• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUARA KARYA 1971-1974

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "SUARA KARYA 1971-1974 "

Copied!
195
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumiskum terpilih sebagai pemimpin umum dan Djamal Ali sebagai pemimpin redaksi Harian Umum Suara Karya. Kemudian penulis ingin mengetahui pemikiran Suara Karya mengenai keadaan negara pada masa pemerintahan Orde Baru melalui editorial.

Identifikasi Masalah

Batasan Masalah

Rumusan Masalah

Tujuan dan Manfaat Penelitian

Metode Penelitian

Sedangkan dalam pemberiannya, sumber daya dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sumber daya primer dan sumber daya sekunder. Artikel ini merupakan hasil kumpulan sumber yang telah diolah dan diintegrasikan menjadi suatu bentuk penelitian.29 Pedoman yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor 507 Tahun 2017.

Sistematika Penulisan

Bab Keempat, bab ini membahas mengenai kondisi sosial politik yang terjadi pada masa pemerintahan Soeharto. Bab Lima, bab ini berisi tentang sikap media Harian Umum Suara Karya melalui kerja redaksional yang dimulai pada tahun 1971 hingga tahun 1974.

KAJIAN PUSTAKA

Landasan Teori

Namun peran utama media cetak sebagai alat kampanye adalah membangun citra institusi yang terkait dengan media tersebut. Analisis wacana juga dapat mengungkap ideologi yang dianut media, yang kemudian menjadi dasar penyajian makna sosial, budaya, dan perjuangan dalam realitas pesan atau teks yang disampaikan dalam media.

Kajian Pustaka

Selanjutnya, buku ini mengupas tentang era pelarangan pers pada masa Orde Baru yang diawali dengan tragedi bencana 15 Januari (Malari) 1974. Tak hanya itu, buku ini juga membahas tentang kemajuan pers daerah, seperti pers pada masa Orde Baru. Sulawesi Utara dan Kalimantan Selatan .39.

Kerangka Berpikir

PERS DAN POLITIK DI INDONESIA

Pers Pra Kemerdekaan

Lihat penjelasan lebih lanjut dalam Abdurrahman Surjomihardjo dkk, Berbagai aspek perkembangan sejarah pers di Indonesia, 80. 59 Lihat dalam bentuk tabel dalam Abdurrahman Surjomihardjo dkk, berbagai aspek perkembangan sejarah pers di Indonesia , 89.

Pers Orde Lama

Hal itu juga menjadi ancaman bagi pemerintah Belanda, termasuk perusahaan yang menangani kegiatan pers di Indonesia. Kelompok pers Tionghoa ini sering menggemakan bahwa komunitas Tionghoa di Indonesia tidak perlu berbaur dengan masyarakat Indonesia.

Pers Orde Baru

ORDE BARU

Lahirnya Sebuah Era Baru

Dari sinilah muncul nama Soeharto sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) sebagai Panglima Angkatan Darat menggantikan Letjen Achmad Yani. 106 John Roosa, Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan ke-30 dan Kudeta Soeharto, (Jakarta: Lembaga Sejarah dan Sosial Indonesia dan Hasta Mitra. Berbeda dengan Soeharto yang bergerak cepat, Soekarno menganggap peristiwa G30S adalah kejadian biasa dalam revolusi.

Langkah awal yang dilakukan Soekarno adalah dengan tidak membeberkan siapa dalang kejadian ini.111 Soekarno memilih memanggil pejabat tinggi seperti Panglima/Panglima, TNI/Panglima, Komandan Kodam V Jaya, Jaksa Agung dan Wakilnya. Perdana Menteri II melaporkan situasi saat itu. Soekarno pun tak tinggal diam saat mendengar pembantaian kader dan simpatisan PKI. Lihat juga peran TNI dalam mengorganisir pemberitaan G30S dalam John Roosa, Dalih Pembunuhan Massal: Gerakan 30 September dan Kudeta Suharto, 29-30.

Soekarno menilai pembunuhan massal yang terjadi di Jawa Tengah dan Jawa Timur juga melibatkan orang-orang yang tidak bersalah. Setelah mendapatkan Supersemar, ketiga jenderal tersebut kembali ke Jakarta dan menyerahkan surat tersebut kepada Soeharto. Perombakan kabinet Dwikora yang dilakukan Soeharto diduga karena 15 orang tersebut merupakan pendukung Soekarno dan juga simpatisan PKI.

Menciptakan Stabilitas Politik

Ali Moertopo sendiri bertugas sebagai satuan intelijen khusus penyelesaian konflik dengan Malaysia saat menjadi Pasukan Operasi Khusus (Opsus) pada tahun 1964.148. Lihat juga keterlibatan Ali Moertopo dalam penyelesaian hubungan diplomatik dengan Malaysia di Tempo, Intel Diplomat Modal Spirit, dalam edisi khusus Rahasia Rahasia Ali Moertopo Majalah Tempo tanggal 14-20 Oktober 2013, 58. Sementara itu Surjo Wirjohadipuro, Sudjono Ali Moertopo, kemudian dibuat Asisten Pribadi (Aspri) Soeharto yang sebenarnya merupakan kepanjangan dari Spri.150.

Soeharto yang saat itu menjadi panglima pasukan operasi Mandala.153 Pada tahun 1967, Soeharto menunjuk Ali Moertopo sebagai perwira intelijen untuk mengamati kondisi di wilayah Irlandia Barat. Istilah Tri Komando Rakyat (Trikora) lahir dari pidato Sukarno yang memuat gagasan untuk merebut Irian Barat. Laporan Jusuf mengenai kondisi Irian membuat Ali Moertopo segera memutuskan mengirim barang untuk memenuhi kebutuhan penduduk.

Dengan bantuan Ali Moertop, ia mengirimkan lebih dari 250 siswanya untuk memperbaiki rumah, menyalurkan kebutuhan pokok, mengatur transportasi, dan berbuat baik kepada masyarakat Irian Barat. Kemudian Ali Moertopo berangkat ke New York sebagai Badan Intelijen Luar Negeri untuk bertemu dengan banyak delegasi di New York dan Washington DC. Majelis PBB juga memutuskan untuk mengembalikan Irian Barat ke kedaulatan Indonesia, yang disetujui oleh sebagian besar negara anggota PBB.

Merancang Ekonomi

Harian Umum Suara Karya adalah surat kabar terbitan Yayasan Suara Karya pada tanggal 11 Maret 1971. Suara Karya edisi pertama bertepatan dengan peringatan Perintah 11 Maret (Supersemar) 1971 dan setebal empat halaman. Di halaman depan, Presiden Soeharto menuliskan pidato ucapan selamat atas terbitnya Suara Karya.

Dari tajuk rencana, Suara Karya mencanangkan misinya menjadi corong Golkar dalam pelaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintahan Orde Baru. Persentase pembaca Suara Karya juga terbagi dalam dua kategori, yaitu instansi dan masyarakat umum. Menurut Pemimpin Redaksi saat itu, Syamsul Bisri, Suara Karya mengkritik Partai Golkar.

Jadi rumusan pembaca Suara Karya adalah kader Golkar mendominasi struktur pemerintahan. Beberapa bulan setelah edisi pertama terbit, Suara Karya menerbitkan media cetak mingguan bernama Suara Karya Edisi Minggu (SKM). Setelah dilakukan penelitian oleh penulis, Rancangan Tata Suara Redaksi dibagi menjadi beberapa tema yaitu visi Soeharto.

Pandangan tentang Soeharto

Penulis menyadari masih ada beberapa topik yang belum dibahas pada bab ini selanjutnya karena keterbatasan sumber daya dan belum adanya penelitian khusus yang membahas tentang Suara Karya. Selain permasalahan di atas, analisis redaksional akan dijelaskan melalui penjabaran dalam bentuk sub-bab di bawah ini. Suara Karya menyebut peralihan pemerintahan melalui Supersemar 1966 merupakan hari bersejarah di momen bersejarah kemenangan pemerintahan Orde Baru.

Soeharto dipandang sebagai pembuka bagi bangsa Indonesia untuk melanjutkan perjuangan, khususnya di bidang reformasi dan pembangunan.216 Menurutnya, Soeharto adalah solusi untuk membangun kembali warisan yang ditinggalkan pemerintahan orde lama. Dari tulisan di atas, Suara Karya menunjukkan optimismenya terhadap Presiden Soeharto untuk memberinya kesempatan memimpin Indonesia. Dalam pembangunan sosial, perekonomian merupakan faktor yang sangat penting, oleh karena itu dalam konteks dan proses pelaksanaannya, pemerintah tetap mengutamakan sektor perekonomian yang diperkirakan dapat berperan menentukan hingga tahap tahun ini.

Dengan terpilihnya Soeharto sebagai pemimpin baru, Suara Karya menilai Soeharto merupakan tonggak penting dalam pelaksanaan pembangunan dalam negeri. Suara Karya berharap Soeharto menjadi sosok yang mengantarkan era baru pembangunan Indonesia. Pemilu telah menunjukkan bahwa pemerintah mampu memobilisasi rakyat dan berhasil melakukan perubahan-perubahan yang bersifat struktural dan diharapkan dalam rangka menuju kesejahteraan dan kedewasaan rakyat, pemerintah juga telah mampu mendorong masyarakat untuk melihat, menerima dan mengapresiasi nilai-nilai baru yang perlu diterapkan dalam proses pembangunan dan modernisasi dalam 25 tahun ke depan.”219.

Menyuarakan Pembangunan

Dalam hal ini, Suara Karya memahami bahwa unsur non-materi juga penting. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa Suara Karya juga menyoroti permasalahan transmigrasi sebagai permasalahan yang serius. Dengan kebijakan tersebut, Suara Karya berharap pemerintah dapat mencapai tujuan jangka panjang dalam penyelenggaraan perekonomian.

Dalam tajuk lainnya, Suara Karya juga membahas peran pengusaha lokal yang turut serta dalam pembangunan pemerintahan Orde Baru. Pada Agustus–September 1971, misalnya, Suara Karya menulis tajuk rencana yang meliput kunjungan kenegaraan pemerintah Belanda ke Indonesia. Kedatangan yang berlangsung selama tiga hari itu dinilai Suara Karya sebagai peluang bagi pemerintah untuk menunaikan misinya dalam melaksanakan pembangunan.

Suara Karya meyakini bantuan keuangan dari IGGI merupakan komponen krusial dalam pembangunan Indonesia. Menjelang berakhirnya pelaksanaan Pelita I tahun 1973, Suara Karya menilai pembangunan yang dilakukan pemerintahan Soeharto masih sebatas wilayah perkotaan. Suara Karya sendiri menganalisis poin-poin yang terjadi dalam pelaksanaan Repelita II dan membaginya menjadi lima poin.

Mengulas Dinamika Politik

Menurut Suara Karya, langkah Golkar tersebut merupakan langkah politik yang sejalan dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.247. Suara Karya menilai pembentukan Korpri sendiri karena para pejabat tidak terafiliasi dengan partai politik dan menanamkan ideologi Pancasila yang digaungkan pemerintah saat itu. Konsep massa mengambang yang diperkenalkan pada Pemilu 1971, dipandang Suara Karya sebagai gagasan untuk mereformasi kehidupan politik, khususnya yang menyangkut masyarakat pedesaan.

Dalam kebijakan tersebut, Suara Karya mendukung apa yang dicanangkan Menteri Dalam Negeri Amir Machmud. XXII/1966 yang menuntut penyederhanaan partai agar situasi politik lebih stabil.254 Namun Suara Karya juga menambahkan, kebijakan penggabungan partai ini tidak serta merta menciptakan iklim politik yang sehat. Mengingat adanya dwifungsi, Suara Karya menilai kebijakan tersebut merupakan salah satu kebijakan penting pada masa pemerintahan Soeharto.

Berkaca pada masa lalu, Suara Karya menulis bahwa ABRI merupakan elemen penting dalam menjaga kehidupan yang aman, damai, adil, bahagia, dan sejahtera. Berdasarkan ideologi Pancasila tersebut, Suara Karya menilai sejauh mana ideologi tersebut diterapkan sudah sesuai dengan aspirasi seluruh masyarakat. Menyikapi dinamika politik Orde Baru, Suara Karya menyatakan kehidupan politik yang ideal adalah terciptanya stabilitas politik.

Menanggapi Kritik

PENUTUP

Kesimpulan

Media yang digagas Ali Moertopo dan beberapa tokoh Golkar lainnya mampu menjadi salah satu faktor kampanye gagasan Golkar dan Soeharto untuk memenangkan pemilu 1971. Melalui tulisan editorialnya, Suara Karya mencoba menyampaikan apa yang dilakukan pemerintah dengan bahasa yang dapat dipahami masyarakat.

Pers, menurut Suara Karya, harus menjadi penghubung antara pemerintah dan masyarakat sebagai dialog pelaksanaan pembangunan. Sebagaimana dijelaskan dalam penelitian ini, Suara Karya menitik beratkan pada fungsinya sebagai alat dialog antara pemerintah dan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan. Dari situlah media tidak keberatan dengan berbagai tindakan represif yang dilakukan pemerintah, asalkan tujuannya sama.

Suara Karya bahkan mengajak masyarakat untuk fokus dan terus menatap masa depan melalui rencana Repelita II. Kejatuhan Soeharto hampir sama dengan kejatuhan Sukarno, yaitu adanya krisis moneter dan rendahnya kepercayaan masyarakat terhadap kebijakan pemerintah. Kekuasaan Soeharto, Golkar, tenggelam bersama Suara Karya yang kemudian media ini berhenti terbit pada tahun 2017.

Implikasi

Saran

Jaga jarak dengan Suara Karya, karena terkait dengan rezim Soeharto, itu uangnya ya? Pasti ketika membaca Suara Karya yang beredar, tidak ada ruh di dalamnya seperti dulu.

Referensi

Dokumen terkait

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Nur Roikhatul Jannah NIM : 931216718 Fakultas/Jurusan

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Irma Azizi NIM : 932601618 Fakultas/Jurusan :

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Irma Nurainun Fitria NIM : 931216618 Fakultas/Jurusan

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Anwaril Jalali NIM : 933502215 Fakultas/Jurusan :

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : USWATUN KASANAH NIM : 932133917 Fakultas/Jurusan :

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Mugi Selamat NIM : 931409317 Fakultas/Jurusan :

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Mangzilatul Ula NIM : 932605618 Fakultas/Jurusan :

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS yang bertanda tangan di bawah ini, saya: Nama : Mochamad Fiky Yunus NIM : 933503315 Fakultas/Jurusan