ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN GANGGUAN SISTEM MUSKULOSKELETAL: CLOSE FRAKTUR SCAPULA DEXTRA DI RUANG RAWAT
INAP SAKURA RSU IPI MEDAN
DOSEN PEMBIMBING :
Christine Handayani Siburian, S.Kep., Ns., M.Kep Satriani Gultom, S.Kep., Ns., M.Kep
DISUSUN OLEH :
1. Ira Hariyati (2014201038) 8. Desti Kurnia Wati Zega (2014201006) 2. Tiara Maulia (2014201028) 9. Lanna Safitri Siregar (2014201014) 3. Samudra Lubis (2014201051) 10. Monica Dian Gea (2014201047) 4. Syahraini ( 2014201026) 11. Mei Henti Putri Harefa (2014201040) 5. Nurasiah Rambe (1914201012) 12. Restu Wati Telaumbanua (2014201043) 6. Niska Putri Harefa (2014201065) 13. Ziko Renata (2014201039) 7. Muliadi Harefa (2014201080)
UNIVERSITAS IMELDA MEDAN PRODI S1 KEPERAWATAN
T.A 2023/2024
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan yang Maha Esa atas berkat dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Kasus Asuhan Keperawatan Pada Tn.S Dengan Gangguan Sistem Muskuloskeletal: Close Fraktur Scapula Dextra Di Ruang Rawat Inap Sakura RSU IPI Medan, Laporan Kasus ini di buat untuk memenuhi tugas Praktek Keperawatan Medikal Bedah.
Dalam penyusunan Makalah ini penulis mengucapkan Terimakasih bapak/ibu : 1. Dr. H. Raja Imran Ritonga, Msc, selaku ketua Yayasan Imelda Medan.
2. Dr. dr. Imelda S.Kep, Mpd, MN, selaku Rektor Universitas Imelda Medan.
3. Dr. Hedy Tan, Mars, MOG, SpoG, Selaku Direktur Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia.
4. Rostinah Manurung, S.Kep., Ns., M.Kes, selaku Ka Prodi S1 Keperawatan.
5. Charistine Handayani Siburian, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku Kepala Dapartemen Stase Praktek Keperawatan Medikal Bedah dan sekaligus dosen pembimbing yang telah banyak membimbing dan member pengarahan kepada kami dalam pembuatan laporan kasus ini.
6. Satriani Gultom, S.Kep.,Ns., M.Kep, Selaku Preceptor Praktek Klinik Keperawatan Medikal Bedah
7. Tn.S selaku pasien yang telah bersedia memberikan informasi yang dibutuhkan penulis.
8. Seluruh rekan – rekan mahasiswa yang ikut berperan serta dalam pembuatan laporan kasus ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih semoga kasus ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya dalam peningkatan mutu pelayanan kita dan mewujudkan perawat profesional.
Medan, 02 Desember 2023
( kelompok I )
ii DAFTAR ISI
Contents
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penulisan ... 2
1.3.1 Tujuan Umum ... 2
1.3.2 Tujuan Khusus ... 3
BAB II TINJAUAN TEORI ... 4
2.1 Konsep Fraktur Scapula ... 4
2.1.1 Dedenisi fraktur scapula dextra ... 4
2.1.2 Anatomi Fraktur Scapula ... 4
2.1.3 Etiologi Fraktur ... 5
2.1.4 Menifestasi Klinis Fraktur ... 5
2.2 Klasifikasi Fraktur ... 6
2.3 Patofisiologi ... 8
2.4 Pathway Fraktur ... 10
2.5 Pemeriksaan Penunjang ... 11
2.5.1 Pemeriksaan Radiologi ... 11
2.5.2 Pemeriksaan Laboratorium ... 11
2.5.3 Pemeriksaan lain-lain ... 12
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ... 13
3.1 Resume ... 13
3.2 Pemeriksaan Penunjang ... 16
3.2.1 Hasil Laboratorium Pra Operasi ... 16
3.2.2 Hasil Laboratorium Post operasi ... 16
2.2.3 Foto Thorax Pre Operasi ... 17
2.2.4. Foto Thorax Post Operasi... 17
3.3 Analisa Data Pre perasi ... 18
3.4. Analisa Data Post Operasi... 19
3.5. Dignosa Keperawatan pre operasi ... 22
3.6. Diagnosa keperawatan post operasi ... 22
3.7. Intervensi Keperawatan pre operasi ... 23
3.8. Intervensi Keperawatan pre operasi ... 27
iii
3.9. Evaluasi ... 34
3.10. Discharger Planning ... 34
BAB IV PENUTUP ... 37
4.1 Kesimpulan ... 37
4.2 Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 38
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang, baik bersifat total maupun sebagian yang ditentukan berdasarkan jenis dan luasnya (Smeltzer & Bare, 2002). Fraktur ekstremitas atas yaitu fraktur yang terjadi pada tulang yang membentuk lokasi ektremitas atas baik pada tangan, pergelangan tangan, lengan, siku, lengan atas dan gelang bahu (UT Southwestern Medical Center, 2016). Berdasarkan anatomisnya, gelang bahu terdiri atas klavikula dan skapula (Nurachmah dan Angriani, 2011).
Pada umumnya fraktur disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik, kekuatan, sudut, tenaga, keadaan tulang, dan jaringan lunak disekitar tulang yang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi disebut lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang (Price& Wilson, 2006). Fraktur juga dapat diakibatkan oleh penekanan yang berulang atau keadaan patologis dari tulang itu sendiri. Apabila fragmen fraktur tersebut mengenai dan merobek kulit disebut sebagai fraktur terbuka, sedangkan apabila fragmen dan tenaga dari luar fraktur tidak sampai merobek kulit dikatakan sebagai fraktur tertutup (Apley et al., 2010).
Angka kejadian fraktur cukup tinggi. Menurut World Health Organization (WHO), kasus fraktur terjadi di dunia kurang lebih 13 juta orang pada tahun 2008, dengan angka prevalensi sebesar 2,7%. Sementara pada tahun 2009 terdapat kurang lebih 18 juta orang mengalami fraktur dengan angka prevalensi 4,2%. Tahun 2010 meningkat menjadi 21 juta orang dengan angka prevalensi sebesar 3,5%. Sedangkan di Indonesia berdasarkan data dari Departemen Kesehatan RI tahun 2013 didapatkan sekitar 8 juta orang mengalami kejadian fraktur dengan 36,9% diantaranya adalah fraktur pada bagian ekstremitas atas. Dari hasil survey tim Depkes RI didapatkan 25% penderita fraktur yang mengalami kematian, 45% mengalami catat fisik, 15% mengalami stress psikologis seperti cemas atau bahkan depresi, dan 10% mengalami kesembuhan dengan baik (Depkes RI 2013).
Fraktur skapula relatif jarang terjadi. Berdasarkan beberapa penelitian, kejadian fraktur skapula ini hanya sekitar 0.4% – 0.9% dari angka total kejadian fraktur dan sekitar 3% -5%
dari semua fraktur di sendi bahu (Voleti, 2012). Fraktur skapula biasanya terjadi bersamaan dengan cedera lain, termasuk fraktur clavicula (26%), fraktur tulang tempurung kepala (24%),
2
contusio cerebral (20%), defisit neurologis (13%) dan kontusio pulmonal atau hemopneumothorax (16%) (Van der Weert, 2012).
Salah satu manifestasi klinis pada pasien fraktur adalah nyeri (Smeltzer & Bare, 2002).
Nyeri merupakan sensasi subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan yang memperlihatkan ketidaknyamanan baik verbal maupun non verbal dan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual dan potensial (Potter & Perry, 2005).
Untuk mengurangi nyeri, stabilisasi, dan mencegah bertambah parahnya gangguan muskuloskeletal, pasien fraktur memerlukan tindakan pembedahan. Open Reduction Internal Fixation (ORIF) adalah suatu jenis pembedahan yang tindakannya mengacu pada operasi terbuka untuk mengatur tulang yang diperlukan untuk beberapa patah tulang, fiksasi internal mengacu pada fiksasi sekrup dan piring untuk memfasilitasi penyembuhan (Smeltzer & Bare, 2002).
Tindakan pembedahan tersebut juga dapat menyebabkan rasa nyeri, sehingga dapat menimbulkan komplikasi yang serius dan menghambat proses pemulihan pasien jika tidak dilakukan manajemen nyeri dengan baik. Pasien yang dilakukan tindakan pembedahan sekitar 80% mengalami nyeri akut setelah operasi. Nyeri yang dialami pasien 86 % dalam kategori nyeri sedang dan berat. (Kneale, 2011).
Nyeri yang dialami oleh pasien post bedah terjadi akibat luka bedah atau insisi (Potter &
Perry, 2005). Luka insisi akan merangsang mediator kimia dari nyeri seperti histamin, bradikinin, asetilkolin, dan prostaglandin dimana zat- zat ini diduga akan meningkatkan sensitifitas reseptor nyeri dan akan menyebabkan rasa nyeri pada pasien post bedah (Smeltzer
& Bare, 2002).
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah asuhan keperawatan yang di berikan kepada Tn.S dengan masalah sistem muskuloskletal dengan diagnosa CF scapula ?
1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum
Agar kelompok dapat menjelaskan dan memahami konsep pembuatan asuhan keperawatan klien dengan kasus CF Scapula secara komprehensif.
3 1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk melakukan pengkajian keperawatan pada Tn.S dengan diagnosa media CF Scapula
2. Untuk bisa merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn.S dengan diagnosa media CF Scapula
3. Untuk bisa merencankan intervensi keperawatan pada Tn.S dengan diagnosa medis CF Scapula
4 BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Fraktur Scapula
2.1.1 Dedenisi fraktur scapula dextra
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, yang biasanya disertai dengan luka sekitar jaringan lunak, kerusakan otot, rupture tendon, kerusakan pembuluh darah, dan luka organ-organ tubuh dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadinya fraktur jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang besar dari yang dapat diabsorbsinya (Smeltzer, 2017).
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorpsinya. Fraktur dapat disebabkan pukulan langsung, gaya meremuk, gerakan punter mendadak, dan bahkan kontraksi otot ekstrem (Bruner & Sudarth, 2018).
Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2015). fraktur scapula adalah fraktur terputusnya kontinuitas tulang bahu,tulang belikat atau tulang sayap tulang yang menghubungkan humerus (tulang lengan atas) dengan klavikula (tulang selangka). Fraktur adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh. Kebanyakan fraktur disebabkan oleh trauma dimana terdapat tekanan yang berlebihan pada tulang, baik berupa trauma langsung dan trauma tidak langsung (Sjamsuhidajat & Jong, 2019).
2.1.2 Anatomi Fraktur Scapula
badan scapula mengalami fraktur akibat daya penghancur. leher scapula dapat mengalami fraktur akibat pukulan atau jatuh pada bahu. fraktur scapula tidak lazim karena
5
terlindungi oleh otot, dan terletak mendatar pada dinding dada (Chang, Jhon & Dough, 2010)
2.1.3 Etiologi Fraktur 1. trauma benturan
adanya 2 trauma atau benturan yang dapat mebgakibatkan fraktur, yaitu :
a. Trauma yang tak langsung/ indirect trauma adalah Misalnya penderita jatuh dengan lengan dalam keadaan ekstensi dapat terjadi fraktur pada pegelangan tangan.
b. trauma lansung Yaitu apabila fraktur terjadi di tempat dimana bagian tersebut mendapat ruda paksa (misalnya benturan, pukulan yang mengakibatkan patah tulang).
2. Trauma ringan pun dapat menyebabkan terjadinya fraktur bila tulang itu sendiri rapuh/ ada resiko terjadinya penyakit yang mendasari dan hal ini disebut dengan fraktur patologis.
3. Kekerasan akibat tarikan otot Patah tulang akibat tarikan otot sangat jarang terjadi. Kekuatan dapat berupa pemuntiran, penekukan, penekukan dan penekanan, kombinasi dari ketiganya, dan penarikan.
2.1.4 Menifestasi Klinis Fraktur
Manifestasi klinis fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas, krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna. Gejala umum fraktur menurut Corwin. (2019) adalah rasa sakit, pembengkakan, dan kelainan bentuk.
Tanda dan gejala yang umum ditemukan antara lain :
a. Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antarfragmen tulang.
b. Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa) bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang bisa diketahui dengan membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas tulang tempat melengketnya otot.
c. Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya
6
karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5-5 cm (1-2 inchi).
d. Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang lebih berat.
e. Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur.
2.2 Klasifikasi Fraktur
Klasifikasi fraktur secara umum :
1. Berdasarkan tempat (Fraktur humerus, tibia, clavicula, ulna, radius dan cruris dst).
2. Berdasarkan komplit atau ketidakklomplitan fraktur:
a. Fraktur komplit (garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua korteks tulang).
b. Fraktur tidak komplit (bila garis patah tidak melalui seluruh garis penampang tulang).
3. Berdasarkan bentuk dan jumlah garis patah :
a. Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
b. Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
c. Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.
4. Berdasarkan posisi fragmen :
a. Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap ttetapi kedua fragmen tidak bergeser dan periosteum masih utuh.
b. Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi fragmen
5. Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan).
a. Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi. Pada fraktur tertutup ada klasifikasi tersendir yang berdasarkan keadaan jaringan lunak sekitar
7 trauma, yaitu
1) Tingkat 0 : raktur biasa dengan sedikit atau tanpa ceddera jaringan lunak sekitarnya.
2) Tingkat 1: fraktur dengan abrasi dangkal atau memar kulit dan jaringan subkutan.
3) Tingkat 2: fraktur yang lebih berat dengan kontusio jaringan lunak bagian dalam dan pembengkakan.
4) Tingkat 3: cedera berat dengan kerusakan jaringan lunak yang nyata ddan ancaman sindroma kompartement.
b. Fraktur Terbuka (Hpen/Coipound), bila terdapat hubungan antara hubungan antara fragmen tulang dengan dunia luar karena adanya perlukaan kulit. Fraktur terbuka dibedakan menjadi beberapa grade yaitu :
1) Grade I : luka bersih, panjangnya kurang dari 1 cm.
2) Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif.
3) Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.
6. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma:
a. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
b. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.
c. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.
8
7. Berdasar bentuk garis fraktur dan hubungan dengan mekanisme trauma:
a. Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat trauma angulasi atau langsung.
b. Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang dan meruakan akibat trauma angulasijuga.
c. Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma rotasi.
d. Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang ke arah permukaan lain.
e. Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada insersinya pada tulang.
8. Berdasarkan kedudukan tulangnya : a. Tidak adanya dislokasi.
b. Adanya dislokasi
At axim : membentuk sudut.
At lotus : fragmen tulang berjauhan.
At longitudinal : berjauhan memanjang.
At lotus cum contractiosnum : berjauhan dan memendek.
9. Berdasarkan posisi frakur
Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian : a. 1/3 proksimal
b. 1/3 medial c. 1/3 distal
10. Fraktur Kelelahan: Fraktur akibat tekanan yang berulang-ulang.
11. Fraktur Patologis : Fraktur yang diakibatkan karena proses patologis tulang.
2.3 Patofisiologi
fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. tertup bila tidak terdapat hubungan antara fregmen tulang dengan dunia luar. sedangkan fraktur tebuka bila terdapat
9
hubungan antara fregmen tu;ang dunia luar. sedangkan fraktur terbuka bila terdapat hubungan antara fregmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan dikulit ( Smelter
& Bare, 2014).
tulang scapula terletak disebalah posterior tulang kostal yang berbentuk piph seperti segitiga dan merupakan temapat melekatnya otot yang berfungsi untuk menggerakkan legan atas dan lengan bawah. kondisi anatomis ini memeberikan dampak terjadinya fraktur tertutup lebih sering dibandingkan dengan terjadinya fraktur tebuka pada tulang scapula.
Bahkan menurut (Ghibson,2019). frakktur scapula tidak laim karena terlindungi oleh otot, dan terletak mendatar pada dinding dada.
cedera pada tubuh atau tulang scapula merupakan akibat dari pukalan langsung dengan kekuatan yang signifkan, seperti dari kecelakaan kendaraan bermoto atau jatuh.
fraktur scapula ini juga dapat terjadi karena osteoporosis sehingga kekuatan tulang dapat menurun.
fraktur scapula paling sering disebabkan oleh pukulan langsung posterior merupakan akibat jatuh dengan tangan keluar dan direnggangkan atau jatuh pada aspek lateral bahu. kondisi tersebut mungkin juga dapat mengakibatkan patah glanoid atau leher.
sedangkan jatuh yang terjadi diujung bahu mugkin akan menyebabkan patah akromion atau coracoid. dan sering dikaitkan dengan cedera pada sendi acromioclavicular. kecelakaan kedaraan bermotor dan jatuh adalah penyebab paling umum dari fraktur scapula (Gustilo,2017).
Pada scapula mengalami fraktur akibat dari daya penghancur yang biasanya juga mengakibatkan fraktur pada tulang rusuk atau dapat mengakibatkan dislokasi pada sendi strenocclavikularis. leher scapula dapat mengalami fraktur pada dasarnya atau mengalami avulse pada ujungnya. fraktur pada acromion adalah akibat kekuatan langsung. fraktur pada pinggir glenoid dapat terjadi bersama dislokasi bahu.
10 2.4 Pathway Fraktur
Trauma langsung tidak langsung (kecelakaan tunggal) Mengenai jaringan lunak,
otot, tulang scapula
Close Fraktur Scapula destra
Tindakan operasi ORIF
Pre operasi Pergeseran fragmen
tulang Dsikontinuitas
tulang
Menekan/rusaknya jaringan sekitar
Pelepasan mediator nyeri
Nyeri akut Daya topang
tubuh berkurang
Keterbatasan dalam gerak
Gangguan mobilitas fisik
Perubahan status kesehatan
Kurangnya informasi
Ansietas
Luka post operasi
Terputusnya kontiniutas jaringan
Jaringan kontak dengan dunia luar
Resiko infeksi
Terputusnya kontinuitas jaringan
Gangguan integritas kulit
Tempat masuknya mikroorganisme
Tidak adekuatnya pertahanan sytem imun
Otot di scapula tidak dapat kontraksi
Ketidakmampuan menggerakan tangan
kanan
11 2.5 Pemeriksaan Penunjang
2.5.1 Pemeriksaan Radiologi
1. Sebagai penunjang, pemeriksaan yang penting adalah “pencitraan”
menggunakan sinar rontgen (x-ray). Untuk mendapatkan gambaran 3 dimensi keadaan dan kedudukan tulang yang sulit, maka diperlukan 2 proyeksi yaitu AP atau PA dan lateral. Dalam keadaan tertentu diperlukan proyeksi tambahan (khusus) ada indikasi untuk memperlihatkan pathologi yang dicari karena adanya superposisi. Perlu disadari bahwa permintaan x- ray harus atas dasar indikasi kegunaan pemeriksaan penunjang dan hasilnya dibaca sesuai dengan permintaan. Hal yang harus dibaca pada x-ray:
a. Bayangan jaringan lunak.
b. Tipis tebalnya korteks sebagai akibat reaksi periosteum atau biomekanik atau juga rotasi.
c. Trobukulasi ada tidaknya rare fraction.
d. ela sendi serta bentuknya arsitektur sendi.
2. Selain foto polos x-ray (plane x-ray) mungkin perlu tehnik khususnya seperti:
a. Tomografi: menggambarkan tidak satu struktur saja tapi struktur yang lain tertutup yang sulit divisualisasi. Pada kasus ini ditemukan kerusakan struktur yang kompleks dimana tidak pada satu struktur saja tapi pada struktur lain juga mengalaminya.
b. Myelografi: menggambarkan cabang-cabang saraf spinal dan pembuluh darah di ruang tulang vertebrae yang mengalami kerusakan akibat trauma.
c. Arthrografi: menggambarkan jaringan-jaringan ikat yang rusak karena ruda paksa.
d. Computed Tomografi-Scanning: menggambarkan potongan secara transversal dari tulang dimana didapatkan suatu struktur tulang yang rusak.
2.5.2 Pemeriksaan Laboratorium
a. Kalsium Serum dan Fosfor Serum meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
12
b. Alkalin Fosfat meningkat pada kerusakan tulang dan menunjukkan kegiatan osteoblastik dalam membentuk tulang.
c. Enzim otot seperti Kreatinin Kinase, Laktat Dehidrogenase (LDH- 5), Aspartat Amino Transferase (AST), Aldolase yang meningkat pada tahap penyembuhan tulang.
2.5.3 Pemeriksaan lain-lain
1. Pemeriksaan mikroorganisme kultur dan tes sensitivitas: didapatkan mikroorganisme penyebab infeksi.
2. Biopsi tulang dan otot: pada intinya pemeriksaan ini sama dengan pemeriksaan diatas tapi lebih dindikasikan bila terjadi infeksi.
3. Elektromyografi: terdapat kerusakan konduksi saraf yang diakibatkan fraktur.
4. Arthroscopy: didapatkan jaringan ikat yang rusak atau sobek karena trauma yang berlebihan.
5. Indium Imaging: pada pemeriksaan ini didapatkan adanya infeksi pada tulang.
6. MRI: menggambarkan semua kerusakan akibat fraktur.
13 BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Resume
Tn.S berusia 48 tahun beragama Islam, suku Jawa, pekerjaan buruh, sudah menikah dengan Ny. S, berusia 46 tahun, bekerja sebagai ibu rumah tangga, Alamat Dusun III Kelurahan Ujung Negeri Kahan Kec. Bintang Bayu, Tebing Tinggi. Hari Selasa, tanggal 7 November 2023, pukul 19.15 WIB, Tn S mengalami kecelakaan sepeda motor akibat menabrak lubang saat perjalanan dari Tebing Tinggi menuju Percut. Tn. S kemudian dibawa ke Klinik Percut untuk pertolongan pertama dan mendapatkan tindakan penjahitan luka robek di dahi kemudian dirujuk ke RS Siloam. Tn.S mendapat perawatan luka pada bagian dahi dikarenakan jahitan awal kurang baik sehingga dijahit ulang. Tn.S dibawa pulang ke rumah atas keinginan sendiri dan mendapat penanganan dari dukun patah, namun setelah diurut keadaan Tn.S mengalami pembengkakan pada bagian punggung hingga lengan bagian kanan sehingga keluarga membawa Tn.S ke RS Bayangkara Tk.III Tebing Tinggi pada tanggal 9 November 2023. Di RS Bayangkara Tk.III Tebing Tinggi Tn.S dilakukan pemeriksaan foto shoulder joint adalah Fraktur tulang Scapula Dextra, sehingga pasien diharuskan melakukan operasi dan pasien di anjurkan menggunakan BPJS untuk meringankan biaya operasi.
Tanggal 14 November 2023 pukul 18.00 Wib Tn. S datang ke Rumah Sakit Umum Imelda Pekerja Indonesia bersama dengan Istrinya sebagai pasien rujukan BPJS dari RS Bayangkara Tk.III Tebing Tinggi. Tn. S masuk ke IGD Rumah Sakit Imelda Pekerja Indonesia, dengan keluhan utama Nyeri seperti ditusuk-tusuk yang dirasakan pada bahu hingga tangan kanan saat digerakkan skala nyeri 8, terdapat luka jahitan di dahi dari RS.Siloam 7 hari yang lalu, pasien tampak gelisah dan wajah sedikit tegang, ada rasa takut yang disampaikan secara lisan karena luka akibat trauma yang makin membengkak dan kekhawatiran mengalami kegagalan saat operasi, tampak jejas pada punggung bagian kanan, kontak mata pasien memburuk ketika diajak berkomunikasi, tingkat kesadaran Apatis ( E4V5M4), TD: 126/85 mmHg, HR : 88x/menit, RR : 22x/menit, Temp : 37°C, BB : 55 kg, TB : 167 cm , IMT : 19,6, tidak memiliki riwayat penyakit lain, BAK +, dan BAB+.
Pukul 22.50 WIB Tn.S dipindahkan dari IGD ke ruang rawat inap Sakura. Hasil pengkajian yaitu nyeri bahu hingga tangan kanan, tangan kanan sulit digerakkan, disertai luka jahitan pada dahi. TD : 126/86 mmHg, RR : 22 x/menit, HR : 85 x/menit, Temp 37℃, IVFD RL 22 tetes/menit, kekuatan otot ekstremitas bawah dan ekstremitas atas sinistra bernilai 5 dan
14
ekstremitas atas dextra bernilai 2, pengkajian nyeri didapati P : pasca trauma (KLL), Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk, R : nyeri dari bahu sampai lengan atas , S : 8, T: nyeri ketika digerakan, CRT < 3 detik, perifer teraba hangat, kulit tidak tampak pucat, teraba pulse pada arteri brakialis.
Hasil foto Thorax Cardiomegali, Bronchopneumonia dan hasil foto shoulder joint adalah Fraktur tulang Scapula Dextra disertai tanda-tanda dislokasi pada tulang Shoulder Joint Dextra, hasil foto CT Head Scan adalah Subdural Bleeding. Hasil pemeriksaan hematologi lengkap Hb 11 gr/dl, leukosit 11,9x103/ Ul, trombosit 290.000/mm3 , glukosa Ad random 104 mg/dl, HBs Ag negative. Terapi Ranitidin 50 mg/12jam, Ketorolac 30 mg/8jam, Citicolene 250 mg/12jam, Betahistine 3 x 6 mg.
Tanggal 16 November 2023 pukul 11.20 WIB dilakukan operasi dengan hasil pengkajian TD : 135/84 mmHg, HR : 80x/menit, RR : 24 x/menit, Temp : 37°C, IVFD RL 22 tetes/menit, pasien telah puasa selama 6 jam, terpasang urine kateter no 18 dengan urine 600 ml/2 jam, pre medikasi inj ceftriaxone 2 gram, dilakukan operasi Tindakan Open Reduction Internal Fixation (ORIF) dengan recont plate locking (10 hole) + recont plate non locking (7) + non locking (4) + screw (16) + K ware (2), yang berlangsung selama 5 jam dengan general anastesi, jumlah perdarahan operasi sebanyak ± 200 cc, luka jahitan di daerah scapula ± 15 cm, terpasang drain, luka post op teraba hangat dan tampak memerah, serta terasa nyeri. Setelah operasi, pasien difoto shoulder joint dengan hasil post fraktur dengan ORIF terpasang pada scapula dextra. Pukul 16.20 WIB pasien post operasi berada di Recovery Room, pasien di anjurkan untuk pemeriksaan albumin elektrolit, dan hematologi darah lengkap.
Pukul 19.00 WIB pasien dipindahkan ke ruangan Rawat Inap Sakura dengan tanda- tanda vital pasien dalam batas normal, IVFD terpasang RL 20 tetes/menit, pengkajian nyeri didapati P : luka post operasi, Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk, R : nyeri dari bahu sampai lengan atas , S : 5, T: ketika digerakan, terpasang kateter urine no 18 dengan jumlah urine 500 ml/3jam, produksi drain ± 20 cc, pasien sudah diperbolehkan makan karena peristaltic 10 x/menit, Pemberian terapi obat post operasi Ketorolac 30mg/8jam, ceftriaxone 1 gram/12 jam, tramadol 100mg /8 jam, ranitidine 50 mg/12 jam, ondansentron 4 mg/8 jam, canna 3x500mg, B.com 1 x 500 mg, Cal 95 3 x 500 mg. pasien telah dilakukan pemeriksaan hematologi lengkap dengan hasil HB 9,0 gr/dl, albumin 2,3 gr/dl, leukosit 20.3 103/UL. Pasien diberikan PRC 1 bag pada tanggal 17 November 2023.
15
Hasil pengkajian 18 November 2023, tanda- tanda vital pasien dalam batas nomal, IVFD terpasang RL 20 tetes/menit, terpasang kateter urine, pasien mengatakan nyeri pada bagian dahi sudah berkurang, luka jahitan di daerah scapula ± 15 cm, luka teraba hangat dan kemerahan sekitar luka berkurang, produksi drain ±15 cc, pengkajian nyeri didapati P: luka post operasi, Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk, R: nyeri dari bahu sampai lengan atas , S : 4, T:
ketika digerakan, tingkat kesadaran Composmentis ( E4V5M5), CRT < 3 detik, perifer teraba hangat, kulit tidak tampak pucat, teraba pulse pada arteri brakialis, SPO2 100% pada jari tangan kanan, pasien belum mampu melakukan ROM pada ekstremitas atas (pronasi, supinasi, fleksi, ekstensi dan tidak mampu mengangkat bahu kanan, pemberian terapy berupa Ketorolac 30mg/8jam, ceftriaxone 1 gram/12 jam, tramadol 100mg /8 jam, ranitidine 50 mg/12 jam, ondansentron 4 mg/8 jam, canna 3x500mg, B.com 1 x 500 mg, Cal 95 3 x 500 mg.
Tanggal 20 November 2023, tanda-tanda vital paisen dalam batas normal, IVFD terpasang RL 20 tetes/menit, kateter urine di Aff dan drain pada daerah post operasi di aff, luka jahitan tampak kering, pengkajian nyeri didapati P: luka post operasi, Q: nyeri seperti di tusuk- tusuk, R: nyeri dari bahu sampai lengan atas kanan, S: 4, T: nyeri ketika digerakan , CRT < 3 detik, perifer teraba hangat, kulit tidak tampak pucat, teraba pulse pada arteri brakialis. Pasien masih kesulitan melakukan ROM pada ekstremitas atas (pronasi, supinasi, fleksi, ekstensi dan tidak mampu mengangkat bahu kanan).
Pada tanggal 21 November 2023 pasien sudah diperbolehkan pulang atas anjuran dokter dan kembali lagi ke RSU Imelda Pekerja Indonesia pada tanggal 28 November 2023 untuk ganti perban, kondisi pasien sudah mulai membaik namun masih ada rasa sedikit kebas pada pergelangan tangan hingga jari-jari, Tn.S melakukan perawatan fisioterapi di RS Medistra Lubuk Pakam, karena jarak rumah sakit dengan rumah pasien lebih terjangkau.
16 3.2 Pemeriksaan Penunjang
3.2.1 Hasil Laboratorium Pra Operasi
Tanggal 14 November 2023 Pukul : 19: 59 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Metode
Hematologi Darah lengkap
Hemoglobin 11.0 g/Dl P :13-18
W: 12-16
Canggih
Leukosit (WBC) 11.9 10 *3/uL 4-11 -
Jumlah Trombosit
290.000 /mm3 140.000-
450.000
-
FAAL HATI
HBS Ag Negatif Negatif Canggih
TES GULA DARAH Glukosa Ad random
104 Mg/dL < 200
3.2.2 Hasil Laboratorium Post operasi
Tanggal 16 November 2023 Pukul : 21 : 36 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan Normal Metode
Hematologi Darah lengkap
Hemoglobin 9.0 g/dL P :13-18
w: 12-16
Canggih
Leukosit (WBC) 20.3 10 *3/uL 4-11 -
Jumlah Trombosit
281.000 /mm3 140.000-
450.000
-
Hematokrit 40.3 % P: 42-56
w: 36-47
-
17
Eritrosit 4.0 Juta/mm3 P: 4.50 – 4.60 W: 4.10-5.10 FAAL HATI
Albumin 2.3 g/dl 3.8-5.1
2.2.3 Foto Thorax Pre Operasi
Tanggal 14 November 2023 Pukul : 22.50.22 WIB
2.2.4. Foto Thorax Post Operasi
Tanggal 16 November 2023 Pukul : 20.16.49 WIB
18 3.3 Analisa Data Pre perasi
No Data Subjektif dan Objektif Etiologi Sintom 1 DS :
Pasien mengatakan nyeri pada bahu hingga lengan tangan kanan
Pasien mengatakan nyeri seperti ditususk-tusuk DO :
Pasien tampak meringis
Tampak jejas pada bahu kanan hingga punggung
Pengkajian nyeri didapatkan:
P : pasca traumatic (KLL)
Q : nyeri seperti di tusuk- tusuk
R : nyeri dari bahu kanan hingga lengan atas S : 8
T : Ketika digerakan
Trauma (KLL)
close fraktur scapula dextra
pergeseran fragmen tulang
Dsikontinuitas tulang
Menekan/ rusaknya jaringan sekitar
Pelepasan mediator nyeri
nyeri akut
Nyeri akut
2 DS :
Pasien mengatakan sulit menggerakan
ekstremitas atas bagian kanan
Pasien mengatakan nyeri saat menggerakan tangan kanan
DO :
fraktur tertutup (scapula)
pergeseran fragmen tulang
Dsikontinuitas tulang
Gangguan mobilitas fisik
19
Pasien tampak berbaring di tempat tidur
Tampak rentang gerak (ROM) menurun
Menekan/ rusaknya jaringan sekitar
Pelepasan mediator nyeri
nyeri akut
Gangguan mobilitas fisik 3 DS:
Pasien mengatakan khawatir dengan akibat kondisi yang dihadapi, dan takut apabila operasi gagal.
DO :
Pasien tampak gelisah
Pasien tampak tegang
Pasien menghindari kontak mata saat di ajak berbicara
tingkat kesadaran Apatis ( E4V5M4)
Trauma (KLL)
close fraktur scapula dextra
perubahan status Kesehatan
kurangnya informasi
Ansietas
Ansietas
3.4. Analisa Data Post Operasi
No Data Subjektif dan Objektif Etiologi Problem 1 DS :
Pasien mengatakan nyeri pada bahu hingga lengan tangan kanan
DO :
Close fraktur scapula dextra
Nyeri akut
20
Pasien tampak meringis
Tampak jejas pada bahu kanan hingga punggung
Nyeri didapatkan:
P : Post operasi scapula dextra
Q : nyeri seperti di tusuk- tusuk
R : nyeri dari bahu kanan hingga lengan atas S : 4
T : nyeri ketika digerakan
Operasi open reduction internal
fixation (ORIF)
luka post operasi
Nyeri akut
2 DS :
Pasien mengatakan sulit menggerakan
ekstremitas atas bagian kanan
Pasien mengatakan nyeri saat menggerakan tangan kanan
DO :
Pasien tampak berbaring di tempat tidur
Tampak rentang gerak (ROM) menurun, tidak mampu melakukan pronasi, supinasi, fleksi, ekstensi dan tidak mampu mengangkat bahu kanan
Tampak drain terpasang pada luka post operasi, produksi drain ± 15 cc
close fraktur scapula dextra
operasi open reduction internal
fixation (ORIF)
Otot di scapula tidak dapat
kontraksi
Ketidakmampuan menggerakan tangan kanan
Gangguan mobilitas fisik
Gangguan mobilitas fisik
21
Tampak terpasang kateter urine
3 DS : - DO :
Tampak kemerahan sekitar luka post operasi
Luka operasi ±15 cm di daerah scapula
Nyeri didapatkan
P : Post operasi scapula dextra
Q : nyeri seperti di tusuk- tusuk
R : nyeri dari bahu kanan hingga lengan atas S : 4
T : Ketika digerakan
Jumlah albumin 2,3 g/dl
Luka post operasi
Terputusnya kontinuitas jaringan
Gangguan integritas kulit
Gangguan integritas kulit
4 DS : - DO :
Tampak luka post operasi pada bagian bahu sebelah kanan dengan panjang luka jagitan ± 15 cc
Tampak luka masih basah dan terbalut kasa
Tampak merah pada sekitar luka
Luka post operasi
Terputusnya kontinuitas jaringan
kulit
Jaringan kontak dengan dunia luar
Tempat masuknya mikroorganisme
Resiko infeksi
22
Tidak adekuat pertahanan system
imun
Resiko infeksi
3.5. Dignosa Keperawatan pre operasi
1. Nyeri akut b/d agen pencedera fisik d/d pasien mengatakan nyeri pada bahu hingga lengan tangan kanan, nyeri didapat : P : pasca traumatic (KLL), Q : nyeri seperti di tusuk-tusuk, R : nyeri dari bahu kanan hingga lengan atas , S : 8, T : nyeri timbul ketika digerakan, pasien tampak meringis, tampak jejas pada bahu kanan hingga punggung kanan.
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang d/d pasien mengatakan sulit menggerakan ekstremitas atas bagian kanan, nyeri pada saat digerakan, pasien tampak berbaring ditempat tidur, tampak rentang gerak (ROM) menurun pasien tidak mampu melakukan pronasi, supinasi, fleksi, ekstensi dan tidak mampu mengangkat bahu kanan.
3. Ansietas b/d kekhawatiran mengalami kegagalan operasi d/d pasien mengatakan khawatir dengan akibat kondisi yang dihadapi takut apabila operasi gagal, pasien tampak gelisah dan tampak tegang, pasien menghindari kontak mata saat di ajak berbicara.
3.6. Diagnosa keperawatan post operasi
1. Nyeri akut b/d luka post operasi d/d pasien mengatakan nyeri pada sekitar luka post operasi, nyeri didapat : P : pasca traumatic (KLL), Q: nyeri seperti di tusuk-tusuk, R : nyeri dari bahu kanan hingga lengan atas , S:4, T: nyeri timbul ketika digerakan, pasien tampak meringis dan tampak luka post operasi ± 15 cm
23
2. Gangguan mobilitas fisik b/d kerusakan integritas struktur tulang b/d pasien mengatakan sulit menggerakan ekstremitas atas bagian kanan, nyeri pada saat digerakan, pasien tampak berbaring ditempat tidur, tampak rentang gerak (ROM) menurun, tidak mampu melakukan pronasi, supinasi, fleksi, ekstensi dan tidak mampu mengangkat bahu kanan, drain terpasang pada luka post operasi, produksi drain ± 15 cc, terpasang kateter urine.
3. Gangguan integritas kulit b/d kerusakan jaringan kulit d/d Tampak kemerahan sekitar luka post operasi, luka operasi ± 15 cm di daerah scapula, nyeri didapatkan : P: Post operasi scapula dextra , Q: nyeri seperti di tusuk-tusuk, R: nyeri dari bahu kanan hingga lengan atas , S:4, T: Ketika digerakan, albumin 2,3 g/dl.
4. Resiko infeksi dibuktikan dengan tampak luka post operasi pada bagian bahu sebelah kanan dengan panjang luka ± 15 cm, luka masih dibalut kasa dan tampak memerah sekitar luka, Leukosit 20,3 x103/UL.
3.7. Intervensi Keperawatan pre operasi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi 1. Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 5x24 jam di harapkan tingkat nyeri menurun dengan
Kriteria hasil :
- Keluhan nyeri (PQRS) pada pasien berkurang
- TTV dalam batas normal
Observasi :
1. Observasi tanda- tanda vital
2. Kaji status nyeri (PQRS)
3. Identifikasi factor yang
memperberat dan memperingan nyeri
Teraupetik :
1. Berikan tekhnik non farmakologis untuk
mengurangi rasa
24
nyeri (relaksasi nafas dalam) 2. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi : 1. Jelaskan
penyebab,
periode, dan pemicu nyeri 2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri 3. Ajarkan tehnik
norfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi : 1. Kolaborasi
dengan dokter pemberian obat analgetic
2. Gangguan mobilitas fisik
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5x24 jam diharapkan pasien dapat mempertahankan
pergerakannya dengan Kriteria hasil :
- Pergerakan
ekstremitas atas 5 - Kekuatan otot 5
Observasi : 1. Identifikasi
adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
2. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan
25
- Refleks normal (++) - Rentang gerak
(ROM) 5
3. Monitor kondisi umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik : 1. Fasilitasi
immobilisasi tangan kanan menggunakan armsling 2. Libatkan
keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan mobilisasi dini 3. Ajarkan
mobilisasi
sederhana yang harus dilakukan
Kolaborasi :
1. Kolaborsi dengan fisioterapi dalam
26
menggunakan shoulder
3. Ansietas Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5x24 jam diharapkan pasien dapat mempertahankan
pergerakannya dengan Kriteria hasil :
Perasaan tidak gelisah
Wajah tidak tampak tegang
Dapat mengambil keputusan
Tidak ada rasa takut yang disampaikan secara lisan
Observasi :
1. Monitor tanda- tanda ansietas 2. Identifikasi saat
tingkat ansietas 3. Identifikasi
kemampuan mengambil keputusan
Terapeutik :
1. Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan 2. Menemani pasien
untuk mengurangi kecemasan 3. Pahami situasi
yang membuat ansietas
dengarkan
dengan penuh perhatian
4. Gunakan
pendekatan yang tenang dan meyakinkan
27
Edukasi :
1. Informasikan secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan 2. Anjurkan
keluarga untuk bersama pasien, jika perlu
3. Latih kegiatan pengalihan unuk mengurangi ketegangan 4. Latih Teknik
relaksasi Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
3.8. Intervensi Keperawatan pre operasi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi 1. Nyeri akut Setelah dilakukan intervensi
keperawatan selama 5x24 jam di harapkan tingkat nyeri menurun dengan
Kriteria hasil :
- Keluhan nyeri (PQRS) pada pasien berkurang
Observasi :
4. Observasi tanda- tanda vital
5. Kaji status nyeri (PQRS)
6. Identifikasi factor yang
memperberat dan
28
- TTV dalam batas normal
memperingan nyeri
Teraupetik :
3. Berikan tekhnik non farmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (relaksasi nafas dalam) 4. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi : 4. Jelaskan
penyebab,
periode, dan pemicu nyeri 5. Jelaskan strategi
meredakan nyeri 6. Ajarkan tehnik
norfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi : 2. Kolaborasi
dengan dokter pemberian obat analgetic
29 2. Gangguan mobilitas
fisik
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5x24 jam diharapkan pasien dapat mempertahankan
pergerakannya dengan Kriteria hasil :
- Pergerakan
ekstremitas atas 5 - Kekuatan otot 5 - Refleks normal (++) - Rentang gerak
(ROM) 5
Observasi : 4. Identifikasi
adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
5. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan 6. Monitor kondisi
umum selama melakukan mobilisasi
Terapeutik : 3. Fasilitasi
immobilisasi tangan kanan menggunakan armsling 4. Libatkan
keluarga untuk membantu pasien dalam
meningkatkan pergerakan
Edukasi :
4. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
30
5. Anjurkan melakukan mobilisasi dini 6. Ajarkan
mobilisasi
sederhana yang harus dilakukan
Kolaborasi :
2. Kolaborsi dengan fisioterapi dalam menggunakan shoulder
3. Gangguan integritas kulit
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5x24 jam diharapkan pasien dapat mempertahankan
pergerakannya dengan Kriteria hasil :
- Perfusi jaringan meningkat
- Kerusakan jaringan menurun
- Kerusakan lapisan kulit menurun
- Hemotoma menurun - Tekstur membaik
Observasi : 1. Monitor
karakteristik luka ( drain, warna, ukuran, bau ) 2. Monitor tanda-
tanda infeksi Terapeutik :
1. Lepaskan balutan dan plester secara perlahan
2. Bersihkan
dengan cairan
NaCL atau
pembersih
nontoksit, sesuai kebutuhan
31
3. Besikan salep sesuai yang sesuai kekulit, jika perlu
4. Pasang balutan sesuai jenis luka 5. Pertahankan
teknik steril saat melakukan perawatan luka 6. Berikan
suplemen vitamin dan mineral Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 2. Anjurkan
mengkonsumsi makanan tinggi kalori dan protein 3. Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri Kolaborasi :
2. Kolaborasi dengan dokter salam pemberian antibiotik
4. Resiko infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 5]x24 jam diharapkan pasien dapat
Observasi :
- Monitor tanda dan gejala infeksi
32 mempertahankan pergerakannya dengan Kriteria hasil :
- Pada luka jahitan tidak terdapat tanda-tanda infeksi
o Rubor (kemerahan) o Calor (panas) o Tumor (bengkak) o Dolor (nyeri)
o Fungsio laesa (perubahan fungsi jaringan )
Terapeutik :
- Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan lingkungan pasien
Edukasi :
1. Jelaskan tanda dan gejala infeksi 2. Ajarkan cara
mencuci tangan yang benar 3. Ajarkan cara
memeriksa kondisi luka atau luka operasi 4. Anjurkan
meningkatkan asupan nutrisi 5. Anjurkan
meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi :
1. Kolaborasi Pemberian Antibiotik
33
34 3.9. Evaluasi
1. Nyeri akut
observasi tanda-tanda vital
observaso status nyeri ( PQRS )
observasi fctor yang memperberat dan memperingan nyari
2. gangguan mobilitas fisik
observasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya
observasi toleransi fisik dalam melakukan pergerakkan
observasi kodisi umum selam melakukan mobilisasi
3. Ansietas
Observasi tanda-tanda ansietas
Observasi tingkat ansietas
Observasi kemampuan mengambil keputusan
4. Gangguan integritas kulit
observasi gangguan integritas kulit
observasi karakteristik luka (darin, warna, ukuran,bau )
observasi tanda-tanda infeksi
5. Resiko infeksi
observasi tanda dan gejala infeksi
3.10. Discharger Planning
No Discharger Planning Keterangan
1. Terapy obat dengan teratur Jelaskan pada pasien untuk minum obat sesuai program agar membantu proses pemulihan kesehatan pasien.
35
2. Ganti perban teratur Pasien dijadwalkan untuk ganti perban untuk pertama kali di RSU Imelda Pekerja Indonesia pada tanggal 28 November 2023.
Jelaskan pada pasien dan
keluarga agar menjaga luka tetap kering dan bersih, pastikan pasien tidak melakukan pergerakan yang terlalu aktif untuk menghindari robekan pada luka.
Selanjutnya pasien ganti perban di Rumah Sakit Medistra Lubuk Pakam yang dibarengi dengan pemulihan pada luka pasca operasi di bagian scapula dextra.
3. Fisioterapi Jelaskan pada pasien pentingnya mengikuti program Fisioterapi sesuai jadwal untuk pemulihan yang maksimal.
Anjurkan pasien untuk
mobilisasi jari-jari tangan untuk membantu pemulihan massa otot.
Pasien di anjurkan untuk
melakukan fisioterapi di Rumah Sakit Medistra Lubuk Pakam karena jarak lebih terjangkau dari rumah.
4. pemenuhan nutrisi Jelaskan pada pasien dan keluarga untuk memenuhi nutrisi pasien agar konisi pasien cepat membaik.
Pemenuhan nutrisi :
Makan/ minuman yang banyak mengandung kalsium untuk
36
membantu proses pemulihan tulang. Contoh : susu
Makanan yang mengandung protein tinggi untuk membantu pemulihan luka post operasi.
Contoh : telur, ikan
Serta penuhi kebutuhan nutrisi laianya seperti tetap konsumsi sayuran hijau, buah-buahan.
37 BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pemberian asuhan keperawatan dengan gangguan sistem musculoskeletal dengan malasah clouse fraktur scapula Tn.S di ruangan sakura RSU IPI Medan selama 5 X 24 jam, masalah pada fraktur mengalami perubahan yang baik, dimana setiap harinya keluhan keluarga pasien tentang penyakitnya semakin berkurang dan harus tetap di pantau keadaannya untukmemastikan kondisi pasien menjadi lebih baik lagi.
4.2 Saran
Saran dari penulis kiranya tenaga kesehatan khususnya perawat dan mahasiswa perawat lebih meningkatkan pemahamannya tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien Fraktur agar dalam pemberian tindakan kepada pasien lebih efektif.
38
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, 2018. Keperawatan Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC J.Morison, 2014. Manajemen Luka Moya. Jakarta : EGC
Sjamsuhidajat, R.Win de Jong, Buku Ajaran Ilmu Bedah. EGC, Jakarta 2012
A.K. Muda, Ahmad, 2015. Kamus Lengkap Kedokteran Edisi revisi.
Jakarta:Gitamedia Press
Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI), Edisi 1, Jakarta, PersatuanPerawat Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
39