2 2
MODUL PROFESIONAL
Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah
PENANGGUNG JAWAB
Prof. Dr. Suyitno, M.Ag. (Direktur Jenderal Pendidikan Islam)
Prof. Dr. Phil. Sahiron, M.Ag. (Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam) Dr. Thobib Al-Asyhar, M.Si. (Direktur GTK Madrasah)
Dr. Munir, M.Ag. (Direktur PAI) Penulis:
Dr. Muhammad Rifqi Mahmud, M.Pd. dan Inne Marthyane Pratiwi, M.Pd.
Editor:
Fatkhu Yasik, M.Pd. | Dr. Rofiq Zainul Mun’im, M.Ag. | Dr. Khaerul Umam, M.Ag.
Hak cipta dilindungi undang-undang All right reserved
Edisi Revisi ke-IV, Januari 2025
Desain Sampul dan Tata Letak: Nur Handi Faruq Al Ayyubi Halaman: xii + 158
DITERBITKAN OLEH:
Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI
ii
SAMBUTAN
DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
Program Pendidikan Profesi Guru—selanjutnya disebut PPG—memiliki tujuan untuk menghasilkan guru profesional. Guru profesional adalah guru yang memiliki seperangkat kompetensi meliputi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Pada tahun 2025, desain PPG telah mengalami perkembangan yang cukup mendasar, sehingga dibutuhkan modul baru yang sesuai dengan inovasi yang dikembangkan di tahun 2025.
Untuk itu, keberadaan Modul PPG ini sangat penting karena menjadi salah satu sumber belajar mahasiswa PPG di Kementerian Agama RI. Melalui modul ini para mahasiswa Program PPG dapat melakukan reskilling (melatih kembali) atau bahkan upskilling (meningkatkan kemampuan) sehingga memenuhi syarat untuk menjadi guru profesional.
Di samping itu, penulisan modul pembelajaran PPG ini menambah koleksi karya yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Kementerian Agama RI. Aktifitas ini juga menunjukkan bahwa kita sebagai regulator dan juga sebagai instansi pembina para guru agama dapat mengambil peran dalam penyediaan sumber belajar bagi masyarakat.
Terakhir, kami sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyusunan dan penyuntingan Modul PPG di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam. Semoga Modul PPG ini bermanfaat bagi Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) dan dapat digunakan sebagai rujukan bagi dosen dan mahasiswa Program PPG di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Islam.
Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Prof. Dr. Suyitno, M.Ag.
iii
PENGANTAR PENULIS
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga modul ini dapat disusun dengan baik dan dapat digunakan oleh mahasiswa Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) untuk Guru Kelas Madrasah Ibtidaiyah (GKMI). Modul ini disusun sebagai upaya untuk mendukung para guru maupun calon guru MI dalam meningkatkan kompetensi profesional, sehingga siap mengemban tugas sebagai pendidik yang professional, berkualitas, berakhlak mulia, dan penuh dedikasi.
Sebagai pendidik, tugas kita tidak hanya sebatas mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter dan moral siswa, membekali mereka dengan nilai-nilai yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, modul ini hadir untuk mendukung para guru MI dalam meningkatkan pemahaman dan keterampilan dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar sekaligus pembentuk karakter bangsa.
Modul ini mengulas berbagai topik penting yang diperlukan oleh mahasiswa PPG untuk mengembangkan pengetahuan mengenai teori dan aplikasi materi Bahasa Indonesia, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), matematika, dan pembelajaran tematik. Selain itu, dalam modul ini terdapat materi mengenai pendidikan nilai dan pendidikan karakter dan moderasi beragama yang dapat diintegrasikan dalam pembelajaran di kelas.
Kami juga menyadari bahwa pendidikan adalah sebuah proses yang tidak pernah berhenti, sehingga penting bagi kita untuk terus belajar, berinovasi, dan beradaptasi dengan perkembangan zaman. Modul ini diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi dan referensi bagi para guru dalam menghadapi tantangan dan perubahan dalam dunia pendidikan, terutama di lingkungan Madrasah Ibtidaiyah.
Akhir kata, kami berharap modul ini dapat memberikan manfaat yang besar dalam perjalanan pendidikan bapak/ibu pada PPG ini. Semoga bapak/ibu dapat menerapkan ilmu dan keterampilan yang diperoleh dalam modul ini untuk memberikan kontribusi positif bagi dunia pendidikan, khususnya di Madrasah Ibtidaiyah.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Tim Penulis,
iv
DAFTAR ISI
Contents
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM ... ii
PENGANTAR PENULIS ... iii
DAFTAR ISI ... iv
PENDAHULUAN ... vii
A. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK) ... vii
B. Ruang Lingkup Materi ... viii
C. Proses Pembelajaran Mata Kuliah ... viii
D. Penilaian ... ix
E. Refleksi dan Tindak Lanjut ... ix
F. Organisasi Waktu Belajar ... xi
Topik 1: Bahasa Indonesia ... 1
A. Definisi Bahasa Indonesia ... 1
B. Teori Pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah ... 3
C. Urgensi Pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah ... 9
D. Prosedur Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah ... 9
E. Kontekstualisasi Pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah ... 16
F. Metakognisi Pembelajaran Bahasa Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah ... 16
G. Kesimpulan ... 18
H. Pemahaman Konsep/Soal ... 19
I. Daftar Pustaka ... 21
Topik 2: Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) ... 22
A. Konsep Dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan ... 22
B. Teori Pembelajaran PPKn di Madrasah Ibtidaiyah ... 23
C. Urgensi Pembelajaran PPKn di Madrasah Ibtidaiyah ... 30
D. Prosedur Proses Pembelajaran PPKn di Madrasah Ibtidaiyah ... 30
E. Kontekstualisasi Pembelajaran PPKn di Madrasah Ibtidaiyah ... 37
F. Metakognisi Pembelajaran PPKn di Madrasah Ibtidaiyah ... 38
G. Kesimpulan ... 39
H. Latihan Soal ... 39
I. Daftar Pustaka ... 42
v
Topik 3: Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 43
A. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 43
B. Teori Pembelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah ... 44
C. Urgensi Pembelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah ... 55
D. Prosedur Proses Pembelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah ... 56
E. Kontekstualisasi Pembelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah ... 60
F. Metakognisi Pembelajaran IPA di Madrasah Ibtidaiyah ... 61
G. Kesimpulan ... 62
H. Latihan Soal ... 63
I. Daftar Pustaka ... 65
Topik 4: Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 67
A. Konsep Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) ... 67
B. Teori Pembelajaran IPS di Madrasah Ibtidaiyah ... 68
C. Urgensi Pembelajaran IPS di Madrasah Ibtidaiyah ... 75
D. Prosedur Proses Pembelajaran IPS di Madrasah Ibtidaiyah ... 75
E. Kontekstualisasi Pembelajaran IPS di Madrasah Ibtidaiyah ... 80
F. Metakognisi Pembelajaran IPS di Madrasah Ibtidaiyah ... 81
G. Kesimpulan ... 83
H. Latihan Soal ... 83
I. Daftar Pustaka ... 85
Topik 5: Matematika... 87
A. Konsep Dasar Matematika ... 87
B. Teori Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah ... 88
C. Urgensi Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah... 100
D. Prosedur Proses Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah ... 100
E. Kontekstualisasi Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah ... 105
F. Metakognisi Pembelajaran Matematika di Madrasah Ibtidaiyah ... 107
G. Kesimpulan ... 108
H. Latihan Soal ... 109
I. Daftar Pustaka ... 111
Topik 6: Pembelajaran Tematik ... 112
A. Definisi Pembelajaran Tematik ... 112
B. Teori Pembelajaran Tematik di Madrasah Ibtidaiyah ... 113
C. Urgensi Pembelajaran Tematik di Madrasah Ibtidaiyah ... 119
D. Prosedur Proses Pembelajaran Tematik di Madrasah Ibtidaiyah ... 119
vi
E. Kontekstualisasi Pembelajaran Tematik di Madrasah Ibtidaiyah ... 125
F. Metakognisi Pembelajaran Tematik di Madrasah Ibtidaiyah ... 126
G. Kesimpulan ... 127
H. Latihan Soal ... 127
I. Daftar Pustaka ... 129
Topik 7: Pendidikan Nilai dan Pendidikan Karakter ... 131
A. Definisi Pendidikan Nilai dan Pendidikan Karakter ... 131
B. Teori Pendidikan Nilai dan Pendidikan Karakter ... 131
C. Urgensi Pendidikan Nilai dan Pendidikan Karakter ... 137
D. Integrasi Pendidikan Nilai dan Pendidikan Karakter ... 138
E. Kontekstualisasi Pendidikan Nilai dan Pendidikan Karakter ... 141
F. Metakognisi Pendidikan Nilai dan Pendidikan Karakter ... 142
G. Kesimpulan ... 143
H. Latihan Soal ... 144
I. Daftar Pustaka ... 146
Topik 8: Moderasi Beragama ... 147
A. Definisi Moderasi Beragama ... 147
B. Teori Moderasi Beragama ... 147
C. Urgensi Moderasi Beragama ... 149
D. Integrasi Moderasi Beragama ... 150
E. Kontekstualisasi Moderasi Beragama ... 152
F. Metakognisi Moderasi Beragama ... 153
G. Kesimpulan ... 154
H. Latihan Soal ... 155
I. Daftar Pustaka ... 157
PENUTUP ... 158
vii
PENDAHULUAN
A. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
1. Kompetensi Lulusan PPG (KL PPG)
a. Mampu menguasai dan mengembangkan materi ajar berdasarkan struktur keilmuan dan merumuskan alur nateri ajar yang relevan dengan tujuan pembelajaran untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik.
b. Mampu melaksanakan refleksi pembelajaran secara komprehensif (konten, pedagogi, dan teknologi) pada tahapan pembelajaran yang mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran secara berkelanjutan.
c. Mampu menunjukkan jati diri profil guru profesional melalui langkah pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan pembuatan karya inovatif secara berkelanjutan.
2. Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
Menguasai teori dan aplikasi materi bidang Guru Kelas Madrasah Ibtidaiyah (GKMI) yang mencakup bahasa Indonesia, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), matematika, pembelajaran tematik, pendidikan karakter dan pendidikan nilai, dan moderasi beragama termasuk advanced material secara bermakna yang dapat menjelaskan “apa (konten), “mengapa” (filosofi), dan “bagaimana” (penerapan dalam kehidupan sehari-hari).
3. Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub CPMK)
a. Mampu menguasai teori dan aplikasi materi ajar Bahasa Indonesia secara bermakna.
b. Mampu menguasai teori dan aplikasi materi ajar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) secara bermakna.
c. Mampu menguasai teori dan aplikasi materi ajar Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) secara bermakna.
d. Mampu menguasai teori dan aplikasi materi ajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) secara bermakna.
e. Mampu menguasai teori dan aplikasi materi ajar matematika secara bermakna.
f. Mampu menguasai teori dan aplikasi materi ajar pembelajaran tematik secara bermakna.
g. Mampu menguasai teori dan aplikasi pendidikan karakter dan pendidikan nilai secara bermakna.
h. Mampu menguasai teori dan aplikasi moderasi beragama secara bermakna.
viii B. Ruang Lingkup Materi
Modul Pendalaman Materi (PM) Profesional untuk Guru Kelas Madrasah Ibtidaiyah (GKMI) ini dirancang untuk memperkuat kompetensi profesional calon guru kelas MI Arab.
Ruang lingkup materi dalam modul ini mencakup delapan topik utama sebagai berikut:
1. Topik 1: Bahasa Indonesia
2. Topik 2: Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 3. Topik 3: Ilmu Pengetahuan Alam
4. Topik 4: Ilmu Pengetahuan Sosial 5. Topik 5: Matematika
6. Topik 6: Pembelajaran Tematik
7. Topik 7: Pendidikan Nilai dan Pendidikan Karakter 8. Topik 8: : Moderasi Beragama
C. Proses Pembelajaran Mata Kuliah
Proses pembelajaran dirancang berbasis pembelajaran mandiri dan terstruktur dengan dukungan Learning Management System (LMS) yang telah ditetapkan. Model ini mengacu pada konsep PPG Transformatif, yang mengutamakan fleksibilitas dan efisiensi dalam mendukung kesiapan guru menjadi tenaga pendidik yang profesional dan kompeten. Modul ini dirancang untuk dilaksanakan selama 10 hari. Setiap peserta diharuskan menyelesaikan berbagai kegiatan pembelajaran yang dibuktikan dengan tugas mandiri dan tugas terstruktur yang telah ditentukan oleh Panitia Nasional (Pannas).
Tahapan Pembelajaran. Proses pembelajaran dalam modul ini terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut:
a. Pretest
o Sebelum memulai modul, peserta diwajibkan mengikuti pretest yang bertujuan untuk mengukur pemahaman awal terhadap materi yang akan dipelajari.
o Hasil pretest akan digunakan sebagai dasar untuk menyesuaikan strategi pembelajaran yang lebih efektif.
b. Pembelajaran Mandiri melalui LMS
o Peserta akan mengakses bahan bacaan, presentasi (PPT), serta video pembelajaran yang telah disediakan dalam LMS.
o Materi ini dirancang untuk memberikan pemahaman mendalam tentang delapan topik utama dalam modul profesional.
o Setiap peserta diharapkan untuk membaca, menonton, dan memahami materi sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya.
c. Penugasan
o Peserta wajib mengerjakan tugas yang telah dirancang untuk menguatkan pemahaman terhadap materi.
o Penugasan tersebut terdiri dari tugas mandiri dan tugas terstruktur.
o Penyelesaian tugas ini menjadi bukti bahwa peserta telah memahami dan dapat mengaplikasikan materi yang dipelajari dalam konteks nyata.
d. Test Akhir Modul
o Setelah menyelesaikan seluruh rangkaian pembelajaran dan tugas, peserta diwajibkan mengikuti test akhir modul.
o Tes ini bertujuan untuk mengukur pemahaman peserta terhadap seluruh materi yang telah dipelajari dan memastikan kesiapan mereka dalam menerapkan konsep-konsep tersebut dalam praktik mengajar.
Melalui proses pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menguasai kompetensi profesional sebagai guru yang tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu
ix
mengimplementasikannya dalam pembelajaran yang inovatif, inklusif, dan berorientasi pada perkembangan anak usia dini.
D. Penilaian
Penilaian dalam modul ini dilakukan secara berkelanjutan dan mencakup beberapa komponen utama yang dilakukan melalui LMS, meliputi:
Jenis
Penilaian Deskripsi Tujuan
Pretest Tes awal berupa 10 butir soal pada setiap topiknya berbasis HOTS untuk mengukur pemahaman awal peserta.
Menilai pengetahuan awal peserta terkait materi yang akan dipelajari serta menentukan tingkat kesiapan mereka dalam mengikuti pembelajaran.
Tugas Mandiri
Peserta menyelesaikan tugas seperti meresume materi, menganalisis bahan ajar, refleksi
pembelajaran, dan
mengembangkan bahan ajar.
Mengukur pemahaman peserta terhadap materi, kemampuan analisis kritis, serta keterampilan dalam menyusun strategi pembelajaran.
Tugas Terstruktur
Diskusi kelompok tentang setiap topik dan pengembangan materi dalam pembelajaran yang bermakna.
Mendorong kolaborasi, berpikir kritis, dan penerapan konsep ke dalam praktik nyata.
Test Akhir Modul
Tes akhir berisi 10 butir soal pilihan ganda berbasis HOTS yang mencakup seluruh materi dalam modul.
Menilai pemahaman akhir
peserta setelah
menyelesaikan seluruh kegiatan belajar, serta mengukur tingkat pencapaian capaian pembelajaran (CPMK).
Tabel ini memberikan gambaran jelas tentang jenis penilaian yang digunakan dalam modul ini, tujuan masing-masing penilaian, serta bagaimana setiap penilaian berkontribusi untuk mengevaluasi pemahaman peserta.
E. Refleksi dan Tindak Lanjut
Bagian refleksi dan tindak lanjut dalam Modul Pendalaman Materi (PM) bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada peserta dalam mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan, memahami aspek yang perlu ditingkatkan, serta merancang strategi penerapan ilmu yang diperoleh dalam praktik nyata.
1. Refleksi
Bagian refleksi dan tindak lanjut dalam Modul Pendalaman Materi (PM) menjadi langkah penting bagi peserta dalam mengevaluasi pengalaman belajar mereka.
Proses ini tidak hanya bertujuan untuk melihat sejauh mana pemahaman mereka terhadap materi yang telah dipelajari, tetapi juga untuk menilai efektivitas metode pembelajaran yang digunakan serta merancang strategi implementasi dalam praktik mengajar.
x
Dalam refleksi pembelajaran, peserta diajak untuk merenungkan pemahaman yang telah mereka peroleh mengenai delapan topik dalam modul ini. Mereka diberikan kesempatan untuk mengeksplorasi konsep-konsep utama yang telah dipelajari, mengidentifikasi bagian yang masih memerlukan pendalaman, serta menelaah bagaimana materi tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran. Selain itu, mereka juga diharapkan untuk menilai kelebihan dan tantangan yang dihadapi selama proses belajar, baik dalam mengakses materi melalui LMS, menyelesaikan tugas, maupun dalam keterlibatan diskusi dan asesmen. Dengan melakukan refleksi ini, peserta dapat memperoleh gambaran lebih jelas mengenai aspek yang sudah dikuasai dan hal-hal yang masih perlu ditingkatkan.
Proses refleksi ini dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti menulis jurnal reflektif yang berisi pengalaman mereka dalam memahami materi, tantangan yang mereka hadapi, serta solusi yang ditemukan untuk mengatasi kendala tersebut.
Diskusi dengan sesama peserta juga menjadi bagian dari refleksi yang dapat memperkaya pemahaman melalui tukar pengalaman. Selain itu, peserta juga dapat mengisi lembar refleksi yang telah disediakan untuk membantu mereka mengorganisir pemikiran dan mengukur perkembangan pemahaman mereka secara lebih terstruktur.
Dalam beberapa sesi, peserta juga dapat mempresentasikan hasil refleksi mereka, sehingga memperoleh umpan balik dari dosen atau fasilitator untuk memperbaiki pendekatan pembelajaran mereka ke depan.
2. Tindak lanjut
Langkah selanjutnya setelah melakukan refleksi adalah tindak lanjut agar pembelajaran yang telah diperoleh tidak hanya berhenti dalam pemahaman teoritis tetapi juga diimplementasikan dalam praktik nyata. Salah satu langkah utama adalah penyusunan rencana aksi, di mana peserta merancang strategi pembelajaran yang lebih efektif dan inovatif berdasarkan evaluasi diri mereka. Mereka dapat memodifikasi atau mengembangkan bahan ajar yang lebih sesuai dengan kebutuhan peserta didik, serta mengintegrasikan nilai-nilai karakter dan moderasi beragama dalam pembelajaran sehari-hari.
Penerapan hasil refleksi dalam kelas nyata menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari proses ini. Dengan mencoba mengimplementasikan strategi pembelajaran yang telah dirancang, peserta dapat melihat efektivitas pendekatan yang mereka gunakan dan melakukan evaluasi berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas pengajaran mereka. Selain itu, penting bagi peserta untuk terus berkolaborasi dengan rekan-rekan sesama guru melalui forum diskusi atau komunitas profesional, sehingga dapat saling berbagi pengalaman dan praktik terbaik dalam mendidik anak usia dini.
Melalui refleksi yang mendalam dan tindak lanjut yang sistematis, peserta diharapkan dapat berkembang menjadi guru yang profesional, inovatif, dan berorientasi pada pembelajaran yang berkualitas. Kesadaran untuk terus belajar dan beradaptasi dengan perubahan akan membantu mereka menjadi pendidik yang tidak hanya memahami teori, tetapi juga mampu menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan, bermakna, serta berkontribusi dalam pembentukan karakter anak sejak usia dini.
xi F. Organisasi Waktu Belajar
Pembelajaran dalam modul ini dirancang untuk diselesaikan dalam waktu 10 hari.
Setiap modul terdiri dari 8 topik pembelajaran. Alokasi waktu untuk pelaksanaan 1 topik adalah 13,5 jam untuk belajar mandiri dari modul dan bahan ajar yang telah disediakan pada LMS, dilanjutkan dengan mengerjakan tugas yang terdiri dari dari tugas mandiri dan tugas terstruktur. Sebelumnya peserta akan diminta mengerjakan sejumlah soal pretest, dan di akhir modul peserta akan mengerjakan Tes Akhir Modul. Alokasi waktu tersebut lebih jelasnya mengikuti ketentuan pada tabel berikut:
No Aktivitas Pembelajaran Tujuan Waktu
1 Mengerjakan Pretes Mengukur pemahaman awal guru 30 menit 2 Membaca Modul Memahami materi yang dipelajari
secara mendalam 2,5 jam
3 Mencermati PPT, Artikel dan Video
Mahasiswa membaca, melihat dan mencermati PPT, Artikel dan Video
1,5 jam
4 Membuat Resume Merangkum materi yang telah
dipelajari 1 jam
5 Menganalisis Bahan Ajar Mendalami bahan ajar untuk
memperkuat pemahaman 1,5 jam 6 Membuat Refleksi
Pembelajaran
Menilai proses dan hasil
pembelajaran serta evaluasi diri 1,5 jam 7 Mengembangkan Bahan
Ajar Kreatif
Menyusun bahan ajar yang
inovatif 1,5 jam
8 Mendiskusikan Materi Berkolaborasi dan mendalami
konsep yang masih perlu dibahas 2 jam 9 Mengerjakan Tes Akhir
Modul Mengevaluasi hasil belajar akhir 1 jam
22
Topik 2: Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
A. Konsep Dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. J.J Cogan juga memberikan pandangan terkait PPKn yaitu suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang dirancang untuk mempersiapkan warga negara muda, agar kelak setelah dewasa dapat berperan aktif dalam masyarakat. Selain itu, mata pelajaran PPKn juga bertujuan untuk membentuk karakter siswa, menanamkan nilai-nilai kebangsaan, dan memberikan pemahaman tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara Indonesia, juga mengajarkan tentang sistem pemerintahan, demokrasi, serta hukum yang berlaku di Indonesia sebagai penuntun untuk mencapai Indonesia emas.
Menurut Magdalena, dkk. (2020) hakikat dari mata pelajaran PPKn di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah adalah sebagai program pendidikan yang berdasarkan nilai-nilai Pancasila untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa yang diharapkan menjadi jati diri yang diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Pelajaran yang dalam pembentukan diri yang beragam baik dari segi agama, sosial, budaya, bahasa, usia, dan suku bangsa yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami serta dapat melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter.
Kakteristik mata pelajaran PPKn yaitu sebagai berikut.
a) Wahana pengembangan pendidikan Pancasila dan pendidikan kewarganegaraan dengan untuk mewujudkan warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab dalam rangka membangun peradaban bangsa Indonesia.
b) Wahana edukatif dalam pengembangan peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air yang dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila, Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, semangat Bhinneka Tunggal Ika dan komitmen Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c) Wahana untuk mempraktikkan perilaku gotong royong, kekeluargaan, dan keadilan sosial yang dijiwai nilai-nilai Pancasila guna terwujudnya persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika.
d) Berorientasi pada penumbuhkembangan karakter peserta didik untuk menjadi warga negara yang cerdas dan baik serta memiliki wawasan kebangsaan yang menekankan harmonisasi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
e) Berorientasi pada pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik untuk menjadi pemimpin bangsa dan negara Indonesia di masa depan yang amanah, jujur, cerdas, dan bertanggung jawab.
PPKn memiliki empat elemen kunci beserta cakupan/substansinya, sebagai berikut.
1. Pancasila
Mengkaji Pancasila sebagai dasar negara, ideologi, dan pandangan hidup bangsa.
Mengkaji nilai-nilai Pancasila, proses perumusan Pancasila, implementasi Pancasila dari masa ke masa, serta reaktualisasi nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan keseharian.
Penerapan nilai-nilai Pancasila secara kolektif dalam beragam kegiatan kelompok dengan membangun kerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Mengembangkan potensi
23
sebagai kualitas personal yang bermanfaat dalam kehidupannya, memberi bantuan yang dianggap penting dan berharga kepada orang-orang yang membutuhkan di masyarakat yang lebih luas dalam konteks Indonesia dan kehidupan global.
2. Undang-Undnag Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Mengkaji konstitusi dan perwujudan norma yang berlaku mulai dari lingkup terkecil (keluarga, dan masyarakat) sampai pada lingkup negara dan global sehingga dapat mengetahui dan mempraktikkan hak dan kewajibannya baik sebagai manusia, bangsa Indonesia maupun sebagai warga negara Indonesia dan dunia, termasuk menyuarakan secara kritis terhadap pelanggaran hak asasi manusia. Mempraktikkan sistem musyawarah dari lingkup kelas, sekolah, dan keluarga. Menyadari dan menjadikan musyawarah sebagai pilihan penting dalam mengambil keputusan, menjaga persatuan, dan kehidupan yang demokratis. Peserta didik dapat menganalisis konstitusi, hubungan antarregulasi yang berlaku sehingga segala peraturan perundang- undangan dapat diterapkan secara kontekstual dan aktual.
3. Bhinneka Tunggal Ika
Mengenali dan menunjukkan rasa bangga terhadap jati dirinya sebagai anak Indonesia yang berlandaskan Pancasila, sikap hormat kepada bangsa yang beragam, serta memahami dirinya menjadi bagian dari warga negara dunia. Peserta didik dapat menanggapi secara memadai terhadap kondisi dan keadaan yang ada di lingkungan dan masyarakat untuk menghasilkan kondisi dan keadaan yang lebih baik. Peserta didik juga menerima adanya kebinekaan bangsa Indonesia, baik dari segi suku, ras, bahasa, agama dan kelompok sosial. Terhadap kebinekaan tersebut, peserta didik dapat bersikap adil dan menyadari bahwa dirinya setara yang lain, sehingga ia tidak membeda-bedakan jenis kelamin dan SARA. Terhadap kebinekaan itu, peserta didik juga dapat memiliki sikap tenggang rasa, penghargaan, toleransi dan cinta damai sebagai bagian dari jati diri bangsa yang perlu dilestarikan. Peserta didik secara aktif mempromosikan kebinekaan, mempertautkan kearifan lokal dengan budaya global, serta mendahulukan produk dalam negeri.
4. Negara Kesatuan Republik Indonesia
Mengkaji karakteristik bangsa, kearifan lokal, mengenali bahwa dirinya adalah bagian dari lingkungan sekitarnya, sehingga muncul kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitarnya agar tetap nyaman dihuni. Bermula dari kepedulian untuk mempertahankan lingkungan sekitarnya yang nyaman tersebut, peserta didik dapat mengembangkan ke dalam skala yang lebih besar, yaitu negara, sehingga dapat berperan dalam mempertahankan keutuhan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan menumbuh kembangkan jiwa kebangsaan akan hak dan kewajiban bela negara sebagai suatu kehormatan dan kebanggaan.Peserta didik dapat mengkaji secara nalar dan kritis sebagai bagian dari sistem keamanan dan pertahanan Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta berperan aktif dalam kancah global.
B. Teori Pembelajaran PPKn di Madrasah Ibtidaiyah
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan media pengajaran yang meng-Indonesiakan para siswa secara sadar, cerdas, dan penuh tanggung jawab. Oleh karena itu, mata pelajaran PPKn memuat konsep-konsep umum ketatanegaraan, politik dan hukum negara, serta teori umum lain yang yang relevan dengan tujuan pembelajaran tersebut. Berikut uraian materi PPKn di Madrasah Ibtidaiyah.
24
1. Pancasila dan Keluargab) Pancasila
Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang terdiri dari lima sila, Pancasila menjadi pedoman hidup bangsa Indonesia, setiap silanya memiliki makna penting untuk kehidupan berbangsa dan bernegara. Maka penting untuk melaksanakan nilai-nilai yang terkandung dalam sila-sila Pancasila. Baik di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, maupun negara. Berikut adalah kelima sila dari Pancasila dan pengamalan nilainya di lingkungan keluarga.
1) Sila Pertama: “Ketuhanan yang Maha Esa”
a) Melaksanakan ibadah tepat waktu.
b) Beribadah bersama anggota keluarga.
c) Merayakan hari besar agama bersama keluarga.
d) Berdoa sebelum beraktivitas.
e) Bersyukur kepada tuhan.
2) Sila Kedua: “Kemanusiaan yang adil dan beradab”
a) Jujur saat berbicara.
b) Menaati nasihat orang tua.
c) Memiliki rasa kasih sayang pada saudara.
d) Menolong saudara yang sedang kesulitan e) Membantu adik belajar.
3) Sila Ketiga: “Persatuan Indonesia”
a) Menjaga kerukunan di rumah.
b) Berkumpul bersama keluarga.
c) Mengutamakan kepentingan bersama.
d) Membantu berbagai kegiatan dalam keluarga.
e) Menonton pertunjukan budaya bersama.
4) Sila Keempat: “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”
a) Melakukan musyawarah keluarga.
b) Menyampaikan pendapat.
c) Menerima hasil musyawarah keluarga.
d) Bertanggung jawab melaksanakan hasil keputusan musyawarah.
e) Menghargai pendapat anggota keluarga.
5) Sila Kelima: “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
a) Tidak boros.
b) Menabung.
c) Membantu orang tua dan saudara di rumah.
d) Tidak membedakan antar anggota keluarga.
e) Bersikap adil.
f) Menghargai hasil karyaanggota keluarga.
c) Keluarga
Hidup rukun dalam keluarga merupakan hal yang penting. Hidup rukun berarti saling menghormati, bekerja sama, dan berkomunikasi dengan baik dalam keluarga. Manfaat hidup rukun dalam keluarga adalah sebagai berikut.
1) Memberikan kebahagiaan, keluarga yang rukun cenderung lebih Bahagia dan harmonis.
2) Memberikan dukungan emosional, anggota keluarga harus saling mendukun, sehingga dapat membantu mengatasi masalah.
25
3) Belajar bersama, anak-anak-anak bisa belajar nilai-nilai positif dari orang tua.
Peran keluarga dalam kehidupan bermasyarakat, adalah sebagai berikut.
1) Keluarga adalah tempat pertama anak-anak mempelajari nilai-nilai seperti kejujuran, rasa hormat, dan tanggung jawab. Maka nilai-nilai ini akan membentuk karakter anak dalam kehidupan bermasyarakat.
2) Keluarga menjadi tempat pertama bagi anak untuk belajar bersosialisasi.
Melalui interaksi dengan anggota keluarga, anak belajar berkomunikasi dan bergaul dengan orang lain.
3) Keluarga memberikan dukungan emosional yang penting, Ketika di dalam keluarga anak-anak merasa nyaman dan aman, maka anak lebih siap untuk berinteraksi dengan orang lain di masyarakat.
4) Anggota keluarga terutama orang tua, berperan sebagai teladan. Sikap dan perilaku orang tua akan ditiru oleh anak-anak, sehingga membentuk perilaku yang positif dalam masyarakat.
5) Keluarga dapat berpartisipasi dalam kegiatan sosial atau gotong royong di lingkungan, yang memperkuat ikatan antarwarga dan membangun rasa kebersamaan.
6) Dalam keluarga anak-anak belajar keterampilan yang diperlukan untuk berfungsi dengan baik di masyarakat seperti bekerja sama dan membangun rasa kebersamaan.
7) Keluarga yang mengajarkan tentang perbedaan budaya, suku, dan agama dapat membantu anak-anak memahami dan menghargai keberagaman di masyarakat.
2. Kehidupan Sosial di Masyarakat
Kehidupan sosial adalah interaksi dan hubungan yang terjadi antara individu dalam masyarakat. Menurut Murwanti & Yuwono (2009) di antaranya mencakup sebagai berikut.
a. Kerja sama
Kerja sama yaitu saling bekerja sama atau bekerja bersama-sama untuk mencapai satu tujuan. Dengan bekerja sama pekerjaan akan cepat selesai, menumbuhkan rasa persahabatan dan saling menghargai. Contoh kegiatan bekerja sama di masyarakat yaitu mengadakan acara dalam memperingati hari- hari besar, maka akan mempererat tali silaturahmi dan menciptakan suasana kebersamaan.
b. Gotong Royong
Gotong royong adalah berkerja sama-sama dengan hidup rukun saling berbagi dan tolong menolong. Gotong royong dapat dilakukan di rumah, di sekolah, juga di masyarakat. Contoh gotong royong di rumah yaitu membersihkan rumah bersama-sama. contoh gotong royong di masyarakat yaitu kerja bakti membersihkan jalan atau taman.
c. Saling Tolong Menolong
Saling tolong menolong artinya saling membantu. Tolong menolong juga bisa dilakukan di lingkunganvrumah, di sekolah, dan juga di masyarakat.
Impelentasi di masyarakat misalnya menolong atau membantu tetangga yang sedang kesulitan, seperti sakit, atau sedang kehilangan.
26
3. Menghargai KeragamanIndonesia memiliki banyak keragman, beberapa keragaman menurut Dewi, dkk. (2022), di antaranya adalah keragaman suku bangsa, keragaman agama, keragaman budaya, dan keragaman yang lainnya.
a. Keragaman Suku Bangsa
Begitu banyak suku bangsa di Indoneisa, maka sulit bagi kita untuk mengetahui keseluruhan suku bangsa tersebut. Oleh karena itu, pada barcode di samping disajikan beberapa suku bangsa yang terkenal serta terbanyak anggotanya di Indonesia.
b. Keragaman Agama
Selain Indonesia memiliki keberagaman suku, budaya, dan bahasa. Indonesia juga memiliki
keberagaman agama yang diakui dan kepercayaan yang dilindungi Negara.
Keragaman agama meliputi Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Adapun contoh kepercayaan adalah Kaharingan dari Pulau Kalimantan dan Kejawen dari Pulau Jawa. Bagi penganut ajaran agama dan kepercayaan, apabila kita suka menolong, hidup akan diberkati Tuhan Yang Maha Esa dan apabila melanggar aturan ajaran, hidup tidak akan selamat dan sejahtera.
c. Keragaman Budaya
Indonesia terdiri dari lebih dari 17.000 pulau, dan setiap pulau memiliki keunikan tersendiri. Beberapa contoh keragaman budaya yang ada di Indonesia antara lain:
1) Bahasa: Indonesia memiliki lebih dari 700 bahasa daerah. Misalnya, bahasa Jawa, Sunda, Batak, Bali, dan lain-lain.
2) Pakaian Tradisional: Setiap daerah memiliki pakaian adat yang berbeda, seperti batik dari Jawa, pakaian adat dari Minangkabau, atau pakaian adat Bali.
3) Tarian Tradisional: Setiap daerah juga memiliki tarian khas, seperti Tari Saman dari Aceh, Tari Pendet dari Bali, atau Tari Kecak.
4) Makanan Tradisional: Makanan khas Indonesia juga sangat beragam, seperti nasi goreng, rendang, sate, dan masih banyak lagi.
d. Pentingnya Toleransi
Toleransi berarti sikap saling menghargai dan menghormati perbedaan yang ada di sekitar kita. Di Indonesia, yang memiliki banyak perbedaan budaya, agama, dan bahasa, penting bagi setiap individu untuk memiliki sikap toleransi agar tercipta keharmonisan dalam hidup bersama. Toleransi dapat mencegah adanya konflik, menciptakan keharmonisan, meningkatkan persatuan, dan memperluas wawasan.
4. Pancasila Sebagai Dasar Negara
Pancasila adalah dasar negara Indonesia yang terdiri dari lima sila yang menjadi pedoman hidup bagi seluruh rakyat Indonesia. Pancasila tidak hanya menjadi dasar hukum negara, tetapi juga menjadi nilai yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut adalah penjelasan tentang sila-sila Pancasila dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari:
a. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila pertama mengandung arti bahwa Indonesia adalah negara yang percaya dan beriman kepada Tuhan yang Maha Esa. Setiap warga negara https://get-qr.com/NMi_jZ
27
Indonesia bebas untuk memeluk agama dan menjalankan ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing. Adapun penerapan nilai sila pertama dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut.
1) Menghargai perbedaan agama yang ada di Indonesia.
2) Menjalankan ibadah sesuai dengan ajaran agama masing-masing
3) Menghormati teman yang berbeda agama dan tidak mengganggu ibadah mereka
4) Menjaga sikap saling toleransi antar umat beragama.
b. Sila Kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Sila kedua mengandung arti bahwa setiap manusia memiliki hak yang sama, dan harus diperlakukan secara adil dan beradab tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan. Adapun penerapan nilai sila kedua dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut.
1) Menjaga sikap saling menghormati, tidak membeda-bedakan orang berdasarkan suku, agama, atau ras.
2) Membantu teman yang membutuhkan, baik di sekolah maupun di rumah.
3) Menghormati hak-hak orang lain dan tidak menyakiti orang lain.
4) Mengutamakan kebaikan dan saling berbagi.
c. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia
Sila ketiga mengajarkan pentingnya persatuan dan kesatuan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Semua perbedaan yang ada harus disatukan untuk membangun Indonesia yang lebih baik. Adapun penerapan nilai sila ketiga dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut.
1) Bekerja sama dengan teman-teman dari berbagai latar belakang dan budaya.
2) Menjaga kerukunan antar sesama, baik di sekolah, rumah, maupun masyarakat.
3) Tidak memicu perpecahan, tetapi mencari solusi untuk menyelesaikan masalah dengan damai.
4) Menghargai keberagaman yang ada dan menyatukan perbedaan untuk tujuan bersama.
d. Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Sila keempat mengajarkan pentingnya demokrasi, yaitu segala keputusan yang diambil harus berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat. Dalam negara Indonesia, suara rakyat dihargai dan didengar oleh para pemimpin. Adapun penerapan nilai sila keempat dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut.
1) Menerima keputusan yang dibuat secara musyawarah dan mufakat, misalnya dalam mengambil keputusan bersama di kelas atau dalam keluarga.
2) Menghargai pendapat orang lain dan tidak memaksakan kehendak pribadi.
3) Berpartisipasi dalam kegiatan yang melibatkan keputusan bersama, seperti pemilihan ketua kelas atau perwakilan.
e. Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Sila kelima mengajarkan tentang pentingnya keadilan dalam berbagai aspek kehidupan, baik ekonomi, sosial, maupun politik. Setiap rakyat Indonesia berhak untuk mendapatkan kehidupan yang adil dan sejahtera. Adapun penerapan nilai sila kelima dalam kehidupan sehari-hari adalah sebagai berikut.
1) Menyebarkan kebaikan kepada semua orang tanpa membeda-bedakan.
28
2) Tidak melakukan tindakan yang merugikan orang lain, seperti mencuri atau menipu.
3) Membantu sesama yang kurang mampu, seperti memberikan bantuan kepada yang membutuhkan.
4) Menjaga keadilan dalam bertindak, baik di sekolah, rumah, maupun dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Hak dan Kewajiban Warga Negara
Hak dan kewajiban merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Artinya ada hubungan timbal balik antara hak dan kewajiban. Di bawah ini akan dijelaskan terkait hak dan kewajiban.
a. Hak
Hak merupakan kuasa untuk menerima atau melakukan sesuatu yang semestinya diterima atau dilakukan oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak mana pun juga pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Hak warga negara telah dinyatakan dalam UUD 145 di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak.
2) Berhak untuk hidup dan mempertahankan kehidupan.
3) Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta perlindungan kekerasan dan diskriminasi.
4) Berhak mendapatkan pendidikan, ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya demi meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan hidup manusia.
5) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di hadapan hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun.
b. Kewajiban
Kewajiban merupakan sesuatu yang harus dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab. Kewajiban warga negara di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Wajib menjunjung hukum dan pemerintah.
2) Wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
3) Wajib ikut serta dalam pembelaan negara.
4) Wajib menghormati hak asasi manusia orang lain.
5) Wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan undang-undang untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan kebebasan orang lain.
6) Wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara.
7) Wajib mengikuti pendidikan dasar.
29
6. Sistem Pemerintahan di IndonesiaIndonesia adalah negara yang menganut sistem pemerintahan demokrasi.
Dalam sistem itu kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat. Atau, kedaulatan tertinggi berada di tangan rakyat.
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Majelis Permusyawaratan Rakyat merupakan lembaga negara. Anggota MPR terdiri seluruh anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD). DPR dan DPD dipilih melalui pemilihan umum dan diatur oleh undang-undang. Berdasarkan UU No. 22 Tahun 2003, jumlah anggota DPR sebanyak 550 orang (pasal 17 ayat 1). Sedangkan jumlah anggota DPD dari setiap provinsi ditetapkan sebanyak 4 orang. Jumlah seluruh anggota DPD tidak lebih dari 1/3 jumlah anggota DPR. MPR sebagai lembaga negara sesuai dengan Pasal 3 UUD 1945 mempunyai tugas dan wewenang sebagai berikut:
1) Mengubah dan menetapkan UUD 2) Melantik presiden dan wakil presiden
3) Memberhentikan presiden dan wakil presiden dalam masa jabatannya menurut UUD.
b. Presiden dan Wakil Presiden
Dalam UUD 1945 pasal 7 disebutkan bahwa Presiden dan wakil presiden memegang jabatan selama lima tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam masa jabatan yang sama, hanya untuk satu kali masa jabatan. Jika presiden mangkat, berhenti, diberhentikan/tidak dapat melakukan kewajibannya dalam masa jabatannya, ia digantikan oleh wakil presiden. Presiden dan wakil presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh MPR atas usul DPR dengan alasan sebagai berikut:
1) telah melakukan pelanggaran hukum berupa pengkhianatan terhadap negara 2) melakukan korupsi
3) melakukan penyuapan
4) melakukan tindak pidana berat lainnya atau perbuatan tercela
5) terbukti tidak lagi memenuhi syarat sebagai presiden dan wakil presiden c. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) adalah lembaga legislatif yang berwenang membuat undang-undang. DPR yang berkedudukan di pusat disebut DPR RI. Sedangkan yang berkedudukan di daerah baik tingkat satu atau tingkat dua disebut DPRD. Anggota DPR dipilih oleh rakyat melalui pemilu. Jumlahnya secara keseluruhan adalah 550 orang sebagaimana ditentukan dalam Undang- Undang No. 22 Tahun 2003. Tugas dan wewenang DPR (Halili & Prioko, 2009) adalah sebagai berikut:
1) Anggota DPR merangkap sebagai anggota MPR.
2) DPR bersama-sama pemerintah menetapkan undang-undang.
3) DPR menetapkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN).
4) DPR memberikan persetujuan kepada presiden atas pernyataan perang, membuat perdamaian dan perjanjian dengan negara lain.
5) DPR mengajukan rancangan undang-undang.
30
C. Urgensi Pembelajaran PPKn di Madrasah Ibtidaiyah
Setelah mempelajari topik di atas, adapun manfaat dari mempelajari topik tersebut adalah sebagai berikut.
1. Meningkatkan pemahaman guru tentang materi PPKn yang sesuai dengan kurikulum sekolah dasar.
2. Mengembangkan keterampilan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran PPKn yang efektif dan menyenangkan.
3. Membekali guru dengan berbagai metode dan media pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan materi PPKn secara kreatif dan inovatif.
D. Prosedur Proses Pembelajaran PPKn di Madrasah Ibtidaiyah
Bapak/Ibu guru setelah sebelumnya dibahas terkait tujuan dari pembelajaran PPKn di sekolah dasar, tentu sebagai guru hendaknya dapat mendesain pembelajaran sebaik dan seefektif mungkin, sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran. Di bawah ini akan dipaparkan strategi pembelajaran PPKn efektif yang dapat dilaksanakan dalam mengajarkan materi PPKn kepada siswa.
1. Model Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
Terdapat beberapa model pembelajaran yang efektif digunakan untuk mengajarkan materi PPKn kepada siswa, di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Discovery Learning
Menurut Retnasari, dkk. model pembelajaran discovery learning dilandasi dari teori-teori belajar kontruktivis, kontruktivsme mengemukakan pendapat bahwa belajar merupakan sebuah proses yang aktif, siswa mengkontruksi atau membangun arti, wacana, dialog, dan pengalaman fisik yang didalamnya terjadi proses asimilasi dan menghubungkan pengalaman atau informasi yang telah dipelajari. Dalam kata lain, dalam model pembelajaran ini, siswa tidak diberikan konsep dalam bentuk final, melainkan siswa terlibat langsung dalam mengemukakan konsep tersebut. Terdapat sintak atau Langkah-langkah yang harus dilaksanakan dalam proses pembelajaran menggunakan model discovery learning di antaranya adalah sebagai berikut.
1) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan)
Langkah pertama yaitu guru memberikan permasakahan yang menimbulkan rasa ingin tahu siswa untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut mengenani permasalahan tersebut. Selain itu, siswa juga dapat diberikan kegiatan yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.
2) Problem Statement (Pernyataan/Identifikasi Masalah)
Langkah selanjutnya yaitu memberika kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang ditemukan pada kegiatan awal.
Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan ang mereka hadapi. Harapannya agar siswa terbiasa untuk menemukan suatu masalah. Masalah yang sudah ditemukan kemudian dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau hipotesis.
3) Data Collection (Pengumpulan Data)
Hipotesis atau dugaan sementara yang telah dirumuskan pada Langkah sebelumnya, kebudian dibuktikan kebenarannya melalui kegiatan eksplorasi yang dilakukan oleh siswa, kemudian dibimbing oleh guru, pembuktian ini dapat dilakukan dengan mengumpulkan data maupun informasi yang relevan melalui
31
pengamatan, jelajah Pustaka, atau kegiatan-kegiatan yang mendukung dalam membuktikan hipotesis.
4) Data Processing (Pengolahan Data)
Data-data yang telah diperoleh selanjutnya diolah menjadi suatu informasi yang runtut, jelas, dan bermakna. Pengolahan data dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti diacak, diklasifikasikan, maupun dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu.
5) Verification (Pembuktian)
Pada tahap ini siswa melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan kebenaran hipotesis awal yang telah dikemukakan. Pembuktian didasarkan pada hasil pengolahan data yang telah dilakukan pada tahap sebelumnya.
6) Generalization (Menarik Kesimpulan/Generalisasi)
Tahap generalisasi atau penarikan simpulan adalah proses menarik sebuah simpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Setelah penarikan simpulan, siswa harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
b. Problem Based Learning (PBL)
Retnasari, dkk., menerangkan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran degan cara siswa mengerjakan suatu pendekatan pembelajaran yang autentik dengan tujuan untuk Menyusun pengetahuan mereka sendiri mengembangkan inquiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan kemandirian, dan meningkatkan rasa percaya diri.
Adapun sintak atau langkah-langkah dari model pembelajaran PBL yang harus dilaksanakan adalah sebagai berikut.
1) Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi atau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilih.
2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
3) Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka untuk berbagai tugas dengan temannya.
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
32
c. Bermain Peran (Role Playing)Retnasari, dkk., menjelaskan model pembelajaran bermain peran (role playing) adalah model pembelajaran yang menekankan pada kemampuan peserta didik untuk memerankan status dan fungsi pihak-pihak lain yang terdapat pada kehidupan nyata. Model pembelajaran role playing ini merupakan salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk menjelaskan perasaan, sikap, tingkah laku dan nilai, dengan tujuan untuk menghayati perasaan, sudut pandang, dan cara berpikir orang lain. Sintak atau langkah-langkah yang harus dilakukan dalam melaksanakan model pembelajaran role playing yaitu sebagai berikut.
1) Persiapan atau pemanasan
Guru memperkenalkan permasalahan yang disadari dan dapat dipelajari dan perlu dikuasai. Permasalahan tersebut dapat dari imajinasi siswa atau konsep guru. Guru dapat menyiapkan cerita untuk dibaca peserta didik dan diberhentikan ketika telah ditemukan permasalahannya.
2) Memilih Pemain (Partisipan)
Siswa dan guru membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan siapa yang akan memainkannya. Dalam pemilihan pemain, guru dapat memilih siswa yang sesuai atau siswa yang mengajukan diri sendiri.
3) Menata Panggung (Ruang Kelas)
Guru mendiskusikan dengan siswa di mana dan bagaimana peran itu akan dimainkan serta apa saja kebutuhan yang diperlukan.
4) Menyiapkan pengamat (Observer)
Guru menunjuk siswa sebagai pengamat. Namun demikian penting untuk dicatat bahwa pengamat di sini juga harus terlibat aktif dalam permainan peran.
5) Memainkan Peran
Permainan peran dilaksanakan secara spontan dan alami. Pada awalnya, akan banyak siswa yang kebingungan memainkan perannya atau bahkan tidak sesuai dengan peran yang seharusnya dilakukan. Jika permainan sudah terlalu jauh keluar dari peran, maka guru dapat menghentikan dan segera masuk ke tahap berikutnya.
6) Diskusi dan Evaluasi
Guru bersama dengan siswa mendiskusikan permainan tadi dan melakukan evaluasi terhadap peran-peran yang dilakukan. Akan muncul perbaikan dalam skenario cerita atau bahkan pergantian pemain.
7) Bermain Peran Ulang
Permainan peran ulang dilakukan sesuai dengan arah alur cerita dan seharusnya dapat berjalan secara lebih baik. Pemain dapat bermain peran sesuai skenario.
8) Diskusi dan Evaluasi Kedua
Diskusi evaluasi kedua dilakukan untuk membahas realitas pemain dalam memainkan peran apakah sesuai skenario tetapi menggunakan kata atau satuan hitung yang kurang masuk akal dengan dunia nyata berdasarkan masalah di lingkungan sekitar.
9) Berbagi Pengalaman dan Kesimpulan
Siswa berbagi pengalaman tentang masalah yang diangkat dalam permainan dan membagikan cerita tersebut kepada teman-teman kelas. Siswa saling bertukar pikiran tentang kesimpulan permainan yang telah dilakukan.
33
d. Model Value Clarification Technique (VCT)Model VCT menurut Renasari, dkk., dapat diartikan teknik klarifikasi nilai.
Maksudnya bahwa dalam model pembelajaran ini siswa tidak lagi ditekankan untuk menghafal atau disuapi dengan nilai-nilai yang sudah dipilihkan oleh guru, melainkan siswa dapat mempertanggung jawabkan, mengembangkan,dan memilih mengambil sikap dan mengamalkan nilai-nilai hidupnya sendiri.
Siswa dibantu untuk memperjelas atau mengklarifikasi nilai-nilai hidupnya.
Lewat value problem solving, diskusi, dialog, dan presentasi. Misalnya siswa dibantu untuk menyadari nilai hidup mana yang sebaiknya diutamakan dan dilaksankan, lewat pembahasan kasus-kasus hidup yang sarat dengan konflik nilai atau moral.
Adapaun Langkah-langkah atau sintak yang harus dilaksankan dalam pembelejaran menggunakan model VCT ini antara lain adalah sebagai berikut.
1) Kebebasan memilih
Pada tahap ini terdapat kegiatan yang harus dijalankan yaitu:
a) Memilih secara bebas, artinya memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan pilihan yang menurutnya baik. Nilai yang dipaksanakan tidak akan menjadi miliknya secara penuh
b) Memilih dari beberapa alternatif, artinya menentukan pilihan dari beberapa alternatif
c) Memilih dari beberapa alternatif, artinya pertimbnagn untuk menentukan pilihan dari beberapa alternatif pilihan secara bebas
2) Menghargai
Pada tahap ini terdapat dua kegiatan yang harus dilaksnakan yaikni:
a) Adanya perasaan senang dan bangga dengan nilai yang menjadi pilihannya, sehingga nilai tersebut akan menjadi bagain dalam dirinya
b) Menegaskan nilai yang sudah menjadi bagian integral dalam dirinya di depan umum, artinya Ketika siswa beranggapan nilai itu suatu pilihan, maka siswa akan berani dengan penuh kesadaran untuk menunjukkannya di depan orang lain
3) Berbuat
Pada tahap terakhir dari sintak model VCT ini terdapat dua tahap yang harus dilaksanakan yaitu:
a) Kemauan dan kemampuan untuk mencoba melaksanakannya
b) Mengulangi perilaku sesuai dengan nilai pilihannya, artinya nilai yang menjadi pilihan itu harus mencerminkan dalam kehidupan sehari-hari.
e. Model Pembelajaran Topical and Controversial Issues
Model Topical and Controversial Issues adalah model pembelajaran yang menyajikan masalah actual yang sedang terjadi dan diakitkan dengan materi pembelajaran. Model ini dapat mendorong siswa untuk berpikir kriis da menemukan alternatif pemecahan masalah. Poin penting dalam model pembelajaran ini adalah siswa dapat terlibat aktif dalam proses belajar, berpikir kritis, dan mempertajam keterampilan berbicara di depan umum, siswa belajar untuk menghargai perbedaan pendapat dan mengembangkan sikap toleransi, dapat meningkatkan keterampilan analisis, penelitian, dan komunikasi. Adapun sintak atau langkah-langkah dari model pembelajaran TCI ini adalah sebagai berikut.
1) Identifikasi isu: memilih isu yag topical atau actual dan kontroversial, serta relevan dengan materi yang sedang dipelajari dan menarik untuk didiskusikan.
34
2) Pengantar: berikan pengantar mengenai isu yang dipilih, termasuk latar belakang dan menagapa isu tersebut penting. Tanyakan kepada siswa terkait pandangan awal siswa mengenai isu tersebut.
3) Penelitian dan diskusi: siswa diminta utuk melakukan penelitian mengenai berbagai sudut pandang terkait isu tersebut. Dan arahkan siswa untuk berdiskusi dalam kelompok kecil, berbagi pendapat dan informasi yang telah dikumpulkan.
4) Penyampaian pendapat: siswa mempresentasikan hasil penelitian dan pandangan mereka di depan kelas.
5) Debat: fasilitasi debat formal di kelas, siswa diajarkan untuk dapat mempertahankan pendapat atau argument mereka berdasarkan bukti yang telah ditemukan. Bagi siswa menjadi dua kelompok pro dan kontra terhadap isu yang dibahas.
6) Refleksi: minta siswa untuk merenungkan pengalaman mereka dalam diskusi dan debat. Tanyakan tentang apa yang mereka pelajari, bagaimana pandangan mereka mungkin berubah, dan mengapa penting untuk memahami berbagai sudut pandang.
7) Penugasan tindak lanjut: berikan siswa tugas individua tau kelompok untuk menulis essai atau laporan tentang isu tersebut, dengan menyertakan analisis dan pendapat mereka.
2. Metode Pembelajaran PPKn
Metode pembelajaran merupakan cara guru dalam menyampaikan materi belajar kepada siswa dalam proses pembelajaran. Metode pembelejaran juga memberikan peranan yang penting dalam proses belajar mengajar, tentunya guru perlu mempertimbngkan dan memilih metode pembelajaran yang tepat, sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang diharapkan. Metode pembelajaran dipilih berdasarkan materi pembelajaran, kondisi kelas, dan karakteristik peserta didik. Karima, dkk., (2024) menerangkan terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam menyampaikan materi PPKn kepada siswa, antara lain adalah sebagai berikut.
a. Metode Ceramah
Sebagaimana yang diketahui, metode ceramah merupakan metode pembelajaran yang dinilai tradional, guru menjelaska mtaeri pembelajaran secara rinci dengan cara berbicara, sementara siswa fokus menyimak yang disampaikan oleh guru. Namun metode ini tentu penting digunakan dalam kegiatan pembelajaran.
Tidak lupa diintegrasikan dengan beberapa metode pembelajaran lainnya.
b. Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode pembelajaran yang melibatkan interaksi aktif antara siswa dengan siswa lainnya untuk membahas suatu topik atau masalah tertentu. Dalam metode pembelajaran ini siswa berpartisipasi aktif dengan saling bertukar ide, pendapat, dan informasi, bai kalam kelompok yang kecil maupun kelompok besar. Guru berperan sebagai fasilitator yang membimbing diskusi, memberikan arahan, dan memastikan bahwa diskusi tetap fokus pada topik yang relevan.
c. Metode Cerita
Metode cerita yaitu metode pembelajaran yang digunakan guru dalam menanakan sebuah nilai dan moral kepada siswa dengan cara menggunakan karakter atau tokoh melalui sebuah cerita. Misalnya cerita legenda, hikayat, dan
35
dongeng bersejarah local yang bisa digunakan dalam menanamkan nilai-nilai dan moral keapda siswa. Contohnya dalam materi PPKn tercait sikap nasionalisme, patriotisme, guru dapat menceritakan bagaimana sejarah para pahlawan pada zaman dahulu, dan menceritakan pula bagaimana sikap nasioalisme dan patriotisme yang harus dimiliki (Mira, dkk., 2023).
d. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab adalah metode yang melibatkan interaksi langsung antara guru dengan siswa melalui proses tanya jawab, dalam metode ini guru megajukan pertanyaan kepada siswa untuk menstimulus keterampilan berpikir kritis dan mendalam, sementara siswa meberikan jawaban berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Metode Tanya jawab ini lebih dianjurkan untuk materi pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) karena mata pelajaran tersebut menggunakan teknik Value Inquiry.
e. Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demonstrasi merupakan metode pembelajaran yang melibatkan guru atau siswa dalam menunjukkan Langkah-langkah atau prosedur tertentu secara langsung kepada siswa, dengan tujuan untuk memberikan pengalaman praktis atau visual mengenai materi yang sedang dipelajari. Dalam metode demonstrasi ini guru biasanya menunjukkan bagaimana melakukan sesuatu, misalnya eksperimen, penggunaan alat atau media, atau juga penerapan konsep dalam situasi yang nyata.
f. Metode permainan atau kompetisi
Siswa akan mudah menyerap materi pelajaran ketika dalam suasana yang menyenangkan. Oleh karena itu guru dapat mengajar menggunakan metode permainan ini dengan menyajikan bahan ajar melalui permainan. Guru dapat menciptakan permainan yang berkaiatan dengan materi pelajaran. Misalnya dapat berupa teka-teki bergambar dan lainnya dan didalam permainan tersebut memuat isi pesan berupa nilai, moral dan norma sesuai (Mira, dkk., 2023).
3. Pendekatan Pembelajaran PPKn
Pembelajaran PPKn di SD harus mengutamakan pendekatan yang bersifat aktif, kreatif, dan menyenangkan. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran PPKn adalah:
a. Pendekatan Saintifik (Scientific Approach): Menggunakan langkah-langkah seperti mengamati, bertanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan.
b. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning : Siswa diberikan masalah nyata yang berkaitan dengan nilai-nilai PPKn untuk mereka pecahkan bersama.
c. Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching and Learning): Mengaitkan materi
PPKn dengan kehidupan sehari-hari siswa agar lebih relevan dan mudah dipahami.
4. Media Pembelajaran PPKn
Menurut Muslim (2020) media pembelajaran merupakan alat bantu yang digunakan guru dalam menyampaikan pesan berupa materi pelajaran kepada siswa, sehungga memudahkan siswa dalam memahmi materi yang sedang diajarkan. Beberapa catatan yang perlu diingat oleh guru terkait peranan dari media pembelajaran, bahwa media pembelajaran tidak akan memberikan peran atau fungsinya dengan baik jika tidak disesuaikan dengan isi dan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebrlumnya. Maka
36
guru perlu mempersiapkan dan mempertimbangkan dengan baik pemilihan media pembelajaran yang akan digunakan dalam menyampaikan materi pelajaran PPKn sehingga tercapainya tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Terdapat beberapa pilihan media pembelajaran yang dinilai efektif untuk digunakan dalam pembelajaran PPKn di sekolah dasar, di antaranya adalah sebagai berikut.
a. Gambar/kartu
Media gambar atau kartu ini seringkali digunakan dalam proses pembelajaran karena gambar atau kartu merupakan bahasa yang umum dan dapat mudah dipahami.
Melalalui gambar atau kartu ini dalam memberikan tampilan yang sifatnya konkrit, dapat mengatasi Batasan ruang dan waktu, mengatasi keterbatasan pengamatan manusia. Media ini juga mudah didapatkan. Kaitannya dengan mata pelajaran PPKn, misalnya materi terkait Pancasila dapat disajikan gambar lambang dari garuda Pancasila untuk memudahkan siswa dalam memahami simbol-simbol yang terkandung dalam Pancasila. Memperkenalkan tokoh-tokoh penting, atau peristiwa sejarah.
b. Poster
Poster tidak saja penting untuk menyampaikan pesan atau kesan tertentu akan tetapi mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya. Media poster bisa digunakan untuk menyampaikan materi yang berkaitan dengan norma atau nilai-nilai yang ditanamkan kepada siswa.
c. Video Pembelajaran
Video pembelajaran merupakan media pembelajaran yang menggabungkan auidp dan visual untuk menyampaikan pesan-pesan dalam proses pembelajaran.
Video pembelajaran ini dapat digunakan dalam mengajarkan suatu konsep, prinsip, atau suatu prosedur. Video pembelajaran juga dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai PPKn dalam kehidupan yang nyata, misalnya video tentang keragaman budaya atau peristiwa sejarah.
d. Alat Peraga
Alat peraga merupakan media pembelajaran berupa benda atau sarana yang digunakan untuk membantu proses pembelajaran, alat peraga dapat berupa benda asli atau benda tiruan. Misalnya peta Indonesia, bendera, dan lambing negara untuk mengenalkan simbol-simbol negara.
e. Alat Permainan Edukatif
Permianan edukatif atau sering juga disebut dengan Alat Permainan Edukatif (APE) merupakan permainan yang dirancang untuk membantu siswa belajar sambil bermain. APE ini dapat membantu siswa untuk megembangkan kemampuan kognitif, motorik, sosial, emosional, dan bahasa. Permainan edukatif juga dapat meningkatkan kreativitas, konsentrasi, dan rasa percaya diri siswa. APE ini dapat beruapa puzzle, papan spiner, ular tangga, dan lain sebagainya.
f. Media Digital
Teknologi yang semakin berkembang, guru juga dapat memanfaatkan teknologi atau media digital ini pada proses pembelajaran. Misalnya dengan akses ke berbagai sumber belajar, seperti e-book, aplikasi belajar atau situs web yang memanfaatkan permainan edukasi yang tersedia diberbagai platform online.
37
5. Langkah-langkah Pembelajaran PPKnUntuk lebih memahami terkait implementasi dari materi-materi yang sudah dijelaskan pada bagian ini, silahkan bapak ibu simak video di bawah ini.
https://youtu.be/JPwC1WjJvcU?feature=shared
E. Kontekstualisasi Pembelajaran PPKn di Madrasah Ibtidaiyah
Perlu bapak ibu guru ketahui bahwa dalam mata pelajaran PPKn terdapat tiga komponen yaitu pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic skill), dan sikap kewarganegaraan (civic disposition). pada era 4.0 ini, tentu ketiga komponen tersebut akan lebih mudah tergambarkan dengan contoh yang nyata. Ketika warga negara memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan kewarganegaran, maka akan menjadi warga negara yang baik dan cerdas. Hal itulah yang menjadi keberhasilan dalam membimbing dan mengarahkan generasi di masa kini. Untuk mewujudkan tujuan tersebut tentunya bukan suatu hal yang mudah,
Terdapat beberapa tantangan dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di antaranya meliputi hal-hal sebagai berikut.
1. Menantang kekuatan penerapan unsur jati diri bangsa Indonesia melalui budaya luar sekolah terutama media sosial.
2. Media sosial telah memporak porandakan nilai nilai bangsa Indonesia.
3. Informasi yang ada di media sosial ini terdapat banyak informasi yang salah atau tidak benar.
4. Dalam media sosial sangat sedikit nuansa pengembangan wawasan kebangsaan dan cinta tanah air.
Untuk lebih lengkapnya silahkan bapak ibu guru dapat mengkaji artikel di bawah ini.
https://qr.me-qr.com/oEkAJzp2
38
F. Metakognisi Pembelajaran PPKn di Madrasah Ibtidaiyah
Materi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di madrasah ibtidaiyah berperan sangat penting dalam membentuk karakter siswa dan menanamkan nilai-nilai kebangsaan serta kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga negara. Pembelajaran PPKn di SD sangat penting dalam membentuk siswa menjadi warga negara yang baik, bertanggung jawab, dan memiliki karakter yang positif. Dengan menanamkan nilai-nilai Pancasila, kewarganegaraan, serta sikap toleransi dan kerjasama, PPKn membantu siswa memahami peran mereka dalam masyarakat dan negara. Selain itu, melalui penerapan dalam kehidupan sehari-hari, siswa dapat lebih mudah menginternalisasi nilai-nilai tersebut dan mengaplikasikannya dalam setiap aspek kehidupan mereka.
Setelah mempelajari materi, silahkan bapak/ibu renungkan pelajaran atau hikmah yang dapat diambil dari materi tersebut dengan menjawab pertanyaan berikut.
1. Sebelum mempelajari topik 2, saya berpikir bahwa pembelajaran PPKn di Madrasah Ibtidaiyah
2. Setelah mempelajari topik 2 ini, ternyata
3. Hal ini membuat saya berpikir bahwa terdapat materi yang dianggap mudah
4. Selain itu, saya menyadari terdapat materi yang saya anggap sulit
5. Saya melakukan diskusi bersama teman sejawat dan pimpinan di tempat saya mengajar mengenai materi yang saya anggap sulit tersebut.
39
6. Setelah mempelajari materi pada topik ini, apa yang dapat saya lakukan untuk membuat perubahan dalam praktik pembelajaran PPKn di kelas saya?
G. Kesimpulan
Mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Adapun tujuan dari mata pelajaran PPKn adalah untuk membentuk karakter siswa yang berbudi pekerti luhur, menumbuhkan rasa cinta tanah air dan kesadaran berbangsa dan bernegara, menanamkan pemahaman tentang hak dan kewajiban sebagai warga negara, dan mengembangkan sikap toleransi, gotong royong, dan menghargai perbedaan.
Adapun materi PPKn di sekolah dasar mencakup berbagai tema yang berfokus pada pembentukan karakter dan pengetahuan kewarganegaraan, yaitu Pancasila sebagai Dasar Negara: Memahami sila-sila Pancasila dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM): Mengenal hak dan kewajiban sebagai warga negara. Kehidupan Sosial dan Budaya: Mengenal keragaman budaya, agama, dan suku bangsa di Indonesia. Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI): Memahami konsep negar