BAB VI PENUTUP
C. Saran
Penulis sendiri tak memungkiri bahwa penelitian ini masih jauh dari kata sempurna. Sebagai contoh, penulis hanya menemukan sumber yang ditulis pada Agustus 1971. Padahal, peranan Suara Karya menjadi hal penting dalam awal-awal penerbitannya. Mengingat Suara Karya sudah terbit sejak 11 Maret 1971. Padahal jika dokumen Suara Karya
sudah ada sejak awal penerbitan, maka para pembaca sekalian akan lebih mengetahui bagaimana peranan media dalam mengkampanyekan penguasa pada Pemilu 1971 lalu.
Oleh karenanya, tersedianya sumber menjadi hal yang penting menurut pribadi penulis. Dari sumber yang ada, maka para sejarawan akan mampu mengkonstruksikan wacana yang dilakukan dalam penelitiannya. Selain itu, para pembaca akan mampu membayangkan apa yang sebenarnya terjadi di saat awal-awal pemerintahan Soeharto, terutama pada awal 1971.
Kemudian, masih ada beberapa kejadian saat pemerintahan Soeharto. Konsolidasi yang dilaksanakan pemerintah Soeharto berjalan sempurna ketika menjelang masa 1980-an. Di masa itu, Soeharto sudah melakukan pembredelan terhadap pers, pengawasan terhadap mahasiswa, hingga pelaksanaan pemilu 1977. Menurut penulis, apabila ada yang mengingkan terusan dari penelitian ini, maka penulis menyarankan agar penelitian Suara Karya selanjutnya dilaksanakan pada tahun-tahun tersebut.
143
DAFTAR PUSTAKA
Koran
Dungga, J.A. Projek Miniatur “Indonesia Indah”. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 15 November 1971.
26 Tahun Merdeka. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 16 Agustus 1971.
Cegah Emosi Rasialisme. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 23 November 1972.
Debat Kusirnja “ABADI”. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 11 April 1972.
Demi Kontinuitas Kehidupan Nasional. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 10 April 1972.
Djauhkan Sikap Konfrontatif. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 27 Desember 1971.
Golkar sebagai Akselerator Pembangunan. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 20 Maret 1972.
Hak Berserikat dan Floating Mass. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 6 April 1972.
Hari Kesaktian Pancasila. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 1 Oktober 1973.
Hari Kesaktian Pantjasila. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 1 Oktober 1971.
Hari Sumpah Pemuda. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 28 Oktober 1972.
Inilah Posisi Golkar. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 24 Maret 1972.
Issue Percukongan. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 15 November 1972.
Isyu2 tentang Korupsi. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 19 Desember 1973.
Kedatangan Menkeu AS. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 5 November 1971.
Kehendak Baik Sadja Tidak Tjukup. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 8 Januari 1972.
Kehidupan Politik yang Kita Inginkan. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 5 September 1973.
Kelesuan & Overacting. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 3 September 1971.
Kemenangan Tanaka. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 6 Juli 1972.
Kenapa Floating Mass. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 23 Maret 1972.
Kepertjajaan Tambah Besar. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 16 Desember 1971.
Lahirnya Partai Persatuan Pembangunan. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 8 Januari 1973.
Masalah Transmigrasi. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 21 September 1971.
Memang Tak Perlu Panik. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 4 November 1971.
Membangun Diatas Puing2 Kehancuran. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 19 Januari 1974.
Membina Pola Hubungan yang Serasi. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 14 Januari 1974.
Membuka Tahun Baru dengan Menutup Isyu. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 3 Januari 1974.
Memulihkan Kembali Mekanisme Pemerintahan. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 29 Januari 1974.
Menegakkan Demokrasi dengan Tanggung Jawab dan Disiplin. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 18 Januari 1974.
Menghadapi Kenaikan2 Harga. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 23 Oktober 1973.
Menghadapi Sisa2 G30S/PKI. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 29 November 1973.
Mentjegah Revolusi Sosial. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 13 April 1972.
Pantjasilaisasi Pegawai Negeri. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 18 April 1972.
Pembangunan jang Menjeluruh. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 22 Agustus 1971.
Pembinaan Koperasi. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 15 Mei 1972.
Pembitjaraan Schmelzer-Adam Malik. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 30 Agustus 1971.
Penanaman Modal Asing. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 1 September 1972.
Pengaktipan Rembug-Desa. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 19 April 1972.
Pengembangan Industri Kecil. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 30 Agustus 1973.
Perentjanaan Sosial. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 18 Agustus 1972.
Perlu Investment Board Tunggal. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 8 September 1971.
Perlu Penilaian Berdjangkauan Djauh. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 8 Oktober 1971.
Pers, Sarana Dialog Pemerintah-Rakyat. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 1 Desember 1973.
Pertanggungan Jawab Pertamina. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 24 Januari 1973.
Pertanggungan Jawab Presiden. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 13 Maret 1973.
Pertanyaan kepada Hati Nurani Bangsa. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 17 Januari 1974.
Petisi 24 Oktober dan Partisipasi. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 30 Oktober 1973.
Projek Miniatur “Indonesia Indah”. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 16 November 1971.
Rancangan Repelita II dan RAPBN 1974/75. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 8 Januari 1974.
Renungan 17 Agustus. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 16 Agustus 1973.
Satu Tahun Mengabdi. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 11 Maret 1972.
Sekali Lagi Floating Mass. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 27 Maret 1972.
Sekarang Sudah Djelas. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 30 Desember 1971.
Selamat Datang. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 25 Agustus 1971.
Selamat Djalan. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 4 September 1971.
Sensus Penduduk 1971. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 6 September 1971.
Seruan Ali Sadikin. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 13 Januari 1972.
Sidang IGGI jang Akan Datang. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 8 Desember 1971.
Sorotan Terhadap Jepang. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 19 April 1973.
Suatu Malapetaka Nasional. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 16 Januari 1974.
Tamu Agung dari Nederland. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 29 Agustus 1971.
Tanda Penghargaan untuk Pengusaha2 Swasta. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 2 September 1972.
Tentang Fusi Partai. Tajuk Rencana. Suara Karya edisi 5 April 1972.
Buku
Abar, Akhmad Zaini. 1995. 1966-1974: Kisah Pers Indonesia.
Yogyakarta: LKiS.
Adam, Ahmat. 2003. Sejarah Awal Pers dan Kebangkitan Kesadaran Keindonesiaan. Jakarta: Hasta Mitra.
Adams, Cindy. 2011. Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat. Jakarta:
Yayasan Bung Karno.
Arismunandar, Satrio. 2005. Zaman Bergerak! Peran Pers Mahasiswa dalam Penumbangan Rezim Soeharto. Jakarta: Genta Press.
Armada, Wina. 1993. Menggugat Kebebasan Pers. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Bruinessen, Martin van. 2013. Rakyat Kecil, Islam, dan Politik.
Yogyakarta: Penerbit Gading.
Crouch, Harold. 1986. Militer dan Politik di Indonesia. Jakarta: Sinar Harapan.
Dahlan, Muhidin M. dan Iswara N. Raditya. 2008. Karya-Karya Lengkap Tirto Adhi Soerjo: Pers Pergerakan dan Kebangsaan.
Jakarta: I:Boekoe.
Elson, R.E. 2005. Suharto: Sebuah Biografi Politik. Jakarta: Pustaka Minda Utama.
Eriyanto. 2006. Analisis Wacana: Pengantar Teks Analisis Media.
Yogyakarta: LKiS.
Feith, Herbert dan Lance Castles (ed.). 1995. Pemikiran Politik Indonesia 1945-1965. Jakarta: LP3ES.
Gie, Soe Hok. 1989. Catatan Seorang Demonstran. Jakarta: LP3ES.
Gie, Soe Hok. 1999. Di Bawah Lentera Merah. Yogyakarta: Yayasan Benteng Budaya.
Hill, David T. 2011. Pers di Masa Orde Baru. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Irsyam, Mahrus dan Lili Romli (ed). 2003. Menggugat Partai Politik.
Depok: Laboratorium Ilmu Politik FISIP UI.
Jenkins, David. 2010. Soeharto dan Barisan Jenderal Orba: Rezim Militer Indonesia 1975-1973. Depok: Komunitas Bambu.
Kasemin, Kasiyanto. 2014. Sisi Gelap Kebebasan Pers. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Kasenda, Peter. 2013. Hari-Hari Terakhir Sukarno. Depok: Komunitas Bambu.
Kasenda, Peter. 2013. Soeharto: Bagaimana Ia Bisa Melanggengkan Kekuasaan Selama 32 Tahun?. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Kasenda, Peter. 2015. Sarwo Edhie dan Tragedi 1965. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Kasman, Suf. 2010. Pers dan Pencitraan Umat Islam di Indonesia:
Analisis Isi Pemberitaan Harian Kompas dan Republika. Jakarta:
Balai Litbang dan Diklat Kemenang.
Krissantono (ed.). 1984. Pandangan Presiden Soeharto tentang Pancasila. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies.
Kuntowijoyo. 2013. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Kurniawan, et al. 2013. Pengakuan Algojo 1965: Investigasi Tempo Perihal Pembantaian 1965. Jakarta: Tempo Inti Media Tbk.
Lestariningsih, Amurwani Dwi. 2011. Gerwani: Kisah Tapol Wanita di Kamp Plantungan. Jakarta: Kompas.
Luhulima, James. 2007. Menyingkap Dua Hari Tergelap di Tahun 1965:
Melihat Peristiwa G30S dari Perspektif Lain. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Mallarangeng, Rizal. 2005. Mendobrak Sentralisme Ekonomi: Indonesia 1986-1992. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Mallarangeng, Rizal. 2010. Pers Orde Baru: Tinjauan Isi Kompas dan Harian Umum Suara Karya. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Moertopo, Ali. 1982. Strategi Pembangunan Nasional. Jakarta: Centre for Strategic and International Studies.
Muhaimin, Yahya A. 1990. Bisnis dan Politik: Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia 1950-1980. Jakarta: LP3ES.
Nimmo, Dan. 2010. Komunikasi Politik: Komunikator, Pesan, dan Media. Bandung: Remadja Karya CV.
Noer, Delian. 2000. Partai Islam di Pentas Nasional: Kisah dan Analisis Perkembangan Politik Indonesia 1945-1960. Bandung: Mizan.
Pour, Julius. 2010. Gerakan 30 September: Pelaku, Pahlawan, dan Petualang. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Rachmadi Ricky, dkk. 2005. 32 Tahun Harian Umum Suara Karya:
Berlayar Menembus Zaman. Jakarta: Badan Litbang Harian Umum Suara Karya.
Raillon, Francois. 1989. Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia:
Pembentukan dan Konsolidasi Orde Baru 1966-1974. Jakarta:
LP3ES.
Reeve, David. 2013. Golkar: Sejarah yang Hilang, Akar Pemikiran, dan Dinamika. Depok: Komunitas Bambu.
Robison, Richard. 2012. Soeharto dan Bangkitnya Kapitalisme Indonesia. Depok: Komunitas Bambu.
Roosa, John. 2008. Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Soeharto. Jakarta: Institut Sejarah dan Sosial Indonesia dan Hasta Mitra.
Said, Salim Haji. 2016. Menyaksikan 30 Tahun Pemerintahan Otoriter Soeharto. Bandung: Penerbit Mizan.
Seda, Frans. 1992. Simponi Tanpa Henti: Ekonomi Politik Masyarakat Baru Indonesia. Jakarta: Yayasan Atmajaya dan PT. Gramedia.
Smith, Edward C. 1986. Sejarah Pembredelan Pers di Indonesia.
Jakarta: Pustaka Grafiti Pers.
Southwood, Julie dan Patrick Flanagan. 2013. Teror Orde Baru:
Penyelewengan Hukum dan Propaganda 1965-1981. Depok:
Komunitas Bambu.
Suharsi dan Ign. Mahendra K. 2007. Bergerak Bersama Rakyat: Sejarah Gerakan Mahasiswa dan Perubahan Sosial di Indonesia.
Yogyakarta: Resist Book.
Sumadiria, A.S. Haris. 2005. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, Panduan Praktis Jurnalis Profesional. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Surjomihardjo, Abdurrahman dkk. 2004. Beberapa Segi Perkembangan Sejarah Pers di Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kompas.
Toer, Pramoedya Ananta. Sang Pemula. 1985. Jakarta: Hasta Mitra.
Vickers, Adrian. 2005. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Insan Madani.
Wanandi, Jusuf. 2014. Menyibak Tabir Orde Baru: Memoar Politik Indonesia 1965-1968. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2014.
Widjojo, Muridan S. et al. 1999. Penakluk Rezim Orde Baru: Gerakan Mahasiswa ’98. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Yudhistira, Aria Wiratma. 2010. Dilarang Gondrong! Praktik Kekuasaan Orde Baru terhadap Anak Muda Awal 1970an.
Tangerang Selatan: Marjin Kiri.
Yulianti, Dewi. 2000. Semaoen, Pers Bumiputera, dan Radikalisasi Sarekat Islam Semarang. Semarang: Bendera.
Zulkifli, Arif, dkk. 2018. Seri Buku Saku Tempo: Benny Moerdani yang Belum Terungkap. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
Tesis
Anwar, Roos. 1992. Penampilan Informasi Pembangunan di Surat Kabar Indonesia (Suatu Perbandingan Melalui Analisis Isi Berita Pembangunan di Harian Suara Karya dan Harian Suara Pembaruan). Tesis. Program Pascasarjana. Universitas Indonesia.
Jurnal
Burhanudin, Jajat. “The Fragmentation of Religious Authority: Islamic Print Media in Early 20th Century Indonesia”. Studia Islamika 11. No. 1. (2004). 35, 47-48. Juga dapat diunduh di http://journal.uinjkt.ac.id/index.php/studia-
islamika/article/view/652.
Irfansyah, Azhar dan Nella A. Puspitasari, “Tentang Pasang Surutnya Badai Itu: Riwayat Pers Kiri di Indonesia (Bagian I)”. Harian IndoPROGRESS (16 Mei 2014). 9. Juga dapat diunduh di https://indoprogress.com/2014/05/tentang-pasang-surutnya- badai-itu-riwayat-pers-kiri-di-indonesia-bagian-i/.
Majalah
Majalah Tempo edisi Khusus Rahasia-Rahasia Ali Moertopo tanggal 14- 20 Oktober 2013.
Internet
Abdulsalam, Husein. Kwik Kian Gie, Prabowo Subianto, dan Benang Merah Mafia Berkeley. https://tirto.id/kwik-kian-gie-prabowo- subianto-dan-benang-merah-mafia-berkeley-cZTu. Diakses pada 1 Februari 2019 pukul 17.47 WIB.
Abdulsalam, Husein. Malari 1974: Protes Mahasiswa yang Ditunggangi Para Jenderal. https://tirto.id/malari-1974-protes-mahasiswa- yang-ditunggangi-para-jenderal-cDe9. Diakses pada 3 Februari 2019 pukul 17.09 WIB.
Faisal, M. IGGI dan Asal-Usul Utang Luar Negeri Indonesia.
https://tirto.id/iggi-dan-asal-usul-utang-luar-negeri-indonesia- cEW3. Diakses pada 1 April 2019 pukul 23.56 WIB.
Golkar. Sejarah Partai. https://partaigolkar.or.id/sejarah. Diakses pada 4 Desember 2018 pukul 16.16.
Hidayat, Arief. Pemimpin Redaksi Suara Karya Bantah Korannya Akan Tutup.
https://nasional.tempo.co/read/766858/pemimpin-redaksi-suara- karya-bantah-korannya-akan-tutup/full&view=ok. Diakses pada 19 Maret 2019 pukul 16.35 WIB.
Iqbal, Muhammad. Nahdatul Ulama Didirikan untuk Membendung Puritanisme Agama.
https://tirto.id/nahdlatul-ulama-didirikan-untuk-membendung- puritanisme-agama-cDLL. Diakses pada 18 Desember 2018 pukul 22.03 WIB.
Ketetapan MPRS No. XXIII Tahun 1966 tentang Pembaharuan Kebijaksanaan Landasan Ekonomi, Keuangan, dan Pembangunan. Diakses dari laman Kemenkeu Http://www.jdih.kemenkeu.go.id/fullText/1966/XXIII~MPRS~
1966TAP.HTM pada 9 November 2018 pukul 03.06 WIB.
Khoiri, Ilham. Pemilu 1971, Demokrasi Semu.
https://nasional.kompas.com/read/2014/01/11/1932246/Pemilu.
1971.Demokrasi.Semu. Diakses pada 4 Desember 2018 pukul 17.25.
KPU. Pemilu 1971.
https://kpu.go.id/index.php/pages/detail/2018/9/PEMILU- 1971/MzQz. Diakses pada 18 Januari 2019 pukul 21.32 WIB.
Matanasi, Petrik. Pembantu-Pembantu Khusus daripada Soeharto.
https://tirto.id/pembantu-pembantu-khusus-daripada-soeharto- cFxD. Diakses pada 16 Januari 2019 pukul 23.32 WIB.
Matanasi, Petrik. Prabowo Harus Belajar Sejarah: Wartawan adalah Bidan Lahirnya RI. https://tirto.id/prabowo-harus-belajar- sejarah-wartawan-adalah-bidan-lahirnya-ri-da99. Diakses pada 18 Desember 2018 pukul 19.06 WIB.
Matanasi, Petrik. Sejarah Korpri dan Cara Soeharto Mempolitisasi Pegawai Negeri. https://tirto.id/sejarah-korpri-dan-cara- soeharto-mempolitisasi-pegawai-negeri-c97N. Diakses pada 9 April 2019 pukul 00.44 WIB.
Matanasi, Petrik. Sejarah Pidato Trikora dan Ambisi Sukarno Kuasai Papua. https://tirto.id/sejarah-pidato-trikora-dan-ambisi- sukarno-kuasai-papua-db2m. Diakses pada 17 Januari 2019 pukul 2.19 WIB.
Mukthi, M.F. Petisi 24 Oktober. historia.id/politik/articles/petisi-24- oktober-D8Joo. Diakses pada 12 April 2019 pukul 18.08 WIB.
Persatuan Islam, Sejarah Persatuan Islam.
http://persis.or.id/sejarah-persatuan-islam. Diakses pada 18 Desember 2018 pukul 21.55 WIB.
Sitompul, Martin. Asal-usul Istilah Orde Baru.
https://historia.id/politika/articles/asal-usul-istilah-orde-baru- DAoE7. Diakses pada 29 Januari 2019 pukul 21.44 WIB.
Triyana, Bonnie. Riwayat Berdirinya PNI.
https://historia.id/modern/articles/riwayat-berdirinya-pni- PGj0V. Diakses pada 19 Desember 2018 pukul 02.15 WIB.
155
LAMPIRAN-LAMPIRAN
a. Suara Karya edisi harian.
b. Suara Karya edisi mingguan
c. Profil Suara Karya
d. Struktur Redaksi Suara Karya
Penasehat: Sapardjo
Pemimpin Umum: Sumiskum
Wakil Pemimpin Umum: Djamal Ali
Pemimpin Redaksi: A. Rachman Tolleng Wakil Pemimpin Redaksi: A. Sjamsul Basri
Dewan Redaksi:
Sajuti Melik, Hendro Budijanto (non-aktif), Pintor Simandjuntak, A.
Rachman Rangkuti, Kadjat Hertojo, B. Massora, Herutjahjo.
Staf Redaksi:
Breyman Purwoto, Harris Sjarnaun, Yop Pandie, Saptari K, Herman Roempoko
Staf Ahli:
Midian Sirait, Sudjati, Cosmas Batubara, David Napitupulu.
e. Tajuk Rencana Suara Karya
Tajuk Rencana edisi 1 Desember 1973
Tajuk Rencana edisi 11 Maret 1972
Tajuk Rencana edisi 20 Maret 1972 (kiri).
Tajuk Rencana edisi 16 Agustus 1971 (kanan).
Tajuk Rencana edisi 16 November 1971.
Tajuk Rencana edisi 16 November 1971.
Tajuk Rencana edisi 16 Januari 1974
Tajuk Rencana edisi 29 Januari 1974.
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : Agoes Sofyan
Jabatan : Jurnalis Senior di www.suarakarya.id (sekarang) Media Support di Harian Umum Suara Karya Tempat, Waktu: Ciputat, 10 Juli 2019 pukul 22.00 WIB.
Keterangan Wawancara:
M: Moderator (Dicky Prastya) R: Responden (Agoes Sofyan)
R : Sekarang masuk tiga tahun.
M : Berarti 2016 Suara Karya (edisi cetak) sudah tidak ada?
R : Lalu yang validnya saya tidak tahu ya. Ada yang menyatakan berhenti itu ada memang.
M : Waktu saya cari di google itu ada, tapi dia bicarakan tentang bantahan. Jadi (pihak) Suara Karya itu membantah kalau sudah tidak ada.
R : Jadi waktu itu sempat berhenti.
M : Vakum jatuhnya ya?
R : Vakum. Kemudian dibantah sama tim redaksinya.
M : Iya saya sudah baca tentang itu.
R : Bangkit lagi Suara Karya.
M : Akhirnya berhenti total?
R : Iya berhenti. Kalau Suara Karya sebetulnya kamu tau kan awal mulanya suara karya itu ada bagaimana?
M : Iya tau.
R : Mulanya dari partai kan, kamu sudah diulas ya?
M : Sudah, tapi tidak apa-apa kalau mau diulas kembali.
R : Jadi berdirinya suara karya itu tidak terlepas dengan Partai Golkar, di tahun itu ya. Karena saya masuknya di saat zaman reformasi. Saya ini kan kuliah sejarah dulu. Saya ketika zaman reformasi itu, Ketua Umum Partai Golkar Pak Akbar.
M : Siapa?
R : Akbar Tanjung
M : Akbar Tanjung? oh iya.
R : Kemudian pemimpin umunya suara karya Teo Sandiaga.
M : Nanti Saya google aja.
R : Pemimpin Redaksinya Bambang Sadono. Kemudian Pemimpin Perusahaannya Ms Hidayat. Itu setalah pasca reformasi, tapi sebelumnya kalau kilas balik antara tahun 1970 dan 1972 itu suara karya untuk menopang Partai Golkar inti dari pemberitaannya. Pemberitaan pemerintahlah sebutnya.
Untuk menopang Partai Golkar, berita Golkar tapi pemerintah.
Artinya ditunjukkan kepada pemerintah Soeharto. Selang berjalannya waktu, reformasi terjadi kan. Hal itu mengakibatkan yang namanya turbulensi pada Partai Golkar dan Suara Karya tentunya terkena dari dampaknya. Bukan hanya dari rezim yang lama saja tapi Suara Karya ikut juga mendapatkan imbas pascareformasi. Apa imbasnya? Ya ini seperti oplah koran, dari oplah iklan dan dari kerjasama yang
menjadi penopang Suara Karya dulu adalah kementerian, departemen, dan semuanya terkait pemerintah saat itu.
M : Berarti orang pemerintah semuanya?
R : Semuanya, jadi untuk setiap PNS itu mendapatkan koran tersebut secara gratis. Tiap hari itu mereka tidak mengeluarkan duit.
M : Tapi lembaganya atau bagaimana?
R : Lembaganya sebenarnya tidak secara merta-merta melanggankan koran kepada PNS nya. Misal kementerian perdagangan semua pegawainya dilanggankan koran Suara Karya. Maka kementerian itu yang membayar kepada pihak Suara Karya. Dan Suara Karya kan tidak pernah meminta kepada kementerian itu untuk berlangganan korannya. Mereka sendiri. Hebatnya di situ mengapa Suara Karya kuat. Jadi orang Suara Karya tugasnya hanya mengurus administrasi, jadi tidak perlu meyakinkan kepada klien. Karena dengan sendirinya mereka dihubungi oleh lembaga terkait. Bahkan Suara Karya pernah dihubungi menteri.
M : oh iya.
R : Jadi kekuatannya Suara Karya sangat dahsyat pengaruhnya terhadap Partai Golkar. Bisa kita katakanlah orang-orang yang duduk di pemerintahan zaman reformasi, otomatis tidak berani.
Karena Pak Harto lengser maka dikurangi, berhenti tidak.
Mereka zaman reformasi tidak enak jadi akhirnya dikurangi, termasuk segi iklannya. Kalau dahulu itu loyal. Kita malah tidak meminta mereka memberi. Sekarang reformasi malah kebalikannya, kita yang meminta.
M : Semenjak tahun 1998 ya?
R : Iya berdekatanlah. Dengan Suara Karya itu jaga jarak karena mereka berkaitan dengan rezim Soeharto duitnya itu kan. Dia takut itu diganti. Namun masih eksis sampai tahun 2016.
M : Terakhir terbit pada 2016, apakah masih ingat dengan jumlah halaman saat itu? Ada 16 halaman atau tetap delapan halaman?
R : Jadi sebelumnya koran Suara Karya berjumlah 32 halaman hingga 36 halaman saat pada zaman keemasannya ya. Bahkan
Suara Karya punya anak media lain yang namanya Suara Karya Mingguan (SKM).
M : Itu saya lihat pada tahun 1971.
R : Dulu eksis itu. Jadi SKM lebih nuansa beritanya entertaiment.
Atau hiburan walaupun ada sedikit-sedikit berita tentang kriminalnya. Dan juga ada bintang-bintang film lah dalam SKM itu.
M : Artis-artis ya?
R : Iya. Bahkan SKM oplahnya malah lebih tinggi pada koran Suara Karya sendiri. Suara Karya itu bahkan pernah 15ribu exemplar lho.
M : Tahun berapa itu mas?
R : Di zaman orba, baru setelah orde baru lengser hanya bertahan 7ribu eksemplar. Tapi SKM ketika saya masuk itu sudah tidak ada.
M : Tidak ada SKM itu dari kapan?
R : Ketika saya masuk ke suara karya itu antara 1999, 2000, 2001, atau 2002.
M : itu udah tidak ada tuh 2001?
R : Saya tidak tau ya, sebenarnya SKM itu sudah tidak ada sejak kapan.
M : Kalau sekarang sebagai apa mas? Maksudnya jabatan terakhir di Suara Karya sebagai apa?
R : Saya sebetulnya begini. Jadi ketika saya masuk Suara Karya, saya menginginkan masuk ke dalam redaksi karena menarik di sini. Zaman dahulu kan bagian redaksi sama bagian usaha/iklan. Redaksi itu murni mencari berita, sedangkan usaha kan urusannya mengenai iklan, kerja sama, dan promo-promo lain- lain. Lalu kenapa ketika saya masuk pemred kala itu namanya Mas Sadono.
M : Bambang Sadono namanya ya?
R : Iya, dulu wakil pemimpin Suara Merdeka di semarang. Suara Merdeka kala itu saling merajai tirasnya di daerah Jawa Tengah. Ketika dia masuk menjadi anggota DPR, maka dia
diminta menjadi Pimred Suara Karya oleh Teo sama Akbar, supaya membenahi Suara Karya. Dia Bambang Sadono dianggap telah mewakili dari kalangan pers. Dia merupakan Ketua PWI Jawa Tengah. Bahkan dia juga punya kans menjadi Ketua PWI pusat saat itu. Namun ternyata setelah kontestasi tersebut, dia menjadi Sekjennya Pak Bambang dan membenahi Suara Karya. Pertanyaan anda kan apa jabatan saya di Suara Karya itu di mana? Pada saat itu kan saya menginginkan menjadi wartawan Suara Karya. Karena saya sudah lama bersama dengan Pak Bambang. Saya sudah sering membantu Suara Merdeka dan juga medianya dia. Baik media internal atau yang kita bikin seperti buku, majalah, indomagazine. Saya sendiri merupakan anak buahnya dia.
M : Oh anak buahnya. Oke.
R : Jadi dia punya perusahaan sendiri dengan istilahnya menopang dari Suara Merdeka. Suara Merdeka kan koran, tapi ini majalahnya, bukunya, kumpulan-kumpulan tokoh perusahaannya Pak Bambang berada di bawah benderanya yakni citra almamater. Ketika saya masuk di Suara Karya, saya sudah mengerti petanya ataupun targetnya dari Bambang Sadono yakni untuk menyehatkan kembali Suara Karya, dan ditargetkan sama bos-bos ini untuk mengembalikkan Suara Karya. Ini tidak otomatis, tidak bisa serta merta. Maka saya pun diposisikan antara di keduanya. Yakni saya juga bisa masuk ke bagian redaksi karena sudah profesi. Kita ini istilahnya berbeda dengan media-media mainstream pada saat itu, karena modal kelompok-kelompok seperti Dahlan Iskan. Kalau di sini jadi wartawan itu juga harus bisa mencari iklan. Karena ia harus survive. Sedangkan Jawa Pos tidak seperti itu. Jadi belum menyentuh. Untuk independensi redaksi sendiri tidak boleh dipengaruhi oleh pemimpin pusatnya. Kalau itu saja tidak boleh apalagi saya kan. Saya bisa saja, semisal ada peliputan terkait itu segala macam, bisa saja saya mengambil berita tersebut tanpa koordinasi dengan redaksi. Misalnya isu politik, saya bisa masuk di politik atau ekonomi juga bisa masuk.
Meskipun ya di situ ada orang-orang redaksi juga tapi sudut pandangnya yang saya buat itu adalah kerja sama. Istilahnya tidak terkait isu sentralnya.
M : Paham-paham.