• Tidak ada hasil yang ditemukan

5A Asidi Alkalimetri Lintang Athallah Batari 2 (1)

N/A
N/A
Richard Wijaya

Academic year: 2023

Membagikan "5A Asidi Alkalimetri Lintang Athallah Batari 2 (1)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Asidi Alkalimetri

Lintang Athallah B. A.*, Aurelia Khezzia A. E, Muhammad Fajar M. P, Richard Wijaya S.

Prof. Dr. Ir Soeprijanto, M. Sc Departemen Teknik Kimia Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

13 September 2023 Abstrak

Di dalam bidang kimia analitik, Asidimetri merupakan teknik dasar yang digunakan untuk menentukan konsentrasi asam dalam sebuah sampel. Hal ini dilakukan melalui metode yang disebut titrasi, yang melibatkan penambahan larutan standar basa, sebagai titran ke dalam larutan asam yang merupakan titrat. Asam dan basa tersebut kemudian akan bereaksi hingga mencapai titik yang disebut titik ekivalen, yaitu titik yang menunjukkan bahwa asam telah dinetralkan sepenuhnya. Titik ini biasanya dapat ditentukan dengan menggunakan indikator, dan volume titran atau basa yang telah digunakan untuk mencapai titik ekivalen selanjutnya digunakan untuk menghitung konsentrasi asam. Dalam proses Asidimetri, basa kuat biasanya digunakan sebagai titran karena kemampuannya dalam menetralkan asam sepenuhnya. salah satunya yakni Natrium hidroksida, Indikator, seperti fenolftalein juga memiliki peran penting dalam proses Asidimetri untuk memberikan petunjuk visual terkait titik akhir titrasi atau titik ekivalen, dengan indikator, larutan akan mengalami perubahan warna dalam kisaran pH tertentu sementara itu dalam proses Alkalimetri, metode titrasi digunakan untuk menentukan konsentrasi basa dalam suatu larutan. Prosesnya dilakukan dengan penambahan asam standar dengan volume tertentu ke dalam larutan basa hingga mencapai titik akhir atau ekuivalen yang juga dapat dideteksi oleh sebuah indikator. Asam kuat, seperti asam klorida secara bertahap terus ditambahkan ke dalam larutan basa, sehingga terjadi reaksi asam dengan basa, yang menyebabkan pH larutan menurun menjadi netral yang nantinya juga ditandai dengan perubahan warna pada larutan.

Kata kunci : aside alkalimetri, larutan baku, standarisasi 1.0 Pendahuluan

Dalam bidang farmasi, asidi-alkalimetri dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu obat dengan teliti karena dengan titrasi ini, penyimpangan titik ekivalen lebih kecil sehingga lebih mudah untuk mengetahui titik akhir titrasinya yang ditandai dengan suatu perubahan warna, begitu pula dengan waktu yang digunakan seefisien mungkin (Haryadit, 2015). Salah satu metode analisis kuantitatif yang digunakan dalam kimia analitik untuk menentukan kuantitas, kadar, atau konsentrasi suatu senyawa atau zat tertentu yang diketahui atau tidak diketahui yang dikenal dengan Titrasi.

Asidi Alkalimetri atau yang biasa dikenal sebagai Titrasi Asam Basa merupakan metode analisis kimia yang meliputi Asam dan Basa. Asam adalah zat yang dapat terioniasi untuk melepaskan ion hidrogen (H+) dalam air sementara Basa merupakan zat yang dapat terionisasi untuk melepaskan ion hidroksida (OH-). Reaksi titrasi dilaksanakan dengan cara menambahkan suatu larutan dari buret sedikit demi sedikit kepada suatu larutan lainnya sampai mencapai titik ekuivalen. Titik Ekuivalen adalah titik dimana titrasi sudah mencapai titik akhir sehingga proses titrasi harus dihentikan karena sudah menandakan bahwa larutan asam dan basa sudah tercampur sempurna dan memilih jumlahnya sama. Dalam Praktikum Titrasi Asam Basa, pemilihan indikator akan berpengaruh sebagai penanda perubahan dan pembeda Asam Basa karena dapat mengindetifikasikan pH larutan dan biasanya Indikator yang digunakan pada praktikum adalah Indikator Phenolphthalein atau Indikator PP.

Jurnal Kimia Analisa 2023, Vol. 1, No. 1

(2)

Berdasarkan permasalahan yang terjadi maka dilakukan Tujuan untuk praktikum Asidi Alkalimetri yaitu mengetahui konsentrasi larutan sampel dengan menggunakan metode Asidi Alkalimetri.

2.0 Tinjauan Pustaka 2.1 Titrasi Asam Basa

Titrasi asam basa merupakan metode laboratorium untuk analisis kuantitatif terhadap konsentrasi asam yang tidak diketahui dengan menetralkannya dengan basa yang diketahui (titran) yang sudah diterapkan diberbagai bidang seperti pangan, lingkungan,teknologi nano, dan kimia fisik.

Titrasi asam basa merupakan praktik yang umum dan rutin dilakukan, terdapat banyak jenis kesalahan yang dapat membuat hasil titrasi berbeda dengan yang di ekspektasikan. Kesalahannya seperti konsentrasi atau volume titran, keakuratan volumetrik buret, kesalahan manusia (human error) dan beberapa kemungkinan kesalahan acak. (Sun et al., 2022)

2.2 Asidimetri dan Alkalimetri

Asidimetri dan Alkalimetri adalah sejenis metode analisa yang berdasarkan reaksi netralisasi karena ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion hidroksida yang berasal dari basa saling bereaksi dan menghasilkan air yang bersifat netral. Asidimetri, terkadang dieja asidometri, adalah konsep yang sama dengan metode analitik kuantitatif titrasi asam-basa, tetapi menggunakan asam sebagai larutan standar untuk mengetahui kadar larutan basa (Shuchi et al., 2019)Alkalimetri adalah suatu metode analitik kuantitatif dari titrasi asam-basa untuk menentukan konsentrasi suatu basa dan menentukan kadar senyawa yang bersifat asam dengan menggunakan basa standar (Dianingsi Hipi, Eka Paramita Daud and Gayatri D. Soga, 2022)

2.3 Indikator Asam Basa

Indikator asam-basa merupakan suatu zat yang memberikan warna berbeda pada larutan asam dan basa serta dapat digunakan untuk memprediksikan hasil pH larutan. Indikator yang sering digunakan antara lain kertas lakmus, fenolftalein, metil merah dan brom timol biru. Indikator ini dibuat secara sintetis, menggunakan bahan baku senyawa kimia. Indikator sintesis tersebut sangat dibutuhkan di tingkat sekolah lanjutan sampai dengan perguruan tinggi, yang selama ini digunakan memiliki beberapa kelemahan seperti polusi kimia, ketersediaan dan biaya produksi tinggi. Indikator sintesis tersebut harganyapun relatif mahal dan sangat sulit didapatkan khususnya sekolah di pedesaan. Oleh karena itu, diperlukan alternatif lain sehingga proses pembelajaran tetap berjalan lancar, indikator sintetis dapat diganti dengan alternatif lain berupa indikator asam-basa dari bahan- bahan alam atau tanaman. Indikator asam-basa alami dapat dibuat dengan menggunakan bahan-bahan dari alam seperti bunga sepatu (Frantauansyah,*Siti Nuryanti dan Baharuddin Hamzah, 2013)

2.4 Standarisasi

Standardisasi adalah proses penentuan konsentrasi suatu larutan dengan tepat dengan melakukan titrasi larutan standar primer. Dalam proses titrasi, terdapat suatu zat yang berfungsi sebagai titran dan zat lainnya sebagai titrat. Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk titrasi dan biasanya sudah diketahui secara pasti konsentrasinya. Sedangkan Titrat adalah larutan yang dititrasi untuk mengetahui konsentrasi komponen tertentu. Dalam titrasi terdapat Titik ekivalen yang menyatakan banyaknya titran secara kimia setara dengan banyaknya analit. Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau ditentukan konsentrasinya atau strukturnya.).

Standarisasi dilakukan untuk mengetahui konsentrasi sebenarnya dari larutan, sehingga pemeriksaan yang dilakukan menghasilkan data yang tepat. (Aryani and Widyantara, 2022)

2.5 Natrium Hidroksida (NaOH)

Natrium hidroksida merupakan salah satu basa yang biasa digunakan di laboratorium. Namun, sulit untuk memperoleh natrium hidroksida padat dalam bentuk murni karena memiliki kecenderungan untuk menyerap air dari udara, dan larutannya bereaksi dengan karbon dioksida.

Jurnal Kimia Analisa 2023, Vol. 1, No. 1

(3)

Untuk alasan alasan ini, larutan natrium hidroksida harus distandarisasi sebelum dapat digunakan secara akurat pekerjaan analitis. Kita dapat membakukan larutan natrium hidroksida dengan mentitrasinya terhadap larutan asam yang konsentrasinya diketahui secara akurat. (Chang, 2010) 2.6 Asam klorida (HCl)

Asam klorida (HCl, juga dikenal sebagai asam muriatik) adalah asam mineral tidak berwarna dan sangat korosif yang banyak digunakan dalam industri, terutama bila bereaksi dengan basa organik membentuk garam hidroklorida. Asam klorida sebelumnya dihasilkan dari garam batu dan vitriol biru, kemudian dari garam biasa dengan sifat kimia serupa (NaCl) dan asam sulfat. (DR. James G. Speight, 2017). Nama yang diberikan kepada senyawa tergantung pada keadaan fisiknya. Dalam keadaan gas atau cairan murni, HCl adalah senyawa molekuler yang disebut sebagai hydrogen klorida. Ketika larut dalam air, molekul-molekulnya terurai menjadi ion H+ dan ion Cl-, dalam keadaan ini zat tersebut disebut sebagai asam klorida. (Chang, 2010)

2.7 Jenis-jenis Titrasi

Titrasi Asidimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat sebagai titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang bersifat basa. Sedangkan alkalimetri pada prinsipnya adalah analisa titrimetri yang menggunakan basa kuat sebagai titrannya dan analitnya adalah asam atau senyawa yang bersifat asam(Chang, 2010)

Titrasi Alkalimetri sesuai dengan prinsipnya yaitu penetapan kadar asam dengan menggunakan larutan standar basa. Minyak yang mengandung asam lemak bebas hasil hidrolisa direaksikan dengan NaOH sebagai titran dan fenolftalein sebagai indikator. dan menggunakan pelarut organik seperti etanol sering digunakan untuk melarutkan analit sebelum penambahan titran.(Ulfa, Retnaningsih and Aufa, 2017)

Titrasi iodimetri adalah metode titrasi redoks yang menggunakan larutan standar I2 sebagai titran dalam lingkungan netral atau sedikit asam. Titrasi ini juga dapat dikatakan sebagai titrasi langsung karena pada titrasi ini I2 berfungsi sebagai reagen. Dalam reaksi redoks, harus selalu ada zat pengoksidasi dan zat pereduksi, karena jika suatu unsur meningkatkan bilangan oksidasinya (menghilangkan elektron), maka harus ada unsur yang digunakan untuk menangkap elektron yang dilepaskan. Oleh karena itu, selama reaksi redoks hanya terdapat satu zat pengoksidasi atau hanya satu zat pereduksi. Titrasi iodimetri dilakukan dalam kondisi netral atau dalam kisaran asam lemah hingga basa lemah. Pada pH tinggi (basa kuat), I2 dapat mengalami reaksi disproporsionasi menjadi hipoiodate. (Danang Erwanto, Yudho Bismo Utomo, Farrady Alif Fiolana, Mochtar Yahya, 2018) 2.8 Jenis larutan Standard

Larutan baku primer, juga dikenal sebagai larutan standar, merupakan larutan dengan konsentrasi yang dapat diketahui secara tepat sebelum melakukan proses titrasi. Konsentrasi larutan ini biasanya diukur dalam satuan Mol (molaritas) atau N (normalitas). Pembuatannya melibatkan melarutkan bahan kimia atau senyawa dalam pelarut dengan berat tertentu. Larutan standar, di sisi lain, adalah larutan dengan konsentrasi yang sudah diketahui. Ini bisa berupa asam atau basa yang digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan lain. Misalnya, larutan standar asam digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan basa, dan sebaliknya. Untuk menguji kadar cuka, yang merupakan asam lemah, diperlukan larutan standar basa kuat seperti NaOH. Penting untuk menggunakan reagen murni dalam persiapan larutan standar karena tidak semua standar tersedia dalam keadaan murni. Standar primer adalah zat yang tersedia dalam komposisi kimia yang jelas dan murni, dan hanya bereaksi dalam kondisi titrasi tanpa melakukan reaksi sampingan. Mereka juga tidak berubah atau bereaksi dalam atmosfer terbuka. Ini memastikan akurasi dan ketepatan dalam analisis kimia.

2.9 Penerapan Asidi Alkalimetri di Industri

Kimia analitik mengkaji karakteristik bahan secara kualitatif dan kuantitatif.

Pengaplikasian kimia analitik cenderung lebih luas daripada pengaplikasian ilmu kimia lainnya Jurnal Kimia Analisa

2023, Vol. 1, No. 1

(4)

yang meliputi kimia organik, anorganik, kimia fisik, maupun biokimia. Kimia analitik pun banyak diterapkan dalam berbagai bidang seperti bidang industri, kedokteran, pertanian, dan sebagainya (Nurul Sakinah Faiqah, 2023)Berikut adalah beberapa industri yang menggunakan titrasi:

1. Industri garam

Di industri garam, titrasi seringkali digunakan sebagai metode untuk menentukan kadar KIO3 dalam garam. Sementara itu, dalam industri garam konsumsi yang mengandung iodin, metode yang lazim digunakan hanyalah uji kualitatif. Pada metode ini, bahan kimia diteteskan pada garam dan jika terdapat iodium, akan terjadi perubahan warna menjadi ungu. (Ardhaningtyas Riza Utami, 2021) Penetapan kadar KIO3 pada garam jangka dilakukan menggunakan metode iodometri, titrasi iodometri adalah suatu proses tak langsung yang melibatkan iod, ion iodida berlebih ditambahkan kedalam suatu agen pengoksidasi, yang membebaskan iod dan kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 (Natrium Tiosulfat) (Silviana et al., 2019)

2. Industri pertanian

Titrasi digunakan untuk mengukur kadar kalsium karbonat pada batu kapur yang digunakan dalam pertanian. Dalam titrasi konvensional, ketika sedikit warna ungu kemerahan muncul, analis memiliki kemampuan untuk memperlambat aliran titran sejalan dengan observasi, sehingga titik akhir bisa lebih mendekati titik ekuivalen dengan warna yang lebih jernih. Titrator otomatis yang telah dirancang adalah sebuah perangkat pengukur untuk menentukan kadar Kalsium Karbonat dalam batu kapur, sehingga penting untuk mengetahui tingkat keakuratannya. (I Nyoman Rio Indrajaya, 2021) 3. Industri minyak dan gas

Di Water Treatment Injection Plant di PT. Pertamina EP Asset 1 Rantau Field, titrasi menjadi metode utama untuk menetapkan kadar anion dan kation dalam air injeksi. Selain itu, titrasi juga digunakan untuk mengukur kadar sulfat melalui teknik argentometri, menentukan kadar klorida dengan metode yang serupa, serta menguji konsentrasi kalsium (Ca2+) menggunakan titrasi kompleksometri. Penentuan magnesium (Mg2+) juga dilakukan melalui proses kompleksometri.

Sementara itu, untuk menguji kadar HCO -, digunakan metode titrasi asidimetri, dan untuk kadar CO2 bebas, juga dianalisis melalui prosedur titrasi khusus. (Asmah, Amri and Fajri, 2020)

3.0 Metodelogi 3.1 Bahan Percobaan

1. Natrium Hidroksida (NaOH) 2. Asam Oksalat (H2C2O4.2H2O) 3. HCl

4. Aquadest

5. Indikator Phenolphthalein 3.2 Alat yang digunakan

1. Buret 50 mL 2. Erlenmeyer 100 ml 3. Beaker Glass 250 ml 4. Beaker Glass 50 ml 5. Labu Ukur 100 ml 6. Pipet Tetes 7. Corong kaca 8. Kaca arloji 9. Pipet ukur 10 ml 10. statif dan klem

Jurnal Kimia Analisa 2023, Vol. 1, No. 1

(5)

3.3 Prosedur percobaan

3.3.1 Pembuatan Larutan Indikator Phenolphtalein

1. Menimbang 1 gram padatan indikator phenolphtalein.

2. Masukkan 1 gr phenolphtalein ke dalam labu ukur 100 ml. Tambahkan larutan yang mengandung 80 ml etanol dan 20 ml aquades. Kocok hingga homogen.

3.3.2 Standarisasi NaOH 0,1 N.dengan larutan H2C2O4.2H2O 0,1 N

1. Menimbang 2,52 gram asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O) dengan menggunakan gelas arloji dan neraca analitik.

2. Memasukkan asam oksalat ke dalam gelas beker 100 ml, tambahkan 25-30 ml aquades, kemudian diaduk hingga larut. Bilas gelas arloji dengan dengan sedikit aquades, dan masukkan air bilasan ke dalam gelas beker.

3. Memindahkan larutan asam oksalat ke dalam labu ukur 100 ml, dan membilas gelas beker dengan sedikit aquadest, lalu memasukkan air bilasan tersebut ke dalam labu ukur.

4. Menambahkan aquades hingga tanda batas, dan mengocok hingga homogen.

5. Membilas buret yang sudah bersih dengan sedikit larutan asam oksalat. Lalu mengisi buret dengan asam oksalat.

6. Menimbang 1 gram NaOH dengan botol timbang, kemudian memindahkan dalam labu ukur 100 ml dengan bantuan corong gelas. Larutkan dengan sedikit air dan bilas botol timbang lalu memasukkan air bilasan ke dalam labu ukur. Encerkan larutan sampai tanda batas dan mengocok hingga homogen.

7. Memasukkan 10 ml larutan NaOH yang akan distandarisasi ke dalam erlenmeyer kemudian menambahkan 2-3 tetes indikator phenophltalein.

8. Melarutan NaOH dititrasi dengan larutan asam oksalat dari buret hingga terjadi perubahan warna yang konstan. Catat volume asam oksalat yang digunakan titrasi.

9. Mengulangi standarisasi NaOH tiga kali (tahapan 7-8). Hitung rata-rata volume asam oksalat yang digunakan dan menghitung konsentrasi NaOH.

3.3.3 Standarisasi HCl 0,15 N menggunakan NaOH 0,1 N

1. Memasukkan 1,24 ml HCl pekat ke dalam labu ukur 100 ml yang telah berisi sebagian besar aquades, kocok dan encerkan sampai tanda batas.

2. Mengambil 10 ml larutan HCl masukkan ke dalam Erlenmeyer kemudian menambah 2 tetes indikator phenolptalein.

3. Mengisi buret dengan larutan NaOH yang telah distandarisasi.

4. Melarutan HCl dititrasi sampai warna larutan berubah dari tidak berwarna menjadi merah muda dan mencatat volume NaOH yang digunakan.

5. Mengulangi titrasi sebanyak tiga kali lalu hitung rata-rata volume NaOH yang digunakan.

Tentukan konsentrasi HCl.

Jurnal Kimia Analisa 2023, Vol. 1, No. 1

(6)

3.4 Diagram Alir

A. Pembuatan Larutan Indikator Phenolphtalein

B. Standarisasi NaOH 0,1 N.dengan larutan H2C2O4.2H2O 0,1 N Mulai

Menimbang 1 gram padatan indikator phenolphtalein

Masukkan 1 gr phenolphtalein ke dalam labu ukur 100 ml. Tambahkan larutan yang mengandung 80 ml etanol dan 20 ml aquades.

Kocok hingga homogen

Hasil

Mulai

Memindahkan larutan asam oksalat ke dalam labu ukur 100 ml, dan memasukkan aquades ke

dalam labu ukur sampai batas.

Memasukkan asam oksalat ke dalam gelas beker 100 ml, tambahkan 25-30 ml aquades,

kemudian diaduk hingga larut.

Menimbang 2,25 gram asam oksalat dihidrat (H2C2O4.2H2O) dengan menggunakan gelas

arloji dan neraca analitik

A

(7)

Membilas buret yang sudah bersih dengan sedikit larutan asam oksalat. Lalu mengisi buret

dengan asam oksalat

Melarutan NaOH dititrasi dengan larutan asam oksalat dari buret hingga terjadi perubahan

warna yang konstan. Catat volume asam oksalat yang digunakan titrasi

Menambahkan aquades hingga tanda batas, dan mengocok hingga homogen

Menimbang 1 gram NaOH, kemudian dilarutkan dengan sedikit aquadest lalu dipindahkan ke dalam labu ukur 100 ml dengan

bantuan corong gelas. Encerkan larutan sampai tanda batas dan mengocok hingga homogen

Mengulangi standarisasi NaOH tiga kali (tahapan 7-8). Hitung rata-rata volume asam

oksalat yang digunakan dan menghitung konsentrasi NaOH

Memasukkan 10 ml larutan NaOH yang akan distandarisasi ke dalam erlenmeyer kemudian

menambahkan 2-3 tetes indikator phenophltalein

A

Hasil

(8)

C. Standarisasi HCl 0,15 N menggunakan NaOH 0,1 N

Mulai

Memasukkan 1,24 ml HCl pekat ke dalam labu ukur 100 ml yang telah berisi sebagian besar

aquades, kocok dan encerkan sampai tanda batas

Mengambil 10 ml larutan HCl masukkan ke dalam Erlenmeyer kemudian menambah 2

tetes indikator phenolptalein

Mengisi buret dengan larutan NaOH yang telah distandarisasi

Mengulangi titrasi sebanyak tiga kali lalu hitung rata-rata volume NaOH yang digunakan. Tentukan konsentrasi HCl Melarutan HCl dititrasi sampai warna larutan

berubah dari tidak berwarna menjadi merah muda dan mencatat volume NaOH yang

digunakan

Hasil

(9)

4.0 Hasil Percobaan dan Pembaha 5.0 san

4.1 Hasil Percobaan

Tabel 4.1 Hasil Standarisasi NaOH 0,1 N dengan Asam Oksalat 0,1 N

Titrasi ke-

Volume

Titrasi (mL) Sebelum Titrasi Setelah titrasi

1 5,30 ml

2 5,50 ml

3 5,70 ml

Volume

Rata-rata 5,50 ml

(10)
(11)

Tabel 4.2 Hasil Standarisasi HCl 0,15 N dangan NaOH 0,1N

Titrasi ke- Volume Titrasi (mL)

Sebelum Titrasi

Setelah Titrasi

1 8,1 ml

2 7,8 ml

3 8,1 ml

Volume Rata-

rata 8,0 ml

(12)

4.2 Pembahasan

Praktikum kali ini bertujuan dari percobaan Asidi Alkalimetri adalah mengetahui konsentrasi larutan sample dengan menggunakan metode Asidi Alkalimetri. Asidimetri adalah analisa titrimetri yang menggunakan asam kuat sebagai titrannya dan sebagai analitnya adalah basa atau senyawa yang bersifat basa. Sedangkan alkalimetri pada prinsipnya adalah analisa titrimetri yang menggunakan basa kuat sebagai titrannya dan analitnya adalah asam atau senyawa yang bersifat asam. (Yurida et al., 2013)

Pertama yaitu tahap Asidimetri. Asidimetri adalah titrasi menggunakan larutan asam standar untuk menentukan basa. Asam yang umum digunakan adalah HCl, asam asetat, asam oksalat, asam borat. Tahap Asidimetri berguna untuk mengetahui konsentrasi basa. Kedua yaitu tahap Alkalimetri.

Alkalimetri merupakan kebalikan dari pengukuran keasaman, yaitu titrasi menggunakan larutan standar basa untuk menentukan keasaman. Tahap Alkalimetri berfungsi untuk mengetahui konsentrasi Asam. Tahapan Asidimetri dimulai dengan melakukan perhitungan untuk mencari banyaknya bahan yang dibutuhkan setelah itu dilanjutkan dengan menitrasi NaOH sebagai titrat dengan Asam Oksalat sebagai titran. NaOH adalah sejenis basa logam pedas. Asam oksalat dengan rumus molekul H2C2O4

digunakan sebagai zat pemutih serat, reagen dalam analisis kimia, dan digunakan dalam pemurnian mineral dari logam. (Ambarita Yos Pawer, et al, 2015). Sehingga pada tahap Asidimetri NaOH diletakkan di dalam erlenmeyer dan Asam Oksalat diletakkan di dalam buret. Setelah itu masukkan 2 tetes indikator Phenophtalein (PP) ke dalam larutan NaOH dan mulai lakukan titrasi, erlenmeyer dikocok dengan gerakan yang konstan sampai mengalami perubahan warna dari warna ungu menjadi warna bening. Indikator PP merupakan suatu zat yang memberikan warna berbeda pada larutan asam dan basa serta dapat digunakan untuk memprediksikan hasil pH larutan.

(Frantauansyah,*Siti Nuryanti dan Baharuddin Hamzah, 2013) Setelah itu kegiatan titrasi diulang sebanyak tiga kali sembari dicatat secara berkala. Hal yang sama juga dilakukan pada tahap Alkalimetri hanya saja pada tahapan ini NaOH berperan sebagai titran sehingga diletakkan di dalam Buret dan HCl sebagai titrat dan diletakkan di dalam erlenmeyer. setelah menambahkan indikator PP segera lakukan proses titrasi sampai warnanya berubah dari bening sampai menjadi berwarna pink semu, jika warna yang muncul adalah pink pekat segera ulangi proses titrasi.

Hasil Reaksi NaOH dengan Asam Oksalat NaOH + C2H2O4 NaC2O4 + H2O

Hasil Reaksi HCl dengan NaOH HCl + NaOH NaCl + H

2O

Hasil konsentasi NaOH 0.1 N dengan Asam Okasalat 0.1 N mengunakan metode Asidimetri diperoleh konsentrasi NaOH sebesar 0,11 N. Konsentrasi yang di hasilkan memiliki selisih 0,01 N, lalu hasil konsetrasi HCl dengan NaOH menggunakan metode Alkalimetri adalah 0,08 dan memiliki selisih 0,07 N, selisih tersebut di sebabkan oleh beberapa faktor yaitu terjadinya perbedaan variabel antara perhitungan konsentrasi awal sebelum melakukan praktikum dengan hasil akhir bisa disebabkan karena larutan baku primer. Larutan baku primer, juga dikenal sebagai larutan standar, merupakan larutan dengan konsentrasi yang dapat diketahui secara tepat sebelum melakukan proses titrasi. Konsentrasi larutan ini biasanya diukur dalam satuan Mol (molaritas) atau N (normalitas).

Pembuatannya melibatkan melarutkan bahan kimia atau senyawa dalam pelarut dengan berat tertentu.

Larutan baku primer dipersiapkan dengan cermat dalam jumlah kecil, memerlukan pengukuran yang teliti, dan dilarutkan dengan volume yang tepat. Proses pembuatannya dilakukan di dalam labu ukur dengan kapasitas tertentu. Beberapa zat yang dapat digunakan sebagai larutan baku primer termasuk asam oksalat, boraks, dan asam benzoat. Di sisi lain, larutan baku sekunder tidak memerlukan zat

...(1)

...(2)

(13)

terlarut dengan tingkat kemurnian tinggi. Konsentrasi larutan baku sekunder dapat ditentukan melalui standarisasi dengan melakukan titrasi terhadap larutan baku primer. Larutan baku sekunder bisa berupa larutan basa atau garam dari senyawa anorganik. Namun, perlu diingat bahwa larutan baku sekunder cenderung tidak stabil sehingga perlu dilakukan standarisasi ulang setiap minggu (Basset, 1994) Larutan ini cenderung memiliki tingkat ketelitian yang rendah, tidak stabil, memiliki nilai Massa Molekul (Mr) yang rendah dan dapat mengalami degradasi seiring berjalannya waktu penyimpanan, menyebabkan perbedaan konsentrasi yang berbeda dari yang dihitung secara teoritis.

(14)

6.0 Kesimpulan

Berdasarkan Praktikum asidi alkalimetri yang telah dilakukan dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil konsentrasi NaOH dari Titrasi NaOH sebagai titrat dan Asam Oksalat sebagai titran dengan mengunakan metode Asidimetri adalah 0,11 N

2. Hasil konsentrasi HCl dari Titrasi NaOH sebagai titran dan HCl sebagai titrat dengan menggunakan metode Alkalimetri adalah 0,08 N

(15)

Daftar Pustaka

Ardhaningtyas Riza Utami, 2021. Rancang Bangun Titrator Otomatis Untuk Alat Uji Kalium Iodat Dalam Garam Konsumsi Beriodium.

Aryani, T. And Widyantara, A.B., 2022. Analisis Pemeriksaan Kontrol Klorida Urin Adisi Metode Fantus Menggunakan Sigma-Metrik. Jurnal Penelitian Sains, 24(1), P.1.

Https://Doi.Org/10.56064/Jps.V24i1.599.

Asmah, N., Amri, Y. And Fajri, R., 2020. Penentuan Kadar Anion Dan Kation Pada Air Injeksi Di Wtip (Water Treatment Injection Plant) Pt. Pertamina Ep Asset 1 Rantau Field. Jurnal Kimia Sains Dan Terapan, [Online] 2(1). Available At:

<Https://Ejurnalunsam.Id/Index.Php/Jq>.

Basset, 1994. Vogel Kimia Analitik Kuantitatif Anorganik Compress.

Chang, Raymond., 2010. Chemistry. Mcgraw-Hill.

Dianingsi Hipi, Eka Paramita Daud And Gayatri D. Soga, 2022. Identification Of Alkalimetric Levels Using Acid-Base Reaction Principles. Journal Of Health, Technology And Science (Jhts), 2(4). Https://Doi.Org/10.47918/Jhts.V2i4.247.

I Nyoman Rio Indrajaya, A.N.I.H.P., 2021. Titrator Otomatis Untuk Mengukur Kadar Kalsium Karbonat (Caco3) Pada Batu Kapur. Jurnal Teknik Its (2021).

Nurul Sakinah Faiqah, I.N.Y., 2023. Asidimetri Dan Alkalimetri Dalam Kehidupan Sehari-Hari.

Jurnal Pendidikan Ipa Edukimbios.

Shuchi, J., Mohit, C., Chintaman, K. And Abdul, A.P.J., 2019. Titrimetric Analysis Of Acelofenec Sodium By Using Mixed Solvency. [Online] Published In International Journal Of Trend In Scientific Research And Development (Ijtsrd), Available At:

<Http://Creativecommons.Org/Licenses/By/4.0>.

Silviana, E., Adriani, A., Analis Farmasi Dan Makanan, A. And Aceh, B., 2019. The Comparison Of Potassium Iodate Concentration In Jangka Salt Of Matang Glumpang Dua Production From The Cooking And Natural Drying Process By Iodometri Method. Lantanida Journal, . Sun, Y., Xu, Z., Zhang, F., Li, Z. And Yang, B., 2022. A Reagent-Free Acid-Base Titration Method

Via An Electrodialytic Titrant Generator. Talanta, 237.

Https://Doi.Org/10.1016/J.Talanta.2021.122964.

Ulfa, A.M., Retnaningsih, A. And Aufa, R., 2017. Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas Pada Minyak Kelapa, Minyak Kelapa Sawit Dan Minyak Zaitun Kemasan Secara Alkalimetri Determination Of The Free Fatty Acid Levels In Coconut Oil, Coconut Oil Oil And Olive Oil Packaging In Alkalimetry. Jurnal Analis Farmasi, .

Yurida, M., Afriani, E., Arita, S.R., Raya Palembang Prabumulih Km, J. And Ogan Ilir, I., 2013.

Asidi-Alkalimetri. Jurnal Teknik Kimia, .

(16)

Appendiks

1. Perhitungan Pembuatan NaOH 0,1 N Dalam 250mL N=gram

mr ×1000

mL × valensi gram= N × mr ×ml

1000× valensi gram=0,1×40×250

1000×1 gram=1

2. Perhitungan Pembuatan Asam Oksalat 0,1 N dalam 100mL

N=gram

mr ×1000

mL × valensi Gram= N ×mr × mL

1000× valensi Gram=0,1×126×100

1000×2 Gram=0,63

3. Perhitugan Pembuatan Larutan HCl 0,15 N dalam 100mL

N=density ×10×% Mr N=1,19×10×37 N=36,5

4. Rumus Pengenceran V1x N1=V2x N2 V1x12,06=100x0,15 V1=1,24378109 V1−1,25ml

4. Perhitungan Standarisasi NaOH e x V1 x N1=V2 x N2 x e

1 x 10 x N1=5,5 x 0,1 x 2 N1= 0,11N

5. Perhitungan Standarisasi HCl e x V1 x N1=V2 x N2 x e 1 x 10 x N1=8 x 0,1 x 1 N1= 0,08 N

(17)
(18)

Lembar Revisi Praktikum : Asidi Alkalimetri

Kelompok : 5A

Tanggal Revisi Tanggal Kembali Keterangan Tanda Tangan

(19)

19 September 2023

25 september 2023

 menambahkan reaksi pada pembahasan

 menambahkan foto pada tabel

 spasi antar sub bab di hapus

 sitasi pada tinjauan pustaka kurang

 diagram diganti

 lembar revisi di isi

 appendix di ketik

 - menambahkan ukuran pada bab alat

Referensi

Dokumen terkait

menggunakan larutan basa baku dan pada saat titrasi, titik ekivalen yang sama dengan larutan semula maka volume larutan asam sampel. dapat diukur dan akhirnya konsentrasi larutan

Metode pengukuran konsentrasi larutan menggunakan metode titrasi (titrasi asam-basa) yaitu suatu penambahan indikator warna pada larutan yang diuji, kemudian

dengan cara titrasi larutan asam dan basa Larutan yang digunakan adalah larutan asam monohidrogen fosfat (Na2HPO4) dan larutan basa konjugatnya dihidrogen fosfat

Saat titrasi asam terhadap basa, larutan NaOH (basa) ditetesi indikator metil orange dan berwarna kuning, setelah titrasi warnanya menjadi merah muda yang menunjukkan larutan

2- Titrasi kembali : melarutkan alkaloid dalam sejumlah standar asam dan kelebihan asam dititrasi dengan larutan standard alkali.. • Titrasi bebas air: penetapan kadar alkaloid

Titrasi Asidimetri adalah titrasi netralisasi dengan menggunakan larutan standar asam terhadap basa bebas atau basa yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa

Penuntun Praktikum Kimia Analis Dasar : Titrasi Asam Basa (Penentuan Karbonat Bikarbonat ). Konsep Dasar

Titrasi Asidimetri Asidimetri adalah metode analisis volumetri berdasarkan prinsip reaksi asam basa, dimana larutan asam berfungsi sebagai standar larutan standar sekunder dalam