastra Vol. 1 No. 4, 1-20.

Napitupulu, S. (2013). Marhata Dalam Upacara Adat Perkawinan Batak Toba.

Medan: Universitas Sumatera Utara.

Napitupulu, S. (2013). Marhata Dalam Upacara Adat Perkawinan Batak Toba.

Medan: Fakultas Ilmu Budaya USU.

Poerwadarminta, W. (2006). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Purwoko, H. (2008). Discourse Analysis Kajian Wacana Bagi Semua Orang.

Jakarta: PT Indeks.

Rahardi, K. (2005). Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:

Erlangga.

Rani, A. (2004). Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian.

Malang: Bayu Media Publikasi.

Richard, J. C., & Schmidt, R. W. (1983). Language and Comunication. London:

Longman.

Rohmadi, M. (2010). Pragmatik Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.

Rusminto, N. E. (2010). Memahami Bahasa Anak: Sebuah Kajian Analisis Wacana Panduan Bagi Guru Orang Tua dan Mahasiswa Jurusan Bahasa.

Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Saputra, U. (2014). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan Tindakan.

Bandung: Refika Aditama.

Searle. (1969). Speech Acts an Essay in The Philosophy. Cambridge: Cambridge University Press.

Sibarani, T. (2008). Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba. Medan: Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara.

Sinar, T. S. (2011). Kearifan Lokal Berpantun Dalam Perkawinan Adat Melayu Batubara. Medan: USU Press.

Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:

USD Press.

Sugiyono. (2010). Metode Kualitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suwito. (1982). Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta: Henary Offset.

Tarigan, H. G. (1990). Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Tim Redaksi KBBI PB. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Keempat).

Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Utami, N. S. (2013). Pintar Pantun Puisi Berbahasa dan Majas. Yogyakarta:

Naafi' Book Media.

157

Wahyuni, R. (2014). Puisi, Prosa dan Pantun Lama. Yogyakarta: Saufa.

Wijana, I. D. (1989). Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.

Yule, G. (2006). Pragmatik. (I. F. Wahyudi, & R. Mustajab, Penerj.) Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Zulfan. (2019). Kuasa Bahasa dan Kesantunan Dai Dalam Berdakwah di Kota Medan. Medan: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Lampiran I: Tradisi Merisik

Sodang matohari besinar torang Sodang angin berombus sepoi Sodang burung riang gembiro Ditengok tamu datang menjonguk Ke dalam gubok yang serba kurang Membuat kami bersuka cito

Sungai Suka airnyo tonang

Mengayuh biduk sambil berdondang Sunggoh kami merasa sonang Kami ucapkan selamat datang

Bentara sabda dari keluarga si dara akan memberikan ucapan pembuka Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin washolatu wasalamuala asrofil ambiaiwal mursalin waala alihi wasahbihi azmain. Allahuma sholiala syaidina muhammad waalaali syaidina muhammad.

Encik-encik, tuan-tuan dan puan-puan kami jemput kami silahkan, melangkah ke tempat kami, kami tunggu dengan lapang dada, kami terima dengan senang hati, kami sambut dengan muka yang jernih, kalau kami tersalah adap, kalau kami tersalah cakap, kalau kami tersalah letak, kami mohon beribu ampun.

Dari jauh menjunjong duli Sudah dokat menjunjong sombah Kami suson sepuloh jari

Beribu ampon dari ujong rambot sampai ujong kaki

Bak kato pepatah, tak konal mako tak cinto, tak cinto mako tak sayang

Datok panglimo membawa tikar Tikar dibawa untuk berziarah Perkenolkan namo odan si polan Bentara sabda dari tuan rumoh Selamat datang kami ucapkan

Mohon serta keberkahan dan kemampuan Kehadirat Allah kito tujukan

Semoga pertomuan mendapat kesyukuran

Menurot adat rosam Melayu

159

Apobilo kito kedatangan tamu Tepak sireh disorong selalu Begitu adat sojak dulu

Kapor dan gambir tembakau di dalam Pinang menghadap sireh menyombah Tertogun raso hati kami di dalam

Semoga tamu yang datang membawa tuah

Bentara sabda sembari memegang tepak yang akan disorongkan kepada tamu, menyampaikan pantun:

Mahat kisoh Laman Gonang Mahat rumoh Bilal Lado Makan sireh sekapor seorang Itulah mulo asal kato

Tepak sireh kami persombahkan Silo nikmati segoro dimakan Ujud beriring serta kiasan Setepak sireh sejuta posan Setepak sireh ponuh berisi

Jiko sudah tuan hambo rasai Seandai pahit usah dikeji Seumpamo manis usah dipuji Bak kato pepatah:

Ikan bilis ikan tenggiri

Dimakan nenek puan dari Melako Silo makan sireh kami

Sebagai obat pelopas dahago

Setelah pihak si laki-laki memakan sirih nanti yang telah disuguhkan, maka bentara sabda pihak si dara menyampaikann pantun:

Kala potang memungut sabot Sabot untuk membakar ikan Tuan datang kami sambot Apo hajat tolong sampaikan

Karono hajat ondak disampaikan, tak mungkin odan becakap seorang, mestilah ado kawan.

Darimano hondak ke mano

Dari Kedah hondak ke negeri Cino Hondak bertanyo apo salahnyo

Wakil yang punyo siapo namanyo?

Setelah bentara sabda dari pihak si dara telah mempersilahkan kepada rombongan si laki-laki, maka bentara sabda pihak laki-laki menyambut:

Ikan kakap ondak digulai Digulai lomak santan kelapo Mohon maaf majelis ramai Sambutlah salam dengan suaro

Assalamualaiakum warahmatullah wabarakatuh, wasyukurillah selawat dan salam. Allah humma sholi ala syaidina Muhammad, awal bermula dengan bismillah bersyukur kepada Allah sholawat kepada nabiallah Muhammad sholallahu alaihi wassalam semoga pertomuan ini mendapatkan borkat. Bapak- bapak, ibu-ibu, encik-encik, puan-puan yang odan hormati terkhusus ahli bait.

Kami rombongan terimo kaseh sebosar-bosarnyo, datang kami disambot baek dongan dado yang lapang, dongan wajah yang bersori-seori. Namon demikian ontah kami tersalah cakap, ontah kami tak beradat, ontah adat tak bersifat, tak ado fitnah yang hino. Cik-cik puan-puan yang dihormati yang kecik tak disobut namo, yang bosa tak disebut gelar ... yang punyo hajat pado hari ni adalah pak Leman odan ditugaskan sebagai bentara sabda sebagai wakil beliau.

Batang kuwini si batang loban Jadikan papan buat lemari

Perkonalkan odan si polan wakil pak leman Penyambong lidah, penyampai hajat hati

Selain bersyukor kehadirat tuhan Kami datang membawa posan Salam takzim ponuh keikhlasan

Dari keluargo yang tidak jauh dari pangalan Kami datang membawa posan

Salam takzim ponuh keikhlasan

Dari kelurgo pak cik si polan yang jadi pangkalan Semoga kito dalam lindungan tuhan

Sunggoh tuan hambo berlapang hati

Menerimo kami di rumah ahli bait yang bertuah ini Disongsong tepak ponuh berisi

Takjub pulakk raso di hati

Monang setepak Laksana Hang Tuah Dengan Hang Jebat kawan bersoru Disongsong tepak dihela sombah Demikian adat puak Melayu

Disorong tepak dihela sombah Mohon restu sanak keluargo Mohon disantap budiman bertuah