LAPORAN DAN ASKEP GERONTIK PADA NY. B DENGAN DIAGNOSA MEDIS DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA UPT
PUSKESMAS TANETE
DISUSUN OLEH:
Kasmi A2113028
CI INSTITUSI
(Asri, S.Kep., Ners., M.Kep)
CI LAHAN
(Asyifiani, S.Kep)
S1 KEPERAWATAN
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita kehadirat Allah SWT Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan laporan ini yang berjudul
“Laporan dan Askep Gerontik Pada Ny. B Dengan Diagnosa Medis Diabetes Melitus di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Tanete” laporan ini disusun sebagai salah satu persyaratan untuk memenuhi tugas Home Care III pada program Studi SI Keperawatan, STIKes Panrita Husada Bulukumba.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran yang bersifat membangun demi perbaikan dimasa yang akan datang. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi semua pihak.
Bulukumba, 25 November 2024
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...ii
DAFTAR ISI ... iii
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar belakang ...1
B. Tujuan ...2
1. Tujuan Umum ...2
2. Tujuan Khusus ...2
C. Manfaat ...2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...3
A. Konsep Lansia ... 3
1. Definisi ...3
2. Batasan Usia Lanjut ...4
3. Tipe Lansia ...5
4. Masalah Kesehatan Lansia ...6
5. Perubahan Fisik Pada Lansia ...7
6. Perubahan Psikososial Pada Lansia ...8
7. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Psikososial Lansia ...9
B. Konsep Medis ...10
1. Definisi ...10
2. Etiologi ...11
3. Patofisiologi ...12
4. Manifestasi Klinik ... 13
5. Komplikasi ...14
6. Pemeriksaan Diagnostik ...15
7. Penatalaksanaan ...16
C. Konsep Asuhan Keperawatan ...18
1. Pengkajian ...18
2. Diagnosa Keperawatan ...18
3. Intervensi Keperawatan ...18
4. Implementasi keperawatan ...19
5. Evaluasi ...19
BAB III TINJAUAN KASUS ...20
A. Pengkajian Kesehatan Keluarga ...20
B. Pengkajian keperawatan Gerontik ...26
C. Pengkajian Khusus Lansia ...37
1. Geriatric Depression Scale (GDS) ...37
2. Berg Balance Scale (BBS) ...36
3. Pengkajian Status Fungsional ...42
4. Mini-Mental State Exam (MMSE) ...44
5. Morse Fall Scale (MFS) ...46
D. Diagnosa Keperawan ... 48
E. Intervensi Keperawatan ...48
BAB IV PENUTUP ...57
A. Kesimpulan ...57
B. Saran ...57
DAFTAR PUSTAKA ... 58
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang
Perkembagan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama dibidang kesehatan memberikan dampak terhadap menurunnya angka kematian dan meningkatnya umur harapan hidup manusia. Umur harapan hidup adalah perkiraan rata-rata lama hidup yang akan dicapai oleh penduduk sejak lahir, dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas menurut umur. Peningkatan umur harapan hidup manusia menyebabkan populasi lanjut usia semakin meningkat. Pada tahun 2030, perkiraan setidaknya 1 dari 6 orang di dunia akan berusia 60 tahun ke atas akan berlipat ganda (2,1 miliar) pada tahun 2050 (WHO, 2022 dalam (Badan Pusat Statistik, 2022)).
Diabetes melitus (DM) adalah penyakit dengan gangguan metabolik yang ditandai naiknya kadar glukosa darah yang disebabkan turunnya sekresi insulin oleh sel beta pankreas atau bisa disebut gangguan resistensi insulin.
Resiko utama yang biasa ditemukan pada penderita diabetes melitus adalah hipoglikemia, hiperglikemia, ketoasidosis diabetik, dehidrasi dan thrombosis (Rusdi, 2020).
Diabetes melitus merupakan salah satu ancaman kesehatan di seluruh dunia. Berdasarkan penyebabnya, DM dibagi menjadi 4 jenis yaitu, DM tipe 1, DM tipe 2, DM gestasional dan DM tipe lain. Namun DM tipe 2 merupakan kasus terbanyak dibanding tipe lain. Dari Internasional Diabetes Federal (IDF) memprediksi adanya peningkatan angka DM di Indonesia, bahwa pada tahun 2013-2017 jumlah pasien DM dari 10,3 juta diperkirakan menjadi 16,7 juta di tahun 2045 mendatang (Emmett Grames, 2020).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulisan laporan ini bertujuan untuk menjelaskan secara komprehensif terkait asuhan keperawatan gerontik dan asuhan keperawatan Ny. B dengan diagnosis medis Diabetes Mellitus.
2. Tujuan Khusus
a. Menjelaskan konsep lansia dasar meliputi definisi, batasan lanjut usia, tipe lansia, masalah kesehatan lansia, perubahan fisik pada lansia, perubahan psikososial pada lansia, faktor yang mempengaruhi kesehatan psikososial lansia.
b. Menjelaskan konsep dasar Diabetes Mellitus meliputi pengertian, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan diagnostic dan penatalaksanaan medis.
c. Menjelaskan konsep asuhan keperawatan pada lansia, pengkajian, diagnosis kepeawatan, intervensi keperawatan dan evaluasi.
d. Menjelaskan dan amenganalisis asuhan keperawatan pada Ny. B dengan Diabetes Mellitus mulai dari pengkajian sampai intervensi.
C. Manfaat
1. Bagi penulis dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan tentang asuhan keperawatan gerontik, diabetes mellitus, khususnya dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan diabetes mellitus.
2. Bagi institusi pendidikan diharapkan mampu memberikan referensi, masukan dan menjadi evaluasi untuk perkembangan pengetahuan mahasiswa.
3. Bagi profesi keperawatan sebagai wacana untuk meningkatkan pemberian asuhan keperawatan secara efisien, efektif, aman dan mandiri khususnya pada pasien diabetes mellitus dan keperawatan gerontik.
4. Bagi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang diabetes mellitus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Lansia
1. Definisi
Berdasarkan Caroline Bungker dan Mary Kowaishi (2015), Wahjudi Nugroho (2015) dan Reny Yuli (2014) Gerontology bermula dari Geros yang artinya lansia dan logos artinya ilmu. Gerontology adalah keilmuan yang mempelajari tentang terjadinya manusia mengalami penuaan dan gangguan yang berhubungan dengan lansia. Menurut Reny Yuli (2014), Geriatric terdiri dari Geros yang berarti lansia dan Eatrie artinya kesehatan/medical. Geriatrik adalah ilmu tentang penyakit atau gangguan yang alami lansia. Gerontik terdiri dari 2 kata yaitu gerontology dan geriatric. Keperawatan gerontik merupakan suatu jenis pelayanan khusus berdasarkan keilmuan keperawatan gerontik yang terdiri biologis, psikologis, sisoal, cultural dan spiritual yang menyeluruh pada lansia yang sehat dan tidak sehat secara pribadi, keluarga, group dan global.
Menurut Wahjudi Nugroho (2015) gerontology adalah keilmuan yang mempelajari tentang gangguan yang berhubungan dengan lansia.
Gerontological nursing/geriatric nursing yaitu kekhususan perawat lansia yang mempunyai tugas merawat dan mengoptimalkan fungsi lansia secara menyeluru. Mauk (2014) dalam Noor Rahmah (2021). keperawatan gerontik adalah ilmu tentang seorang manusia yang menjalani proses menua yang dicirikan transformasi dalam segi fisik, perasaan dan social.
Lanjut usia yaitu seseorang yang sudah menjalani proses kehidupan dari sejak bayi, anak, dewasa dan tua dan mengalami perubahan secara fisik,
intelektual dan batin sehingga timbul perubahan biologis yag terdiri kulit lembek, rambut tidak hitam lagi, tidak ada gigi, kurang bisa mendengar dengan baik, mata kabur, kurang bisa beraktivas dengan cepat dan bentuk badan tidak sepadan (Dede Nasrullah, 2016).
2. Batasan Lanjut Usia
a. Menurut WHO dalam Dede Nasrullah (2016), batasan lanjut usia meliputi:
1) Usia pertengahan (middle age) adalah kelompok umur 45-59 Tahun 2) Lanjut usia (elderly) yaitu umur 60-74 Tahun
3) Lanjut usia (old) ialah umur 75-90 Tahun
4) Usia sangat tua (very old) yaitu umur diatas 90 Tahun
b. Berdasarkan berdasarkan Birren dan Jenner (1977) yang dikutip oleh Reny Yuli (2014), membagi usia lanjut usia dalam 3 kelompok:
1) Usia Biologis: menguraikan bahwa manusia lahir dalam keadaan hidup, tidak meninggal
2) Usia Psikologis: menjelaskan bahwa orang mampu menyusaikan diri pada keadaanya sendiri
3) Usia Sosial: harapan peran yang diberikan kebanyak orang lain berdasarkan umur
c. Menurut Depkes RI dalam Reny Yuli (2014), membagi lanjut usia menjadi 3 kelompok:
1) Kelompok menjelang usia lanjut 45-54 tahun: kondisi ini disebut masa virilitas
2) Kelompuk usia lanjut 55-64 tahun: masa presenium 3) Kelompok usia lanjut diatas 65 tahun: masa senium
d. Menurut Peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2016, ada 3 kelompok lansia yaitu:
2) Lanjut usia: 60-69 tahun
3) Lanjut usia risiko tingg: kolompok di atas 70 tahun atau diatas e. Menurut Noor Rahmah (2021), Lansia adalah seorang yang suda
berumur 65 keatas dan dikelompkkan berdasarkan umur.
f. Berdasarkan Touhy dan Jett (2014) yang dikutip oleh Noor Rahmah (2021): lansia dibagi dalam 4 kelompok yaitu:
1) Lansia muda: 65-74 tahun 2) Lansia pertengahan: 75-84 tahun 3) Lansia tua: 85-99 tahun
4) Lansia sangat tua: lebih dari 100 tahun 3. Tipe Lansia
Menurut Dede Nasrullah (2016), tipe lansia terbagi atas 5 bagian yaitu:
a. Tipe Arif Bijaksana
Lansia yang mempunyai pengalaman banyak, dapat beradaptasi denagn zaman yang ada, mempunyai aktivitas, tidak tinggi hati, tidak somong, tidak pelit dan dapat menjadi contoh untuk orang lain.
b. Tipe mandiri
Lansia yang suka cari kegiatan yang beda, berhati-hati dalam segala hal, suka bekerja dan berteman dengan orang lain.
c. Tipe Tidak Puas
Lansia yang tidak puas dengan keadaanya sekarang dimana lansia tersebut tidak cantik lagi, tidak kuat lagi, tidak berkuasa lagi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani dan sering complain.
d. Tipe Pasrah
Lansia yang menerima keadaan apa adanya, rajin beriadah, suka menolong, menunggu nasib baik datang dan tidak pilih pekerjaan.
e. Tipe Bingung
Lansia yang sering tersentak, mengalami kepribadian yang hilang, sering menarik diri, tidak aktif dan cuek.
4. Masalah Kesehatan lansia
Menurut Reny Yuli (2014) dan Wahjudi Nugroho (2015), masalah lansia akan dihadapi oleh setiap orang dan akan berkembang karena:
a. Usia harapan hidup (Life Expectancy) pada diatas 70 tahun yang lebih banyak dari balita yang berada pada tingkat keempat didunia setelah RRC, India dan Amerika Serikat.
b. Pensiun dan tunjangan kesehatan yang belum memadai padahal lansia yang sakit dan miskin terus bertambah.
c. Tidak adanya Care Provider yang mau jaga dan merawat lansia.
d. Lansia perempuan lebih banyak dari lansia pria dimana lansia perempuan kurang terampil, tidak berdaya, kurang mampu dan miskin.
e. Terbatasnya mobilitas lansia, kurangnya kesempatan lansia bekerja karena lansia kurang kreatifitas bekerja.
f. Lansia kurang mampu dan memanfaatkan sumber-sumber yang ada g. Berkembangnya penyakit lansia lebih spesifik dan jarang ditemukan
pada anak dan dewasa.
h. Sehubungan dengan jumlah penduduk semakin banyak dan mengalami kemiskinan, maka banyak pula lansia yang mengalami kemiskinan pula dan terlantar karena lansia tidak bekerja dan tidak punya uang untuk menyambung hidup.
i. Nilai keakraban kehidupan keluarga besar berkurang karena terbentuknya keluarga kecil yang berkembang pesat.
j. Mobilitas penduduk meningkat sehingga kebutuhan komuikasi dan
k. Pembinaan agar lansia sejahtera sangat terbatas berupa kurangnya tenaga yang kompoten, kurangnya data yang valid dan lengkap.
l. Lansia yang mengalami kemunduran kemampuan fisik dapat mengakibatkan kurangnya berpen dimasyarakat sehingga lansia sangat bergantung ke orang lain.
5. Perubahan Fisik Pada Lansia
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia meliputi perubahan dari tingkat sel sampai semua system organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan suhu tubuh, musculoskeletal, gastrointestinal, genitourinaria, endokrin dan integument menurut Nugroho (2008). Begitu pula perubahan yang terjadi pada lansia bukan hanya fisik saja, ttapi membawa pengaruh serta perubahan menyeluruh baik fisik, social, mental, dan moral spiritual yang keseluruhannya saling mengait antara satu bagian dengan bagian lainnya (Padla, 2013)
6. Perubahan Psikososial Pada Lansia
Psikososial pada usia lanjut berkaitan dengan bagaimana seseorang diusia lanjut menyusaikan diri terhadap perubahan yang terjadi. Konsep ini berfokus pada aspek biopikologis, social dan perilaku yang memengaruhi orang tua dalam situasi hidup mereka. Meraka harus beradaptasi dengan kehilangan pekerjaan, pasangan hidup atau anak-anaknya saat pensiun dan juga menghadapi perubahan fisiologis seperti penurunan fungsi kongnitif secara alami akibat proses penuaan (Hendriks et al., 2020). Aspek biopikologis meliputi ekspresi emosi, masalah mental dan gangguan neurologis usia lanjut; aspek social meliputi hubungan interpersonal antar generasi muda-tua; sedangkan aspek perilaku adalah strategi coping untuk adaptasi kehidupannya (Vijay & Goyal, 2016).
7. Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Psikososial Lansia
Menurut miller (2015), faktor-fakor yang mempengaruhi kesehatan psikososial lansia adalah:
a. Kemunduran kondisi fisik setelah penuaan, biasanya mereka mulai mengalami kemunduran berbagai kondisi fisik (banyak patologi).
Menurut Ratnawat (2017), perubahan fisik terdiri dari:
1) Perubahan kulit: Kulit wajah, leher, lengan dan tangan menjadi kering dan keriput. Kantung mata dan lingkaran hitam dibawah mata menjadi lebih jelas dan permanen. Selain itu, warna biru merah sering muncul disekitar lutut dan ditengah leher. Rambut rontok, warna menjadi putih, kering dan tidak berkilau.
2) Perubahan otot: Pada orang paruh baya, otot disekitar rahang, lengan dan perut mengendur dan rileks.
3) Perubahan pada persendian: Masalah persendian, terutama pada tungkai dan lengan, yang membuat suli berjalan.
4) Perubahan pada gigi: Gigi mongering, patah dan rontok, oleh karena itu kadang-kadang orang tua memakai gigi palsu.
5) Perubahan mata: Mata tampak kurang cerah dan cenderung mengeluarkan kotoran yang berkumpul disudut mata, sebagian besar penderita prebiopi atau kesulitan melihat jarak jauh, kemampuan beradaptasi berkurang karena elastisitas mata berkurang.
6) Perubahan pada telinga: Fungsi pendengaran mulai menurun, sehingga hanya sedikit orang yang mengunakan alat bantu dengar.
7) Perubahan pada sistem pernafasan: sesak nafas sering terjadi karena penurunan volume paru total, volume residu, dan komsumsi oksigen yang mengurangi fleksibilitas dan elastisitas paru.
b. Kemunduran fungsi dan potensial seksual pada lansia sering dikaitkan
1) Masalah jantung.
2) Gangguan metabolisme.
3) Operasi terkini: Mis. Prostatektomi.
4) Malnutrisi karena pencernaan yang tidak sempurna atau nafsu makan yang sangat buruk.
5) Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti obat tekanan darah atau golongan steroid.
Berikut faktor psikologis yang berhubungan dengan lansia:
1) Tabu atau kebingunan saat lansia menjalani kehidupan seksual.
2) Sikap keluarga dan masyarakat kurang mendukung dan diperkuat oleh tradisi dan budaya.
3) Kelelahan atau kebosanan karena kurangnya variasi dalam hidup.
4) Suami meninggal.
5) Disfungsi sosial karena perubahan hormonal atau masalah mental lainnya seperti kecemasan, depresi, demensia dan lain-lainnya.
c. Perubahan terkait pekerjaan
perubahan ini biasanya dimulai pada saat masa pensiun.
Meskipun tujuan pensiun yang ideal adalah agar lansia dapat menikmati masa tua, pensiun adalah sebuah proses bukan peristiwa. Lansia yang beradaptasi paling baik dengan masa pensiun adalah orang yang sehat, bercukupan secara finansial, aktif, berpendidikan lebih baik, memiliki jaringan sisial yang luas termasuk teman dan keluarga, dan umumnya puas dengan pra-pensiun mereka. (Santrock, 2012)
d. Perubahan peran social dalam masyarakat
peran adalah seperangkat pola perilaku yang relatif homogen yang didefinisikan secara normatif dan diharapkan dari seseorang dalam posisi social tertentu. Peran berdasarkan harapan atau tugas peran membatasi apa yang harus dilakukan individu dalam situasi tertentu
untuk memenuhi harapan mereka sendiri atau orang lain (Friedman, 2016).
B. Konsep Medis 1. Definisi
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit gangguan metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia atau bisa juga didefinisikan sebagai keadaan fisiologis yang tidak normal dimana adanya peningkatan kadar glukosa darah secara terus menerus. Kenaikan kadar glukosa darah terjadi akibat tidak normalnya sekresi insulin atau kerja insulin ataupun keduanya dan juga bermaniftasi klinis secara heterogen maupun kronis (Banday et al., 2020).
Klasifikasi:
Table 1.1 Klasifikasi diabetes mellitus (Emmett Grames, 2020)
2. Etiologi
a. Diabetes Mellitus tipe 1 (TDM1)
Menurut Cerna (2020) Diabetes mellitus tipe 1 (TDM1) ini termasuk gangguan autonimun yang kronis dan parah. TDM1 dianggap sebagai penyakit genetik yang herediter. Penyebab tipe ini adalah:
1) Faktor genetic Seseorang yang mengidap TDM1 tidak mewariskan gen diabetes tipe-1 itu sendiri, namun mewariskan suatu presdiposisi atau kecenderungan terjadinya TDM1.
Klasifikasi Keterangan
Diabetes Melitus Tipe 1 (DM Tipe I)
Destruksi sel beta, umumnya menjurus defisiensi insulin absolut.
Diabetes Melitus Tipe 2 (DM Tipe 2)
Disebabkan oleh resistensi insulin, namun dalam perjalanan penyakit dapat terjadi gangguan sekresi insulin progresif.
Diabetes Mellitus Gestasional
Diabetes yang muncul pada saat trimester kedua atau ketiga kehamilan dan tidak diketahui sebelum hamil.
Diabetes Mellitus Tipe Lain
-Sindroma Diabetes Monogenik, seperti Maturity onset of the young (MODY)
- Gangguan pada eksokrin pancreas, misalnya fibrosis kristik, pankreatitis, dan yang lainnya.
- Endokrinopati
- Diabetes karena obat atau zat kimia (seperti glukokortikoid, obat anti retroviral (ARV) dan pasca transplantasi organ
- Infeksi dan Sebab imunologi yang jarang.
2) Faktor lingkungan Faktor lingkungan sudah lama dikenal sebagai pemicu penghancuran sel beta.
3) Pola makanan Melibatkan peran aktif ibu menyusui yang memberi imunisasi aktif dan pasif di sisi lain adalah makanan dengan paparan terhadap susu sapi dan makanan padat (buah, umbi, gluten (termasuk sereal yang mengandung gluten) dan telur) 4) Tekanan psikologis Peristiwa yang serius (perceraian atau
kematian dalam keluarga) dapat mengaktifkan sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal (HPA) atau sistem syaraf. Dimana keduanya mempengaruhi sel imun dan meningkatkan resistensi insulin.
b. Diabetes Mellitus tipe 2 (TDM2)
Menurut Inayati & Qoriani (2016) Faktor TDM2 ini adalah multi faktor yang belum sepenuhnya terungkap. Faktor genetik dan lingkungan cukup besar menyebabkan diabetes tipe ini, antara lain:
1) Obesitas
2) Diet tinggi lemak dan rendah serat 3) Kurang gerak badan
c. Diabetes Gestasional Atau disebut juga diabetes pada wanita hamil.
Menurut (Rahmawati et al., 2016) faktor resiko yang sering muncul adalah:
1) Umur Angka DM gestasional cenderung tinggi di usia tua akibat adanya pengaruh dari proses penuaan dan kerusakan endotel pembuluh darah.
2) Riwayat DM dalam keluarga DM cenderung diwariskan namun tidak ditularkan. Apabila ada keturunan dari penderita DM diperkirakan seseorang memiliki 40% risiko menderita DM.
3. Patofisiologi
Menurut Banday et al., (2020) patofisiologi DM sebagai berikut : a. DM Tipe 1 merupakan diabetes karena gangguan autoimun dan ditandai
dengan penghancuran sel beta pankreas.
Hal ini menyebabkan yerjadinya defisiensi insulin dan akhirnya terjadi hiperglikemia. Dalam beberapa kasus anak dan remaja, penghancuran sel beta terjadi secara tiba-tiba yang menyebabkan ketoasidosis diabetik (DKA) yang sering digambarkan sebagai manifestasi utama. Dalam kasus lain, sel beta dapat mempertahankan fungsinya untuk mensekresikan insulin dalam jumlah tertentu yang hanya cukup untuk mencegah ketoasidosis selama bertahun-tahun.
Namun karena defisiensi insulin yang progresif, penderita akan ketergantungan pada insulin dengan munculnya hiperglikemia berat dan ketoasidosis.
b. DM Tipe 2 ditandai oleh resistensi insulin dan disfungsi sel beta.
Resistensi insulin ini dikarenakan dari gangguan berbagai jaringan seluler yang menyebabkan terjadi penurunan respon/sensivitas sel. Penurunan sensivitas insulin memicu adanya hiperfungsi sel beta untuk mencapai peningkatan peningkatan kompensasi sekresi insulin.
Namun secara bertahap peningkatan sekresi insulin oleh sel beta tidak mampu mengompensasi penurunan sensivitas insulin secara memadai.
Sehingga fungsi sel beta mulai menurun dan disfungsi sel beta menyebabkan defisiensi insulin yang menyebabkan normoglikemia tidak dapat dipertahankan dan hiperglikemia berkembang. DM Tipe 2
sering dikaitkan dengan usia, obesitas, riwayat keluarga dengan DM, aktivitas fisik dan adopsi gaya hidup modern.
c. DM gestasional (GDM) terjadi saat wanita hamil dan biasanya sembuh segera setelah melahirkan atau penghentian kehamilan.
Selama awal kehamilan, kadar glukosa darah puasa dan pascapradial biasanya lebih rendah dari normal namun kadar glukosa meningkat saat ada di trimestee ke-3 dan kadar glukosa mencapai kadar diabetes. Resiko GDM sering dikaitkan dengan usia, obesitas, riwayat kehamilan dengan bayi besar dan riwayat DM.
d. Tipe lain meskipun dalam presentasi kecil, kejadian diabetes tipe lain secara keseluruhan ditemukan dengan kondisi spesifik. Yang menonjol dari tipe ini adalah diabetes akibat defek neurogenik pada fungsi sel beta dan kelainan geb pada kerja insulin, endokrinopati, patologi eksokrin pankreas dan kondisi spesifik lain.
4. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis dikaitkan dengab konsekuensi metabolic defisiensi insulin. Manifestasi klinis DM sebagai berikut : (Alam et al., 2021)
a. Kadar glukosa darah tidak normal b. Poliuria (sering BAK)
c. Hiperglikemia menyebabkan glokosuria yang akan menjadi dieresis osmotic uang meningkatkan pengeluaran urin.
d. Polidipsia (rasa haus meningkat) e. Polifagia (rasa lapar meningkat) f. Lelah dan mengantuk
g. Gejala lain, seperti: kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi, peruritas vulva.
5. Komplikasi
Menurut Papatheodorou et al., (2018) komplikasi pada diabetes mellitus adalah
a. Microvasculer Complications
1) Neuropati Merupakan kerusakan saraf atau gangguan pada sistem saraf. Kerusakan terjadi akibat kadar gula darah meningkat melukai saraf di seluruh tubuh.
2) Nefropati Kerusakan ataau gangguan pada ginjal akibat kurangnya aliran darah ke ginjal.
3) Retinopati Rusaknya pembuluh darah di retina yang berpotensi sampai kebutaan.
b. Macrovasculer Complications
1) Penyakit kardiovaskuler Meningkatnya kadar gula darah bisa menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah. Dan jika pembuluh darah rusak, maka sirkulas darah ke seluruh tubuh akan terganggu.
2) Penyakit serebrovaskuler Penderita yang mengalami perubahan eteroklerotik pembuluh darah serebral atau emboli di tempat lain sering terbawa oleh aliran darah dan kadang terjepit dalam pembuluh darah yang mengakibatkan iskemik sesaat.
3) Penyakit arteri perifer (PAD) Penyebab umum penyakit arteri perifer adalah aterosklerosis. Dimana timbunan lemak (plak) menumpuk pada dinding arteri yang mengakibatkan penyempitan, sehingga aliran darah menjadi tersumbat. Penderita diabetes memiliki risiko terbesar mengalami penyakit arteri perifer karena kurangnya aliran darah.
c. Hipoglikemia Hipoglikemia merupakan kondisi dimana kadar glukosa darah menurun drastis atau secara tajam. Hal ini biasanya disebabkan
efek samping penggunaan insulin jika pengguna insulin tidaak rajin memantau kadar glukosa darahnya.
6. Pemeriksaan Diagnostik
a. Kadar glukosa darah sewaktu/puasa Tabel 2.1 Kadar glukosa darah sewaktu dan kadar glukosa darah puasa menurut Hardhi (2015).
b.
Oral Glucose Tolerance Test (OGTT) Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil sampel darah vena 2 jam setelah pemberian beban glukosa melalui oral 75gr.
c. Hemoglobin terglikasi (HbA1c) Pemeriksaan dilakukan dengan pengambilan sampel darah melalui vena dengan metode National Glycohemoglobin Standardization Program (NGSP).
d. Tes saring Meliputi GDP, GDS daan tes glukosa urin.
e. Tes diagnostic Tes diagnostik meliputi: GDP, GDS, GD2PP (glukosa darah 2 jam post prandial), glukosa jam ke-2 TTGO.
f. Tes monitoring terapi
1) GDP : plasma vena, darah kapiler 2) GD2PP : plasma vena
3) A1c : darah vena, darah kapiler g. Tes untuk mendeteksi komplikasi
1) Mikroalbuminuria: urin 2) Ureum, kreatinin, asam urat
Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dL)
Kadar GDS DM Belum pasti DM
Plasma vena >200 100-200
Kapiler darah >200 80-100
Kadar glukosa darah puasa (mg/dL
Kadar GDP DM Belum pasti DM
Plasma darah >120 110-120
Darah kapiler >110 90-100
5) Kolesterol HDL: plasma vena (puasa) 6) Trigliserida: plasma vena (puasa) 7. Penatalaksanaan
Menurut Emmett Grames, (2020), penatalaksanaan DM antara lain : a. Edukasi
Edukasi disini bermaksud untuk promosi hidup sehat. Perilaku hidup sehat bagi pasien DM adalah dengan memperhagikan pola makan yang baik dan sehat, peningkatan aktivitas fisik, kepatuhan dalam mengonsumsi obat secara aman dan teratur, melakukan pemantauan glukosa secara mandiri (PGDM) sampai melakukan perawatan luka diabetik secara mandiri. Prinsip yang diperhatikan dalam edukasi adalah memberi dukungan dan nasihat yang positif dan memberi informasi secara bertahap. Dapam proses edukasi ini membutuhkan keterlibatan keluarga ataupun pendamping.
b. Latihan fisik atau olahraga yang dibagi menjadi 3 kelompok
1) Latihan fisik untuk preventif Tujuannya untuk meningkatkan regulasi insulin terutama pada pasien prediabetes. Target capaian adalah pasien dapat mengerti tingkat aktivitas fisik, yang biasa dilakukan adalah dengan latihan aerobik. Latihan aerobik ini efektif untuk mencegah terjadinya komplikasi.
2) Latihan fisik untuk pasien DM tanpa komplikasi Bertujuan untum mencegah terjadinya komplikasi seperti komplikasi kardiovaskuler dan neuromuskuluskeletal. Yang dapat dilakukan adalah dengan latihan fisik secara teratur selama 3-5 hari dalam seminggu sekitar 30-45 menit.
3) Latihan fisik untuk pasien DM dengan komplikasi program yang dilakukan bisa dengan peresepan latihan yang aman dan efektif.
Latihan fisik yang dianjurkan adalah resistance training/latihan beban 2-3 kali perminggu sesuai petunjuk dokter.
c. Farmakologis
1) Obat antihiperglikemia oral
Table 2.1 Obat antihiperglikemia oral (Emmett Grames, 2020) Golongan Obat Cara kerja Utama Efek Samping Metformin Menurunkan produksi
glukosa hati dan meninggalkan
sensifitas terhadap insulin.
Penurunan HbA1C:
1,0-1,3%
Dispepsia, diare, asidosis laktat
Tiazolidinedion Meningkatkan
sensifitas terhadap insulin.
Penurunan HbA1C:
0,5-1,4%
Edema
Sulfonilurea Meningkatkan sekresi insulin. Penurunan HbA1c 0,4-1,2%
BB naik
Hipoglikemia Glinid Meningkatkan sekresi
insulin. Penurunan HbA1c 0,5-1,0%
BB naik
hipoglikemia Penghambat DPP-4 Meningkatnkan
sekresi insulin dan meghambat sekrest glucagon Penurunan HbA1c 0,5-0,9%
Sebah, muntah
SGLT-2 Inhibitor Menghambat
reabsorbsi gukosa di tubulus distal Penurunan HbA1c 0,5-0,9%
Infeksi saluran
kemih dan
genital DLBSS3233 Meningkatkan asupan
glukosa di sel otot dan
lemak; dan
Tidak ada
2) Obat antihiperglikemik suntik
a. Insulin Berdasarkan asalnya, insulin dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
1) Insulin manusia Insulin yang cara kerjanya serupa dengan insulin yang diproduksi oleh manusia.
2) Insulin analog Merupakan upaya untuk memuat insulin yang lebih menyerupai insulin normal dalam tubuh.
3) Insulin biosimilar Agonis reseptor GLP-1/incretin mimetic Kombinasi insulin basal dengan agonis reseptor GLP-1 C. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan pada lansia merupakan suatu tindakan pngamatan situasi lansia untuk memperoleh data dengan maksud menegaskan situasi penyakit, diagnosis masalah, penetapan kekuatan, dan kebutuhan promosi kesehatan lansia. Pengumpulan data mencakup data subjektif dan data objektif yang meliputi data bio, psiko, social dan spiritual, data yang berhubungan dengan masalah lansia serta data tentang faktor-faktor yang mempengaruhi atau berhubungan dengan masalah kesehatan lansia seperti data tentang keluarga dan lingkungan yang ada.
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
Suatu penilaian klinis tentang tanggapan klien mengenai masalah kesehatan yang dialami, yang berlangsung secara nyata maupun potensial.
Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi respon klien, keluarga terhadap situasi yang berhubungan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan lanjut usia dilihat dari beberapa aspek yaitu fisik/biologis dan aspek psikososial.
Proses penegakan diagnosa keperawatan melalui analisa data, identifikasi data dan terakhir perumusan diagnosis keperawatan.
3. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan adalah realisasi dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau bisa juga disebut tata kelola atau wujud dari rencana yang telah disusun pada tahap perencanaan oleh perawat. Implementasi keperawatan pada asuhan keperawatan gerontik diarahkan dengan tujuan untuk mengoptimalkan kondisi lansia agar dapat produkrif dan mandiridalam beraktivitas. Tahap ini perawat harus mempertimbangkan bahaya-bahaya fisik dan perlindungan pada lansia, teknik komunikasi dengan lansia, kemampuan lansia dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang hak-hak dari lansia dan memahami tingkat perkembagan lansia.
4. Evaluasi
Menurut Kholifah (2016) evaluasi dalam keperawatan gerontik adalah kegiatan dalam mengimplementasikan rencana tindakan yang telah disusun yang bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan lansia secara komprehensif dan menganalisis pencapaian hasil dari proses keperawatan.
Penilaian keperawatan adalah kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan lansia dengan mengukur keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan tindakan keperawatan. Kegiatan yang dilakukan oleh perawat dalam tahap evaluasi yaitu:
1) Mengkaji ulang tujuan dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
2) Mengumpulkan data yang berhubungan dengan hasil yang diharapkan.
3) Menilai tujuan yang telah dicapai.
4) Menyimpulkan hasil penilaian dan membuat keputuan.
5) Merevisi atau melakukan modifikasi terhadap rencana keperawatan
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Kesehatan Keluarga
Nama
Puskesmas/Desa
Pkm tanete Dusun/RT/RW Nama
Mahasiswa/Jurusan
Kasmi/SI Keperawatan
Tanggal Pengkajian
26 November 2024
1) DATA KELUARGA
Nama Kepala Keluarga
Hj. Andi
Bunga Wali
Bahasa Sehari- hari
Bugis Alamat Rumah
& Telp
Jln. Nanas Tanete
Yangkes Terdekat, Jarak
Pkm Tanete
Pekerjaan Tidak ada Alat
Transportasi
Tidak ada Agama & Suku Islam & Bugis Status Kelas
Sosial
Menegah
DATA ANGGOTA KELUARGA No Nama Hubd
gn KK
Umur JK Suku Pendidika n Terakhir
Pekerjaan saat ini 1. Hj.
Andi Bunga Wali
Kepa la Kelu arga
70
Tahun Per em pua n
Bugis SMA Tidak
Bekerja
Analisis masalah kesehatan individu:
2) TAHAP DAN RIWAYAT PERKEMBANGAN KELUARGA
Tahap perkembangan keluarga saat ini: tahap keluarga lanjut usia (tahap kedelapan).
Tugas perkembagan saat ini Dapat dijalankan Tidak dapat dijalankan Bila tidak dijalankan, sebutkan:
3) STRUKTUR KELUARGA
Pola komunikasi Baik Disfungsional Peran dalam keluarga Ada masalah Tidak ada masalah Nilai/Normal KLg Ada konflik Tidak ada konflik Pengambilan keputusan dalam keluarga: Pasien
- No Nama Status
Gizi (TB, BB, BMI)
TTV (TD, N, S, P)
Status Imunisa si Dasar
Alat Bantu/
Protes a
Status kesehata n saat ini
Riwaya t
penyaki t/ alergi Hj.
Andi Bunga Wali
TB:
BB:
55kg BMI:
TD:
190/7 0 mmH g N:
80x/i S:36JC P:
20x/i
Klien tidak mengin gatnya
Tongk at
Status kesehata n saat ini klien mengala mi hipertens i dan diabetes melitus
Klien mengat akan tidak ada alergi
Fungsi afektif Berfungsi Tidak berfungsi Fungsi Sosial Berfungsi Tidak berfungsi Fungsi ekonomi Baik Kurang baik
5) POLA KOPING KELUARGA
Mekanisme koping Efektif Tidak efektif Stressor yang dihadapi kelurga: Mampu menghadapi stressor
DATA PENUNJANG KELUARGA
v
Rumah dan Sanitasi Lingkungan Kondisi Rumah: (tipe rumah:
Permanen; Lantai: Lantai;
Kepemilikan rumah: sendiri)
Ventilasi: (baik 10-15% dari luas rumah: ya; jendela setiap hari dibuka:
ya)
Pencahayaan/penerangan rumah matahari/PLN: ada
Peralatan elektronik yang ada dirumah: ada (TV, HP, Kulkas, Ricecooker, Setrika)
Saluran buang limbah: tertutup Air besih: (sember air bersih:
PAM; kualitas air: bersih)
Jamban memenuhi syarat:
Kepemilikan jamban: ya; Jenis jamban: leherangsa; Jarak septictank dengan sumber air: jauh)
Tempat sampah: (kepemilikan tempat sampah: ya; Jenis: Tertutup Rasional luas bangunan rumah dengan jumlah anggota keluarga (8m²/orang: ya)
PHBS diRumah Tangga
Jika ada bunifas, persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan: tidak Jika ada bayi, memberi ASI ekslusif: tidak
Jika ada balita, menimbang balita tiap bulan: tidak
Menggunakan air bersih untuk makan & minum: ya
Menggunakan air bersih untuk kebersihan diri: ya
Mencuci tangan dengan air bersih
& sabun: ya
Melakukan pembuangan sampah pada tempatnya: ya
Menjaga lingkungan rumah:
tampak bersih
Mengomsumsi lauk dan pauk tiap hari: ya
Menggunakan jamban sehat: ya Memberantas jetik dirumah sekali seminggu: tidak (mengurus, mengubur, menutup)
Makan buah dan sayur setiap hari:
tidak
Tidak merokok didalam rumah: ya Penggunaan alkohol dan zat v
KEMAMPUAN KELUARGA MELAKUKAN TUGAS PEMELIHARAAN KESEHATAN ANGGOTA KELUARGA
1. Adakah perhatian keluarga kepada anggotanya yang menderita sakit:
Ya Tidak, karena
2. Apakah keluarga mengetahui masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:
Ya Tidak
3. Apakah keluarga mengetaui penyebab masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:
Ya Tidak
4. Apakah keluarga mengetaui tanda dan gejala masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:
Ya Tidak
5. Apakah keluarga mengetaui akibat masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:
Ya Tidak
6. Pada siapa keluarga biasa menggali informasi tentang masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:
Keluarga Tetangga
Kader Tenaga kesehatan, yaitu Pkm tanete
7. Keyakinan keluarga tentang masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:
Tidak perlu ditangani karena akan sembuh dengan biasanya Perlu berobat kefasilitas yankes
Tidak terpikir
8. Apakah keluarga melakukan upaya peningkatan kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya secara aktif (bagaimana bentuk tindakan upaya peningkatan kesehatan):
Ya Tidak, jelaskan
9. Apakah keluarga mengetaui kebutuhan pengobatan masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:
Ya Tidak, jelaskan
10. Apakah keluarga dapat melakuakan cara merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan yang dialaminya:
Ya Tidak, jelaskan
11. Apakah keluarga dapat melakukan pencegahan masalah kesehatan yang dialami anggota dalam keluarganya:
Ya Tidak, jelaskan
12. Apakah keluarga mampu memelihara atau memodifikasi lingkungan yang mendukung kesehatan anggota keluarganya yang mengalami masalah kesehatan:
Ya Tidak, jelaskan, selalu menyapu rumah
13. Apakah keluarga mampu menggali dan memanfaatkan sumber dimasyarakat atau untuk mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya:
Ya Tidak, jelaskan
B. Pengkajian keperawatan Gerontik 1. Riwayat klien/Data Biografis
a. Nama: Hj. A. Bunga Wali
KEMANDIRIAN KELUARGA (Program Nasional) as Kriteria:
1. Menerima petugas puskesmas 2. Menerima yankes sesuai rencana 3. Menyatakan masalah kesehatan
secara benar
4. Memanfaatkan fasilitas kesehatan sesuai anjuran
5. Melaksanakan perawatan sederhana sesuai anjuran
6. Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
7. Melaksanakan tindakan promotif secara aktif
Kemandirian I: jika memenuhi kriteria a1&2
Kemandirian II: jika memenuhi kriteria 1 s.d 5
Kemandirian III: jika memenuhi kriteria 1 s.d 6
Kemandirian IV: jika memenuhi kriteria 1 s.d 7
Kategori:
Kemandirian Kemandirian I Kemandirian III II Kemandirian IV
b. Alamat: Jln. Nanas c. Agama: Islam d. Suku: Bugis e. Telp: Tidak ada
f. Status perkawinan: Janda g. Pendidikan: SMA
h. Orang yang paling dekat dihubungi: Anak i. Alamat/Telfon: Tidak ada
2. Riwayat Keluarga a. Pasangan
1) Hidup/Mati: Meninggal 2) Kesehatan: Tidak ada data 3) Umur: Tidak ada data 4) Pekerjaan: Tidak ada data 5) Alamat: Jl. Pepaya
6) Sebab kematian: Sakit 7) Tahun meninggal: 2004 b. Anak
1) Hidup/mati: Anak 4 meninggal 1 2) Nama: Irmawati, Irsal, Risal, Risman 3) Alamat: jln. Nanas
4) Tahun meninggal: 2011
5) Penyebab kematian: Jatuh kesungai 3. Riwayat Pekerjaan
a. Status pekerjaan saat ini: Tidak bekerja b. Pekerjaan sebelumnya: Wiraswasta
c. Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan:
Sumber pendapat dari menjual aneka macam dan klien mengatakan dengan perkerjaannya semua kebutuhannya tercukupi
4. Riwayat Lingkungan Hidup a. Tipe tempat tinggal: Rumah b. Jumlah kamar: 4 kamar
c. Jumlah orang yang tinggal dipanti/rumah: 4 orang d. Kondisi panti/rumah: bersih
5. Riwayat Rekreasi
a. Hobby/Minat: Tidak ada
b. Keanggotaan organisasi: Tidak ada c. Liburan/Pekerjaan: Sudah tidak bekerja
d. Kegiatan dipanti/dirumah: Kadang-kadang menyapu teras 6. Sumber/Sistem Pendukung Yang Digunakan
a. Dokter: Tidak ada b. Rumah sakit: Tidak ada c. Klinik: Tidak ada
d. Pelayanan kesehatan dirumah: Tidak ada e. Perawatan sehari-hari: Tidak ada
f. Lain-lain: Puskesmas tanete 7. Kebiasaan/Ritual
a. Agama: Islam
b. Istirahat/Tidur: Tidur dari jam 22.00 WITA c. Kebiasaan ibadah: Rajin mengaji
d. Kepercayaan: percaya kepada Allah SWT e. Ritual makan: Membaca doa sebelum makan 8. Status Kesehatan Saat Ini
a. Status kesehatan selama 1 tahun dan 5 tahun terakhir: Klien mengatakan memiliki riwayat hipertensi dan diabetes melitus
b. Keluhan kesehatan utama (PQRST)
1) Provocation/Palliative: Setelah melakukan aktivitas 2) Quality: Klien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk 3) Region: Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan
4) Severity: skala nyeri 5 (sedang)
5) Time: Kadang-kadang berlangsung sekitar 10 menit
c. Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan d. Obat-obatan
1) Nama obat: Glimepiride 2) Dosis obat: 1x1
3) Waktu dan cara penggunaan: Diminum pada waktu pagi hari 4) Dokter yang memberi: Dr. Hary
5) Tanggal resep: 26 November 2024
6) Masalah karena obat-obatan: Tidak ada masalah e. Alergi (agen dan reaksi fisik)
1) Obat-obatan: Tidak ada 2) Makanan: Tidak ada
3) Faktor-faktor lingkungan: Tidak ada f. Nutrisi
1) Diet 24 jam terakhir (termasuk cairan): tidak ada
2) Diet khusus, pembatasan makanan atau pilihan: Kurangngi glukosa dan hindari mengomsumsi gula
3) Riwayat peningkatan dan penurunan berat badan: Terjadinnya penurunan berat badan
9. Penyakit Masa Kanak-Kanak
b. Trauma: Tidak ada
c. Perawatan dirumah sakit: Tidak pernah 1) Alasan: Tidak ada
2) Tanggal: Tidak ada 3) Tempat: Tid ada d. Operasi: Tidak pernah
1) Jenis operasi: Tidak ada data 2) Tanggal: Tidak ada data 3) Tempat: Tidak ada data 4) Alasan: Tidak ada data
e. Riwayat obstetric: Pasien tidak mengingatnya dengan jelas 10. Riwayat Keluarga
a. Genogram
Ket:
Tinggal bersama: Meninggal: Klien:
Laki-laki: Perempuan:
Klien tinggal bersama anak pertamanya, klien memiliki anak berjumlah 4 (anak pertama perempuan dan 2,3,4 anak laki-laki), anak ke 3 sudah meninggal begitu pun dengan suami klien.
b. Survei hal berikut: kanker, diabetes, penyakit jantung, hipertensi, penyakit ginjal, arthritis, alkolisme, masalah kesehatan mental
11. Tinjauan Sistem
Beri tanda ceklis “ya” atau “tidak” untuk setiap gejala
Penilaian diri terhadap status kesehatan: Klien mengatakan iya merasa sehat
Kemampuan untuk melakukan ADL: Klien mengatakan mampu melakukan kegiatan sehari-hari
Umum Ya Tidak
Kelulahan
Perubahan berat badan setahun yang lalu
Perubahan nafsu makan
Demam
Keringat malam
Kesulitan tidur
Sering pilek, infeksi
Integumen Ya Tidak
Lesi/luka
Pruritus
Perubahan pigmentasi
Perubahan tekstur
Sering memar
Perubahan rambut
Perubahan kuku
Pemajanan lama terhadap matahari
Pola penyembuhan lesi, memar: Klien mengatakan tidak ada memar dikulit
Hemopoetik Ya Tidak
Perdarahan/memar abnormal
Pembengkakan kelenjar linfa
Anemia
Riwayat transfusi darah
Kepala Ya Tidak
Sakit kepala
Trauma berarti pada masa lalu
Pusing
Gatal kulit kepala
Tanggal pemeriksaan terakhir: tahun 2022
Tanggal pemeriksaan glaukoma terakhir: tahun 2022
Dampak pada penampilan sehari-hari: Klien mengatakan penglihatannya buram ketika tidak memakai kacamata sehingga aktivitasnya kesehariannya terganggu
Kemampuan untuk melakukan ADL: Klien mengatakan mampu melakukan aktivitas ketika memakai kacamatanya
Leher Ya Tidak
Kekakuan
Nyeri/nyeri tekan
Benjolan/massa
Keterbatasan gerak
Mata Ya Tidak
Perubahan penglihatan
Kacamata/lensa kontak
Nyeri
Air mata berlebih
Pruritus
Bengkak sekitar mata
Diplopia
Kabur
Fotofobia
Riwayat infeksi
Telinga Ya Tidak
Perubahan pendengaran
Tinitus
Vertigo
Sensitivitas pendengaran
Alat-alat protesa
Riwayat infeksi
Tanggal pemeriksaan terakhir: klien mengatakan tidak pernah memeriksa kondisi telingannya
Kebiasaan perawatan telinga: Klien mengatakan melakukan perawatan telinganya
Penilaian diri terhadap kemampuan olfaktori: kalien mengatakan tidak ada masalah pada penyiumannya
Tanggal pemeriksaan gisi terakhir: Klien mengatakan sudah tidak mengingatnya
Pola menggosok gigi: Klien mengatakan menggosok gigi 1x sehari Masalah dan kebiasaan membersihkan gigi palsu: klien tidak mengatakan tidak menggunakan gigi palsu
Hidung dan Sinus Ya Tidak
Rhinore
Epistaksis
Obstruksi
Mendengkur
Nyeri pada sinus
Alergi
Riwayat infeksi
Mulut dan Tenggorokan Ya Tidak
Sakit tenggorokan
Lesi/ulkus
Serak
Perubahan suara
Kesulitan menelan
Perdarahan gusi
Karies
Kesulitan menelan
Alat-alat protesa
Riwayat infeksi
Pola pemeriksaan payudara sendiri: klien mengatakan tidak pernah melakukan pemeriksaan payudara
Tanggal dan hasil mammogram terakhir: Tidak ada
Tanggal dan pemeriksaan sinar x dada terakhir: Klien mengatakan tidak pernah melakukan pemeriksaan sinar x dada
Perkemihan Ya Tidak
Disuria
Frekuensi
Menetes
Ragu-ragu
Dorongan
Hematuria
Poliuria
Oliguria
Nokturia
Inkontinensia
Nyeri saat berkemih
Payudara Ya Tidak
Benjolan/massa
Nyeri/nyeri tekan
Bengkak
Keluar cairan dari puting susu
Pernafasan Ya Tidak
Batuk
Sesak nafas
Hemoptisis
Sputum
Bunyi nafas abnormal
Asma/alergi pernafasan
Perubahan warna kaki: Warna kaki klien nampak tidak memiliki perubahan
Pola defekasi biasanya: Klien mengatakan BAB 1x dalam 2 har
Kardiovaskuler Ya Tidak
Nyeri/ketidaknyamanan dada
Palpitasi
Sesak nafas
Dispnea pada aktivitas
Ortopnea
Murmur
Edema
Varises
Parastesia
Gastrointestinal Ya Tidak
Disfagia
Tak dapat mencerna
Nyeri ulu hati
Mual/muntah
Hematemesis
Perubahan nafsu makan
Inteloransi makanan
Ulkus
Nyeri
Ikretik
Benjolan/massa
Perubahan kebiasaan defekasi
Diare
Konstipasi
Melena
Hemoroid
Perdarahan rectum
Masalah aktivitas seksual:
Masalah aktivitas seksual: Tidak ada masalah
Riwayat menstruasi: Klien mengatakan menstruasi pertama kali setelah lulus SD
Riwayat menopause: Klien mengatakan terakhir menstruasi pada tahun 1997
Tanggal dan hasil papsmear: Klien mengtakan tidak pernah melakukan pemeriksaan
Gr P A
Genito Reproduksi pria Ya Tidak
Lesi
Nyeri testikuler Massa testikuler Masalah prostat Penyakit kelamin
Perubahan hasrat seksual Impotensi
Genito reproduksi wanita Ya Tidak
Lesi
Perdarahan pasca senggema
Sistokel/rektokkel/prolapsed
Penyakit kelamin
Infeksi
Dampak pada penampilan sehari-hari: Klien mengatakan sulit melalukan pergerakan karena nyeri pada kakinya
Masalah: Klien mengatakan sakit kepala, nyeri pada lutut seblah kanan klien juga mengatakan ketika menggenggam sesuatu karena megalami tremor
Sistem Reproduksi Ya Tidak
Intoleran panas
Intoleran dingin
Goitor
Pigmentasi kulit/tekstur
Perubahan rambut
Polifagia
Polidipsi
Muskuloskeletal Ya Tidak
Nyeri persendian
Kekakuan
Pembengkakan sendi
Deformitas
Spasme
Kram
Kelemahan otot
Masalah cara berjalan
Nyeri punggung
Protesa
Pola kebiasaan latihan
Sistem Saraf Pusat Ya Tidak
Sakit kepala
Kejang
Paresis
Paralesis
Masalah kordinasi
Tremor/spasme
Parestesia
Cedera kepala
Poliuria
Pernyataan perasaan umum mengenai kepuasan/frustasi mekanisme koping yang biasa: Klien mengatakan tidak ada masalah
Strres saat ini: klien mengatakan tidak ada pemicu stress
Masalah tentang kematian: Klien mengatakan tidak takut meninggal karena semua orang pasti akan mengalami yang namanya kematian.
C. Pengkajian Khusus Lansia
1. Geriatric Depression Scale (GDS)
Geriatric Depression scale (GDS) untuk mengkaji depresi pada lansia sebagai berikut:
No Pernyataan Ya Tidak
1. Apakah bapak/ibu sekarang merasa puas dengan kehidupannya?
2. Apakah bapak/ibu telah meninggalkan banyak
Psikososial Ya Tidak
Cemas
Depresi
Insomnia
Menangis
Gugup
Takut
Masalah dalam mengambil keputusan
Kesulitan berkonsentrasi
3. Apakah bapak/ibu merasa hampa/kososng dalam hidup ini?
4. Apakah bapak/ibu sering merasa bosan?
5. Apakah bapak/ibu merasa mempunyai harapan yang baik dimasa depan?
6. Apakah bapak/ibu mempunyai pikiran jelek yang
menggangu terus menerus?
7. Apakah bapak/ibu memiliki semangat yang baik
setiap saat?
8. Apakah bapak/ibu takut bahwa sesuatu yang buruk
akan terjadi pada anda?
9. Apakah bapak/ibu merasa bahagia pada sebagian
besar waktu?
10. Apakah bapak/ibu sering merasa tidak mampu
untuk berbuat apa-apa?
11. Apakah bapak/ibu sering merasa resah dan gelisa 12. Apakah bapak/ibu senang tingal dirumah daripada
keluar rumah dan mengerjakan sesuatu?
13. Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir tetang
masa depan?
14. Apakah bapak/ibu akhir-akhir ini sering lupa?
15. Apakah bapak/ibu pikir bahwa hidup bapak/ibu sekarang menyenangkan?
16. Apakah bapak/ibu sering merasa seding dan putus
asa?
17. Apakah bapak/ibu merasa tidak berharga akhir-
akhir ini?
18. Apakah bapak/ibu sering merasa khawatir tentang
masa lalu?
19. Apakah bapak/ibu merasa hidup ini
menggembirakan?
20. Apakah bapak/ibu untuk memulai kegiatan yang
baru?
21. Apakah bapak/ibu merasa penuh semangat? 22. Apakah bapak/ibu merasa situasi sekarang ini tidak
ada harapan?
23. Apakah bapak/ibu berfikir bahwa orang lain lebih
baik keadaanya daripada bapak/ibu?
24. Apakah bapak/ibu sering marah karena hal-hal
sepele?
25. Apakah bapak/ibu sering merasa ingin menangis?
26. Apakah bapak/ibu sering sulit berkonsentrasi? 27. Apakah bapak/ibu merasa senang waktu bangun
tidur?
28. Apakah bapak/ibu tidak suka berkumpul
dipertemuan sosial?
29. Apakah mudah bagi bapak/ibu membuat suatu
keputusan?
30. Apakah pikiran bapak/ibu masih tetap mudah dalam
memikirkan sesuatu seperti dulu?
Skor 0-10: Menunjukan tidak ada depresi Skor 11-20: Depresi ringan
Skor 21-30: Depresi sedang/berat Ket: 11 (depresi ringan)
Tabel. Spesifikasi rancangan kuesioner GDS Butiran soal
Parameter Favorable Unfavorable
Minat aktivitas 2, 12, 20, 28 27
Perasaan sedih 16, 25 9, 15, 19
Perasaan sepi dan bosan 3, 4
Perasaan tidak berdaya 10, 17, 24
Perasaan bersalah 6, 8, 11, 1, 23 18
Perhatian/kosentrasi 14, 26, 30 29
Semangat atau harapan terhadap masa
depan 13, 22 5, 7, 21
Skoring nilai 1 diberikan pada pernyataan favourable untuk jawaban “ya”
dan nilai 0 untuk jawaban “tidak” sedangkan untuk penyataan unfavourable, jawaban “tidak” diberikan nilai 1 dan jawaban “ya” diberi nilai 0.
2. Berg Balance Scale (BBS)
Berg Balance Scale (BBS) merupakan skala untuk mengukur keseimbangan static dan dinamik secara objektif, yang berdiri dari 14 item
tugas keseimbangan (balance task) yang umum dalam kehidupan sehari- hari.
No Item
Keseimbangan Skor (0-4)
1. Duduk ke
berdiri
4 = Dapat berdiri tampa menggunakan tangan dan menstabilkan independen
3 = mampu berdiri secara independen menggunakan tangan
2 = mampu berdiri menggunakan tangan setelah mencoba
1 = perlu bantuan minimal untuk berdiri dan menstabilkan
0 = perlu asisten sedang atau maksimal untuk berdiri
2. Berdiri tanpa
penunjang 4 = dapat berdiri dengan aman selama 2 menit 3 = mampu berdiri 2 menit dengan pengawasan 2 = dapat berdiri 30 detik yang tidak dibantu/ditunjang
1 = memutuhkan beberapa waktu untuk mencoba bediri 30 detik yang tidak dibantu
0 = tidak dapat berdiri secara mandiri selama 30 detik
3. Duduk tanpa penunjang
4 = dapat duduk dengan aman dan aman selama 2 menit
3 = bisa duduk 2 menit dengan pengawasan 2 = mampu duduk selama 30 detik
1 = bisa duduk selama 10 detik 0 = tidak dapat dudk tanpa penunjang 4. Berdiri ke
duduk
4 = Duduk dengan aman dengan menggunakan minimal tangan
3 = Mengontrol posisi turun dengan menggunakan tangan
2 = Mengunakan pungung kaki terhadap kursi untuk mengontrol posisi turun
1 = Duduk dengan independen tetapi memiliki keturunan yang tidak terkendali
0 = kebutuhan membantu untuk duduk
5. Transfer 4 = dapat menstrasfer aman dengan menggunakan ringan aman
3 = dapat mentransfer kebutuhan yang pasti
aman dari tangan
2 = dapat menstransfer dengan pengawasan 1 = membutuhkan satu orang untuk membantu 0 = membutuhkan 2 orang untuk membantu atau mengawasi
6. Berdiri dengan mata tertutup
4 = dapat berdiri 10 detik dengan aman 3 = dapat berdiri 10 detik dengan pengawasan 2 = mampu berdiri 3 detik
1 = tidak dapat menjaga mata tertutup 3 detik tapi tetap aman
0 = membutuhkan bantuan agar tidak jatuh 7. Berdiri dengan
kaki rapat
4 = mampu menempatkan kaki bersama-sama secara independen dan berdiri 1 menit aman 3 = mampu menempatkan kaki bersama-sama secara independen dan berdiri 1 menit dengan pengawasan
2 = mampu menempatkan kaki bersama-sama secara mandiri tetapi tidak dapat tahan selama 30 detik
1 = memerlukan bantuan untuk mencapai posisi tapi mampu berdiri 15 detik kaki bersama-sama 0 = memerlukan bantuan untuk mencapai posisi dan tidak dapat tahan selama 15 detik
8. Menjangkau kedepan dengan tangan
4 = dapat mencapai kedepan dengan percaya diri 25 cm (10 inci)
3 = dapat mencapai kedepan 12 cm (inci) 2 = dapat mencapai kedepan 5 cm (2 inci) 1 = mencapai kedepan tetapi membutuhkan pengawasan
0 = kehilangan keseimbangan ketika mencoba/
memerlukan dukungan eksternal 9. Mengambil
barang dari lantai
4 = dapat mengambil sandal aman dan mudah 3 = dapat mengambil sandal tetapi membutuhkan pengawasan
2 = tetapi tidak dapat menggambil tetapi mencapai 2-5 cm (1-2 inci) dari sandal dan menjaga keseimbangan secara bebas
1 = tidak dapat mengambil dan memerlukan pengawasan ketika mencoba
atau jatuh 10. Menoleh ke
belakang
4 = tampak kebelakang dari kedua sisi dan berat bergeser baik
3 = tampak kebelakang satu sisi aja sisi lain menunjukkan pergeseran berat badan kurang 2 = hanya menyamping tetapi tetap mempertahankan keseimbangan
1 = perlu pengawasan saat memutar
0 = butuh bantuan untuk menjaga dari kehilangan keseimbangan atau jatuh
11. Berputar 360 derajat
4 = mampu berputar 360 derajat dengan aman dalam 4 detik atau kurang
3 = mampu berputar 350 derajat dengan aman satu sisi hanya 4 detik atau kurang
2 = mampu berputar 360 derajat dengan aman tetapi perlahan- lahan
1 = membutuhkan pengawasan yang ketat atau dengan lisan
0 = membutuhkan bantuan saat memutar 12. Menempatkan
kaki bergantian di bangku
4 = mampu berdiri secara independen dengan aman dan menyelesaikan 8 langkah dalam 20 detik
3 = mampu berdiri secara mandiri dan menyelesaikan 8 langkah dalam > 20 detik 2 = dapat menyelesaikan 4 langkah tanpa bantuan dengan pengawasan
1 = dapat menyelesaikan > 2 langkah perlu assist minimal
0 = membutuhkan bantuan agar tidak jatuh/tidak mampu untuk mencoba
13. Berdiri dengan
satu kaki
didepan
4 = mempu menempatkan tandem kaki secara independen dan tahan 30 detik
3 = mampu menempatkan kaki depan independen dan tahan 30 detik
2 = dapat mngambil langkah kecil secara mandiri dan tahan 30 detik
1 = kebutuhan membantu untuk melangkah tapi dapat menyimpan 15 detik
0 = kehilangan keseimbangan saat melangkah atau berdiri
14. Berdiri dengan 4 = mempu mengangkat kaki secara independen
satu kaki dan tahan > 10 detik
3 = mampu mengangkat kaki secara independen dan tahan 5-10 detik
2 = mampu mengangkat kaki secara independen dan tahan ≥ 3 detik
1 = mencoba untuk angkat kaki tidak bisa tahan 3 detik tetapi tetap berdiri secara independen 0 = tidak dapat mencoba kebutuhan membantu untuk mencegah jatuhnya.
Total skor 56⁼ Interpretasi
0-20 = harus memakai kursi roda 21-40 = berjalan dengan bantuan 41-56 = mandiri/independen
Total Skor: 33 (Berjalan dengan bantuan)
3. Pengkajian Status Fungsional (Indeks Kemandirian Katz)
No Aktivitas Mandiri Tergantung
1. Mandi Mandiri:
Bantuan hanya pada satu bagain mandi (seperti punggung atau ektremitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.
Tergantung:
Bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri.
2. Berpakaian Mandiri:
Mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepas pakaian,
Tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian
3. Ke kamar kecil Mandiri:
Masuk dan keluar dari kamar kecil kemuadian membersihkan genetalia mandiri
Tergantung:
Menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil untuk menggunakan pispot
4. Berpindah Mandiri:
Berpindah ke dan dari tempat tidur untuk duduk, bangkit dari kursi sendiri Bergantung:
Bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur atau kursi, tidak melakukan satu, atau lebih berpindah.
5. Kontinen Mandiri:
BAK dan BAB seluruhnya dikontrol sendiri.
Bergantung:
Inkontinensia persial atau total;
penggunaan kateter, pispot, enema dan pembalut (pampers).
6. Makan
Mandiri:
Mengambil makanan dari piring dan menyuapinya sendiri.
Bergantung:
Bantuan dalam hal mengambil makanan dari piring dan menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan parenteral (NGT).
Keterangan:
Beritanda (√) pada pion yang sesuai kondisi klien Analisa Hasil:
Nilai A: kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAK/BAB), berpindah, kekamar kecil mandi dan berpakaian
Nilai B: Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut Nilai C: Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungi
tambahan
Nilai D: Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan suatu fungsi tambahan
Nilai E: Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan
Nilai F: Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakain, ke kamar kecil berpindah dan satu fungsi tambahan
Nilai G: Ketergntungan pada keenam fungsi tersebut Hasil analisis table diatas mendapatkan
Nilai A: kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAK/BAB), berpindah, kekamar kecil, mandi dan berpakaian.
4. Mini-Mental State Exam (MMSE)
Riwayat penyakit: Stroke () DM () Hipertensi ()
Pemeriksa: Tanggal:
Item Tes Nilai
maks. Nilai ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), hari apa?
5 3
2 Kita berada dimana? (negara), (provinsi), (kota), (rumah sakit), (lantai/kamar)
5 3
REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda (jeruk, uang, mawar), tiap benda satu 1 detik, pasien disuruh mengulanngi ketiga nama benda tadi. Nilai 1 untuk tiap nama benda yang benar. Ulangngi
3 3
ATENSI DAN KALKULASI
4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap jawaban yang benar. Hentikan setelah 5 jawaban atau disuruh mengeja terbalik “WAHYU” (nilai diberi pada huruf yang benar sebelum kesalahan; misalnya uyahw=2 nilai).
5 4
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama benda
diatas 3 3
BAHASA
6 Pasien diminta menyebutkan nama benda yang ditunjukkan (pensil, arloji)
2 2
7 Pasien diminta mengulang rangkaian kata:
“tanpa atau dan atau tetapi” 1 1
8 Pasien diminta melakukan perintah: “ambil kertas ini dengan tangan kanan, lipatlah menjadi dua dan letakkan dilantai”.
3 3
9 Pasien diminta membaca dan melakukan
perintah “angkatlah tangan kiri anda” 1 1 10 Pasien diminta menulis sebuah kalimat
(spontan) 1 1
11 Pasien diminta meniru gambar dibawah ini 1 0
Skor Total 30 24
5. Morse Fall Scale (MFS) Nama lansia: Ny. B Umur: 70 Tahun Tanggal: 26/11/2024
NO PENGKAJIAN SKALA NILAI KET.
1. Riwayat jatuh: apakah pernah jatuh dalam 3 bulan terakhir?
Tidak 0 0
Ya 25
2. Diagnosa sakunder:
apakah lansia memiliki lebih dari satu penyakit?
Tidak 0 15 Klien
memiliki lebih dari satu (hipertensidan DM)
ya 15
3. Alat bantu jalan:
- Bed rest/dibantu perawat
0 15 Klien
menggunakan tongkat - Kruk/Tongkat/
Walker 15
- Berpegangan pada benda-benda
disekitar (kursi, lemari, meja
30
4. Terapi intravena:
apakah lansia saat ini terpasang infus?
Tidak 0 0
Ya 20
5. Gaya berjalan/cara berpindah:
- Normal/Bed
rest/Immobile (tidak dapat bergerak sendiri)
0
20 Klien nampak berjalan pincang menggunakan tongkat
- Lemah (tidak
bertenaga)
10 - Gangguan/tidak
normal
(pincang/diseret)
20
6. Status Mental
- Lansia menyadari
kondisi dirinya 0
0
- Lansia mengalami keterbatasan daya ingat
15
Total Nilai 50 Resiko
rendah: 50 (pelaksanaan
jatuh sakunder Keterangan:
Tingkat Risiko Nilai MFS Tindakan
Tidak berisiko 0 - 24 Perawatan dasar
Risiko rendah 25 -50 Pelaksanaan intevensi pencegahan jatuh sakunder
Risiko tinggi ≥ 51 Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi
Catatan: dapat menambahkan pengkajian khusus sesuai dengan kasus yang ditemukan berdasarkan pada modul Keperawatan Gerontik Tahun 2022
D. Pengkajian Keperawatan 1. Data Fokus
Nama / Umur: Ny. B
Jenis Kelamin: Perempuan
2. Klasifikasi Data
Data Fokus a. pasien nampak meringis
b. kala nyeri 5 (sedang) c. PQRST
P: setelah melakukan aktivitas ringan atau berat Q: Klien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk R: Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan
S: nyeri Skala 5 (sedang
T: kadang-kadang berlangsung sekitar 10 menit d. Pasien mengeluh sering buang air kecil
e. Pasien mengatakan produksi urne sedikit
f. Pasien mengatakan sering buang air kecil pada malam hari g. 250 mg/dl
3. Analisa Data
Nama / Umur: Ny. B/70 Tahun Jenis kelamin: Perempuan
Data Objektif Data Subjektif
a. kala nyeri 5 (sedang) b. PQRST
P: setelah melakukan aktivitas ringan atau berat
Q: Klien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk
R: Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan
S: nyeri Skala 5 (sedang
T: kadang-kadang berlangsung sekitar 10 menit
c. Pasien mengeluh sering buang air kecil
d. Pasien mengatakan produksi urne sedikit
e. Pasien mengatakan sering buang air kecil pada malam hari
Klien nampak meringis 250 mg/dl
4. Diagnosa Keperawatan
System Etiologi Problem
a. pasien nampak
meringis
b. kala nyeri 5 (sedang) c. PQRST
P: setelah melakukan aktivitas ringan atau berat
Q: Klien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk
R: Klien mengatakan nyeri pada kaki kanan S: nyeri Skala 5 (sedang T: kadang-kadang berlangsung sekitar 10 menit
Gangguan fungsi
metabolik Nyeri kronis
a. Pasien mengeluh sering buang air kecil
b. Pasien mengatakan produksi urne sedikit c. Pasien mengatakan
sering buang air kecil pada malam hari
Penurunan kapasitas kandung kemih
Gangguan ekliminasi urine
5. Intervensi Keperawatan Inisial Klien: Ny. B
Diagnosa Keperawatan Tgl
Ditemuakan
Tgl Teratasi nyeri kronis b/d gangguan fungsi
metabolik 26/11/2024
Gangguan eliminasi urine b/d penurunan
kapasitas kandung kemih 26/11/2024
Wisma:
No Diagnosa
Keperawatan Rencana tindakan keperawatan
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Intervensi Rasional
1. Nyeri kronis b/d gangguan fungsi
metabolic
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x24 jam maka tingkat nyeri menurun dengankriteri a hasil:
1. Meringis (5) 2. Keluhan
nyeri (5)
Manajemen nyeri Observasi:
1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri 2. Identifikasi skala
nyeri 3. Identifikasi
respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
tentang nyeri 6. Identifikasi
pengaruh budaya terhadap respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup
8. Monitor
1. Informasi ini membantu
menentukan
tingkat keparahan nyeri dan memilih strategi manajemen yang tepat. Setiap karakteristik nyeri memberikan
petunjuk terhadap penyebabnya.
2. Penggunaan skala nyeri
memungkinkan penilaian objektif dan evaluasi respons terhadap terapi.
3. Klien yang tidak dapat
mengungkapkan nyeri secara verbal mungkin
menunjukkan tanda-tanda seperti agitasi, wajah tegang, atau perubahan postur tubuh.
4.
komplementer
yang sudah
diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresure, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat, aromaterapi, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat atau dingin, terapi bermain)
2. Kontrol
lingkungan yang memperberat rasa nyeri (mis. suhu ruangan,