• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.2 Saran

Merisik merupakan upacara adat yang sangat penting dilakukan karena manusia akan memilih pasangan hidupnya yang akan menemani hingga akhir hayatnya. Oleh karena itu, seseorang harus benar-benar jeli untuk memilih pasangannya, dan seseorang harus memahami perangai calon pasangannya.

Melalui upacara adat merisik inilah masing-masing dapat melihat bagaimana perangai calon yang telah dipilih. Tetapi pada saat sekarang upacara adat merisik ini sudah sangat jarang dilakukan, jika sesorang akan menikah, maka akan langsung kepada prosesi meminang tanpa ada prosesi merisik. Benatara sabda yang memahami upacara adat merisik ini juga sudah termakan usia, generasi penerus atau generasi muda sulit ditemui bahkan tidak memahami upacara adat merisik ini. Oleh karena itu melalui penelitian ini penulis berharap generasi muda dapat mempelajari dan tergugah untuk membangkitkan kembali upacara adat merisik ini yang telah dilakukan oleh nenek moyang orang Melayu.

154

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Chaer, L. A. (2004). Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: Rineka Cipta.

Akmal. (2015). Melayu Riau (Pantun, Syair, Gurindam). Risalah Vol. 26, No. 4, 159-165.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Asih, T. W. (2012). Kajian Bentuk Tindak Tutur Ilokusi Sales Promotion Girls (SPG) dan Calon Pembeli di Moro Swalayan Purwokerto. Purwokerto:

Universitas Muhammadiyah Purwokerto.

Austin, J. (1962). How to Do Things with Words. Camridge: Harvard University Press.

Budiasih, L. T. (2017). Tindak Tutur Mahasiswa dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Bagi Penutur Bahasa Asing (BIPA) di UPT Bahasa Universitas Sebelas Maret. Surakarta: Universitas Sebelas Maret.

Chaer, A., & Agustina, L. (2010). Sosiolinguistik Suatu Perkenalan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Cook, G. (1989). Discourse. Oxford: Oxford University Press.

Creswel, J. W. (2017). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Campuran (Terjemahan Achmad Fawaid dan Rianayati Kusmini Pancasari dari Research Design, Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dako, R. T. (2005). Tindak Tutur Dalam Upacara Adat Meminang di Masyarakat Gorontalo: Sebuah Kajian Pragmatik. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.

Fatmayanti, U. (2017). Tindak Tutur Orang Tua dalam Pembentukan Karakter Anak. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.

Fitriah, F., & Fitriani, S. S. (2017). Analisis Tindak Tutur dalam Novel Marwah di Ujung Bara Karya R. H, Fitriadi. Master Bahasa Vol. 5 No. 1, 51-62.

Griffiths, P. (2006). An Introduction to English Semantics and Pragmatics.

Edinburgh: Edinburgh University Press.

155

Gunawan, I. (2015). Metode Penelitian Kualitatif Teori dan Praktik. Jakarta:

Bumi Aksara.

Henry Guntur, T. (1997). Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Howe, C. (1983). Accouring Language in Cinversational Context. London:

Academik Press Line.

Irham. (2017). Tindak Tutur Nggahi Panati dalam Proses Lamaran Pernikahan Adat Bima: Suatu Kajian Pragmatik Serta Implikasinya dalam Pembelajaran Mulok di Sekolah. Retorika: Jurnal Ilmu Bahasa, 118-133.

Kridalaksana, H. (1984). Fungsi Bahasa dan Sikap Bahasa. Bandung: Ganaco.

Krippendorff, K. (1993). Analisis Isi Pengantar Dan Teori Metodologi. Jakarta:

Rajawali Press.

Leech, G. (1983). Principles of Pragmatic. London: Longman.

Leech, G. (2014). The Pragmatics of Politeness. New York: Oxford University Press.

Maulina, D. E. (2017). Keanekaragaman Pantun di Indonesia. Semantik, 107-121.

Moleong, L. J. (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mukhtar. (2013). Metode Praktis Penelitian Deskriptif Kualitatif. Jakarta:

Referensi.

Mulyani, R., & Freddy Sihombing, N. (2020). Tepak Sirih Melayu Deli Serdang.

Surabaya: Pustaka Media Guru.

Nadar, F. (2009). Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Nadzir, M. (2017). Tindak Tutur Dalam Adat Melamar Pada Masyarakat Kambowa Kecamatan Kambowa Kabupaten Buton Utara. Jurnal Bastra Vol. 1 No. 4, 1-20.

Napitupulu, S. (2013). Marhata Dalam Upacara Adat Perkawinan Batak Toba.

Medan: Universitas Sumatera Utara.

Napitupulu, S. (2013). Marhata Dalam Upacara Adat Perkawinan Batak Toba.

Medan: Fakultas Ilmu Budaya USU.

Poerwadarminta, W. (2006). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Purwoko, H. (2008). Discourse Analysis Kajian Wacana Bagi Semua Orang.

Jakarta: PT Indeks.

Rahardi, K. (2005). Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta:

Erlangga.

Rani, A. (2004). Analisis Wacana Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian.

Malang: Bayu Media Publikasi.

Richard, J. C., & Schmidt, R. W. (1983). Language and Comunication. London:

Longman.

Rohmadi, M. (2010). Pragmatik Teori dan Analisis. Surakarta: Yuma Pustaka.

Rusminto, N. E. (2010). Memahami Bahasa Anak: Sebuah Kajian Analisis Wacana Panduan Bagi Guru Orang Tua dan Mahasiswa Jurusan Bahasa.

Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Saputra, U. (2014). Metode Penelitian Kualitatif, Kuantitatif dan Tindakan.

Bandung: Refika Aditama.

Searle. (1969). Speech Acts an Essay in The Philosophy. Cambridge: Cambridge University Press.

Sibarani, T. (2008). Tindak Tutur Dalam Upacara Perkawinan Masyarakat Batak Toba. Medan: Sekolah Pascasarjana, Universitas Sumatera Utara.

Sinar, T. S. (2011). Kearifan Lokal Berpantun Dalam Perkawinan Adat Melayu Batubara. Medan: USU Press.

Sudaryanto. (1993). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:

USD Press.

Sugiyono. (2010). Metode Kualitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suwito. (1982). Sosiolinguistik: Teori dan Problema. Surakarta: Henary Offset.

Tarigan, H. G. (1990). Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Tim Redaksi KBBI PB. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi Keempat).

Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional.

Utami, N. S. (2013). Pintar Pantun Puisi Berbahasa dan Majas. Yogyakarta:

Naafi' Book Media.

157

Wahyuni, R. (2014). Puisi, Prosa dan Pantun Lama. Yogyakarta: Saufa.

Wijana, I. D. (1989). Dasar-Dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.

Yule, G. (2006). Pragmatik. (I. F. Wahyudi, & R. Mustajab, Penerj.) Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Zulfan. (2019). Kuasa Bahasa dan Kesantunan Dai Dalam Berdakwah di Kota Medan. Medan: Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sumatera Utara.

Lampiran I: Tradisi Merisik

Sodang matohari besinar torang Sodang angin berombus sepoi Sodang burung riang gembiro Ditengok tamu datang menjonguk Ke dalam gubok yang serba kurang Membuat kami bersuka cito

Sungai Suka airnyo tonang

Mengayuh biduk sambil berdondang Sunggoh kami merasa sonang Kami ucapkan selamat datang

Bentara sabda dari keluarga si dara akan memberikan ucapan pembuka Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh. Alhamdulillahirabbilalamin washolatu wasalamuala asrofil ambiaiwal mursalin waala alihi wasahbihi azmain. Allahuma sholiala syaidina muhammad waalaali syaidina muhammad.

Encik-encik, tuan-tuan dan puan-puan kami jemput kami silahkan, melangkah ke tempat kami, kami tunggu dengan lapang dada, kami terima dengan senang hati, kami sambut dengan muka yang jernih, kalau kami tersalah adap, kalau kami tersalah cakap, kalau kami tersalah letak, kami mohon beribu ampun.

Dari jauh menjunjong duli Sudah dokat menjunjong sombah Kami suson sepuloh jari

Beribu ampon dari ujong rambot sampai ujong kaki

Bak kato pepatah, tak konal mako tak cinto, tak cinto mako tak sayang

Datok panglimo membawa tikar Tikar dibawa untuk berziarah Perkenolkan namo odan si polan Bentara sabda dari tuan rumoh Selamat datang kami ucapkan

Mohon serta keberkahan dan kemampuan Kehadirat Allah kito tujukan

Semoga pertomuan mendapat kesyukuran

Menurot adat rosam Melayu

159

Apobilo kito kedatangan tamu Tepak sireh disorong selalu Begitu adat sojak dulu

Kapor dan gambir tembakau di dalam Pinang menghadap sireh menyombah Tertogun raso hati kami di dalam

Semoga tamu yang datang membawa tuah

Bentara sabda sembari memegang tepak yang akan disorongkan kepada tamu, menyampaikan pantun:

Mahat kisoh Laman Gonang Mahat rumoh Bilal Lado Makan sireh sekapor seorang Itulah mulo asal kato

Tepak sireh kami persombahkan Silo nikmati segoro dimakan Ujud beriring serta kiasan Setepak sireh sejuta posan Setepak sireh ponuh berisi

Jiko sudah tuan hambo rasai Seandai pahit usah dikeji Seumpamo manis usah dipuji Bak kato pepatah:

Ikan bilis ikan tenggiri

Dimakan nenek puan dari Melako Silo makan sireh kami

Sebagai obat pelopas dahago

Setelah pihak si laki-laki memakan sirih nanti yang telah disuguhkan, maka bentara sabda pihak si dara menyampaikann pantun:

Kala potang memungut sabot Sabot untuk membakar ikan Tuan datang kami sambot Apo hajat tolong sampaikan

Karono hajat ondak disampaikan, tak mungkin odan becakap seorang, mestilah ado kawan.

Darimano hondak ke mano

Dari Kedah hondak ke negeri Cino Hondak bertanyo apo salahnyo

Wakil yang punyo siapo namanyo?

Setelah bentara sabda dari pihak si dara telah mempersilahkan kepada rombongan si laki-laki, maka bentara sabda pihak laki-laki menyambut:

Ikan kakap ondak digulai Digulai lomak santan kelapo Mohon maaf majelis ramai Sambutlah salam dengan suaro

Assalamualaiakum warahmatullah wabarakatuh, wasyukurillah selawat dan salam. Allah humma sholi ala syaidina Muhammad, awal bermula dengan bismillah bersyukur kepada Allah sholawat kepada nabiallah Muhammad sholallahu alaihi wassalam semoga pertomuan ini mendapatkan borkat. Bapak- bapak, ibu-ibu, encik-encik, puan-puan yang odan hormati terkhusus ahli bait.

Kami rombongan terimo kaseh sebosar-bosarnyo, datang kami disambot baek dongan dado yang lapang, dongan wajah yang bersori-seori. Namon demikian ontah kami tersalah cakap, ontah kami tak beradat, ontah adat tak bersifat, tak ado fitnah yang hino. Cik-cik puan-puan yang dihormati yang kecik tak disobut namo, yang bosa tak disebut gelar ... yang punyo hajat pado hari ni adalah pak Leman odan ditugaskan sebagai bentara sabda sebagai wakil beliau.

Batang kuwini si batang loban Jadikan papan buat lemari

Perkonalkan odan si polan wakil pak leman Penyambong lidah, penyampai hajat hati

Selain bersyukor kehadirat tuhan Kami datang membawa posan Salam takzim ponuh keikhlasan

Dari keluargo yang tidak jauh dari pangalan Kami datang membawa posan

Salam takzim ponuh keikhlasan

Dari kelurgo pak cik si polan yang jadi pangkalan Semoga kito dalam lindungan tuhan

Sunggoh tuan hambo berlapang hati

Menerimo kami di rumah ahli bait yang bertuah ini Disongsong tepak ponuh berisi

Takjub pulakk raso di hati

Monang setepak Laksana Hang Tuah Dengan Hang Jebat kawan bersoru Disongsong tepak dihela sombah Demikian adat puak Melayu

Disorong tepak dihela sombah Mohon restu sanak keluargo Mohon disantap budiman bertuah

161

Sekapur sirih pembuka kato

Setelah tepak pembuka kata diedarkan dan dinikmati oleh seluruh rombongan, maka bentara sabda pihak laki-laki membuka kata dengan pantun

Bukan kacang sembarang kacang Kacang melilit si pokok jati

Kami datang bukan sembarang datang Bosar raso hajat di hati

Setelah pantun pembuka, selanjutnya bentara sabda dari pihak laki-laki menyorongkan tepak merisik sambil berkata

Datok, jauh sudah perjalanan kami, banyak lombah yang tolah kami turuni banyak buket tolah kami daki, kerono hajat kami datang kemari. Longkaplah hadir para utusan dari cik si polan, disortai dengan sireh adat dan sirih iring- iringan, seperti kata pantun berikut”

Tumboh kemiri di dalam dulang Uratnyo bosar sileh menyileh Duduk kami duduk terbilang Kerono hajat membori sireh

Limau purot jatoh ke lombah Tibo di lombah tertumbok duri

Pinang menghadap, sireh menyombah Jari sepuloh menjunjong duli

Birik-birik torbang berkawan Torbang tinggi di atas awan Tepak sireh kami persombahkan Ingen merisik bungo di taman

Demikianlah kato mulo dari kami, moga-moga tanyo terjawab, gayong bersambot.

Lalu bentara sabda pihak si dara akan menyambut perkataan dari bentara sabda pihak laki-laki dengan menggunakan pantun berikut:

Keduduk di dalam dulang Urat bosar berjalur-jaluran Dudok kito dudok berbilang Adat mano kito keluarkan?

Birik-birik torbang berlimo

Torbang tinggi berkawan-kawan Tepak perisik bolum kami terimo Awas jangan terusik bungo larangan Sorong papan, tarek papan

Buah langsat di dalam poti Sireh risik belum dimakan Apo hajat di dalam hati?

Maka bentara sabda pihak laki-laki mulai bercerita dengan kata-kata berirama menguraikan maksudnya

Ampon datok, sebosar-bosar gunong, lobeh bosar maksud yang kami kandung;

Setinggi-tinggi gunong, lobeh tinggi harapan yang kami gantongkan kepado datok;

Itulah sobabnyo maka kemari, tak menghiraukan haus dan dahago;

Onak dan duri, dilando, dilanggar, dikuakkan;

Kami donga, datok orang arif, orang bijaksano, tahu dikias, tahu diumpamo;

Memogang adat dan kebiasoan Pemogang janji dan kato-kato Dari dulu sampai sekarang Siapo salah, siapo ditimbang Adat dan syarak jadi pemogang Kemudian daripado itu datok;

Bosarlah sudah budak omas dirumoh Budak dari cik si polan

Umor sudah setahun jagong Darah sudah setampok pinang Laki-laki remaja lajang Menjadi hutang ibu bapa

Jadi tanggungan seluruh keluargo Baru sebgian hutang dibayar

Pertamo : kerat pusat dan baryon Keduo : berkhatam sunat rasul Ketigo : mengaji khatam quran Keompat : diajar sopan santun

Hanyo tinggal satu lagi Hukum adat hukum negeri Wajib disuroh berumoh tanggo Baru sempurno umat manusio

Desau angin tolah berlalu

163

Risik-merisik imbau mengimbau Berdesir meninggalkan kesan Kait-berkait rotan di hutan Berjalin menjadi satu Tuan dan puan sekalian;

Allah jadikan adam seorang diri Tinggal di topi sungai sehari-hari Ditengoknyo burong duo sejoli Inginlah adam ondak beristri

Kami punyo seekor kumbang, gorangan kumbang kami yang tolah dewasa, lazim disobut mudo remajo;

Hasrat hatinyo ondak torbang ke angkaso Kami takut kelak balo menimpo

Lalu mufakatlah kami seluroh keluargo Maksud hati ondak mencari penawar biso

Yang kami risaukan, ionyo selalu torbang, pogi pagi pulangnyo potang,

Tapi percayolah datok dan hadirin sekalian Ionyo bukan pulak dagang terbuang

Ionyo punyo tompat dan sarang

Tapi, lain pulo keadanyo sekarang Hal-hal yang lalu banyak berkurang Kini ionyo lobeh banyak diam di sarang Hati kami ini susah dan bimbang

Tidurnyo tak nyonyak, makan tak konyang

Menengok ionyo macam tu, hati kami jadi bimbang

Kami tanyokan pado kumbang kami tu. Wahai kumbang ngapo engko susah dan selalu gelisah?. Io menjawab dengan tersipu-sipu dan berusahalah kami bawak kumbang kami tersobut untuk berubat dan melihat penyakit kumbang kami. Tapi seperti kato pantun:

Bukan dokter tak handalan Bukan dukun tak mujarab

Kepado nujan sudah kami tanyokan

Kironyo sekuntum bungolah yang jadi penyobab Kumbang pornah melintas seperti cerano Dentam dentum bunyi rebano

Badan kurus jiwo maerano

Baerarti sudah tekono panah asmaro Makan tak konyang,, tidur tak leno Kami datang ondak menyatokan maksud

Hati dari kumbang kami tesobut Kironyo kami tak salah bertanyo

Tak salah ataupun sumbang Apokah bungo yang di rumoh ini Sudah ado dimiliki kumbang?

Hinggo kami biso berlapang hati Datok yang kami muliakan;

Jiko remajo kami umpamokan;

Seekor kumbang yang sodang torbang;

Tolah melintas melalui taman, Terpandang io dalam jambangan, Indah lotaknyo di tongah ruang Berisi bungo sodang mengombang

Pulanglah kumbang mendapatkan keluargo Ceritokan bungo yang tongah mokar Siang malam teringat sajo

Tiada lupa barang sebontar Seluroh keluargo tolah berapat Dibori tugas kepado kami Untuk bertanyo sacaro adat

Menyampaikan maksud dongan resmi Bolehkah kami dengan cerano Memberi sireh dongan setangan Bolehkah kami datang bertanyo Adokah bungo dalam jambangan?

Sekianlah kata dari kami

Setelah mendengarkan pemaparan dari bentara sabda pihak laki-laki, maka bentara sabda menyambut dengan menggunakan pantun:

Tuan-tuan yang kami hormati Semuo kato tolah didongar,

Nampaknyo kumbang tukang pesiar Kerono tuan datang menjonguk Membuat hati jadi sojuk

Seluroh keluargopun dah berombuk Kato kami sampaikan

Sebolum sireh kami makan

Banyaklah bungo pado kami Lobih satu dalam puri

Takutlah kumbang datang menyeri Menengok bungo dilingkari duri

165

Sunggohpun bungo belum bertali Bungo totap dijago keluarga inti

Sebolum tuan melangkah maju Inginlah kami membori tahu Bungo di taman bukanlah satu Ado mawar, melati dan bungo labu Bungo mawar

Orang pintar, suko berkelakar

Sangat disosalkan sudah ado yang melamar Nun jauh dari Sei Bejangkar

Bungo melati

Orangyo rapi, pandai pulak mengaji Sifatnyo penggoli

Tapi ionyo nenek kami, ondak?

Bungo kami yang ketigo adolah bungo labu Sunggoh cantek tak berbau

Orangnyo pemalu, tapi taat pado ayah ibu Cumo io suko pulak makan kue putu

Sebelum bentara sabda pihak si dara melanjutkan pantunnya, bentara sabda langsung mengambil alih dan menyampaikan dengan pantun:

Biarpon semerbak wangi si bungo mawar Dan melati menjadi bungo pujian

Seandainyo layu gugur terbuang Tak nanti meninggalkan pesan

Cantek-cantek si bungo labu Walaupon cantek tapi tak berbau Tidak kami bimbang dan ragu Karono ionyolah yang kami tuju

Mendengar pernyataan bentara sabda pihak si dara, rombongan pihak laki-laki merasa bergembira karena bunga yang dimaksud ada di rumah tersebut dan belum diikat oleh orang lain. Kemudian bentara sabda pihak laki-laki kembali meneruskan kata-katanya.

Ampon datok;

Rumoh mulio punyo penunggu;

Masyhur semorbak segonap tanjong Kehulu sampai ke gunong

Bukan bungo sembarang bungo Mawar hidup suntingan utamo Suci berseh,

Penghias dan pelaksano Untuk rumoh tanggo

Berulang kepado pangkal, Dikaji dari alip,

Dihitung dari mulo

Hidup manusio dikandung adat, Mati dikandung tanah

Kunci kata pada hias Sireh bersuson, pinang berlonggok Tepak berbaris menunggu sapo Anak beru beriring menunggu izin, Dari datok selurohnyo

Menyuroh mengabdi kepado bungo Mawar bungo suntingan

Yang tertuo dalam jambangan Untok dijago dan disayangi Lobeh dari anak sendiri.

Segala syarat jadi pikulan Tiada engkar dari janji

Baik yang sudah, baik yang kudian Asal lulus adat dan syarak

Ringan akan kami jinjing Borat akan dipikul

Bukan maksud berado-ado Hanyo takut akan ilahi Macam pantun orang dulu-dulu, datok:

Darimano hondak kemano Bawa bokal tolo itik

Salahkah kami kalau bertanyo Bolehkah bungo kalau dipotek?

Ampon datok, demikianlah kato pangkal dari kami

Selama bentara sabda pihak laki-laki menyatakan hajatnya, seluruh rombongan baik perempuan yang ada di ruang dalam dan laki-laki di ruangan

167

depan mendengarkan pernyataan hajat dari rombongan laki-laki dengan penuh perhatian, sopan santun, dan tidak berbincang-bincang sesama rombongan.

Setelah pihak laki-laki selesai mengutarakan hajatnya, maka pihak si dara menguraikan pula dengan pantun:

Periok gebang dikampong Dadap Buatkan lidi jadikan penyapu Sireh pinang sodang dihadap Syarat janji tontukan dulu.

Tuan-tuan yang budiman;

Kami dari pangkalan

Melihat perahu datang berlayar Dibawa arus pasang naik Syarat muatan berbagai ragam Ponuh haluan ponuh buritan Sampai kepado syarak kiasan Menyuroh berpikir dan berpedoman Takut bencano datang kudian

Hidup manusio dikandung adat Hukum adat hukum negeri Adat bolum tertukar Sumpah Melayu totap setia Baik ke atas baik ke bawah Persumpahan demang lebar daun Asal adat melayu lamo

Siapo mengubah janji

Bubungan rumah akan terjungkir Kaki tiang meninjau langit Kemudian dari itu tuan-tuan;

Lombah samo ditimbuni Gunong samo diratokan Ke hulu samo berakit Ke hiler samo beronang Rotan berjalin totap berjalin Berjalin menjadi satu

Kutuk manusio engkar janji Mawar totap bolum bertali Tuan-tuan;

Bungo di taman bolum tekopek Jumlah mawar lobeh satu Samo tuo samo mudo Samo umor setahun jagung

Samo darah setampok pinang Samo akal tumboh keluar Dunio akhirat sidang dituntut Mungkin nanti jadi umpatan Sesal dahulu pendapatan Sesal kemudian tak berguno Dalam pada itu tuan-tuan;

Semuo kato tolah didongakan;

Kunci kato dengan kias Mulo pangkal bagi kami Jadi rombukan anak beru Menontukan hajat nan baek Tak sio-sio pasang naek Tak sio-sio prahu berlayar Tak sio-sio matohari torbit Tak sio-sio tornak disembolih Tak sio-sio malim diundang Tak sio-sio janji dibuat Guno mengikat silaturahim

Tuan-tuan yang budiman, kembali kepada pangkal;

Anak beru penggalang perahu

Berbantalkan adat bersendikan syarak Timbol tenggolam untuk kaum

Segalo kato cuko rukunyo Manusia cukup syaratnyo Lajang remajo tiado cidero Tiado saket tiado cacat Berdayo lahir batin

Dapat mengikat anak tanggo Dapat mengganti kayu solang Barnamo bergelar seporti orang

Kalau syah dapat dikato Kalau dijanji baru menjadi Baru disambung soal lanjutan Jiko tidak hanyo bertamu Kaum kerabat dari jauh

Tuan-tuan demikian kato dari kami

Setelah bentara sabda dari pihak si dara selesai berbicara, makan rombongan pihak laki-laki akan bermusyawarah untuk memberi jawaban. Setelah pihak laki-laki selesai bermusyawarah, maka bentara sabda akan berkata:

169

Pisang omas dibawa berlayar Masak sebiji di atas poti Hutang omas dapat dibayar Hutang budi dibawa mati

Ampon datok;

Seperti sireh pulang ke gagang Seporti pinang pulang ke tampok Tak ado rajo menolak sombah Hidup dikandung adat

Mati dikandung tanah Adat diisi lembago dituang Hidup sandar menyandar Hukum tiado borat sebolah Janji berlaku kedua pihak Dari kami, kami akukan Siapo ingkar, siapo ditimbang Cacat tidak ciderapun tidak Sawan gilo luar janji Lain dijanji lain tibo

Tando kembali pulang balik Bilo mati pulang tando

Tando hilang dengan percumo Bilo pria mungkir janji

Dara bayar ganda tanda Nilai lipat dua kali Kalau dara tarik diri Kemudian daripado itu datuk;

Banyak rantau tolah ditompuh Yang kocik sudah bosa

Yang bingung sudah cerdik Lajang sudah, remajo putera Sulaiman namo timangan Dihajatkan berumah tanggo Dengan mawar kuntum otamo Halimah binti datok hasan Teruna kami serahkan

Untuk membawa kain basahan Untuk menyisip lantai patah Untuk mengikat anak tanggo Untuk merumput jalan ketopian Untuk dijadikan uruh-suruhan Timbul tengolam dengan kerabat Hidup mati di tangan datok

Ampun datok, demikianah kabar dari kami