• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi dalam Proses Pembelajaran

N/A
N/A
Aznita Adyans

Academic year: 2024

Membagikan "Evaluasi dalam Proses Pembelajaran"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

REVIEW JURNAL

Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pendidikan Dosen Pengampu : Khairiah Sebayang, M.Pd Disusun oleh :

Nama : Aznita Nim : 21.02.0002 Prodi : PGMI

REVIEW JURNAL Jurnal 1

Judul Evaluasi Dalam Proses Pembelajaran Jurnal Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume & Halaman Vol. 9, No. 2

Tahun 2019

Penulis Idrus L

Reviewer Aznita

Tanggal 6 Maret 2024

Abstrak Evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan pengumpulan data dan informasi tentang kemampuan belajar siswa, untuk menilai seberapa jauh program pembelajaran telah telah berjalan, dan juga sebagai alat untuk mengetahui apakah tujuan pendidikan dan tujuan pendidikan dan proses pembelajaran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan telah berlangsung sebagaimana mestinya. telah berlangsung sebagaimana mestinya. Selain itu, evaluasi juga bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian siswa pencapaian siswa dalam suatu proses pembelajaran, serta untuk mengetahui sejauh mana siswa

sejauh mana mereka dapat memberikan bantuan terhadap kekurangan siswa, dengan tujuan untuk menempatkan siswa pada situasi belajar

(2)

yang lebih sesuai dengan tingkat kemampuannya. Tingkat kemampuannya. Fungsi evaluasi pembelajaran adalah untuk membantu proses kemajuan dan perkembangan hasil belajar siswa secara berkesinambungan, sekaligus dapat mengetahui kemampuan dan kelemahan siswa dalam suatu bidang studi tertentu, sekaligus dapat memberikan informasi kepada orang tua/wali peserta didik mengenai kenaikan kelas atau penentuan kelulusan peserta didik. Adapun persyaratan alat evaluasi adalah validitas, efektivitas, daya beda, dan objektivitas.

Pengantar Pembelajaran merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa apalagi bagi bangsa yang sedang berkembang yang giat membangun negaranya. Pembangunan hanya dapat dilakukan oleh manusia yang dipersiapkan melalui pembelajaran, guna mencapai esensi kemanusiaan yaitu sebagai khalifah di atas bumi. Pengembangan pembelajaran tidak terlepas dari tanggung jawab seorang pendidik, bagaimana pendidik tersebut melakukan transformasi ilmu yang dimiliki dengan bahan ajar yang telah ada, serta dengan memperhatikan metode- metode pengajar yang mudah diterima oleh peserta didik sehingga tujuan tercapai sesuai dengan apa yang diharapkan. Tujuan yang hendak dicapai tersebut, maka dalam proses pembelajaran guru harus melakukan suatu kegiatan yang dinamakan dengan evaluasi. Evaluasi dapat mendorong peserta didik untuk lebih giat belajar secara terus menerus dan juga mendorong guru untuk lebih meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta mendorong pengelola pendidikan untuk lebih meningkatkan fasilitas dan kualitas belajar peserta didik. Sehubungan dengan hal tersebut, optimalisasi sistem evaluasi memiliki dua makna, pertama adalah sistem evaluasi yang memberikan informasi yang optimal. Kedua adalah manfaat yang dicapai dari evaluasi. Manfaat yang utama dari evaluasi adalah meningkatkan kualitas pembelajaran.

Dengan demikian evaluasi sangat dibutuhkan dalam berbagai kegiatan kehidupan manusia sehari-hari, karena disadari atau tidak disadari,

(3)

sebenarnya evaluasi sudah sering dilakukan, baik untuk diri sendiri maupun kegiatan sosial lainnya. Hal ini dapat dilihat mulai dari berpakaian, setelah berpakaian ia berdiri dihadapan cermin apakah penampilannya sudah wajar atau belum, sampai pada hal-hal yang lebih besar dalam kehidupan manusia. Contohnya ketika seorang pejabat negara berakhir masa jabatannya, maka orang lain yang ada disekitarnya akan melakukan penilaian atau evaluasi terhadap kinerjanya selama masa kepemimpinannya. Apakah kepemimpinannya tersebut berhasil atau tidak. Begitu pula dalam dunia pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan evaluasi itu sendiri. Dikatakan demikian, karena evaluasi merupakan salah satu komponen dasar dari sistem pendidikan yang harus dilakukan secara sistematis dan terencana sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan dicapai dalam proses pembelajaran.

Pembahasan Secara etimologi “ evaluasi” berasal dari bahasa Inggris yaitu evaluation dari akar kata value yang berarti nilai atau harga. Nilai dalam bahasa Arab disebut al-qiamah atau al- taqdir’ yang bermakna penilaian (evaluasi). Sedangkan secara harpiah, evaluasi pendidikan dalam bahasa Arab sering disebut dengan al-taqdiraltarbiyah yang diartikan sebagai penilaian dalam bidang pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan. Pengertian evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk

menentukan nilai sesuatu (ketentuan, kegiatan, keputusan, unjuk-kerja, proses, orang, objek dan yang lainnya) berdasarkan kriteria tertentu melalui penilaian. Untuk menentukan nilai sesuatu dengan cara membandingkan dengan kriteria, evaluator dapat langsung membandingkan dengan kriteria umum, dapat pula melakukan pengukuran terhadap sesuatu yang dievaluasi kemudian membandingkan dengan kriteria tertentu. Evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai belajar dan pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan penilaian atau pengukuran

(4)

belajar dan pembelajaran. Sedangkan pengertian pengukuran dalam kegiatan pembelajaran adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan belajar dan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan belajar dan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif, sementara pengertian penilaian belajar dan pembelajaran adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan belajar dan pembelajaran secara kualitatif. Sedangkan evaluasi dalam pendidikan Islam adalah pengambilan sejumlah yang berkaitan dengan pendidikan Islam guna melihat sejauhmana keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai- nilai Islam sebagai tujuan dari pendidikan itu sendiri. Lebih jauh Jalaludin mengatakan bahwa evaluasi dalam pendidikan Islam telah menggariskan tolok ukur yang serasi dengan tujuan pendidikannya.

Baik tujuan jangka pendek yaitu membimbing manusia agar hidup selamat di dunia, maupun tujuan jangka panjang untuk kesejahteraan di akhirat nanti. Kedua tujuan tersebut menyatu dalam sikap dan tingkah laku yang mencerminkan akhlak yang mulia. Sebagai tolok ukur dan akhlak mulia ini dapat dilihat dari cerminan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari. Dari beberapa pengertian tersebut di atas baik dari makna bahasa istilah maupun dari ayat al-Qur’an. maka penulis dapat memberikan pengertian bahwa evaluasi merupakan suatu proses tolok ukur untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan yang dicapai dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu evaluasi merupakan hal yang signifikan dilakukan dalam dunia pendidikan, karena mempunyai manfaat yang amat berpengaruh, begitu juga dengan bidang-bidang yang lain termasuk dalam kehidupan, dan yang paling utama adalah evaluasi terhadap diri sendiri. Evaluasi adalah suatu kegiatan yang disengaja dan bertujuan. Kegiatan evaluasi dilakukan dengan sadar oleh guru dengan tujuan untuk memperoleh kepastian mengenai keberhasilan belajar peserta didik dan memberikan masukan kepada guru mengenai apa yang dia lakukan dalam kegiatan pengajaran. Dengan kata lain, evaluasi yang dilakukan oleh guru

(5)

bertujuan untuk mengetahui bahan-bahan pelajaran yang disampaikan apakah sudah dikuasi oleh peserta didik ataukah belum. Dan selain itu, apakah kegiatan pegajaran yang dilaksanakannya itu sudah sesuai dengan apa yang diharapkan atau belum. Dengan demikian, tujuan evaluasi adalah untuk memperbaiki cara, pembelajaran, mengadakan perbaikan dan pengayaan bagi peserta didik, serta menempatkan peserta didik pada situasi pembelajaran yang lebih tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Tujuan lainnya adalah untuk memperbaiki dan mendalami dan memperluas pelajaran, dan yang terakhir adalah untuk memberitahukan atau melaporkan kepada para orang tua/ wali peserta didik mengenai penentuan kenaikan kelas atau penentuan kelulusan peserta didik. Evaluasi yang sudah menjadi pokok dalam proses keberlangsungan. Pembelajaran sebaiknya dikerjakan setiap hari dengan skema yang sistematis dan terencana. Guru dapat melakukan evaluasi tersebut dengan menempatkannya satu kesatuan yang saling berkaitan dengan mengimplementasikannya pada satuan materi pembelajaran. Bagian penting lainnya yaitu bahwa guru perlu melibatkan peserta didik dalam evaluasi sehingga secara sadar dapat mengenali perkembangan pencapaian hasil belajar pembelajaran mereka, Sehingga salah satu komponen dalam pelaksanaan pendidikan.

Evaluasi mempunyai beberapa fungsi. Berdasarkan UU RI Sisdiknas No.20 Tahun 2003 pasal 58 ayat 1 bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan untuk membantu proses, kemajun, dan perkembangan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Bagi peserta didik dengan evaluasi ia akan mengetahui kemampuan perkembangan grafik belajarnya, apakah ada kemajuan atau tidak, ataukah semakin menurun.

Apakah ia naik kelas atau tidak, ataukah ia lulus dalam ujian sekolah atau tidak lulus. Bagi orang tua, mereka akan mudah untuk mengetahui bahwa anaknya memiliki kualitas atau tidak, naik ke kelas berikutnya atau tidak. Ini dapat dilihat dari buku laporan hasil pendidikannya.

Begitu juga bagi pihak sekolah. Kepala sekolah serta semua guru-guru

(6)

akan dapat mengetahui bagaimana perkembangan grafik kelulusan sisiwanya setiap tahun. Demikian juga dengan peserta didik-peserta didiknya yang tidak naik kelas berikutnya. Sistem baru yang kini banyak dipopulerkan di negara barat, adalah sistem belajar sendiri.

Belajar sendiri dapat dilakukan dengan cara mempelajari sebuah paket belajar, baik itu berbentuk modul maupun paket belajar yang lain.

Sebagai alasan dari timbulnya sistem ini adalah adanya pengakuan yang besar terhadap kemampuan individual. Setiap peserta didik sejak lahirnya telah membawa bakat sendiri-sendiri sehingga pelajaran akan lebih efektif apabila disesuaikan dengan pembawaan yang ada. Akan tetapi disebabkan karena keterbatasan sarana dan tenaga, pendidikan yang bersifat individual kadang-kadang sukar sekali dilaksanakan.

Pendekatan yang lebih bersifat melayani perbedaan kemampuan, adalah pengajaran secara kelompok. Untuk dapat menentukan dengan pasti di kelompok mana seorang peserta didik harus ditempatkan, digunakan suatu penilaian. Sekelompok peserta didik yang mempunyai hasil penilaian yang sama, akan berada dalam kelompok yang sama dalam belajar. Sementara secara lebih khusus evaluasi akan memberi manfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan pembelajaran, seperti peserta didik, guru, dan kepala sekolah. Bagi Peserta didik, Mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran : Memuaskan atau tidak memuaskan, Bagi Guru pertama, mendeteksi peserta didik yang telah dan belum menguasai tujuan : melanjutkan, remedial atau pengayaan, kedua, ketepatan materi yang diberikan : jenis, lingkup, tingkat kesulitan, dll. Ketiga, ketepatan metode yang digunakan dan Bagi Sekolah pertama, hasil belajar cermin kualitas sekolah, kedua, membuat program sekolah, ketiga, pemenuhan standar. Hampir semua pelajaran memerlukan kemampuan berpikir. Kemampuan berpikir termasuk pada ranah kognitif, meliputi kemampuan menghapal, kemampuan memahami, kemampuan menerapkan, kemampuan menganalisis, kemampuan menevaluasi, dan kemampuan mencipta atau dalam istilah

(7)

taksonomi hasil revisi taksonomi Bloom yaitu mampu untuk menguasai dimensi proses kognitif. Kemampuan yang penting pada ranah kognitif adalah kemampuan menerapkan konsep-konsep untuk memecahkan masalah yang ada dilapangan. Kemampuan ini sering disebut dengan kemampuan menstransfer pengetahuan ke berbagai situasi sesuai dengan konteksnya. Hal ini berkaitan dengan pembelajaran kontekstual.

Hampir semua mata pelajaran berkaitan dengan kemampuan kognitif, karena didalamnya diperlukan kemampuan berpikir untuk memahaminya. Kemampuan perceptual adalah kombinasi kemampuan kognitif dan kemampuan motor atau gerak. Kemampuan fisik adalah kemampuan untuk mengembangkan gerakan yang paling terampil.

Gerakan termpil adalah gerakan yang mampu dilakuakan siswa sehingga menghasilkajn produk yang optimal, seperti keterampilan melakukan gerak tari, keterampilan mengendarai sepeda atau sepeda motor. Untuk mencapai gerakan terampil, peserta didik harus belajar secarasistemati melalui langkah-langkah tertentu. Gerakan yang telah dipelajari peserta didik akan tersimpan lama, sehingga apabila siswa salah dalam mempelajari gerakan psikomotot maka sulit untuk memperbaikinya. Oleh karena itu guru harus merancang dengan baik pembelajaran psikomotor sehingga mencapai standar. Glaser menyatakan bahwa terdapat dua strategi pengukuran yang mengarah pada dua perbedaan tujuan substansial, yaitu pengukuran acuan norma (NRM) yang berusaha menetapkan status relatif, dan pengukuran acuan kriteria (CRM) yang berusaha menetapkan status absolut. Untuk menggambarkan tes prestasi siswa dengan menekankan pada tingkat ketajaman suatu pemahaman relatif siswa. Sedangkan untuk mengukur tes yang mengidentifikasi ketuntasan / ketidaktuntasan absolut siswa atas perilaku spesifik, menggunakan konsep pengukuran acuan kriteria (Criterion Reference Measurement.) Menurut penulis bahwa ada dua acuan yang digunakan dalam teknik menyiapkan tes dan menafsirkan hasil tes, yaitu acuan norma dan acuan kriteria. Kedua acuan ini

(8)

menggunakan asumsi yang berbeda tentang kemampuan seseorang.

Penafsiran hasil tes antara kedua acuan ini berbeda sehingga menghasilkan informasi yang berbeda maknanya. Pemilihan acuan yang tepat ditentukan oleh karakteristik bidang studi yang akan diukur dan tujuan yang akan dicapai.

Kesimpulan Berdasarkan pada uraian pembahasan tersebut di atas maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Evaluasi merupakan suatu kegiatan mengumpulkan data dan informasi mengenai kemampuan belajar peserta didik, untuk menilai sudah sejauhmana program (pengembangan sistem instruksional) telah berjalan, dan juga sebagai suatu alat untuk menentukan apakah tujuan pendidikan dan proses pembelajaran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan telah berlangsung sebagaimana mestinya.

2. Evaluasi bertujuan untuk mengetahui tingkat pencapaian peserta didik dalam suatu proses pembelajaran, sekaligus untuk memahami peserta didik tentang sejauhmana dapat memberikan bantuan terhadap kekurangan-kekurangan peserta didik, dengan tujuan menempatkan peserta didik pada situasi pembelajaran yang lebih tepat sesuai dengan tingkat kemampuan yang dimilikinya. Sedangkan fungsi evaluasi untuk membantu proses, kemajuan dan perkembangan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan, dan sekaligus dapat mengetahui kemampuan dan kelemahan peserta didik pada bidang studi tertentu, sekaligus dapat memberikan informasi kepada orang tua /wali peserta didik mengenai penentuan kenaikkan kelas atau penentuan kelulusan peserta didik.

3 Syarat alat evaluasi yaitu memiliki Validitas, Efektifitas, Beda Butir dan Obyektifitas. Suatu tes dikatakan valid, efektif apabila pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama. Dan juga dikatakan praktis apabila penilaian itu mudah pengadimistrasiannya dan mudah dilaksanakan, mudah memeriksanya, dan dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang

(9)

jelas sehingga dapat diberikan/ diawali oleh orang lain dan teknik evaluasi melalui dua cara yaitu melaui tes dan non tes dan acuan norma dan acuan kreteria.

Kelebihan 1. Membahas tentang evaluasi dalam proses pembelajaran, termasuk tujuan, kegunaan, dan konsepnya.

2. menggambarkan hubungan antara pembelajaran, evaluasi, penilaian, dan pengetesan.

3. menyajikan contoh evaluasi pembelajaran, seperti menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran.

Kelemahan 1. informasi kurang lengkap tentang evaluasi pembelajaran 2. contoh-contoh evaluasi pembelajaran tidak beragam

3. kurangnya penyajian analisis dan pengambilan kesimpulan dari evalausi pembelajaran, termasuk cara untuk memperbaiki dan mengoptimalkan proses pembelajaran.

Saran 1. Jurnal Evaluasi Dalam Proses Pembelajaran dapat menambahkan informasi lebih lengkap tentang evaluasi pembelajaran, termasuk cara mengukur dan menganalisis kinerja pembelajaran.

2. Jurnal dapat mencakup contoh-contoh evaluasi pembelajaran yang lebih banyak dan beragam, seperti menggunakan media pembelajaran sebagai pengendalian kualitas pembelajaran atau menggunakan sistem pendidikan karakter dan multicultural.

3. Jurnal dapat menyajikan analisis dan pengambilan kesimpulan dari evaluasi pembelajaran, termasuk cara untuk memperbaiki dan

mengoptimalkan proses pembelajaran

(10)

Jurnal 2

Judul Evaluasi Pembelajaran Sekolah Dasar (Sd) Berbasis Pendidikan Karakter Dan Multikultural

Jurnal Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar

Voleme& Halaman Vol. 1 (4) pp. 247-251

Tahun 2017

Penulis Ivo Basri K

Reviewer Aznita

Tanggal 6 Maret 2024

Abstrak Evaluasi pembelajaran adalah konsep menyeluruh yang keduanya bergantung pada pengukuran dan penilaian untuk membuat penilaian atau keputusan gabungan. Karakter pendidikan karakter dan evaluasi pembelajaran multikultural di sekolah dasar (SD) disesuaikan dengan tingkat berpikir anak-anak di sekolah dasar. Di mana masih ada yang berada pada tahap masih berada pada tahap operasional konkret.

Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME) diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Sementara, memang pendidikan multikultural menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam semua jenjang pendidikan. pendidikan. Oleh karena itu penanaman nilai multikultural idealnya diterapkan dalam semua mata pelajaran pada pendidikan formal.

Pengantar Dalam rangka mengembangkan pendidikan di Indonesia pada era globalisasi, ada lima landasan yang harus digunakan sebagai rujukan yaitu landasan filosofi, landasan sosiologis, landasan kultural, landasan psikologis, dan landasan ilmiah dan teknologi serta didukung oleh tiga azas pembelajaran yaitu azas Tut Wuri Handayani, azas belajar sepanjang hayat, dan azas kemandirian dalam belajar (Umar Tirtarahardja: 2005). Pendidikan nasional bertujuan mengembangkan

(11)

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Hasbullah, 2009). Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, berbagai upaya dilakukan untuk mecapai tujuan tersebut, mulai dari pelatihan untuk meningkatkan kualitis guru, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan dan penyempurnaan kurikulum secara periodic (Widiana, 2016). Sekolah adalah salah satu pendidikan formal yang diadikan sebagai saran untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Proses pendidikan dimulai dari proses perencanaan pengajaran hingga tahap evaluasi. Evaluasi merupakan proses penilaian pencapaian tujuan dan pengungkapan masalah kinerja program/kegiatan untuk memberikan umpan balik bagi peningkatan kualitas kinerja program/kegiatan ( Divayana, 2016). Dalam proses pembelajaran, evaluasi merupakan bagian yang amat penting. Evaluasi dapat memberi gambaran tentang tingkat penguasaan siswa terhadap satu materi, memberi gambaran tentang kesulitan belajar siswa, dan memberi gambaran tentang posisi siswa di antara kawan-kawannya (Setemen, 2010). Evaluasi adalah proses penggambaran dan penyempurnaan informasi yang berguna untuk menetapkan alternatif.

Alternatif evaluasi bisa mencakup arti pengukuran dan penilaian dalam pembelajaran. Dengan demikian evaluasi pembelajaran merupakan kegiatan yang lebih kompleks dibandingkan dengan pengukuran dan penilaian. Hasil evaluasi pembelajaran dapat memberi keputusan yang professional. Artinya, evaluasi pembelajaran merupakan satu kompetensi professional seorang pendidik.

Kompetensi tersebut sejalan dengan instrumen penilaian kemampuan guru, yang salah satu indikatornya adalah melakukan evaluasi pembelajaran (Asrul., dkk, 2015). Pelaksanaan pendidikan karakter melalui pilar sekolah didasarkan atas tiga alasan penting yaitu:

1) Perlunya karakter yang baik untuk menjadi bagian yang utuh dalam diri manusia. Setiap manusia harus memiliki pikiran yang kuat, hati

(12)

nurani, dan kemauan untuk berkualitas seperti memiliki kejujuran, empati, perhatian, disiplin diri, ketekunan dan dorongan moral; 2) Sekolah merupakan tempat yang baik dan kondusif untuk melaksanakan proses pembelajaran dan pendidikan nilai-nilai; dan 3) Pendidikan karakter sangat esensial untuk membangun masyarakat bermoral. Pendidikan karakter memiliki dua tujuan utama yaitu kebijakan dan kebaikan. Pendidikan tentang kebaikan merupakan dasar demokrasi, karena itu dua nilai moral penting yang harus diajarkan dalam pendidikan karakter adalah rasa hormat dan tanggung jawab (respect and responsibility). Pendidikan karakter diimplemantasikan dengan pembinaan karakter peserta didik. Cara pembinaan karakter adalah dalam materi pembelajaran yang harus diajarkan dan dikuasai serta direalisasikan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahannya, pendidikan karakter di sekolah selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Pembahasan Pendidikan karakter merupakan pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan perilaku peserta didik secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh sekolah.

Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang terintegrasi dengan semua mata pelajaran. Pendidikan karakter berpandangan bahwa setiap peserta didik memiliki potensi untuk dikuatkan dan dikembangkan menjadi lebih baik. Nilai-nilai yang dirujuk di SD merupakan “alat” untuk menguatkan dan mengembangkan perilaku peserta didik. Adanya evaluasi pembelajaran berbasis pendidikan karakter bagi peserta didik SD bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standar kompetensi lulusan.

Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik SD mampu

(13)

secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan akhlak mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari- hari. Pendidikan multikultural penting diberikan kepada peserta didik sejak dini. Hal itu penting dilaksanakan dengan harapan peserta didik mampu memahami bahwa di dalam lingkungan terdapat keragama budaya. Keragaman budaya mempengaruhi tingkah laku, sikap, pola pikir sehingga peserta didik memiliki cara-cara (usage), kebiasaan (folk ways), aturan-aturan (mores), dan adat istiadat (customs) yang berbeda satu sama lain. Oleh karena itu, menurut Syahid (2013), bahwa evaluasi pembelajaran pendidikan dasar berbasis multikultural diselenggarakan dalam upaya mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memandang kehidupan dari berbagai perspektif budaya yang berbeda dengan budaya yang mereka miliki, dan bersikap positif terhadap perbedaan budaya, ras, dan etnis. Tujuan adanya evaluasi tersebut, antara lain: (1) untuk memfungsikan peranan sekolah dalam memandang keberadaan peserta didik yang beraneka ragam; (2) untuk membantu peserta didik dalam membangun perlakuan yang positif terhadap perbedaan kultural, ras, etnik, kelompok keagamaan; (3) memberikan ketahanan peserta didik dalam mengambil keputusan dan keterampilan sosialnya; dan (4) untuk membantu peserta didik dalam membangun ketergantungan lintas budaya dan memberi gambaran positif mengenai perbedaan kelompok.

Selain itu, evaluasi pembelajaran berbasis multikultural dibangun atas dasar konsep pendidikan untuk kebebasan yang bertujuan untuk: (1) membantu peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk berpartisipasi di dalam demokrasi dan kebebasan masyarakat dan (2) memajukan kekebasan, kecakapan, keterampilan terhadap lintas batas-batas etnik dan budaya untuk berpartisipasi dalam beberapa kelompok dan budaya orang lain. Adapun contoh konkritnya, penelitian yang telah dilakukan oleh Hanum dan Raharja

(14)

(2016) di SD sebagai sasaran penelitian, agar nilai-nilai multikultural telah ditanamkan pada peserta didik sejak dini. Bila sejak awal peserta didik telah memiliki nilai-nilai kebersamaan, toleran, cinta damai, dan menghargai perbedaan, nilai-nilai tersebut akan tercermin pada tingkah laku peserta didik sehari-hari karena telah terbentuk pada kepribadiannya. Bila hal tersebut berhasil dimiliki para generasi muda, peserta didik dapat hidup dalam lingkungan yang damai sejahtera.

Nilai-nilai multikultural sangat penting diterapkan dalam pendidikan, karena nilai-nilai tersebut dapat mendidik dan mengajarkan peserta didik untuk bisa menghargai adanya perbedaan, menerima perbedaan, dan menghormati satu sama lain. Dalam proses pembelajaran, seorang guru harus bisa menanamkan nilai-nilai tersebut. Sehingga pesan dan nilai-nilai tersebut dapat masuk dan tumbuh kedalam diri setiap peserta didik. Nilai-nilai multikultural dalam pendidikan diharapkan dapat membentuk sikap peserta didik, untuk bisa menerima dan menghargai berbagai macam perbedaan yang ada disekitarnya (Baldah., dkk, 2016). Pemaknaan nilai-nilai multikultural pada peserta didik di SD diperoleh setelah proses pengamatan, wawancara, interaksi dengan kepala sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran dan peserta didik, pemahaman perilaku, ucapan-ucapan, serta tafsiran peserta didik tentang nilai-nilai multikultural. Dengan adanya evaluasi pembelajaran multikultural guru diharapkan mengetahui bagaimana berperilaku terhadap peserta didik yang bermacam-macam kulturnya di dalam kelas, dan mengetahui perbedaanperbedaan nilai-nilai, kultur dan bentuk-bentuk perilaku yang beraneka ragam. Selanjutnya menurut Hanum dan Raharja (2016), bahwa para peserta didik dapat menjadi generasi yang selalu menjunjung tinggi moralitas, kedisiplinan, kepedulian humanistik, dan kejujuran dalam berperilaku sehari-hari. Pada akhirnya, diharapkan bahwa permasalahan yang dihadapi bangsa lambat laun dapat diminimalkan. Generasi masa depan adalah generasi multikultural yang menghargai perbedaan,

(15)

selalu menegakkan nilainilai demokrasi, keadilan dan kemanusiaan.

Kesimpulan Evaluasi pembelajaran merupakan satu kompetensi professional seorang pendidik. Kompetensi tersebut sejalan dengan instrumen penilaian kemampuan guru, yang salah satu indikatornya adalah melakukan evaluasi pembelajaran. Salah satu peran guru dalam proses belajar mengajar adalah sebagai evaluator bagi peserta didik.

Oleh karena itu, Evaluasi Pembelajaran berbasis pendidikan karakter dan multikultural di tingkat sekolah dasar (SD) disesuaikan dengan tingkat perkembangan berpikir anak SD yang masih dalam taraf konkrit. Penanaman pendidikan karakter peserta didik hendaknya dimulai dari keluarga dan sekolah. Melalui pendidikan karakter diharapkan peserta didik dapat tumbuh menjadi individu yang berkarakter mulia. Penanaman nilai-nilai karakter dapat diintegrasikan dalam evaluasi pembelajaran pada setiap mata pelajaran. Sementara itu, pemaknaan nilai-nilai multikultural pada peserta didik di SD diperoleh setelah proses pengamatan, wawancara, interaksi dengan kepala sekolah, guru kelas, guru mata pelajaran dan peserta didik, pemahaman perilaku, ucapan-ucapan, serta tafsiran peserta didik tentang nilai-nilai multikultural.

Kelebihan 1. menggambarkan hubungan antara pembelajaran, evaluasi, penilaian, dan pengetesan

2. menyajikan contoh evaluasi pembelajaran, seperti menggunakan metode ceramah dalam proses pembelajaran.

3. menggambarkan tujuan, kegunaan, dan konsep evaluasi pembelajaran, termasuk evaluasi pembelajaran sekolah dasar berbasis pendidikan karakter dan multicultural.

Kekurangan 1. pada setiap 5 tahapan evaluasi, ketidaksesuaian berada pada kategori sangat rendah.

2. rancangan program tidak ditemukan pada hasil penelitian.

3. tidak ada informasi lebih lengkap tentang kelemahan lainnya dalam jurnal evaluasi pembelajaran sekolah dasar berbasis pendidikan karakter dan multicultural.

(16)

Saran 1. jurnal dapat menambahkan informasi lebih lengkap tentang evaluasi pembelajaran sekolah dasar berbasis pendidikan karakter dan multicultural, termasuk cara mengukur dan menganalisis kinerja pembelajaran.

2. Jurnal dapat mencakup contoh-contoh evaluasi pembelajaran yang lebih banyak dan beragam, seperti menggunakan media pembelajaran sebagai pengendalian kualitas pembelajaran atau menggunakan sistem pendidikan karakter dan multicultural.

3. Jurnal dapat menyajikan analisis dan pengambilan kesimpulan dari evaluasi pembelajaran, termasuk cara untuk memperbaiki dan mengoptimalkan proses pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi kurikulum tahun 2013 tentang Evaluasi dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan belum

Menurut Moh Uzer Usman (2004) evaluasi proses dapat diartikan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung yang dilakukan oleh guru kepada seorang siswa atau

Evaluasi program pembelajaran dalam arti luas berupa penetapan apakah kurikulum (termasuk silabus dan RPP) sudah tersusun dengan sempurna, apakah

Evaluasi Penilaian hasil belajar, Penilaian hasil belajar adalah kegiatan atau cara yang ditujukan untuk mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran dan juga

MP Evaluasi Proses pembelajaran menjamin/memastikan kegiatan pembelajaran (PBM) terukur, terevaluasi dengan baik dan benar dalam studi mahasiswa program sarjana (S1) Jurusan Biologi

Tujuan penelitian ini adalah untuk membuat model evaluasi proses pembelajaran pengajar (dosen) dari persepsi mahasiswa di Program Studi Ak untansi Universitas PGRI Yogyak arta

Proses evaluasi (assessment) kemampuan mengelola pembelajaran mikro (microteaching) menggunakan rubrik penilaian dapat dilakukan pada latihan mengajar I, II, dan

Evaluasi proses difokuskan pada: -mengidentfikasi keterlibatan belajar siswa, dan -model interaksi pembelajaran Evaluasi hasil ditujukan pada kemampuan siswa