• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPM Bidang Sosial

BAB IX Penutup

7. SPM Bidang Sosial

Sesuai dengan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2018 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Sosial di Daerah Provinsi dan di Daerah Kabupaten/Kota, jenis Pelayanan Dasar pada SPM bidang sosial di daerah kabupaten/kota terdiri atas:

a. Rehabilitasi Sosial dasar Penyandang Disabilitas Telantar di luar Panti Sosial;

b. Rehabilitasi Sosial dasar Anak Telantar di luar Panti Sosial;

c. Rehabilitasi Sosial dasar Lanjut Usia Telantar di luar Panti Sosial;

d. Rehabilitasi Sosial dasar tuna sosial khususnya Gelandangan dan Pengemis di luar Panti Sosial; dan

e. Perlindungan dan Jaminan Sosial pada Saat dan Setelah Tanggap Darurat Bencana bagi Korban Bencana daerah kabupaten/kota.

Berikut adalah capaian SPM bidang Sosial di Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2018-2020:

1) Persentase penyandang disabilitas terlantar, anak terlantar, lanjut usia terlantar dan gelandangan pengemis yang terpenuhi kebutuhan dasarnya di luar panti Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) yang sebelumnya dikenal dengan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang menjadi kewenangan kabupaten/kota adalah PPKS yang berada di luar panti. Sementara itu, PPKS di dalam panti menjadi kewenangan propinsi.

Tabel 2.86

Persentase penyandang disabilitas terlantar, anak terlantar, lanjut usia terlantar dan gelandangan pengemis yang terpenuhi kebutuhan dasarnya di luar panti Kabupaten Pasaman

Barat Tahun 2018-2020

No Uraian 2018 2019 2020

1. Jumlah penyandang disabilitas terlantar, anak terlantar, lanjut usia terlantar dan gelandangan pengemis yang terpenuhi kebutuhan dasarnya di luar panti

142 147 6.971

2. Populasi penyandang disabilitas terlantar, anak

terlantar, lanjut usia terlantar dan gelandangan 141 736 7.386

RPJMD Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2021-2026 |II- 137 pengemis

3. Persentase penyandang disabilitas terlantar, anak terlantar, lanjut usia terlantar dan gelandangan pengemis yang terpenuhi kebutuhan dasarnya di luar panti

78,45 19,77 94,38

Sumber: LPPD Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016-2020

Data di atas menunjukkan fluktuasi capaian SPM yang sangat signifikan, terutama di Tahun 2019, di mana capaian SPM untuk pemenuhan kebutuhan dasar penyandang disabilitas terlantar, anak terlantar, lanjut usia terlantar dan gelandangan pengemis di luar panti hanya 19,77%. Angka tertinggi dicapai pada Tahun 2020, yakni 94,38%, karena adanya bantuan pangan dan sembako bagi PPKS setelah Pandemi Covid-19 dari berbagai sumber, mulai dari APBD Kabupaten, APBD Propinsi, dan APBN.

2) Persentase korban bencana alam dan sosial yang terpenuhi kebutuhan dasarnya pada saat dan setelah tanggap darurat bencana daerah kabupaten/kota

Indikator ini mencerminkan pemenuhan SPM kebutuhan dasar korban bencana selama masa tanggap darurat, untuk bencana skala kabupaten. Berikut adalah capaian SPM Bidang Sosial untuk kebencanaan selama tahun 2019-2020.

Tabel 2.87

Persentase korban bencana alam dan sosial yang terpenuhi kebutuhan dasarnya pada saat dan setelah tanggap darurat bencana daerah kab/kota di Kabupaten Pasaman Barat

Tahun 2016-2020

No Uraian 2019 2020

1. Jumlah korban bencana alam dan sosial yang terpenuhi kebutuhan dasarnya dalam satu tahun anggaran

40 181

2. Populasi korban bencana alam dan sosial di daerah kab/kota yang membutuhkan perlindungan dan jaminan sosial pada saat dan setelah tanggap darurat bencana daerah kab/kota

40 181

3. Persentase korban bencana alam dan sosial yang terpenuhi kebutuhan dasarnya pada saat dan setelah tanggap darurat bencana daerah kab/kota

100 100

Sumber: LPPD Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016-2020

Pada Tahun 2020, jumlah korban bencana yang dilaporkan sebanyak 40 kejadian bencana dengan jumlah korban sebanyak 181 Jiwa dan telah ditanggapi dan diberikan jaminan sosial oleh Bidang Bantuan

RPJMD Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2021-2026 |II- 138

2.4. Aspek Daya Saing Daerah 2.4.1 Kemampuan Ekonomi Daerah 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga

Analisis kemampuan ekonomi daerah dapat dilihat dari indikator kemampuan daerah dalam meningkatkan pendapatan masyarakatnya. Salah satu pendekatan di dalam pemetaan pendapatan masyarakat adalah melalui pendekatan pengeluaran, dengan asumsi besaran antara pendapatan dan pengeluaran berbanding lurus, yang artinya semakin besar pendapatan seseorang maka pengeluarannya pun akan semakin besar. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita di Kabupaten Pasaman Barat selama tahun 2016-2020 mengalami kenaikan rata-rata sebesar 5,66% per tahun.

Gambaran pengeluaran konsumsi rumah tangga Kabupaten Pasaman Barat tahun 2015-2020 dapat dilihat pada gambar berikut :

Grafik 2.31 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (Rp)Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2016-2020

Sumber : Pasaman Barat Dalam Angka (2021)

Peningkatan konsumsi rumah tangga per kapita tersebut antara lain disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan konsumsi barang dan jasa. Selain itu, membaiknya kondisi ekonomi masyarakat serta perkembangan ilmu dan teknologi mempengaruhi perubahan selera dan perilaku konsumsi masyarakat. Peningkatan konsumsi tersebut dapat diartikan terjadi peningkatan pendapatan masyarakat secara keseluruhan. Akan tetapi, peningkatan ini perlu diimbangi dengan peningkatan pendapatan di kelompok masyarakat berpendapatan menengah ke bawah (kelompok miskin) sehingga ketimpangan pendapatan antar kelompok masyarakat tidak semakin lebar.

RPJMD Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2021-2026 |II- 139

Selanjutnya, indikator kemampuan ekonomi daerah diukur dari pengeluaran per kapita, baik untuk makanan maupun bukan-makanan. Pengeluaran per kapita adalah biaya yang dikeluarkan untuk konsumsi semua anggota rumah tangga selama sebulan dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga. Data pengeluaran dapat mengungkap tentang pola konsumsi rumah tangga secara umum menggunakan indikator proporsi pengeluaran untuk makanan dan non makanan. Komposisi pengeluaran rumah tangga dapat dijadikan ukuran untuk menilai tingkat kesejahteraan ekonomi penduduk, makin rendah persentase pengeluaran untuk makanan terhadap total pengeluaran makin membaik tingkat kesejahteraan.

Semakin tinggi pendapatan, semakin tinggi pengeluaran bukan makanan.

Dengan demikian, pola pengeluaran dapat dipakai sebagai salah satu alat untuk mengukur tingkat kesejahteraan penduduk, dimana perubahan komposisinya digunakan sebagai petunjuk perubahan tingkat kesejahteraan. Berikut adalah gambaran pengeluaran per kapita rumah tangga di Kabupaten Pasaman Barat selama Tahun 2016-2021:

Tabel 2.88

Pengeluaran per kapita rumah tangga di Kabupaten Pasaman Barat Selama Tahun 2016-2021

No. Uraian 2016 2017 2018 2019 2020

1 Pengeluaran per Kapitan perbulan 952.538 884.108 963.226 951.349 1.013.423 2 Pengeluaran per Kapita Sebulan

Makanan 550.198 535.038 546.951 556.932 571.032

3 % Pengeluaran per Kapita Sebulan

Makanan 57,76 60,52 56,78 58,54 56,35

4 Pengeluaran per Kapita Sebulan

Bukan-Makanan 402.340 349.070 416.275 394.417 442.391 5 % Pengeluaran per Kapita Sebulan

Bukan-Makanan 42,24 39,48 43,22 41,46 43,65

Sumber: BPS

Data di atas menunjukkan bahwa pengeluaran per kapita rumah tangga di Kabupaten Pasaman Barat masih didominasi oleh pengeluaran makanan, yang menunjukkan fluktuasi selama periode 2016-2021. Pengeluaran per kapita makanan menunjukkan persentase tertinggi pada tahun 2017, yakni 60,52% dan terendah pada pada Tahun 2020, yakni 56,35%. Penurunan pengeluaran konsumsi makanan dibanding total pengeluaran menjadi indikator adanya perbaikan pola konsumsi rumah tangga di Kabupaten Pasaman Barat.

2. Iklim Investasi