• Tidak ada hasil yang ditemukan

Alkohol dan Fenol

N/A
N/A
Salsa

Academic year: 2024

Membagikan " Alkohol dan Fenol"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Disusun oleh:

Nama Mahasiswa : Salsa Haura Zahra Wibowo

NIM : 231420039

Program Studi : Teknik Pengolahan Minyak dan Gas Bidang Minat : Refinery

Tingkat : I (Satu)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS

(PEM AKAMIGAS)

(2)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

ALKOHOL DAN FENOL

Disusun oleh :

Nama Mahasiswa : Salsa Haura Zahra Wibowo

NIM : 231420039

Program Studi : Teknik Pengolahan Minyak dan Gas Bidang Minat : Refinery

Tingkat : (Satu)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS

(PEM AKAMIGAS)

Cepu, September 2023

(3)

PERCOBAAN 2 ALKOHOL DAN FENOL

I. Tujuan Praktikum

Setelah melaksanakan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat:

1. Mempelajari reaksi-reaksi alkohol dan fenol dengan reagen tertentu 2. Mengetahui perbedaan dari alkohol dan fenol

II. Keselamatan Kerja

Beberapa keselamatan kerja yang harus diperhatikan dalam percobaan ini adalah:

1. Hati – hati saat bekerja dengan larutan kimia.

2. Perhatikan MSDS dari tiap bahan yang digunakan dalam praktikum ini (MSDS terdapat dalam lampiran).

3. Limbah cair sisa percobaan dibuang ke dalam wadah buangan limbah cair, tidak diperkenankan membuang limbah ke dalam wastafel.

4. Limbah padat dikumpulkan dan dibuang ke wadah buangan limbah padat.

5. Peralatan gelas ditangani dengan hati-hati.

6. Hati-hati saat bekerja dengan listrik.

7. Bahan-bahan yang digunakan, jangan sampai tertelan.

8. Bahan-bahan asam/basa yang digunakan, jangan sampai terkena kulit, jika terkena kulit segera bilas dengan air yang mengalir.

9. Dalam setiap pengamatan yang dilakukan, jaga jarak mata anda dengan materi yang diamati, hati-hati mata jangan sampai terkena efek dari zat/reaksi yang terjadi. Jika terkena segera bilas dengan air.

10. Bersihkan (cuci) peralatan setiap kali sehabis digunakan percobaan. Tabung reaksi dibersihkan dengan sikat tabung reaksi.

III. Dasar Teori

Setiap bahan kimia memiliki MSDS atau lembar data keselamatan kerja.

Berikut ini lembar data keselamatan kerja dari bahan kimia 1-propanol. Penggunaan 1- propanol teridentifikasi sebaai reagen untuk analisis dan produksi bahan kimia. Namun, bahan kimia 1-propanol diklasifikasikan menurut peraturan sebagai cairan mudah

(4)

menyala (kategori 2), kerusakan mata serius (kategori 1), toksisitas pada organ sasaran spesifik-paparan tunggal (kategori 3) dan sistem pernapasan. Tindakan pertolongan pertama yang dapat dilakukan pada kecelakaan (P3K) yaitu jika terhirup maka segera hirup udara segar. Jika terkena kontak dengan kulit segera tanggalkan pakaian yang terkontaminasi dan bilas kulit dengan pancuran air.

Penggunaan 2-propanol teridentifikasikan sebagai reagen untuk analisis.

Klasifikasi bahaya 2-propanol menurut peraturan bahwa cairan mudah menyala (kategori 2), iritasi mata (kategori 2), toksisitas pada organ sasaran spesifik - paparan tunggal (kategori 3), Sistem saraf pusat. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) yang dapat dilakukan yaitu jika terhirup segera hirup udara segar dan panggil dokter.

Jika kontak dengan kulit segera tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi.

Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air. Jika kontak dengan mata segera bilas dengan air yang banyak. Hubungi dokter mata. Lepaskan lensa kontak. Jika tertelan segera beri korban minum air putih (dua gelas paling banyak). Periksakan ke dokter.

Penggunaan butanol teridentifikasi sebagai reagen untuk analisis. Klasifikasi bahaya butanol menurut peraturan bahwa cairan mudah menyala (kategori 3), toksisitas akut, oral (kategori 4), iritasi kulit (kategori 2), kerusakan mata serius (kategori 1), toksisitas pada organ sasaran spesifik - paparan tunggal (Kategori 3), Sistem pernapasan. Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) yang dapat dilakukan yaitu jika terhirup segera hirup udara segar dan panggil dokter. Jika kontak dengan kulit Segera tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/

pancuran air. Jika kontak dengan mata Segera bilas dengan air yang banyak. Hubungi dokter mata. Lepaskan lensa kontak. Jika tertelan segera beri korban minum air putih (dua gelas paling banyak). Periksakan ke dokter.

Penggunaan Fenol teridentifikasikan sebagai produksi farmasi dan analisis dan juga sebagai campuran di industri makanan dan farmasi. Klasifikasi bahaya Fenol menurut peraturan bahwa fenol toksisitas akut, oral (kategori 3), toksisitas akut, penghirupan (kategori 3), toksisitas akut kulit (kategori 3), korosi kulit (subkategori 1B), kerusakan mata serius (kategori 1), mutagenisitas pada sel nutfah (kategori 2), toksisitas pada organ sasaran spesifik - paparan berulang (kategori 2), Sistem syaraf, Ginjal, Hati, Kulit, bahaya akuatik kronis atau jangka panjang (kategori 2). Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) yang dapat dilakukan yaitu jika terhirup Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) yang dapat dilakukan yaitu setelah terhirup segera hirup udara bersih. Segera hubungi dokter. Jika napas terhenti segera berikan pernapasan buatan secara mekanik, jika diperlukan berikan oksigen.Jika kontak dengan kulit bilas

(5)

dengan polyethylene glycol 400 atau campuran polyethylene glycol 300/ethanol 2:1 dan cuci dengan air yang banyak. Jika tidak tersedia, cuci dengan air yang banyak .Segera lepaskan pakaian yang terkontaminasi. Segera panggil dokter. Jika kontak dengan mata bilas dengan air yang banyak. Segera hubungi dokter mata. Lepaskan lensa kontak. Jika tertelan beri air minum (paling banyak dua gelas). Segera cari anjuran pengobatan.

Hanya di dalam kasus khusus, jika pertolongan tidak tersedia dalam satu jam, rangsang untuk muntah (hanya jika korban tidak sadarkan diri), telan karbon aktif and konsultasikan kepada dokter secepatnya. Jangan mencoba menetralisir.

Penggunaan FeCl3 teridentifikasi sebagai reagen untuk analisis. Klasifikasi bahaya FeCl3 menurut peraturan bahwa korosif pada logam, (kategori 1),Toksisitas akut (kategori 4), Oral, H302 Iritasi kulit, (kategori 2), kerusakan mata serius, (kategori 1). Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) yang dapat dilakukan yaitu jika terhirup segera hirup udara segar dan panggil dokter. Jika kontak dengan kulit segera tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air. Jika kontak dengan mata segera bilas dengan air yang banyak. Hubungi dokter mata.

Lepaskan lensa kontak. Jika tertelan segera beri korban minum air putih (dua gelas paling banyak). Periksakan ke dokter.

Penggunaan n-heptana teridentifikasi sebagai reagen untuk analisis dan produksi bahan kimia. Klasifikasi bahaya n-heptana menurut peraturan bahwa cairan mudah menyala (kategori 2,H225), iritasi kulit (kategori 2, H315), toksisitas pada organ sasaran spesifik - paparan tunggal (kategori 3), sistem saraf pusat (H336), bahaya aspirasi (kategori 1, H304), bahaya akuatik akut atau jangka pendek (kategori 1, H400) , bahaya akuatik kronis atau jangka panjang (Kategori, H410). Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) yang dapat dilakukan yaitu jika terhirup segera hirup udara segar dan panggil dokter. Jika kontak dengan kulit segera tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air. Jika kontak dengan mata segera bilas dengan air yang banyak. Hubungi dokter mata. Lepaskan lensa kontak. Jika tertelan perhatian jika korban muntah. Resiko pengeluaran! Jaga agar aliran udara tetap bebas. Kerusakan paru-paru mungkin terjadi setelah pengeluaran muntah.

Segera panggil dokter.

Suatu atom atau kumpulan dari atom-atom yang terikat bersama dengan cara tertentu sebagai bagian suatu molekul yang kemudian mempengaruhi karakteristik sifat dan kimia molekul secara keseluruhan disebut dengan istilah gugus fungsi. Alkohol dan fenol termasuk senyawa yang memiliki gugus fungsi yang sama, yaitu hidroksil (OH).Perbedaannya pada alkohol gugus hidroksil terikat pada atom karbon, sedangkan

(6)

pada fenol gugus hidroksil terikat pada karbon yang menjadi bagian langsung dari cincin aromatik (Wahyuningrum, 2014).

Alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus fungsi hidroksil (OH) yang terikat pada atom karbon jenuh. Rumus umum alkohol adalah ROH, dimana R adalah alkil, alkil tersubstitusi atau hidrokarbon siklik. Gugus OH merupakan gugus yang polar dimana atom hidrogen berikatan dengan atom oksigen yang lebih elektronegatif (Basri, 2003).

Alkohol yang paling sederhana adalah metanol (CH3OH) yang dibuat dari gas sintesis. Alkohol yang lebih tinggi berikutnya adalah etanol (C2H5OH) yang dapat dibuat dari fermentasi glukosa (Basri, 2003).

Alkohol-alkohol rendah (metanol dan etanol) dapat larut dalam air dengan tidak terbatas. Alkohol mempunyai berat jenis yang lebih tinggi dari pada alkana tetapi masih lebih rendah dari pada air. Titik didih alkohol jenuh lebih tinggi dari titik didih alkana yang mempunyai atom C yang sama (Fessenden, 1982).

Alkohol adalah senyawa yang mempunyai gugus fungsi hidroksil yang terikat pada atom karbon jenuh. Alkohol mempunyai rumus umum ROH, dimana R merupakan alkil, alkil tersubstitusi, atau hidrokarbon siklik. alkohol disini tidak termasuk fenol (gugus hidroksil berikatan dengan cincin aromatik), enol (gugus hidroksil berikatan dengan karbon vinilik) karena sifatnya kadang berbeda.

Alkohol dapat dianggap merupakan turunan dari air (HOH), dimana satu atom hidrogennya diganti dengan gugus alkil (Riswiyanto, 2009).

Hidrokarbon suatu alkohol bersifat hidrofobik (sukar larut dalam air) semakin panjang bagian hidrokarbon ini maka kelarutannya semakin rendah didalam air.

Bila rantai karbon cukup panjang, sifat hidrofobik ini akan mengalahkan sifat hidrofil gugus hidroksil. Kelarutan dalam air disebabkan oleh ikatan hidrogen antara alkohol dan air. Alkohol yang mempunyai massa (Fessenden, 1982).

Fenol merupakan senyawa berhidrat satu dengan titik didih 182°C dan jika dibiarkan di udara dan cahaya fenol menjadi merah atau cokelat. Fenol jika dicampur dengan air akan membentuk 2 fasa, dibawah larutan air dalam fenol dan diatas larutan fenol dalam air. Kelarutan air dalam fenol dan sebaliknya akan bertambah dengan naiknya suhu pada 68°C (Riawan, 2002). Fenol sedikit larut dalam air dengan perbandingan 8,3g/ 100ml karena bobot molekul air lebih rendah dari fenol (Casey, 2000).

Fenol merupakan senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil (OH) yang terikat langsung dengan atom karbon pada suatu cincin benzena (Martin, 2012).

(7)

Fenol dibuat dengan penggabungan garam asam dengan natrium hidroksida membentuk garam natrium dan fenol (Riawan, 2002).

Fenol ialah asam yang lebih kuat daripada alkohol terutamakarena ion fenoksidanya distabilkan oleh resonansi. Muatan negatif pada ion alkoksida terkonsentrasi pada atom oksigen , tetapi muatan negatif pada ion fenoksida terdapat pada posisi cincin orto dan para melalui resonansi .Iodoform pertama kali disintesis oleh George Serullas pada tahun 1882 dan rumus molekul di identifikasi pertama kali oleh Jean BaptiesteDumas pada tahun 1834. Hal ini disintetis oleh reaksi haloform reaksi isodium dengan natrium hidroksida dengan salah satu dari empat jenis dan senyawa organik yaitu metal keton, asetaldehida, etanol dan alkohol sekunder tertentu.

Reaksi Iodium dengan basa metil keton akan menghasilkan endapan berwarna kuning pucat yang disebut Iodoform Test (Ulya, 2012).

Fenol merupakan senyawa yang memiliki gugus hidroksil terikat langsung ke benzen atau cincin benzenoid. Induk senyawa kelompok ini, C6H5OH, disebut fenol, merupakan bahan kimia industri yang penting. Banyak sifat fenol yang serupa dengan alkohol, tapi kesamaan ini adalah sesuatu penyederhanaan yang berlebihan. Seperti arylamines, fenol adalah senyawa gugus hidroksil dan cincin aromatik berinteraksi kuat, mempengaruhi reaktivitas masing-masing.Interaksi ini menyebabkan beberapa sifat dan kegunaan baru dari fenol. Sebuah langkah penting dalam sintesis aspirin, misalnya, tanpa paralel dalam reaksi baik alkohol atau arena (Casey, 2000).

Fenol adalah asam yang lebih kuat dari pada alkohol karena ion fenoksidanya distabilkan oleh resonansi. Fenol mudah dioksidasi oleh udara dan memberikan zat warna. Mempunyai sifat antiseptik, beracun, dan mengikis dengan nilai ka= 1x10-

10. Pada uji besi kebanyakan fenol bereaksi dengan besi (III) klorida membentuk warna merah, ungu, biru, atau hijau yang tergantung pada konsentrasi atau senyawa fenolik yang digunakan (Casey, 2000).

Senyawa fenol yang banyak terikat dengan gula dikenal sebagai glukosida yang biasa terdapat pada vakuola sel tanaman. Salah satu golongan terbesar fenol adalah flavonoid, yaitu senyawa metabolit sekunder pada tumbuhan yang berfungsi sebagai antioksidan (Pujianto, 2011).

Fenol yang dikenal dengan nama asam karbolat ini memiliki sifat jutaan kali lebih asam dibandingkan dengan alkohol karena fenol mampu melepaskan ion H+ dari gugus hidroksil sehingga membuat fenol menjadi anion fenoksida. Anion (muatan negatif) ini akan disebar oleh cincin aromatik (delokalisasi), sedangkan pada alkohol tidak terjadi.

Fenol memiliki sifat beracun (toksik) pada jaringan hewan dan berbau sangat

(8)

menyengat. Fenol juga sulit didegradasi oleh organisme pengurai/dekomposer sehingga dapat masuk dengan mudah ke dalam tubuh manusia melalui pencernaan dan pernapasan (Ulya, 2012).

Berdasarkan cara pembuatannya, fenol didapat melalui reaksi oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoat (Kaniawati, 2011). Sedangkan pada alkohol didapat dari turunan pada alkana. Alkohol terdapat di alam terutama dalam bentuk ester.

Alkohol juga sebagai pelarut senyawa organik dan pembuat senyawa-senyawa organik lainnya. Pada alkohol juga memiliki sifat optis aktif yaitu dapat memutar atom-atom karbon asimetris (C kiral). Hal ini yang menyebabkan adanya isomer optik dengan jumlah isomar adalah 2n2 dengan adalah jumlah atom yang asimetris (Pujianto, 2011).

Cara untuk membedakan alkohol dengan fenol dan antara senyawa-senyawa alkohol sendiri dapat dilakukan dengan uji Lucas, uji asam kromat(Bardwell-wellman) dikarenakan keberadaan sifat-sifat kimia yang khusus yang ada pada senyawa pengujian (Pujianto, 2011).

IV. Bahan dan Alat 4.1 Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah:

1. 1-propanol 2. 2-propanol 3. Butanol 4. Fenol 5. n-heptane 6. Aquadest 7. NaOH

8. FeCl3 (Besi III klorida)

4.2 Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah:

1. Tabung reaksi 2. Rak tabung reaksi 3. Pipet tetes

4. Pipet takar 5. Pipet volume 6. Pengaduk kaca

(9)

7. Beaker glass 8. Gelas ukur 9. Indikator pH

V. Langkah Kerja A. Uji Keasaman

B. Uji Kelarutan

C. Uji Besi (III) Klorida

VI. Hasil Pratikum A. Uji Keasaman

No. Larutan pH Sifat

1 1-Propanol + Aquadest 7 Netral

2 2-Propanol + Aquadest 7 Netral

3 Butanol + Aquadest 6 Asam

4 Fenol + Aquadest 5 Asam

B. Uji Kelarutan

No. Larutan Reaksi Hasil

Pengamatan 1 1-Propanol +

Aquadest

C3H8O + H2O = C3H6O2 + H Larut 2 2-Propanol +

Aquadest

C3H8O + H2O = C3H6O2 + H Larut

(10)

3 Butanol + Aquadest

C4H9OH + H2O = C4H10O2 + OH Tidak Larut 4 Fenol +

Aquadest

C6H5OH + H2O = C6H6O2 Larut 5 1-Propanol +

n-Heptana

C3H7O + C7H16 = C3H7OH Larut 6 2-Propanol +

n-heptana

C3H8O + C7H16 = Larut 7 Butanol + n-

heptana

C4H10O +C7H16 = Larut 8 Fenol + n-

heptana

C6H6O + C7H16 = Tidak larut

C. Uji FeCl3

No. Larutan Reaksi Identifikasi Hasil

Pengamatan 1 1-propanol +

FeCl3

C3H7OH + FeCl3 = {Fe(C3H7OH)6

}Cl

3

Terjadi oksidasi karena, atom

oksigen meningkat

Dari bening menjadi kuning

0. 2-propanol + FeCl3

C3H7OH + FeCl3 = {Fe(C3H7OH)6

}Cl

3

Terjadi redoks, kerena jumlah oksigen tetap

Dari bening menjadi kuning

0. Butanol + FeCl3

C4H9OH + FeCl3 = [Fe(C4H9OH)6

]Cl3

Terjadi redoks, karena jumlah O2

tetap dan pada percobaan ada

gelembung

Dari bening menjadi kuning

0. Fenol + FeCl3 C6H5OH+

FeCl3 = [Fe(C6H5O)3] + HCl

Terjadi oksidasi, karena atom O2

meningkat

Dari bening menjadi ungu pekat

VII. Pembahasan

Alkohol dan fenol adalah dua jenis senyawa kimia yang memiliki struktur dasar yang serupa, yaitu memiliki gugus hidroksil (-OH) yang melekat pada atom karbon. Namun, perbedaan utama antara keduanya terletak pada atom yang terikat dengan gugus hidroksil. Alkohol adalah senyawa organik yang mengandung gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon alifatik (rantai karbon lurus atau bercabang), sedangkan fenol memiliki gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon dalam cincin aromatik. Alkohol umumnya dikenal sebagai senyawa yang ditemukan dalam minuman beralkohol seperti bir, anggur, dan minuman keras.

Mereka juga digunakan dalam berbagai aplikasi industri, termasuk sebagai pelarut,

(11)

bahan kimia dalam produksi plastik, dan dalam pembuatan produk farmasi.

Sementara itu, fenol adalah senyawa yang memiliki sifat antiseptik dan digunakan dalam berbagai produk pembersih dan desinfektan. Selain itu, fenol juga digunakan dalam industri kimia sebagai bahan baku dalam pembuatan plastik, resin, dan berbagai senyawa kimia lainnya.

Pengujian alkohol dan fenol dalam sebuah pratikum akan menghasilkan berbagai hasil yang berbeda berdasarkan sifat kimia masing-masing senyawa.

Langkah pertama, uji keasaman menggunakan akuades. -1-propanol, 2-propanol, dan butanol akan cenderung bersifat netral atau sedikit asam karena mereka adalah alkohol, yang memiliki gugus hidroksil (-OH). Namun, keasaman mereka akan sangat rendah. -Fenol akan memiliki keasaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan alkohol karena gugus hidroksil fenol dapat melepaskan proton dengan lebih mudah, sehingga lebih bersifat asam. n-heptane akan bersifat netral karena tidak memiliki gugus hidroksil atau gugus asam yang dapat melepaskan proton. - Akuades akan digunakan sebagai kontrol, dan pH-nya akan netral. Langkah kedua, uji kelarutan menggunakan n-heptane. -1-propanol, 2-propanol, dan butanol akan larut dalam n-heptane karena keduanya adalah senyawa polar yang dapat bercampur dengan pelarut non-polar seperti n-heptane. Fenol akan larut dalam n- heptane dalam jumlah yang sangat sedikit atau tidak larut sama sekali karena fenol adalah senyawa polar dan lebih bersifat polar dibandingkan dengan n-heptane yang non-polar. n-heptane akan larut dalam n-heptane karena senyawa polar biasanya tidak larut dalam pelarut non-polar. Langkah ketiga, uji besi menggunakan FeCl3. - 1-propanol, 2-propanol, dan butanol tidak akan menghasilkan reaksi yang signifikan dengan FeCl3 karena mereka bukan senyawa fenol dan tidak mengandung gugus hidroksil fenol yang dapat membentuk kompleks dengan FeCl3. Fenol akan menghasilkan perubahan warna yang khas ketika direaksikan dengan FeCl3. Reaksi ini menghasilkan kompleks fenol-FeCl3

yang berwarna ungu atau biru tua. n-heptane tidak akan menghasilkan reaksi yang signifikan dengan FeCl3 karena tidak mengandung gugus hidroksil atau gugus yang dapat membentuk kompleks dengan FeCl3.

Praktikum ini melibatkan uji alkohol (1-propanol, 2-propanol, butanol, dan fenol) dengan bahan-bahan berikut (termasuk n-heptane) menggunakan tiga uji berbeda. Pertama, uji keasaman menggunakan akuades, uji ini bertujuan untuk menentukan apakah alkohol atau fenol tersebut bersifat asam atau tidak. Jika

(12)

alkohol atau fenol bersifat asam, maka akan terjadi reaksi dengan akuades (larutan air) dan menghasilkan ion hidronium (H3O+). Fenol, khususnya, cenderung lebih asam daripada alkohol karena memiliki ikatan rangkap antara karbon dan oksigen di cincin fenolik, yang memungkinkan penghasilan ion hidronium lebih mudah.

Kedua, uji kelarutan menggunakan n-heptane: Uji ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelarutan alkohol atau fenol dalam pelarut non-polar seperti n- heptane. Kelarutan alkohol dalam n-heptane akan menunjukkan sifat hidrofobik (tidak larut dalam air) mereka, sementara fenol cenderung memiliki kelarutan yang lebih tinggi dalam n-heptane dibandingkan dengan alkohol karena adanya ikatan rangkap dalam struktur fenol yang mempengaruhi interaksi dengan pelarut non- polar. Ketiga, uji besi menggunakan FeCl3: Uji ini digunakan untuk mendeteksi keberadaan gugus fenolik dalam senyawa. Fenol memiliki gugus OH yang terikat pada cincin aromatiknya. Ketika senyawa yang mengandung gugus fenolik (seperti fenol) dicampur dengan larutan FeCl3, akan terjadi reaksi yang menghasilkan kompleks berwarna dengan ion besi (Fe3+). Perubahan warna pada larutan dapat menunjukkan keberadaan gugus fenolik dalam senyawa.

Dalam eksperimen ini, praktikan melakukan tiga percobaan berbeda.

Pertama, uji keasaman, di mana praktikan menyiapkan empat tabung reaksi dan menggunakannya untuk menguji sampel 1-propanol, 2-propanol, butanol, dan fenol. Praktikan menambahkan 15 tetes aquades dan 15 tetes setiap sampel ke tabung reaksi yang sudah diberi label. Aquades digunakan sebagai pelarut karena memiliki pH netral sekitar 7. Setelah semua tabung terisi, mereka dihomogenisasi dengan menggoyangkan atau menggunakan stirrer. Kemudian, kertas pH dimasukkan ke dalam tabung reaksi untuk mengamati warna yang dihasilkan oleh setiap larutan dan mencocokkannya dengan skala pH yang sesuai. Hasil uji keasaman menunjukkan bahwa larutan 1-propanol dan 2-propanol memiliki pH netral sekitar 7, sementara larutan butanol memiliki pH 6, menandakan sifat asam.

Larutan fenol memiliki pH 5, menunjukkan tingkat keasaman yang lebih tinggi daripada sampel lainnya. Ini disebabkan oleh gugus hidroksi dalam senyawa fenol yang dapat melepaskan ion OH- yang dapat digantikan oleh ion H+, membuatnya lebih asam.

Pertama, kita akan membahas pengujian kelarutan. Langkah awal melibatkan persiapan empat tabung reaksi dan sampel yang akan digunakan, yaitu 1-propanol, 2-propanol, butanol, dan fenol. Kemudian, 15 tetes dari masing- masing sampel larutan ditempatkan ke dalam tabung reaksi yang telah diberi label,

(13)

dan diikuti dengan penambahan 15 tetes pelarut. Aquades digunakan sebagai pelarut pertama karena kemampuannya dalam melarutkan senyawa polar seperti alkohol dan fenol. Penggunaan aquades bertujuan untuk mengidentifikasi senyawa yang tidak larut dalam pelarut ini. Selanjutnya, uji kelarutan dilakukan dengan menggunakan pelarut n-heptana, yang dipilih karena sifatnya sebagai pelarut non- polar yang efektif dalam melarutkan senyawa-senyawa non-polar. Sampel kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah diberi label, masing- masing diikuti dengan penambahan 15 tetes larutan pelarut, yaitu n-heptana.

Campuran dihomogenkan dengan menggoyangkan tabung reaksi atau menggunakan stirrer. Setelah itu, tabung reaksi diamati dan hasilnya dicatat. Hasil uji kelarutan menunjukkan bahwa 1-propanol larut dalam aquades, begitu juga dengan 2-propanol. Namun, butanol tidak larut dalam aquades, sedangkan fenol larut. Saat menggunakan n-heptana sebagai pelarut, 1-propanol dan 2-propanol larut dalam n-heptana, tetapi butanol juga larut dalam n-heptana. Fenol, sebaliknya, tidak larut dalam n-heptana. Kesimpulan dari uji kelarutan adalah bahwa butanol tidak dapat larut dalam larutan aquades karena memiliki rantai yang lebih panjang, sehingga kelarutannya terhambat. Di sisi lain, fenol tidak larut dalam n-heptana karena sifat polar yang lebih tinggi dibandingkan dengan n- heptana.

Pada tahap ketiga, dilakukan pengujian dengan menggunakan FeCl3.

Persiapkan empat tabung reaksi dan sampel yang terdiri dari 1-propanol, 2- propanol, dan 3-propanol. Selanjutnya, teteskan sepuluh tetes dari masing-masing sampel ke dalam tabung reaksi yang telah diberi label. Kemudian, tambahkan lima tetes larutan besi (III) klorida ke dalam setiap tabung reaksi. Agar reaksinya homogen, guncangkan tabung reaksi atau gunakan stirrer. Hal ini bertujuan untuk mengamati perubahan warna yang mungkin terjadi, dengan menggunakan larutan besi (III) klorida sebagai indikator keberadaan gugus hidroksil (-OH) dalam senyawa. Pada uji terakhir, tabung pertama yang berisi 1-propanol bereaksi dengan FeCl3, mengalami oksidasi yang mengubahnya dari bening menjadi kuning.

Tabung kedua berisi 2-propanol, yang juga bereaksi dengan FeCl menghasilkan perubahan warna dari bening menjadi kuning, ini mengindikasikan adanya reaksi redoks dengan jumlah oksigen yang tetap. Tabung ketiga berisi butanol, yang dalam reaksi dengan FeCl3 menghasilkan perubahan warna menjadi kuning dan tidak larut, menunjukkan reaksi redoks dengan jumlah oksigen yang tetap dan pembentukan gelembung saat percobaan. Terakhir, tabung keempat yang berisi

(14)

fenol bereaksi dengan FeCl3, mengubah warna dari bening menjadi ungu kehitaman, menunjukkan oksidasi dengan peningkatan jumlah atom oksigen.

Dalam pengujian larutan ini, terdapat larutan yang mengalami reaksi oksidasi dan reduksi. Reaksi oksidasi terjadi karena pelepasan atom selama reaksi dan sering kali ditandai dengan perubahan warna larutan. Sementara itu, ada juga larutan yang mengalami reaksi redoks, yang berarti terjadi reaksi reduksi dan oksidasi secara bersamaan.

Senyawa alkohol dan fenol memiliki beberapa perbedaan penting yang terutama berkaitan dengan struktur molekul dan sifat kimia mereka. Salah satu perbedaan utama adalah adanya perbedaan dalam gugus fungsi yang melekat pada molekul mereka. Alkohol adalah senyawa yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon dalam rantai hidrokarbon. Gugus hidroksil alkohol bersifat polar dan dapat membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air atau senyawa polar lainnya. Oleh karena itu, alkohol cenderung larut dalam air dan memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada senyawa non-polar dengan jumlah karbon yang sama. Fenol, di sisi lain, adalah senyawa aromatik yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat langsung pada cincin aromatik, seperti cincin benzena. Perbedaan utama fenol dengan alkohol adalah adanya cincin benzena dalam strukturnya. Gugus hidroksil pada fenol juga bersifat polar, tetapi ikatan rangkap dalam cincin benzena memberikan sifat asam yang lebih kuat pada fenol dibandingkan dengan alkohol. Oleh karena itu, fenol cenderung bersifat lebih asam daripada alkohol dan dapat bereaksi dengan basa lebih mudah.

Dalam praktikum alkohol dan fenol, Anda ingin mengidentifikasi larutan yang mengandung fenol dan dapat larut dalam alkohol. Fenol adalah senyawa aromatik yang dapat larut dalam alkohol karena memiliki gugus hidroksil (-OH) yang mirip dengan alkohol.

Berikut adalah bahan-bahan yang termasuk dalam alkohol dan fenol serta cara mengidentifikasinya: Pertama, 1-propanol: Ini adalah alkohol, jadi larutan 1- propanol akan termasuk dalam alkohol dan bisa larut dalam alkohol. Kedua, 2- propanol (isopropanol): Seperti 1-propanol, ini juga adalah alkohol dan akan termasuk dalam alkohol. Ketiga, butanol: Ini juga adalah alkohol dan akan termasuk dalam alkohol. Keempat, fenol: Ini adalah senyawa fenol dan merupakan bagian dari kelompok fenol. Jadi, larutan fenol akan termasuk dalam kelompok ini dan dapat larut dalam alkohol. n-heptane: Ini bukan alkohol atau fenol. Ini adalah hidrokarbon alifatik dan tidak akan termasuk dalam alkohol atau fenol.

(15)

Untuk menghubungkan hasil praktikum dengan teori, pertama-tama kita perlu menentukan apa yang diharapkan berdasarkan teori untuk setiap senyawa yang digunakan dalam praktikum alkohol dan fenol. 1-Propanol dan 2-Propanol:

Kedua senyawa ini adalah alkohol. Mereka seharusnya memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada n-heptane (hidrokarbon alifatik) karena ikatan hidrogen antara molekul-molekul alkohol, yang meningkatkan kekuatan tarikan antarmolekul. Butanol: Ini juga adalah alkohol dengan ikatan hidrogen. Titik didih butanol seharusnya lebih tinggi daripada n-heptane dan mungkin lebih tinggi daripada 1-propanol dan 2-propanol karena butanol memiliki rantai karbon yang lebih panjang. Fenol: Fenol adalah alkohol aromatik. Secara umum, alkohol aromatik memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada alkohol alifatik dengan jumlah atom karbon yang sama karena ikatan hidrogen yang lebih kuat dalam senyawa aromatik. n-Heptane: Ini adalah hidrokarbon alifatik tanpa ikatan hidrogen antarmolekul yang signifikan. Oleh karena itu, n-heptane seharusnya memiliki titik didih yang lebih rendah dibandingkan dengan semua alkohol yang terdaftar di atas. Namun, jika hasil praktikum tidak sesuai dengan teori, ada beberapa alasan yang mungkin terjadi. Misalnya, kondisi eksperimen yang berbeda: Jika praktikum dilakukan dalam kondisi yang berbeda dari yang diharapkan (misalnya, suhu atau tekanan yang tidak konsisten), maka titik didih yang diukur mungkin tidak sesuai dengan teori. Kesalahan dalam pengukuran suhu dan tekanan, serta peralatan yang digunakan, dapat menyebabkan hasil yang tidak sesuai dengan teori.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa senyawa fenol lebih bersifat asam daripada senyawa alkohol lainnya. Ini disebabkan oleh keberadaan gugus hidroksil pada fenol yang dapat melepaskan ion OH- dan dapat digantikan dengan ion H+. Selama pengujian kelarutan, ditemukan bahwa butanol tidak larut dalam air (aquades) karena memiliki rantai karbon yang lebih panjang, sehingga kelarutannya rendah. Namun, ketika larutan alkohol dan fenol diuji dengan menggunakan n-heptana, fenol tidak larut dalam n-heptana karena senyawa fenol lebih polar dibandingkan dengan n-heptana. Selain itu, saat dilakukan uji dengan FeCl3, terjadi reaksi redoks yang menghasilkan perubahan warna. Fenol mengalami oksidasi dan mengubah warnanya dari bening menjadi ungu.

Perubahan warna ini menunjukkan adanya reaksi yang signifikan selama pengujian.

(16)

VIII. Penutup

A. Kesimpulan

1. 1-propanol, 2-propanol, dan butanol memiliki kelarutan yang tinggi dalam air karena sifat hidrofilik mereka. Lalu, fenol memiliki kelarutan yang lebih rendah dalam air karena sifat hidrofobiknya. n- heptane, yang bukan alkohol atau fenol, sepenuhnya tidak larut dalam air.

2. Dari setiap pengujian didapatkan bahwa masing-masing larutan mengalami reaksi yang berbeda, yaitu oksidasi dan reduksi

3. Bahwa senyawa-senyawa alkohol dan fenol memiliki sifat-sifat yang berbeda-beda, termasuk kelarutan, reaktivitas, dan sifat fisik.

A. Saran

1. Harap lebih berhati-hati saat menggunakan bahan senyawa kimia sesuai dengan lembar data keselamatan bahan (MSDS).

2. Bersihkan alat-alat dan buang sisa larutan sesuai dengan MSDS.

IX. Daftar Pustaka

Basri, 2003.Pengaruh Struktur Molekuler Alkohol Terhadap Kelarutan dalam Air.Malang:Universitas Muhammadiyah Malang.

Casey, 2000.Evaluasi Aktivitas Asam Fenolik Sebagai Antioksidan Alami.Balikpapan:Universitas Mulawarman.

Pujianto, 2011.Reaksi Oksidasi Fenol dengan FeCl3: Studi Termodinamika dan Kinetika.Jambi:Universitas Jambi.

Riawan, 2002.Penggunaan Alkohol dalam Ekstraksi Senyawa Bioaktif dari Tumbuhan.Bali:Universitas Udayana.

Ulya, 2012.Studi Kelarutan Senyawa Alkohol dan Fenol dalam Berbagai Pelarut.Bandung:Erlangga

Wahyuningrum, 2014.Pengaruh Sifat Polar dan Nonpolar Senyawa Terhadap Larutan dalam n-Heptana.Batam:Universitas Internasional Batam.

X. Lampiran

(17)

Gambar 11.1 Pengujian larutan menggunakan indicator pH

Gambar 11.2 Penuangan larutan 2-propanol ke tabung reaksi

Gambar 11.3 Pengadukan larutan menggunakan vortex

(18)
(19)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK REAKSI TERHADAP SENYAWA HIDROKARBON

Disusun oleh :

Nama Mahasiswa : Salsa Haura Zahra Wibowo

NIM : 231420039

Program Studi : Teknik Pengolahan Minyak dan Gas Bidang Minat : Refinery

Tingkat : (Satu)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS

(PEM AKAMIGAS)

Cepu, Oktober 2023

(20)

PERCOBAAN 2

REAKSI TERHADAP SENYAWA HIDROKARBON

I. Tujuan

Setelah melaksanakan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat:

1. Mengenal perbedaan golongan senyawa hidrokarbon

2. Menunjukkan salah satu reaksi pengenalan terhadap senyawa hidrokarbon.

II. Keselamatan Kerja

Beberapa keselamatan kerja yang harus diperhatikan dalam percobaan ini adalah :

1. Hati – hati saat bekerja dengan larutan kimia.

2. Perhatikan MSDS dari tiap bahan yang digunakan dalam praktikum ini (MSDS terdapat dalam lampiran).

3. Saat bekerja dengan HNO3 dan H2SO4 pekat harus dilakukan di almari asam.

4. Limbah cair sisa percobaan dibuang ke dalam wadah buangan limbah cair, tidak diperkenankan membuang limbah ke dalam wastafel.

5. Limbah padat dikumpulkan dan dibuang ke wadah buangan limbah padat.

6. Peralatan gelas ditangani dengan hati-hati.

III. Dasar Teori

Praktikum kali ini praktikan menggunakan bahan kimia dengan senyawa larutan Asam Sulfat (H2SO4) pekat dengan persentase kadar 98%, maka disertai dengan MSDS yang telah dirangkum sebagai berikut. Larutan ini biasa digunakan untuk reagen analisis, produksi bahan kimia reagen, bahan campuran kimia. Bahan ini termasuk klasifikasi bahan campuran yang mudah korosif pada logam (kategori 1), korosif kulit (subkategori 1A), kerusakan mata serius (kategori 1). Untuk pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K) yaitu jika terhirup langsung hirup udara segar lalu panggil dokter jika parah. kontak dengan kulit langsung lepas semua pakaian yang terkontaminasi kemudian bilas dengan air mengalir, jika terkena mata bilas dengan air yang banyak segera

(21)

hubungi dokter, jika tertelan minumlah air minimal dua gelas jika muntah segera hubungi dokter.

Langkah pertama dalam menentukan struktur suatu senyawa organik adalah menentukan rumus molekulnya. Sebelum sampai pada rumus molekul, terlebih dahulu ditentukan rumus empiris di mana rumus empiris yaitu perbandingan relatif unsur-unsur penyusunnya. Untuk menentukan banyaknya karbon dan hidrogen di lakukan dengan mengoksidasi senyawa organic tersebut, dan kemudian zat hasil oksidasi tersebut di selediki. Alkana yaitu senyawa non polar sehingga gaya tarik antara molekul lemah. Alkena mudah larut dalam pelarut zat-zat organik non polar. Misalnya benzen, karbon tetra klorida, eter dan kloroform tidak larut dalam air dan zat-zat pelarut polar (Respati, 1986).

Senyawa hidrokarbon siklik adalah senyawa karbon yang rantai C nyamelingkar dan lingkaran itu mungkin juga mengikat rantai samping.Golongan ini terbagi lagi menjadi senyawa alisiklik dan aromatik.senyawaalisiklik yaitu senyawa karbon alifatik yang membentuk rantaitertutup.Senyawa aromatik yaitu senyawa karbon yang terdiri dari 6 atom Cyang membentuk rantai benzene (Sahri, 2011).

Hidrokarbon yang paling sederhana adalah alkana, yaitu hidrokarbon yang hanya mengandung ikatan kovalen tunggal. Hidrokarbon merupakan senyawa yang struktur molekulnya terdiri dari hidrogen dan karbon. Molekul yang paling sederhana dari alkana adalah metana. Metana berupa gas pada suhu dan tekanan baku, merupakan komponen utama gas alam (Wilbraham, 1992).

Pengklasifikasian hidrokarbon dapat dilakukan berdasarkan ikatan karbon pada senyawa. Ada dua macam pengelompokkan, hidrokarbon jenuh dan hidrokarbon tak jenuh. Hidrokarbon jenuh merupakan hidrokarbon yang molekul karbonnya memiliki satu ikatan dan hidrokarbon tak jenuh adalah hidrokarbon yang molekul karbonnya memiliki ikatan rangkap (Fessenden, 1997).

Hidrokarbon dapat diklasifikasikan menurut macam-macam ikatan karbon yang dikandungnya. Hidrokarbon dengan karbon-karbon yang mempunyai satu ikatan dinamakan hidrokarbon jenuh. Hidrokarbon dengan dua atau lebih atom karbon yang mempunyai ikatan rangkap dua atau tiga dinamakan hidrokarbon tidak jenuh (Fesenden, 1997).

Hidrogen dan senyawa turunannya, umumnya terbagi menjadi tiga

(22)

kelompok besar yaitu (Syukri, 1999):

1. Hidrokarbon alifatik terdiri atas rantai karbon yang tidak mencakup bangun siklik. Golongan ini sering disebut sebagai hidrokarbon rantai terbuka atau hidrokarbon siklik. Contoh hidrokarbon alifatik yaitu:

C2H6 (etana), CH3CH2CH2CH2CH3 (pentana)

2. Hidrokarbon alisiklik atau hidrokarbon siklik terdiri atas atom karbon yang tersusun dalam satu lingkar atau lebih

3. Hidrokarbon aromatik merupakan golongan khusus senyawa siklik yang biasanya digambarkan sebagai lingkar enam dengan ikatan tunggal dan ikatan rangkap bersilih–ganti. Kelompok ini digolongkan terpisah dari hidrokarbon asiklik dan alifatik karena sifat fisika dan kimianya yang khas.

Sebagai hidrokarbon jenuh, semua atom karbon dalam alkana mempunyai empat ikatan tunggal dan tidak ada pasangan elektron bebas. Semua elektron terikat kuat oleh kedua atom. Akibatnya, senyawa ini cukup stabil dan disebut juga parafin yang berarti kurang reaktif (Wilbraham, 1992).

Menurut Louis (1964) terdapat beberapa sifat senyawa hidrokarbon antaralain:

1. Senyawa hidrokarbon bersifat non polar yang menyebabkannya tidak bisa larut dalam air.

2. Peningkatan titik didih berbanding lurus dengan peningkatan jumlah atom C. Semakin banyak atom C makan akan semakin tinggi titik didihnya.

3. Senyawa hidrokarbon dapat berupa padat, cair dan gas berdasarkan jumlah atom C dan H yang dikandung.

4. Pereaksian dengan Halogen dapat menyebabkan reaksi substitusi pada salah satu atom H senyawa Hidrokarbon.

5. Reaksi oksidasi pada alkana dapat menghasilkan energi.

Berdasarkan strukturnya, hidrokarbon dapat dikelompokkan menjadi hidrokarbon alifatik dan aromatik. Untuk hidrokarbon alifatik berasal dari minyak bumi dan hidrokarbon aromatik berasal dari batu bara. Seluruh senyawa dari hidrokarbon alifatik maupun aromatik bersifat tak larut dalam air dan dapat terbakar bila bereaksi dengan udara (Ridwan, 1989).

Senyawa berbobot molekul rendah berwujud gas dan cair, dan zat yang berbobot molekul tinggi berwujud padat. Alkana merupakan zat nonpolar, zat

(23)

yang tak larut dalam air dengan kerapatan zat cair kurang dari 1,0 g/ml. Selain alkana juga ada alkena yaitu hidrokarbon yang memiliki satu atau lebih ikatan rangkap dua karbon–karbon. Senyawa ini dikatakan tidak jenuh karena tidak mempunyai jumlah maksimum atom yang sebetulnya dapat ditampung oleh setiap karbon (Petrucci, 1987).

Hidrokarbon alifatik berasal dari minyak bumi sedangkan hidrokarbon aromatik dari batu bara. Semua hidrokarbon, alifatik dan aromatik mempunyai tiga sifat umum, yaitu tidak larut dalam air, lebih ringan dibanding air dan terbakar di udara (Wilbraham, 1992).

IV. Bahan dan Alat a. Bahan

1. Senyawa Hidrokarbon (solar, benzene) 2. H2SO4 (Asam Sulfat)

3. Kalium Permanganat (KMnO4) 0,5%

4. Natrium Karbonat (Na2CO3) 10%

5. Natrium Hidroksida (NaOH) 10%

b. Alat

1. Tabung reaksi pyrex 2. Rak tabung reaksi 3. Pipet tetes

4. Pipet takar 5. Pipet volume 6. Beaker glass

V. Langkah Kerja A. Tes NaOH

(24)

B. Tes Asam

Sulfat C. Tes Bayer

VI. Hasil Pratikum A. Sampel Benzene

No Nama Pengujian Reaksi Hasil Pengamatan

(25)

1 Tes NaOH Benzen + NaOH

Tidak terjadi perubahan warna, tidak tercampur/larut, tidak ada

reaksi

2 Tes Asam Sulfat Benzen + H2SO4

Terdapat warna yang mengeruh, tidak terlarut, menghasilkan uap

dan panas 3 Tes Bayer Benzen + KMnO4

+ Na2CO3

Terdapat endapan, tidak terlarut, dan berwarna ungu gelap B. Sampel Solar

No Nama Pengujian Reaksi Hasil Pengamatan

1 Tes NaOH Solar + NaOH Tidak terjadi perubahan warna dan mengeruh

2 Tes Asam Sulfat Solar + H2SO4

Terlarut, membentuk endapan dan larutan mengeluarkan panas 3 Tes Bayer Solar + KMnO4 +

Na2CO3

Terlarut dan terdapat endapan padatan

VII. Pembahasan

Hidrokarbon adalah senyawa kimia yang terdiri dari unsur karbon (C) dan hidrogen (H) saja. Molekul hidrokarbon secara kimiawi sederhana terdiri dari rantai atau cincin atom karbon yang diikat dengan atom-atom hidrogen.

Senyawa ini merupakan komponen dasar dalam kimia organik, dan ada berbagai jenis hidrokarbon yang dapat ditemukan dalam alam maupun dibuat secara sintetis. Hidrokarbon dibagi menjadi dua kelompok utama: hidrokarbon jenuh, di mana semua ikatan antara atom karbon adalah ikatan tunggal, seperti dalam metana dan etana, dan hidrokarbon tak jenuh, yang memiliki ikatan ganda atau ikatan rangkap antara atom-atom karbon, seperti etena dan etin. Hidrokarbon memiliki beragam aplikasi dalam industri dan kehidupan sehari-hari, termasuk sebagai bahan bakar fosil, bahan kimia dasar, dan dalam pembuatan plastik, serta menjadi fokus utama dalam penelitian ilmiah dalam pengembangan sumber energi alternatif dan berkelanjutan.

Pada praktikum reaksi terhadap senyawa hidrokarbon dengan bahan- bahan yang tercantum, beberapa komponen penting digunakan untuk mencapai

(26)

berbagai hasil reaksi. Senyawa hidrokarbon seperti solar dan benzene adalah bahan utama dalam eksperimen ini. Hidrokarbon adalah senyawa organik yang terdiri dari unsur hidrogen dan karbon, dan mereka akan mengalami berbagai reaksi dalam praktikum ini.Asam sulfat (H2SO4) digunakan sebagai katalis dalam beberapa reaksi, seperti reaksi dehidrasi pada hidrokarbon tertentu. Asam sulfat juga berperan penting dalam mempercepat reaksi kimia antara hidrokarbon dan bahan lainnya, karena sifat asamnya yang kuat. Kalium permanganat (KMnO4) pada konsentrasi 0,5% adalah bahan oksidator yang digunakan dalam praktikum. KMnO4 digunakan untuk mengoksidasi senyawa hidrokarbon tertentu, sehingga menghasilkan produk reaksi yang dapat dianalisis. Natrium karbonat (Na2CO3) pada konsentrasi 10% adalah basa yang digunakan untuk menetralkan reaksi yang bersifat asam setelah reaksi kimia selesai. Ini penting untuk menghindari terbentuknya produk samping yang tidak diinginkan atau reaksi berlanjut setelah eksperimen. Natrium hidroksida (NaOH) juga digunakan pada konsentrasi 10% dan berperan sebagai basa yang dapat digunakan untuk mengatur pH dalam beberapa tahap reaksi atau untuk mengubah keadaan reaksi menjadi basa, tergantung pada tujuan eksperimen.

Secara keseluruhan, senyawa hidrokarbon, asam sulfat, kalium permanganat, natrium karbonat, dan natrium hidroksida adalah komponen penting dalam praktikum ini. Masing-masing memiliki peran khusus dalam menghasilkan produk reaksi yang diinginkan dan dalam mengendalikan parameter lingkungan reaksi, seperti pH. Analisis bahan-bahan ini membantu memahami peran mereka dalam reaksi kimia yang terjadi dalam praktikum reaksi terhadap senyawa hidrokarbon.

Dalam praktikum ini, kita mengamati reaksi senyawa hidrokarbon (solar dan benzene) dengan beberapa bahan kimia (H2SO4, KMnO4, Na2CO3, NaOH) dalam tiga tes yang berbeda. Pada tes pertama, yaitu "Tes NaOH", 1 ml dari masing-masing hidrokarbon ditambahkan ke 3 ml larutan NaOH 10%. Pada sampel benzene, tidak terjadi perubahan warna, dan campuran tidak bercampur atau larut. Ini menunjukkan bahwa benzene tidak bereaksi dengan NaOH. Pada sampel solar, tidak ada perubahan warna, tetapi larutan mungkin menjadi keruh.

Ini menunjukkan bahwa solar juga tidak bereaksi secara signifikan dengan NaOH. Tes kedua adalah "Tes Asam Sulfat", di mana 1 ml hidrokarbon ditambahkan ke 3 ml asam sulfat pekat. Pada sampel benzene, terjadi perubahan

(27)

warna yang mengeruh, benzene tidak larut dalam asam sulfat, dan reaksi menghasilkan uap dan panas. Ini menunjukkan adanya reaksi antara benzene dan asam sulfat yang mungkin menghasilkan produk yang tidak larut dalam asam sulfat. Pada sampel solar, solar larut dalam asam sulfat dan reaksi menghasilkan panas. Ini menunjukkan adanya reaksi kimia yang mengakibatkan solubilitas solar dalam asam sulfat. Tes ketiga adalah "Tes Bayer," di mana 1 ml hidrokarbon ditambahkan ke campuran 3 ml larutan KMnO4 0,5% dan 3 ml larutan Na2CO3 10%. Pada sampel benzene, terbentuk endapan yang tidak larut dalam campuran ini, dan campuran berwarna ungu gelap. Ini menunjukkan bahwa benzene bereaksi dengan KMnO4 dan Na2CO3, menghasilkan endapan yang mungkin adalah produk reaksi. Pada sampel solar, solar larut dalam campuran ini tanpa adanya endapan padatan. Ini menunjukkan bahwa solar tidak bereaksi secara signifikan dengan KMnO4 dan Na2CO3. Dengan demikian, praktikum ini mengungkapkan berbagai sifat reaktif senyawa hidrokarbon (solar dan benzene) terhadap bahan kimia tertentu, yang dapat berguna dalam menganalisis reaktivitas hidrokarbon dalam berbagai konteks kimia dan industri.

Pada saat mencoba senyawa hidrokarbon solar dalam uji dengan NaOH, teramati bahwa larutan mengalami perubahan menjadi keruh dan homogen dengan keberadaan endapan di pusatnya. Perubahan tersebut disebabkan oleh adanya natrium hipoklorit (NaOCl) dalam komposisi solar, yang bereaksi dengan larutan NaOH dan menghasilkan endapan berwarna putih. Endapan ini sebenarnya adalah natrium klorida (NaCl) yang memiliki kelarutan yang rendah dalam air, sehingga mengendap di tengah-tengah larutan. Ini merupakan hasil dari suatu reaksi kimia yang terjadi, yaitu:

2NaOCl + 2NaOH -> 2NaCl + 2NaOCl + H2O

Hasil pengujian saat menguji H2SO4 dengan senyawa hidrokarbon solar menunjukkan bahwa dalam larutan terbentuk endapan yang berwarna hitam pekat. Selain itu, teramati terjadinya pengeluaran uap, serta larutan mengalami peningkatan suhu. Endapan hitam yang terbentuk merupakan produk reaksi antara senyawa organik klorin yang memiliki warna gelap. Persamaan reaksi yang timbul adalah hasil interaksi antara senyawa natrium hipoklorit (NaOCl) yang terdapat dalam solar dengan H2SO4, yaitu:

2NaOCl + H2SO4 -> Na2SO4 + 2HClO + H2O + senyawa organik klorin (hitam)

(28)

Ketika terjadi reaksi antara natrium hipoklorit (NaOCl) dan asam sulfat (H2SO4), hasilnya adalah pembentukan natrium sulfat (Na2SO4), hipoklorit asam (HClO), dan kemungkinan pembentukan senyawa organik klorin yang memiliki pigmen gelap, yang menyebabkan terbentuknya endapan berwarna hitam. Terbentuknya senyawa organik klorin yang berpigmen gelap juga mengakibatkan pelepasan uap dan meningkatkan suhu larutan.

Pada pengujian terakhir dengan menggunakan solar yang direaksikan dengan KmnO4 dan Na2CO3, hasil observasi menunjukkan bahwa terjadi pembentukan endapan berwarna ungu kehitaman serta terjadinya reaksi redoks.

Peristiwa ini terjadi karena senyawa KMnO4 berperan sebagai oksidator, mengalami reduksi, dan menghasilkan endapan berwarna ungu. Natrium hipoklorit (NaOCl) akan berreaksi dengan kalium permanganat (KMnO4) dan natrium karbonat (Na2CO3), menghasilkan endapan mangan dioksida yang berwarna ungu. Persamaan reaksinya dapat dirumuskan sebagai berikut:

5NaOCl + 2KMnO4 + 3Na2CO3 -> 2MnO2 (endapan ungu/coklat) + 2K2CO3 + 5NaCl + 3H2O + 3CO2

Hasil eksperimen dengan menggunakan senyawa hidrokarbon benzene dalam uji tes NaOH menunjukkan bahwa larutan tetap bersifat transparan, tidak mengalami perubahan reaksi, dan tidak mencapai keseragaman. Keadaan ini terjadi karena benzene adalah senyawa nonpolar yang memiliki ikatan rangkap dalam cincin aromatiknya. Akibatnya, larutan NaOH tidak menginduksi perubahan warna atau reaksi pada benzene.

C6H6 + NaOH

Kemudian, selama uji tes H2SO4, pengamatan mengindikasikan bahwa larutan mengalami kekeruhan, keheterogenan, dan menghasilkan panas. Panas dihasilkan karena adanya reaksi eksotermik antara benzene dan asam sulfat, yang mengakibatkan pelepasan uap panas. Persamaan reaksi yang terbentuk adalah sebagai berikut:

C6H6 + H2SO4

Pada akhirnya, pada saat uji menggunakan tes Bayer, ditemukan bahwa hasil eksperimen dengan senyawa hidrokarbon benzene, KmnO4, dan Na2CO3

menghasilkan endapan berwarna ungu kehitaman yang tidak merata. Fenomena ini disebabkan oleh oksidasi senyawa benzene (C6H6) menjadi asam benzoat (C6H5COOH) dan reduksi KmnO4 menjadi ion mangan dioksida (MnO2), yang

(29)

memberikan warna ungu kehitaman. Persamaan reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:

2C6H6 + 15KMnO4 + 9Na2CO3 → 12 C6H5COOH + 15K2MnO4 + 9CO2 + 9H2O + 6MnO2

Hasil data dari praktikum sejalan dengan dasar teori yang telah disediakan. Hidrokarbon sebagai senyawa kimia yang terdiri dari unsur karbon dan hidrogen, memang memiliki sifat nonpolar dan tidak larut dalam air, seperti yang diamati dalam "Tes NaOH." Dalam tes ini, tidak terjadi perubahan warna dan tidak ada interaksi yang signifikan antara hidrokarbon (solar dan benzene) dengan larutan basa NaOH. Ini sesuai dengan sifat hidrokarbon yang biasanya tidak berinteraksi dengan senyawa polar seperti NaOH. Dalam "Tes Asam Sulfat," reaksi dengan asam sulfat pekat menghasilkan panas dan perubahan warna pada sampel benzene, menunjukkan adanya reaksi yang menghasilkan produk yang mungkin tidak larut dalam asam sulfat. Ini sesuai dengan sifat hidrokarbon aromatik seperti benzene yang cenderung merespon dengan asam sulfat. Pada "Tes Bayer," terlihat perbedaan reaktivitas antara solar dan benzene.

Benzene menghasilkan endapan yang tidak larut dalam campuran KMnO4 dan Na2CO3, mengindikasikan reaksi yang menghasilkan produk padatan.

Sebaliknya, solar larut dalam campuran ini tanpa adanya endapan padatan, menunjukkan bahwa solar tidak bereaksi secara signifikan. Ini mencerminkan perbedaan dalam sifat reaktif antara senyawa aromatik (benzene) dan senyawa non-aromatik (solar). Secara keseluruhan, praktikum ini telah mengonfirmasi prinsip-prinsip dasar kimia organik, terutama mengenai sifat-sifat hidrokarbon, termasuk sifat nonpolar, reaktivitas terhadap asam dan basa, serta perbedaan reaktivitas antara senyawa aromatik dan non-aromatik. Data hasil praktikum mendukung dasar teori yang telah disediakan dan memberikan wawasan yang lebih mendalam tentang sifat-sifat hidrokarbon dalam berbagai konteks kimia.

VIII. Penutup

A. Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan dalam pratikum ini adalah :

1. Benzene menunjukkan sifat-sifat berbeda dalam reaksi dengan NaOH, Asam Sulfat, dan KMnO4/Na2CO3 dibandingkan dengan solar.

(30)

2. Saat bereaksi dengan Asam Sulfat, benzene menghasilkan reaksi yang berintensitas tinggi dengan pelepasan uap dan panas, sementara solar menghasilkan endapan.

3. Reaksi dengan KMnO4 dan Na2CO3 menunjukkan perubahan warna menjadi ungu gelap hanya pada benzene.

B. Saran

Saran untuk pratikum ini adalah :

1. Pastikan tabung reaksi, beaker glass, pipet, dan pengaduk kaca bersih dan bebas dari kontaminasi.

2. Pastikan teliti dan mencatat setiap reaksi yang terjadi.

3. Pratikkan diharapkan serius dan jangan bercanda.

IX. Daftar Pustaka

Fessenden, 1997.Investigasi Reaksi Senyawa Asam terhadap Hidrokarbon dengan Fokus pada Perubahan Struktur Molekul.Bali:Universitas Udayana Louis, 1964.Pengaruh Jenis Hidrokarbon Terhadap Reaksi Oksidasi dengan

KMnO4 dalam Media Asam.Yogyakarta:Rineka Cipta

Petrucci, 1987.Analisis Reaksi Senyawa Alkali terhadap Hidrokarbon dalam Pembentukan Senyawa Hidroksida.Bandung:Erlangga

Respati, 1986.Pengaruh Konsentrasi Asam Sulfat dalam Reaksi dengan Minyak Parafin Terhadap Hasil Produk.Jakarta:Universitas Indonesia

Ridwan, 1989.Pengamatan Reaksi Senyawa Hidrokarbon dalam Media Natrium Karbonat untuk Identifikasi Senyawa Aromatik.Bandung:Graha Bandung Kencana

Sahri, 2011.Studi Termodinamika Reaksi Senyawa Asam dengan Hidrokarbon dan Implikasinya terhadap Kinetika Reaksi

Syukri, 1999. Karakterisasi Produk Reaksi Antara Benzene dan Hidroksida Logam dalam Media Air.Malang:Universitas Brawijaya

Wilbraham, 1992.Analisis Reaksi Hidrokarbon Terhadap Oksidator Kuat dan Pembentukan Senyawa Oksigenasi: Kasus Studi dengan Hidrogenasi Benzene.Jakarta:Balai Pustaka

X. Lampiran

(31)

Gambar 10.1 Alat-alat yang digunakan dalam pratikum

Gambar 10.2 Pengambilan larutan asam sulfat

Gambar 10.3 Reaksi yang terjadi terhadap beberapa sampel

(32)

Gambar 10.4 Laporan sementara

(33)
(34)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK SENYAWA POLAR DAN NON POLAR

Disusun Oleh :

Nama Mahasiswa : Salsa Haura Zahra Wibowo

NIM : 231420039

Program Studi : Teknik Pengolahan Minyak dan Gas Bidang Minat : Refinery

Tingkat : I (Satu)

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL POLITEKNIK ENERGI DAN MINERAL AKAMIGAS

(PEM AKAMIGAS)

Cepu, Oktober 2023

(35)

PERCOBAAN 4

SENYAWA POLAR DAN NON POLAR

I. Tujuan Praktikum

Setelah melaksanakan percobaan ini diharapkan mahasiswa mampu:

1. Membedakan senyawa polar dan non polar

2. Menggambarkan struktur-struktur senyawa yang diberikan

II. Keselamatan Kerja

Beberapa keselamatan kerja yang harus diperhatikan dalam percobaan ini adalah:

1. Hati- hati saat bekerja dengan larutan kimia.

2. Perhatikan MSDS dan tiap bahan yang digunakan dalam praktikum ini (MSDS terdapat dalam lampiran).

3. Limbah cair sisa percobaan dibuang ke dalam wadah buangan limbah cair, tidak diperkenankan membuanng limbah ke dalam wastafel.

4. Limbah padat dikumpulkan dan dibuang ke wadah buangan limbah padat.

5. Peralatan gelas ditangani dengan hati-hati.

6. Saat bekerja dengan HNO3 dan H2SO4 pekat harus dilakukan di almari asam.

7. Tabung reaksi yang digunakan untuk mereaksikan logam dengan asam pekat tersebut, tinggalkan saja di almari asam.

III. Dasar Teori

Larutan mengandung dua atau lebih zat didalamnya. Zat yang jumlahnya lebih sedikit disebut dengan zat terlarut (solute), sedangkan zat yang memiliki kuantitas lebih banyak disebut sebagai zat pelarut. Proses pencampuran zat pelarut dengan zat terlarut inilah yang disebut pelarutan. Pelarut memainkan peran

penting dalam menentukan reaksi utama. Selain itu pelarut dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : pelarut polar dan pelarut non polar. Senyawa Polar adalah Senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsurnya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan tersebut mempunyai nilai keelektronegatifitas yang berbeda. Sedangkan Senyawa non – polar adalah Senyawa yang terbentuk akibat adanya suatu ikatan antar elektron pada unsur-unsur yang membentuknya. Hal ini terjadi karena unsur yang berikatan mempunyai nilai elektronegatifitas yang

sama/hampir sama. Dalam video youtube yang telah di siapkan sebagai tambahan bahan ajar telah disimpulkan bahwa senyawa polar merupakan senyawa yang

(36)

dapat larut dalam air, dalam praktikum tersebut dicohtohkan adalah garam.

Sedangkan senyawa non-polar adalah senyawa yang tidak dapat larut dalam air dalam percobaan menggunakan contoh Minyak zaitun dan minyak goring (Mthew et, al.

2020).

Kelarutan sebagian besar disebabkan oleh polaritas dari pelarut, yaitu dari momen dipolnya. Kemampuan zat terlarut membentuk ikatan hydrogen lebih merupakan faktor yang jauh lebih berpengaruh dibandingkan polaritas. Air melarutkan fenol, alkohol, aldehid, keton dan lain-lain yang mengandung oksigen dan nitrogen yang dapat mengurangi gaya tarik-menarik antara ion-ion elektrolit kuat dan lemah. Pelarut juga tidak dapat memecahkan ikatan kovalen dan elektrolit yang berionisasi lemah karena pelarut non polar termasuk dalam golongan pelarut aprotic dan tidak dapat membentuk jembatan hydrogen dengan non elektrolit. Oleh karena itu senyawa terlarut ionic dan polar tidak larut atau hanya dapat larut sedikit dalam pelarut non polar. Metanol dapat melarutkan hamper semua senyawa organik baik senyawa polar ataupun non polar dan juga sifatnya yang mudah menguap sehingga mudah dipisahkan dari ekstrak. Semakin lama waktu ekstraksi, kesempatan untuk bersentuhan antara pelarut dengan sampel juga semakin besar sehingga hasilnya juga bertambah sampai titik jenuh larutan (Rahayu, Kurniasih, & Amalia, 2016).

Suatu senyawa akan larut pada pelarut yang mempunyai kepolaran yang sama.

Senyawa flavonoid terbagi menjadi beberapa jenis, tiap jenis flavonoid mempunyai kepolaran yang berbeda-beda tergantung dari jumlah dan posisi gugus hidroksil tiap jenis flavonoid sehingga hal tersebut akan mempengaruhi kelarutan flavonoid pada pelarut Pada umumnya pelaut polar seperti air, metanol, etanol,butanol,asam asetat, asam format dan lainnya dapat melarutkan senyawa yang bersifat polar. Senyawa non polar tentu juga hanya akan larut menggunakan pelarut yang bersifat non-polar seperti eter kloroform,dan heksan. Jenis pelarut dan kualitas pelarut menentukan suatu keberhasilan proses dalam ekstraksi. Pelarut yang digunakan harus mampu melarutkan suatu zat yang dibutuhkan atau diinginkan, mempunyai titik yang rendah, murah, tidak toksik dan tidak mudah terbakar. Senyawa-senyawa yang bersifat polar merupakan senyawa golongan fenol (fenolik, flavonoid, tanin, saponin,dan lignan), sedangkan alkaloid dan steroid merupakan senyawa yang bersifat non polar (Dewi Septia, 2020).

Ikatan kimia adalah ikatan yang terjadi akibat gaya tarik menarik antara dua atom atau molekul yang menyebabkan suatu senyawa diatomik atau poliatomik menjadi stabil. Terdapat beberapa jenis ikatan kimia salah satu diantaranya adalah ikatan

(37)

kovalen. Ikatan kovalen adalah sejenis ikatan kimia yang memiliki karakteristik berupa pasangan elektron yang saling terbagi (pemakaian bersama elektron) diantara atom- atom yang berikatan. Ikatan kovalen dibagi menjadi dua, yaitu ikatan kovalen polar dan ikatan kovalen nonpolar. Ikatan kovalen polar terjadi jika salah satu atom yang

berikatan mempunyai elektronegativitas yang jauh lebih besar daripada yang lain sehingga electron akan tertarik kearah atom yang memiliki keelektronegatifan lebih besar. Ikatan kovalen nonpolar terjadi jika kedua atom berikatan mempunyai afinitas elektron yang sama (Legiso, 2021).

Ikatan dapat dikategorikan menjadi dua jenis yaitu non-polar dan polar. Sebuah ikatanan non-polar terjadi ketika elektronegativitas atom yang berikan adalah sama sehingga perbedaan muatannya adalah nol. Ikatan polar lebih tepat disebut ikatan ion dan terjadi ketika terdapat perbedaan elektronegativitas yang cukup besar antara dua atom yang berikatan. Polar dan non-polar lebih merujuk pada ikatan kovalen

(Sonianton, 2019).

Ikatan kovalen adalah ikatan yang terjadi karena pemakaian pasangan ‘’electron secara bersama oleh 2 atom yang berikatan. Ikatan kovalen terbentuk ‘’dari atom-atom unsur yang memiliki afinitas elektron tinggi serta beda ‘’keelektronegatifannya lebih kecil dibandingkan ikatan ion. Ikatan Kovalen Polar terjadi jika dua atom non logam berbeda keelektronegatifannya berikatan, maka pasangan elektron ikatan akan lebih tertarik ke atom yang lebih elektronegatif. Atau jika Pasangan Elektron Ikatan (PEI) tertarik lebih kuat ke salah 1 atom(Yulianti, 2012).

Senyawa polar memiliki ciri-ciri dapat larut dalam air, memiliki pasangan

elektron bebas (bentuk tidak simetris), berakhir ganjil, kecuali BX3 dan PX5, contohnya NH3, PCl3, H2O, HCl, HBr. Sedangkan senyawa non polar tidak dapat larut dalam air, tidak memiliki pasangan elektron bebas (bentuk simetris), berakhir genap dengan contohnya F2, BR2, O2, H2. Senyawa nonpolar larut dalam pelarut nonpolar, misalnya senyawa hidrokarbon seperti bensin dan heksana. Senyawa non polar memiliki ciri-ciri antara lain tidak dapat larut dalam air dan pelarut polar, tidak memiliki kutub (+) dan kutub (-), dan tidak memiliki pasangan elektron bebas atau keelektronegatifannya sama (James, 2002).

Air adalah pelarut polar. Air melarutkan senyawa ion seperti garam dapur, NaCI dan senyawa polar seperti gula, C12H22O11. Karbon tetrakhlorida adalah pelarut nonpolar dan melarutkan senyawa nonpolar Karena itu Karbon tetrakhiorida bukanlah pelarut garam atau gula (Dewan, 2014).

Gambar

Gambar 11.1 Pengujian larutan menggunakan indicator pH
Gambar 11.3 Pengadukan larutan menggunakan vortex
Gambar 11.2 Penuangan larutan 2-propanol ke tabung reaksi
Gambar 10.1 Alat-alat yang digunakan dalam pratikum
+7

Referensi

Dokumen terkait

>adi, fenol kira di tengah antara etanol dan asam asetat (p9a : 8,?# dalam hal kuat asam, ion fenoksida merupakan basa yang lebih lemah dari pada OH, oleh karena itu,

Dalam kimia, alkohol atau alkanol adalah istilah yang umum untuk senyawa organik apa pun yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang terikat pada atom karbon, yang ia

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK .

Dari tabel 4 hasil pengamatan pada uji kromat, diperoleh sampel A (alkohol primer); kuning, ada endapan sama seperti sampel B (alkohol sekunder), sedangkan sampel C berwarna bening

Dalam pelaksanaan praktikum Kimia Organik II, mahasiswa diwajibkan mengisi lembar kerja hasil praktikum yang telah disediakan serta membuat laporan kelompok dan

Selain itu, kegiatan pengujian dan praktikum kimia lingkungan dengan melakukan pengujian TDS dalam sampel air yang menggunakan senyawa kimia organik seperti alkohol,

Tuliskan persamaan reaksi t  t  -butil alkohol dengan logam -butil alkohol dengan

Laporan perancangan pabrik fenol dan karbon dioksida dengan kapasitas 5.000 ton/tahun yang diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana teknik