BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
5.2.1 Tindak Tutur Ilokusi yang Digunakan Telangkai dalam Tradisi
5.2.1.2 Tindak Tutur Ilokusi Pada Bagian Isi Dalam Tradisi
5.2.1.2 Tindak Tutur Ilokusi Pada Bagian Isi Dalam Tradisi Berpantun
87
PL4B
Desau angin tolah berlalu Risik-merisik imbau mengimbau Berdesir meninggalkan kesan Kait-berkait rotan di hutan Berjalin menjadi satu
Asertif
PL5B
Allah jadikan adam seorang diri Tinggal di topi sungai sehari-hari Ditengoknyo burong duo sejoli Inginlah adam ondak beristri
Asertif
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, pada bagian isi ini bentara sabda tidak membuka pembicaraan dengan menggunakan pantun, tetapi bentara sabda bercerita bagaimana upaya keluarga pihak laki-laki hingga sampai ke rumah pihak perempuan. Setelah bercerita keluh kesah, barulah bentara sabda menyampaikan pantun. Seperti yang tampak pada data PL1B Bentara sabda membuka pantun dengan isi menyampaikan bahwa masyarakat Melayu penuh memberitahukan kepada keluarga perempuan bahwa pihak laki-laki ingin menyelesaikan urusan ini secara adat sesuai dengan adat dan syarak yang menjadi pegangan masyarakat Melayu.
Kemudian bentara sabda memberitahukan kepada keluarga pihak perempuan melalui pantun PL2B bahwa dari pihak laki-laki ada seorang remaja yang sudah memiliki umur yang cukup. Dalam pantun tersebut juga disebutkan bahwa orang tua memiliki hutang atas anak tersebut. Hutang yang dimaksud adalah segala kewajiban yang harus diterima oleh anak tersebut. Tetapi bentara sabda memberitahukan bahwa baru sebagian sajalah hutang tersebut baru dibayar.
Bentara sabda melanjutkan untuk memberitahu kepada pihak perempuan melalui pantun PL3B bahwa ada satu lagi hutang yang sangat besar. Hutang tersebut berdasarkan hukum adat dan hukum agama. Hutang yang sangat besar itu adalah menikahkan anaknya agar sempurnalah iman anak tersebut. Jika orang tua
sudah menikahkan anaknya, maka lepaslah seluruh hutang yaitu berupa kewajiban atas diri anak tersebut. Melayu sangat identik dengan Islam, maka masyarakat Melayu sangat berpegang teguh dengan ajaran agama dan adat. Ajaran agama menyebutkan jika umat manusia telah menikah maka telah sempurnalah imannya.
Maka dari itulah bentara sabda melalui pantun PL4B menyampaikan niat dari keluarga pihak laki-laki untuk merisik bunga yang ada di taman. Pantun PL4B syarat akan makna, jika ditarik makna dari kata merisik adalah berbisik maka melalui pantun ini bentara sabda mengkiaskan menyampaikan risikan melalui desir angin untuk memberitahukan untuk mengaitkan kedua keluarga agar menjadi satu. Sangat indah memang seorang bentara sabda merangkai kata dengan makna yang tersirat ini.
Bentara sabda juga menyisipkan unsur agama dalam pantun PL5B yang berisi bagaimana Allah menciptakan manusia yang pada awal penciptaannya hanya seorang diri, yaitu nabi Adam. Kesehariannya, Nabi Adam habiskan waktunya di tepi sungai karena ia tinggal tidak jauh dari tepi sungai. Kemudian Nabi Adam melihat satu pasang burung. Melihat satu pasang burung tersebut, timbullah niat hati Nabi Adam untuk menikah. Dalam pantun itu bentara sabda berusaha menerka, mungkin hal yang sama juga terjadi dengan anak yang ada di keluarga pihak laki-laki.
89
Kode Pantun Merisik Kategori
PL6B
Kami punyo seekor kumbang, gorangan kumbang kami yang tolah dewasa, lazim disobut mudo remajo;
Hasrat hatinyo ondak torbang ke angkaso Kami takut kelak balo menimpo
Lalu mufakatlah kami seluroh keluargo Maksud hati ondak mencari penawar biso
Direktif
Lalu bentara sabda melanjutkan pantunnya, diceritakanlah kepada keluarga pihak perempuan bahawa keluarga pihak laki-laki memiliki seorang anak yang diumpamakan seekor kumbang. Diceritakan pula bagaimana gejolak seorang anak yang sedang remaja. Gejolak tersebut membuat hasrat yang besar dan membawa remaja untuk kesana kemari untuk mencari jati diri. Pihak keluarga laki-laki sangat takut jika gejolak tersebut membawa anak mereka terjerumus ke dalam hal-hal yang buruk sehingga dikhawatirkan akan ada bala menimpa keluarga tersebut. Maka bermufakatlah keluarga pihak laki-laki untuk mencarikan penawar atau pendamping untuk anak tersebut agar lebih terarah.
Kode Pantun Merisik Kategori
PL7B
Yang kami risaukan, ionyo selalu torbang, pogi pagi pulangyo potang,
Tapi percayolah datok dan hadirin sekalian Ionyo bukan pulak dagang terbuang
Ionyo punyo tompat dan sarang
Asertif
PL8B
Tapi, lain pulo keadanyo sekarang Hal-hal yang lalu banyak berkurang Kini ionyo lobeh banyak diam di sarang Hati kami ini susah dan bimbang
Tidurnyo tak nyonyak, makan tak konyang
Menengok ionyo macam tu, hati kami jadi bimbang
Asertif
PL9B
Bukan dokter tak handalan Bukan dukun tak mujarab
Kepado nujum sudah kami tanyokan
Kironyo sekuntum bungolah yang jadi penyobab
Asertif
PL10B
Kumbang pornah melintas seperti cerano Dentam dentum bunyi rebbano
Badan kurus jiwo maerano
Baerarti sudah tekono panah asmaro Makan tak konyang, tidur tak leno
Asertif
PL11B Kami datang ondak menyatokan maksud Hati dari kumbang kami tesobut
Kironyo kami tak salah bertanyo
Asertif
PL12B
Tak salah ataupun sumbang Apokah bungo yang di rumo ini Sudah ado dimiliki kumbang?
Hinggo kami biso berlapang hati
Asertif
PL13B
Jika remajo kami umpamokan;
Seekor kumbang yang sodang torbang;
Tolah melintas melalui taman, Terpandang io dalam jambangan, Indah lotaknyo di tongah ruang Berisi bungo sodang mengombang
Asertif
PL14B
Pulanglah kumbang mendapatkan keluargo Ceritokan bungo yang tongah mokar Siang malam teringat sajo
Tiada lupa barang sebontar
Pulanglah kumbang mendapatkan keluargo;
Ceritokan bungo yang tongah mokar;
Siang malam teringat sajo Tiado lupo barang sebontar
Aser
PL15B
Seluroh keluargo tolah berapat Dibori tugas kepado kami Untuk bertanyo sacaro adat
Menyampaikan maksud dongan resmi
Asertif
PL16B
Bolehkah kami dengan cerana Memberi sireh dongan setangan Bolehkah kami datang bertanyo Adokah bungo dalam jambangan?
Asertif
Kemudian bentara sabda memberitahukan kepada keluarga pihak perempuan dalam pantun PL7B bahwasannya remaja tersebut selalu melanglang buana tak tentu waktu. Kumbang sering berkelana kesana kemari tak tentu waktu, pergi pagi pulang petang. Namun bentara sabda memastikan bahwa kumbang
91
tersebut bukanlah sesorang yang diusir dan tidak memiliki tempat ibarat seperti dagang yang terbuang berkelana tanpa tujuan. Bentara sabda memastikan bahwa kumbang tersebut memiliki rumah yang bisa menjamin kelayakan hidup rumah tangga untuk kedepannya.
Bentara sabda juga menceritakan dalam pantun PL8B bahwa beberapa waktu belakangan ini sangat jauh berbeda. Hal-hal yang dulu selalu dilakukan oleh kumbang seperti berkelana tak tentu waktu, kini sudah sangat berkurang.
Bentara sabda memberitahukan bahwa kumbang kini lebih banyak berdiam diri, termenung di dalam rumah yang diibaratkan sebagai sarang. Hal inilah yang membuat resah keluarga pihak laki-laki. Maka timbulah istilah makan tak konyang, makan tak konyang istilah inilah yang digunakan untuk menggambarkan bagaimana sekor kumbang yang telah terkena panah asmara.
Setelah menyebutkan pantun tersebut, kemudian bentara sabda berkisah bahwasannya keluarga pihak laki-laki telah bertanya mengapa ia selalu susah dan gelisah. Kemudian keluarga pihak laki-laki membawa kumbang tersebut berobat, lalu diutarakanlah penyebabnya melalui pantun PL9B oleh bentara sabda.
Bentara sabda mengatakan bahawasannya bukan dokter tak handal, ini didasarkan bahwa si kumbang tidak memiliki sakit fisik. Kemudian bukan dukun tak mujarab ini menandakan bahwa si kumbang sedang tidak kena puaka, lalu ditanyakanlah kepada ahli nujum. Hasil yang diterima dari ahli nujum adalah sang kumbang susah dan gelisah karena sekuntum bunga di taman atau seorang gadis di dalam rumah itu.
Bentara sabda kembali bercerita melalui pantun PL10B bahwasannya sang kumbang pernah melintas sebuah taman, terdengarlah keramaian dalam
taman tersebut. Setelah itu badan si kumbang menjadi kurus karena jiwa merana, makan tidak kenyang, tidur tidak lena. Ini merupakan ciri-ciri terkena panah asmara. Setelah itu pada pantun PL11B bentara sabda mengatakan ingin menyatakan maksud dari hati si kumbang, agar kiranya keluarga pihak laki-laki tak salah tempat bertanya.
Lalu bentara sabda bertanya melalui pantun PL12B apakah bunga yang ada di taman ini atau anak gadis yang ada di rumah ini sudah dimiliki kumbang atau laki-laki lain. Bentara sabda ingin memastikan jika bunga atau anak gadis tersebut belum diikat oleh laki-laki manapun. Hal ini dimaksudkan agar keluarga pihak laki-laki bisa berlapang hati. Dalam pantun PL13B bentara sabda kembali memastikan kepada tuan rumah bahwa kumbang atau anak laki-laki itu pernah melintas melalui taman atau rumah ini. Maka terlihat olehnya di dalam rumah yang ternyata bunga atau anak gadis yang sedang beranjak remaja atau diumapamakan bunga yang sedang mengembang atau mekar.
Pantun PL14B merupakan lanjutan dari pantun PL13B yang menceritakan bagaimana kumbang setelah melihat bunga di taman. Kumbangpun menemui orang tuanya dan menceritakan bahwa di taman atau di rumah yang ia lewati terdapat bunga yang sedang mekar. Dikisahkan juga bahwa kumbang selalu teringat siang dan malam, dan tidak terlupa walaupun hanya sebentar saja.
Bentara sabda memastikan kepada keluarga pihak perempuan melalui pantun PL15B bahwa keluarga sudah sepakat dan setuju dengan pilihan sang kumbang, lalu mengutus keluarga dan bentara sabda untuk bertanya secara adat dan menyatakan maksud secara resmi kepada tuan rumah. Oleh karena itu
93
bentara sabda bertanya melalui pantun PL16B kepada tuan rumah apakah ada bunga atau anak gadis yang dimaksud di dalam rumah ini.
Ketika bentara sabda pihak laki-laki telah selesai mengutarakan apa yang dihajatkan, lalu bentara sabda pihak perempuan menanggapi langsung dengan pantun seperti bagai berikut:
Kode Pantun Merisik Kategori
PP1B
Semuo kato tolah didongar,
Nampaknyo kumbang tukang pesiar Kerono tuan datang menjonguk Membuat hati jadi sojuk
Seluroh keluargopun dah berombuk
Asertif
PP2B
Banyaklah bungo pado kami Lobih satu dalam puri
Takutlah kumbang datang menyeri Menengok bungo dilingkari duri Sunggohpun bungo bolum bertali Bungo tetap dijago keluargo inti
Asertif
PP3B
Sebolum tuan melangkah maju Inginlah kami membori tahu Bungo di taman bukanlah satu Ado mawar, melati dan bungo labu
Asertif
PP4B
Bungo mawar
Orang pintar, suko berkelakar
Sangat disosalkan sudah ado yang melamar Nun jauh dari Sei Bejangkar
Asertif
PP5B
Bungo melati
Orangyo rapi, pandai pulak mengaji Sifatnyo penggoli
Tapi ionyo nenek kami, ondak?
Asertif
PP6B
Bungo kami yang ketigo adolah bungo labu Sunggoh cantek tak berbau
Orangnyo pemalu, tapi taat pado ayah ibu Cumo io suko pulak makan kue putu
Asertif
Pada pantun PP1B tampak kekhawatiran dari keluarga pihak laki-laki mengenai kumbang yang suka berkelana. Namun hal tersebut tergantikan dengan
datangnya keluarga pihak laki-laki untuk menjenguk sehingga hati tuan rumah menjadi sejuk. Karena niat baik dari keluarga pihak laki-laki, maka keluarga pihak perempuan telah berembuk untuk mempertimbangkan risikan dari pihak laki-laki. Setelah kata penawar tersebut, bentara sabda melanjutkan sebelum sirih risik dimakan, maka bentara sabda menyatakan dengan pantun seperti pada PP2B bahwa sebenarnya bunga dalam taman lebih dari satu, sudah banyak kumbang yang melihat. Tetapi bunga tersebut dijaga atau diistilahkan dengan dilingkari pagar duri, namun ditegaskan lagi bahwa bunga belum bertali tetapi tetap dijaga oleh seluruh keluarga.
Dalam pantun PP3B bentara sabda menyebutkan banyak bunga di dalam taman, bentara sabda menyebutkan ada bunga mawar, bunga melati dan bunga labu. Selanjutnya pantun PP5B bentara sabda memberitahukan ciri bunga yang pertama yaitu bunga mawar. Bunga mawar memiliki sifat yang pintar, memiliki sifat humoris tetapi bunga tersebut telah bertali. Pantun PP6B menyebutkan ciri- ciri bunga yang kedua yaitu bunga melati yang memiliki sifat yang mudah tertawa, orangnya rapi dan pandai mengaji. Namun bentara sabda mengatakan bahwa bunga melati tersebut adalah nenek dari tuan rumah. Kemudian pantun PP7B menyebutkan ciri bunga yang ketiga yaitu bunga labu, bunga labu adalah orang yang memiliki paras cantik, orangnya pemalu dan taat kepada ayah dan ibu dan juga suka makan kue putu, tapi bunga labu tak sama dengan bunga mawar dan melati bunga labu tak memiliki bau.
Lalu bentara sabda pihak laki-laki menanggapi ciri-ciri bunga yang disebutkan oleh bentara sabda pihak perempuan melalui pantun sebagai berikut:
95
Kode Pantun Merisik Kategori
PL17B
Biarpon semerbak wangi si bungo mawar Dan melati menjadi bungo pujian
Seandainyo layu gugur terbuang Tak nanti meninggalkan posan
Asertif
PL18B
Cantek-cantek si bungo labu Walaupon cantek tapi tak berbau Tidak kami bimbang dan ragu Karono ionyolah yang kami tuju
Asertif
PL19B
Masyhur semorbak segonap tanjong Kehulu sampai ke gunong
Bukan bungo sembarang bungo Mawar hidup suntingan utamo Suci berseh,
Penghias dan pelaksano Untuk rumoh tanggo
Asertif
PL20B
Berulang kepado pangkal, Dikaji dari alip,
Dihitung dari mulo
Hidup manusio dikandung adat, Mati dikandung tanah
Kunci kata pada hias
Asertif
Bentara sabda menyebutkan dalam pantun PL17B bahwa memang semerbak wangi si bunga mawar dan bunga melati namun jika layu maka akan terbuang dan tidak meninggalkan pesan. Lanjut pantun PL18B bentara sabda menyebutkan memang cantik si bunga labu, walaupun cantik tetapi tak berbau sehingga keluarga laki-laki tidak ragu bunga yang dimaksud adalah bunga labu.
Mengapa dikiaskan demikian, karena mawar dan melati memiliki aroma yang semerbak pasti banyak kumbang yang akan memetik, dan jika layu maka tidak akan meninggal apa-apa. Beda halnya dengan bunga labu walaupun cantik tapi tidak berbau, itu adalah satu keistimewaan si bunga labu, dengan demikian tidak akan banyak kumbang yang ingin memetik. Namun ketika bunga labu sudah layu maka dia akan meninggalkan kesan berupa buah yang bisa dinikmati.
Pada pantun PL19B bentara sabda pihak laki-laki bukan tidak mau memilih bunga mawar. Disebutkan juga bunga mawar adalah bukan sembarang bunga, mawar merupakan suntingan utama yang ingin dimiliki oleh setiap kumbang. Mawar juga memiliki sifat suci, bersih penghias dan pelaksana rumah tangga. Bentara sabda melanjutkan melalui pantun PL20B menyebutkan semua kembali pada hakikatnya hidup manusia dikandung adat dan mati dikandung tanah kunci perkataan manusia adalah kias.
Kode Pantun Merisik Kategori
PL21B
Sireh bersuson, pinang berlonggok Tepak berbaris menunggu sapo Anak beru beriring menunggu izin, Dari datok selurohnyo
Menyuroh mengabdi kepado kumbang
Direktif
Pada pantun PL21B bentara sabda memberitahukan untuk segera memberi izin kepada keluarga pihak laki-laki untuk memetik bunga labu. Hal ini dakarenakan seluruh keluarga menunggu izin dari keluarga pihak perempuan, selain itu semua sayarat adat untuk merisik telah dipenuhi dan keluarga telah mufakat.
Kode Pantun Merisik Kategori
PL22B
Mawar bungo suntingan Yang tertuo dalam jambangan Untok dijago dan disayangi Lobeh dari anak sendiri.
Asertif
PL23B
Segala syarat jadi pikulan Tiada engkar dari janji
Baik yang sudah, baik yang kudian Asal lulus adat dan syarak
Asertif
PL24B
Ringan akan kami jinjing Borat akan dipikul
Bukan maksud berado-ado Hanyo takut akan ilahi
Asertif
97
PL25B
Darimano hondak kemano Bawa bokal tolo itik
Salahkah kami kalau bertanyo Bolehkah bungo kalau dipotek?
Asertif
Dalam pantun PL22B bentara sabda kembali menyebutkan bunga mawar adalah suntingan utama merupakan yang tertua di dalam rumah. Mawar untuk dijaga dan disayangi lebih dari anak sendiri. Bentara sabda menyatakan dalam pantun PL23B segala syarat yang nantinya diberikan akan dipikul dan tidak akan ingkar dari janji. Hal tersebut agar lulus adat dan lulu syarak dalam merisik.
Kemudian dalam pantun PL24B bentara sabda pihak laki-laki menyatakan syarat berat akan sama-sama dipikul, begitu pula syarat yang ringan akan dijinjing, artinya akan ditanggung bersama agar tidak ingkar akan janji karena takut pada yang ilahi. Jika sudah tau bunga belum diikat dan dipetik, dalam pantun PL25B bentara sabda bertanya apakah bunga boleh dipetik. Ini merupakan pertanya terakhir dan merupakan akhir dari bagian isi.
5.2.1.3 Tindak Tutur Ilokusi Bagian Penutup Dalam Tardisi Berpantun