See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/356841176
Kepemimpinan-Fundamental Teori
Book · December 2021
CITATIONS
0
READS
7,027
2 authors:
Diena Dwidienawati 94PUBLICATIONS 686CITATIONS
SEE PROFILE
Erlina Ratnasari Binus University 6PUBLICATIONS 5CITATIONS
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Diena Dwidienawati on 08 December 2021.
The user has requested enhancement of the downloaded file.
Kepemimpinan:
Fundamental Teori
Dr. drh. Diena Dwidienawati Tjiptadi, MM.
Dr. Erlina Dwi Ratna Sari, SE., MM.
Penerbit Yayasan Kita Menulis
Fundamental Teori
Copyright © Yayasan Kita Menulis, 2021 Penulis:
Dr. drh. Diena Dwidienawati Tjiptadi, MM.
Dr. Erlina Dwi Ratna Sari, SE., MM.
Editor: Janner Simarmata
Desain Sampul: Devy Dian Pratama, S.Kom.
Penerbit Yayasan Kita Menulis
Web: kitamenulis.id e-mail: [email protected]
WA: 0821-6453-7176 IKAPI: 044/SUT/2021
Katalog Dalam Terbitan Hak cipta dilindungi undang-undang
Dilarang memperbanyak maupun mengedarkan buku tanpa Izin tertulis dari penerbit maupun penulis
Vina Novela., dkk.
Kepemimpinan: Fundamental Teori Yayasan Kita Menulis, 2021 xiv; 156 hlm; 16 x 23 cm ISBN: 978-623-342-327-4 Cetakan 1, Desember 2021
I. Kepemimpinan: Fundamental Teori II. Yayasan Kita Menulis
Kata Pengantar
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmatNya sehingga kami penulis dapat menyelesaikan buku ini dengan judul Kempemimpinan: Fundamental Teori.
Tujuan disusunnya buku ini adalah untuk memberikan tambahan paradigma pengetahuan dan membatu para mahasiswa dalam memahami teori Kempimpinan.
Buku ini membahas mengenai tentang fundamental teori kepemimpinan yang dibadi menjadi 12 bab yaitu:
Bab 1 Kepemimpinan
Bab 2 Teori Sifat Kepemimpinan Bab 3 Teori X dan Y
Bab 4 Kepemimpinan Situational Bab 5 Kepemimpinan Demokratis Bab 6 Kepemimpinan Otoriter Bab 7 Kepemimpinan Transaktional Bab 8 Kepemimpinan Transformational Bab 9 Kepemimpinan Ambideks
Bab 10 Kepemimpinan Sustainable Bab 11 Kepemimpinan dalam Inovasi Bab 12 Kepemimpinan dalam Krisis
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan buku ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis menerima dengan tangan terbuka setiap masukan yang diberikan untuk penyempurnaan buku ini. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam
penyusunan buku ini dan juga kepada Penerbit Kita Menulis yang berkenan menerbitkan buku ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberkati setiap usaha kita.
Jakarta, Desember 2021
Diena Dwidienawati Tjiptadi Erlina Dwi Ratna Sari
Daftar Isi
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... vii
Daftar Gambar ... ix
Daftar Tabel ... xi
Bab 1 Kepemimpinan 1.1 Pemimpin dan Kepemimpinan ... 2
1.2 Manajemen vs Kepemimpinan ... 5
1.3 Peran Kepemimpinan dalam Bisnis ... 7
Bab 2 Teori Sifat Kepemimpinan 2.1 The Great Man Theory ... 15
2.2 Teori Sifat Kepemimpinan ... 17
2.2.1 Intelligence atau kecerdasan ... 19
2.2.2 Confidence atau Percaya Diri ... 20
2.2.3 Charisma ... 20
2.2.4 Determination atau Memiliki Tekad Yang Tinggi ... 21
2.2.5 Sociability atau Mampu Bersosialisasi ... 21
2.2.6 Integrity atau Integritas ... 22
Bab 3 Teori X dan Y 3.1 Perkembangan Teori X dan Y ... 30
3.2 Teori X ... 32
3.3 Teori Y ... 35
3.4 Penggunaan Teori X dan Y dalam Praktek ... 37
3.5 Teori Kontigensi ... 39
Bab 4 Kepemimpinan Situasional 4.1 Bagaimanakah Tipe Kepemimpinan Yang Paling Efektif? ... 46
4.2 Perkembangan Teori Kepemimpinan Situasional ... 47
4.3 Kepemimpinan Situational ... 48
4.4 Tingkat kesiapan atau Development Level dari bawahan ... 49
4.5 Gaya Kepemimpinan ... 50
4.6 Menyesuaikan Development Level dan Gaya Kepemimpinan ... 50
Bab 5 Kepemimpinan Demokratis 5.1 Teori Kepemimpinan Demokratis ... 57
5.2 Karakteristik Kepemimpinan Demokratis ... 58
5.3 Keterbatasan Kepemimpinan Demokratis ... 61
Bab 6 Kepemimpinan Otoriter 6.1 Teori Kepemimpinan Otoriter ... 69
6.2 Karakteristik Kepemimpinan Otoriter ... 70
6.3 Keterbatasan Kepemimpinan Otoriter ... 71
6.4 Kelemahan dari Kepemimpinan Otoriter ... 72
6.5 Bagaimana membuat Kepemimpinan Otoriter berhasil ... 73
Bab 7 Kepemimpinan Transaksional 7.1 Definisi ... 80
7.2 Sejarah Kepemimpinan Transaksional ... 81
7.3 Gaya Kepemimpinan yang berbeda ... 81
7.4 Perbedaan Transaksional Dengan Kepemimpinan Lainnya ... 83
7.5 Kelebihan dan Kekurangan Kepemimpinan Transaksional ... 85
7.6 Bagaimana Cara Mengetahui Apakah Kepemimpinan Transaksional Cocok Untuk Anda? ... 90
Bab 8 Transformasional 8.1 Definisi ... 99
8.2 Karakteristik ... 101
8.3 Kelebihan dan Kekurangan Kepemimpinan Transformasional ... 102
8.4 Strategi Pembentukan Kepemimpinan yang Baik ... 104
8.5 Pentingnya Penerapan Kepemimpinan Transformasional ... 108
Bab 9 Kepemimpinan Ambidex 9.1 Organisational Ambidexterity ... 117
9.2 Innovation and Ambidextrous Leadership ... 118
9.3 Balance in Leadership Styles ... 118
9.4 Ambidextrous Leadership in Reality ... 119
Daftar Isi ix
Bab 10 Kepemimpinan Sustainable
10.1 Apa itu Sustainable Leadership ... 124
10.2 Fungsi dan Tujuan Sustainable Leadership ... 125
10.3 Mengetahui Jenis-jenis Sustainable Leadership ... 126
10.4 Mengetahui Pengguna Sustainable Leadership ... 128
Bab 11 Kepemimpinan dalam Inovasi 11.1 Definisi Inovasi ... 133
11.2 Definisi Leadership ... 134
11.3 Leadership dalam Inovasi ... 135
11.4 Pentingnya Leadership dalam Inovasi ... 136
11.5 Kreativitas dan Inovasi ... 137
11.6 Keterampilan Pemimpin yang Inovatif ... 137
11.7 Jenis-jenis Pemimpin Inovatif ... 140
11.8 Cara Menjadi Pemimpin yang Inovatif ... 142
Bab 12 Kepeminpinan dalam Krisis 12.1 Komunikasi pada Masa Krisis ... 148
12.2 Hal-Hal Yang Dilakukan Pemimpin Dalam Mengatasi ... 149
12.3 Pembentukan Organisasi dalam Menanggapi Krisis ... 150
12.4 Kesiapan Seorang Pemimpin ... 152
12.5 Hal-Hal Apa Saja Yang Menciptakan Leadership Yang Hebat Dalam Situasi Krisis ... 152
Daftar Gambar
Gambar 1.1: Perbedaan antara Leadership dan Management ... 5
Gambar 2.1: Pemimpin dilahirkan? ... 14
Gambar 2.2: The Great Man Theory dari Carcyle ... 16
Gambar 3.1: NUMMI – dari yang Terburuk Menjadi yang Terbaik ... 30
Gambar 3.2: Hierarki Kebutuhan Menurut Maslow ... 32
Gambar 3.3: Ilustrasi Management Style Teori X ... 33
Gambar 3.4: Ilustrasi Management Style Teori Y ... 36
Gambar 4.1: Faktor yang mempengaruhi gaya kepemimpinan ... 48
Gambar 4.2: Hubungan antara Development Level dan Leaderhip Style .... 51
Gambar 5.1: Nelson Mandela ... 56
Gambar 5.2: Pemimpin Demokratis ... 58
Gambar 5.3: Partisipasi ... 62
Gambar 6.1: Kepemimpinan Otoriter ... 68
Gambar 6.2: Pemimpin Otoriter ... 69
Gambar 6.3: Direksi dan Instruksi ... 74
Daftar Tabel
Tabel 2.1: Atribut Universal dari Pemimpin ... 18
Bab 1 Kepemimpinan
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Bab ini, Anda diharapkan untuk:
1. Memahami perbedaan dan hubungan antara kepemimpinan dan manajer
2. Menjelaskan arti penting dari kepemimpinan
3. Menjelaskan bagaimana kepemimpinan berbeda dengan posisi atau jabatan
"A good objective of leadership is to help those who are doing poorly to do well and to help those who are doing well to do even better." -Jim Rohn
"Tujuan kepemimpinan yang baik adalah membantu mereka yang berkinerja buruk menjadi baik dan membantu mereka yang berkinerja baik menjadi lebih
baik lagi." -Jim Rohn
Pixar menjadi sangat sukses berkat kegigihan Steve Jobs dan berkembang.
"Toy Story," kesuksesan besar pertama Pixar, membutuhkan waktu empat tahun untuk dibuat oleh perusahaan perusahaan yang saat itu tidak dikenal.
Jobs mendorong keberhasilannya itu dengan cara mendorong dan mendorong timnya dengan cara yang kritis dan sering kali dengan cara kasar. Sementara beberapa orang menganggap gaya manajemennya pedas, Steve Jobs juga
berhasil mengembangkan loyalitas dari banyak anggota timnya. "Anda membutuhkan lebih dari sekadar visi - Anda membutuhkan ketegaran, keuletan, keyakinan, dan kesabaran untuk tetap berada di jalur yang tepat,"
kata Edwin Catmull, salah satu pendiri Pixar. "Dalam kasus Steve, dia mendorong sampai ke batas, untuk mencoba membuat langkah besar berikutnya ke depan."
Jobs menekankan pentingnya kerja tim bagi karyawannya. Meskipun dia membuat keputusan akhir tentang desain produk, dia tahu bahwa orang yang tepat akan menjadi aset terbesar perusahaan. "Begitulah cara saya melihat bisnis," katanya. "Hal-hal hebat dalam bisnis tidak pernah dilakukan oleh satu orang; mereka dilakukan oleh sekelompok orang."
Pada saat yang sama, Jobs tahu bahwa dia harus menjadi pemimpin terbaik bagi timnya. Menurut mantra dan etika kerja Jobs, inovasilah yang membedakan seorang pemimpin dan seorang pengikut. "Pemimpin harus menjadi tolok ukur dari kualitas," katanya. "Beberapa orang tidak terbiasa dengan lingkungan di mana keunggulan diharapkan." Berkat standard Jobs akan kualitas tinggi, hampir setiap produk yang dia hasilkan telah sukses besar
di kalangan konsumen dan bisnis.
Sumber:https://www.businessnewsdaily.com/4195-business-profile-steve- jobs.html
1.1 Pemimpin dan Kepemimpinan
Kata leadership sangat banyak digunakan. Dalam artikel kontemporer atau akademik, kepemimpinan merupakan topik yang menarik untuk dibicarakan.
Jika kita melakukan pencaharian di google scholar dengan kata kunci
“leadership” untuk periode 2017-2021 maka kita akan menemukan hampir 800,000 hasil pencaharian. Bandingkan dengan kata kunci “customer satisfaction” yang hanya menghasilkan 170,000 hasil untuk periode yang sama.
Sebelum kita membicarakan arti kepemimpinan, kita mulai dulu dengan mengetahui apa itu leader atau pemimpin. Menurut kamus Meriam Webster pemimpin adalah seorang yang mengarahkan misalnya 1) seseorang yang mengarahkan kekuatan atau unit militer pemimpin tentara dan 2): seseorang
Bab 1 Kepemimpinan 3
yang memiliki otoritas atau pengaruh memerintah seorang pemimpin dalam gerakan reformasi.
Seorang pemimpin adalah orang yang bertanggung jawab, orang yang meyakinkan orang lain untuk mengikuti. Seorang pemimpin yang hebat menginspirasikan kepercayaan pada orang lain dan menggerakkan mereka untuk bertindak.
Seorang pemimpin adalah orang yang memberikan pertunjukan atau arahan.
Misalnya pemimpin band memberikan aba-aba untuk memulai dan mengatur tempo untuk musik. Seorang konduktor adalah pemimpin orkestra; semua musisi melihat kepadanya untuk mengetahui kapan harus memulai dan mengakhiri memainkan instrumen mereka. Presiden adalah pemimpin negara yang keputusannya membuat perbedaan bagi seluruh penduduk. Martin Luther King, Jr. adalah seorang pemimpin Gerakan Hak-Hak Sipil. Seorang pemimpin selalu berada di urutan pertama dan mendapat banyak perhatian, akan tetapi pada akhirnya, seorang pemimpin membutuhkan pengikut.
Morgan (2020) mengatakan bahwa seorang pemimpin adalah seseorang yang melakukan lebih dari sekedar memimpin orang. Mereka harus didorong oleh motivasi yang tepat dan memberikan dampak positif bagi orang-orang sekitar mereka. Seorang pemimpin adalah seseorang yang dapat melihat bagaimana hal-hal dapat ditingkatkan dan yang mendorong orang untuk bergerak menuju visi yang lebih baik itu. Pemimpin dapat bekerja untuk mewujudkan visi mereka sambil mengutamakan orang. Seorang pemimpin yang mampu memotivasi orang saja tidaklah cukup - pemimpin harus berempati dan terhubung dengan orang lain agar sukses. Pemimpin masa depan harus mempunyai cara pandang yang beragam.
Bagaimana dengan definisi leadership atau kepemimpinan? Kepemimpinan adalah konsep yang cukup sulit untuk didenifisikan. Bahkan Bennis (1995) dalam (Silva, 2016) melaporkan ada lebih dari 650 definisi kepemimpinan dalam literatur. Silva (2016) mendefinisikan kepemimpinan sebagai
"Leadership is the process of interactive influence that occurs when, in a given context, some people accept someone as their leader to achieve common goals" atau kepemimpinan adalah proses interaksi yang terjadi ketika, dalam konteks tertentu, beberapa orang menerima seseorang sebagai pemimpinnya untuk mencapai tujuan bersama. (Vroom & Jaago, 2007) mengatakan bahwa
“leadership is a process of motivating people to work together collaboratively
to accomplish great things” atau kepemimpinan adalah proses memotivasi orang untuk bekerja sama secara kolaboratif ”.
Untuk mencapai hal-hal hebat Yulk (1989) dalam Goff (2003) mendefinisikan kepemimpinan sebagai sekumpulan proses interaksi antara dua orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama. Kepemimpinan diartikan sebagai memiliki kecerdasan bisnis, seperti menetapkan visi atau mencapai tujuan perusahaan. Kepemimpinan adalah orang yang berfokus pada kualitas manusia seperti empati, kerendahan hati, atau keragaman (Morgan, 2020).
Inti dari kepemimpinan adalah kemampuan dan kesiapan untuk menginspirasi orang lain. Kepemimpinan yang efektif didasarkan pada ide yang dikomunikasikan secara efektif kepada orang lain dengan cara melibatkan mereka untuk bertindak sesuai keinginan pemimpin (Ward, 2020). Seorang pemimpin menginspirasi orang lain untuk bertindak sekaligus mengarahkan cara mereka bertindak. Mereka harus cukup menarik bagi orang lain untuk mengikuti perintah mereka, dan mereka harus memiliki keterampilan berpikir kritis untuk mengetahui cara terbaik menggunakan sumber daya yang ada dalam organisasi (Ward, 2020). Kepemimpinan dalam bisnis diartikan sebagai kapasitas manajemen perusahaan untuk menetapkan dan mencapai tujuan yang menantang, mengambil tindakan cepat dan tegas saat dibutuhkan, mengungguli persaingan, dan menginspirasi orang lain untuk bekerja pada tingkat tertinggi yang mereka bisa (Twin & Kindness, 2020).
Academy of Leadership Sciences Switzerland mengkompilasi beberapa definisi kepemimpinan dari berbagai akademik terkemuka (Alss, 2015).
Kepemimpinan yang sukses memimpin dengan hati, bukan hanya dengan kepala. Mereka memiliki kualitas seperti empati, kasih sayang, dan keberanian menurut Bill George, Profesor di Harvard Business School. Massie mengatakan bahwa kepemimpinan terjadi ketika satu orang mendorong orang lain untuk bekerja menuju beberapa tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.
John Maxwell mengatakan bahwa kepemimpinan adalah pengaruh - tidak lebih, tidak kurang. Kepemimpinan yang efektif bukanlah tentang berpidato atau disukai, kepemimpinan ditentukan oleh hasil bukan atribut menurut Peter F. Drucker. John Ciulla berpendapat bahwa kepemimpinan bukanlah orang atau posisi. Kepemimpinan adalah hubungan moral yang kompleks antara orang-orang, berdasarkan kepercayaan.
Bab 1 Kepemimpinan 5
1.2 Manajemen vs Kepemimpinan
Manajemen dan kepemimpinan memiliki fungsi dan peran yang berbeda.
Akan tetapi keduanya harus berjalan bersama. Kotter (2001) menjelaskan bagaimana kedua fungsi tersebut berbeda dan beririsan. Manajemen pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang mengatasi kompleksitas. Manajemen berkembang sebagai respons terhadap munculnya organisasi yang ukurannya cukup besar. Tanpa manajemen yang baik, perusahaan yang kompleks cenderung menjadi kacau balau dan jika tidak diatasi dengan baik hal ini dapat mengancam eksistensi mereka. Manajemen yang baik akan dapat menjaga keteraturan dan konsistensi sehingga perusahaan dapat mempertahankan kualitas dan profitabilitas produk.
Kepemimpinan adalah bagaimana organisasi dapat mengatasi perubahan.
Dalam bisnis perubahan adalah hal yang tidak bisa dihindari, terlebih lagi dengan perubahan teknologi yang terjadi dengan begitu cepat. Perusahaan yang sudah bertahan puluhan tahun bisa hilang dalam waktu singkat karena disrupsi. Teknologi telah menyebabkan batas antar negara menjadi hilang sehingga perdagangan global mengakibatkan persaingan international.
Demografi yang berubah dengan perilaku pelanggan yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Semua faktor tersebut menyebabkan organisasi harus selalu awas terhadap apa yang terjadi di ekosistemnya.
Gambar 1.1: Perbedaan antara Leadership dan Management
Kedua fungsi yang berbeda ini—mengatasi kompleksitas dan mengatasi perubahan—membentuk aktivitas karakteristik manajemen dan kepemimpinan. Setiap sistem tindakan melibatkan memutuskan apa yang
perlu dilakukan, menciptakan jaringan orang dan hubungan yang dapat menyelesaikan agenda, dan kemudian mencoba untuk memastikan bahwa orang-orang itu benar-benar melakukan pekerjaan. Tetapi masing-masing menyelesaikan ketiga tugas ini dengan cara yang berbeda.
Perusahaan mengelola kompleksitas terlebih dahulu dengan perencanaan dan penganggaran (Plan and Budget) —menetapkan target atau tujuan untuk masa depan (biasanya untuk bulan atau tahun berikutnya), menetapkan langkah- langkah terperinci untuk mencapai target tersebut, dan kemudian mengalokasikan sumber daya untuk mencapai rencana tersebut. Sebaliknya, kepemimpinan memimpin organisasi menuju perubahan konstruktif dimulai dengan menetapkan arah (set direction) dengan mengembangkan visi masa depan (seringkali masa depan yang jauh) bersama dengan strategi untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan untuk mencapai visi tersebut.
Manajemen mengembangkan kapasitas untuk mencapai rencananya dengan mengorganisir dan menempatkan staf—menciptakan struktur organisasi dan serangkaian pekerjaan untuk memenuhi persyaratan rencana, menempatkan pekerjaan dengan individu yang memenuhi syarat, mengomunikasikan rencana kepada orang-orang itu, mendelegasikan tanggung jawab untuk melaksanakan rencana, dan merancang sistem untuk memantau implementasi.
Namun, aktivitas kepemimpinan yang setara adalah menyelaraskan orang. Ini berarti mengkomunikasikan arah baru kepada mereka yang dapat menciptakan koalisi yang memahami visi dan berkomitmen untuk pencapaiannya.
Terakhir, manajemen memastikan pencapaian rencana dengan pengendalian dan pemecahan masalah—memantau hasil versus rencana dalam beberapa detail, baik secara formal maupun informal, melalui laporan, rapat, dan alat lainnya; mengidentifikasi penyimpangan; dan kemudian merencanakan dan mengorganisir untuk memecahkan masalah. Tetapi untuk kepemimpinan, mencapai sebuah visi membutuhkan motivasi dan inspirasi—menjaga orang- orang bergerak ke arah yang benar, meskipun ada hambatan besar untuk berubah, dengan menarik kebutuhan, nilai, dan emosi manusia yang mendasar namun seringkali belum dimanfaatkan.
Bab 1 Kepemimpinan 7
1.3 Peran Kepemimpinan dalam Bisnis
Apa peranan penting peran kepemimpinan dalam manajemen saat ini?
Kepemimpinan diketahui mempunyai peranan penting dalam fungsi manajemen dalam hal memastikan organisasi untuk memaksimalkan efisiensi dan mencapai tujuan organisasi. Studi terdahulu telah membuktikan bahwa kepemimpinan memegang peranan penting dalan efektivitas organisasi (Meraku, 2017). Kepemimpinan berperan dalam bagaimana memastikan pengalokasian setiap resources dapat memberikan dampak terhadap pencapaian tujuan. Bagaimana mentransfer resources sesuai dengan perubahan yang dihadapi. Kepemimpinan juga memastikan sumber daya manusia selalu termotivasi, engage dan bertumbuh. Kepemimpinan juga terbukti berperan penting dalam inovasi (Bledow et al., 2015; Dwidienawati et al., 2020; Vargas, 2015). Kepemimpinan berperan dalam bagaimana inovasi berjalan dalam suatu organisasi. Tidak semua tipe kepemimpinan efektif untuk inovasi. Hal ini akan dijelaskan pada bagian lain dari buku ini.
Dalam knowledge management, kepemimpinan juga berpengaruh positif (Fullan, 2002; Ribière & Sitar, 2003). Pemimpin memegang peran kunci bagaimana pengetahuan dalam organisasi bisa dibagikan dan diturunkan.
Kepemimpinan juga memengaruhi budaya bertumbuh dalam organisasi.
Dalam change management dan krisis, leadership juga memberikan peranan penting (Appelbaum et al., 1998; Dwiedienawati et al., 2020). Dalam keadaan yang tidak menentu, bagaimana organisasi bisa bertahan sangat tergantung pada kepemimpinan. Dalam uncertainty, pemimpin harus tetap mampu untuk memberikan arahan dan mengambil keputusan dengan resources yang terbatas.
Membuat Pemain kelas A menjadi kelas B
Sumber: recruiter.com
Di perusahaan sebelumnya, kami memiliki tim kecil yang bekerja dari jarak jauh. Kami berkumpul beberapa kali dalam sebulan, tetapi kami lebih banyak mengandalkan email dan telepon untuk mengetahui progress masing-masing.
Tentunya cara berkomunikasi seperti ini memungkinkan semua orang menjadi efisien dan fokus pada pekerjaan mereka.
Sayangnya, hal itu juga membuat blind spot manajemen.
Seiring waktu, atasan saya dan saya melihat salah satu anggota tim terbaik kami tampaknya mulai kehilangan keterikatan dengan tim. Mereka tidak memiliki antusiasme dan keinginan untuk berbuat lebih seperti yang kami lihat sebelumnya.
Dalam sesi “one on one” dengan manajer mereka, kami membahas pekerjaan terbaru mereka. Apakah kita perlu membiarkan mereka pergi? Apa yang terjadi?
Tak satu pun dari kami tahu jawabannya.
Tanpa kami sadari, cara kerja yang kami jalankan menyebabkan kurangnya komunikasi. Dari hasil diskusi, kami menyadari bahwa kami berdua sudah lama tidak berhubungan dengan anggota tim ini secara langsung selama berbulan-bulan.
Menyadari penurunan kualitas kerja mereka mungkin hanya kesalahan kami, saya mengambil tanggung jawab. Saya menghubungi mereka dan segera menjadwalkan One on One. Saya sangat senang melakukannya.
Saya memulai One on One dengan meminta maaf karena kami belum menghubungi mereka. Kemudian kami mulai berbicara tentang apa yang mereka lakukan.
Saat itulah saya menemukan bahwa minat mereka telah bergeser dan mereka ingin membuat beberapa perubahan kecil pada peran mereka. Mereka juga memiliki tujuan jangka panjang yang berbeda sekarang, jadi apa yang kami pikir adalah tugas besar yang melanjutkan tujuan tersebut, sebenarnya salah.
Apa yang paling menakjubkan bagi saya dalam retrospeksi adalah seberapa cepat hal-hal berbalik. Setelah hanya dua 1 lawan 1 di mana saya mendengarkan dan membuat beberapa perubahan kecil, mereka mulai menunjukkan antusiasme dan kualitas kerja masa lalu mereka (Sumber:
https://getlighthouse.com/blog/leadership-stories-help-better-manager/)
Bab 1 Kepemimpinan 9
Pertanyaan:
1. Pelajaran apa yang bisa diambil dari cerita tentang kepemimpinan di atas?
2. Dari cerita di atas, bagaimana kalian menilai pemimpin tersebut sebagai manajer dan sebagai leader?
3. Mengapa memberikan tugas dengan baik dan memonitor progress saja tidak cukup untuk seorang pemimpin?
Ringkasan
• Seorang pemimpin adalah orang yang memberikan pertunjukan atau arahan. Untuk menjadi seorang pemimpin maka dia harus mempunyai pengikut. Kepemimpinan adalah proses interaksi yang terjadi ketika, dalam konteks tertentu, beberapa orang menerima seseorang sebagai pemimpinnya untuk mencapai tujuan bersama.
Kepemimpinan didefinisikan juga sebagai proses memotivasi orang untuk bekerja sama secara kolaboratif .
• Manajemen dan kepemimpinan memiliki fungsi dan peran yang berbeda. Akan tetapi keduanya harus berjalan bersama. Manajemen pada prinsipnya adalah bagaimana seseorang mengatasi kompleksitas. Kepemimpinan adalah bagaimana organisasi dapat mengatasi perubahan.
• Kepemimpinan diketahui mempunyai peranan penting dalam fungsi manajemen dalam hal memastikan organisasi untuk memaksimalkan efisiensi dan mencapai tujuan organisasi. Studi terdahulu telah membuktikan bahwa kepemimpinan memegang peranan penting dalan efektivitas. Leadership juga terbukti berperan penting dalam inovasi. Dalam knowledge management, leadership juga berpengaruh positif Dalam change management dan krisis, leadership juga memberikan peranan penting.
Latihan Soal
1. Apakah seorang leader harus memiliki jabatan formal?
2. Apa beda manager dan leader?
3. Apa hubungan antara manager dan leader?
4. Dalam businesss apakah manager dan leader harus dipegang oleh orang yang berbeda?
5. Mengapa kita harus mempelajari kepemimpinan?
Pustaka
Alss. (2015). 7 Definitions of Leadership. Alse-Edu.Ch.
https://doi.org/10.4135/9781446280294.n4
Appelbaum, S. H., St-Pierre, N., & Glavas, W. (1998). Strategic organizational change: The role of leadership, learning, motivation and productivity.
Management Decision, 36(5), 289–301.
https://doi.org/10.1108/00251749810220496
Bledow, R., Frese, M., & Mueller, V. (2015). Ambidextrous leadership for innovation: the influence of culture. Advances in Global Leadership, 6(Mar), 41–69. https://doi.org/10.1108/S1535-1203(2011)0000006006 Dwidienawati, D., Arief, M., Gandasari, D., & Pradipto, Y. D. (2020).
Ambidextrous leadership influent toce on team creativity, team innovation and team performance. International Journal of Advanced Science and Technology, 29(3).
Dwiedienawati, D., Tjahjana, D., Faisal, M., Gandasari, D., & Abdinagoro, S.
B. (2020). Transformational leadership, communication quality influences to perceived organization effectiveness and employee engagement and employee retention during the covid-19 pandemic.
Journal of Advanced Research in Dynamical and Control Systems, 12(7
Special Issue), 773–787.
https://doi.org/10.5373/JARDCS/V12SP7/20202169
Fullan, M. (2002). The role of leadership in the promotion of knowledge management in schools. Teachers and Teaching: Theory and Practice, 8(3), 409–419. https://doi.org/10.1080/135406002100000530
Bab 1 Kepemimpinan 11
Goff, D. G. (2003). What Do We Know About Good Community College Leaders: A Study in Leadership Trait Theory and Behavioral Leadership Theory.
Meraku, A. (2017). Role of Leadership in Organizational Effectiveness.
Journal of Economics, Business and Management, 5(11), 336–340.
https://doi.org/10.18178/joebm.2017.5.11.535
Morgan, J. (2020). What is leadership, and who is a leader? Chief Learning Officer - CLO Media.
Ribière, V. M., & Sitar, A. S. (2003). Critical role of leadership in nurturing a knowledge-supporting culture. Knowledge Management Research &
Practice, 1(1), 39–48. https://doi.org/10.1057/palgrave.kmrp.8500004 Silva, A. (2016). What is leadership? Journal of Business Studies Quarterly,
8(1), 1–5. https://doi.org/10.4135/9781446280294.n4
Twin, A., & Kindness, D. (2020). Business leaders. Investopedia.
https://www.investopedia.com/terms/l/leadership.asp
Vargas, M. I. R. (2015). Determinant Factors for Small Business to Achieve Innovation, High Performance and Competitiveness: Organizational Learning and Leadership Style. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 169, 43–52. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.01.284 Vroom, V. H., & Jaago, A. G. (2007). The role of the situation in leadership.
American Psychologist, 62(1), 17–24. https://doi.org/10.1037/0003- 066X.62.1.17
Ward, S. (2020). What is leadership? Small Business.
https://www.thebalancesmb.com/leadership-definition-294
Bab 2 Teori Sifat Kepemimpinan
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Bab ini, Anda diharapkan untuk:
1. Menjelaskan perkembangan dari teori sifat kepemimpinan 2. Mengevaluasi apakah kepemimpinan dapat dipelajari 3. Mengenali dan menerapkan sifat kepemimpinan yang efektif
“Replace the negative traits of your character by the traits you want to have” - Sunday Adelaja
“Ganti sifat-sifat negatif karakter Anda dengan sifat-sifat yang ingin Anda miliki”- Sunday Adelaja
Sejak saya kecil, semua penduduk desa yang sudah lanjut usia (yang sudah lama berlalu) akan mengatakan kepada ibu saya “Anak ini berbeda”. Saya selalu fokus dan terdorong dan memiliki hasrat dan keinginan untuk memimpin. Saya tidak dilahirkan dengan sendok emas atau sendok perak atau sendok lainnya dalam hal ini. Hal-hal yang sangat sulit tumbuh dewasa. Saya sebenarnya satu-satunya di antara semua kerabat saya yang telah mencapai pendidikan sarjana. Ibu saya sekarang mengambil kelas literasi, dan saya sangat bangga padanya.
Gambar 2.1: Pemimpin dilahirkan?
(Sumber:https://unbridlingyourbrilliance.com/are-you-a-born-leader/) Saya ingat dua momen dengan cukup jelas dari masa kecil saya. Yang pertama adalah mengobrol dengan ibu saya ketika saya berusia sekitar 5 tahun dan mengatakan kepadanya bahwa saya ingin pergi ke sekolah. Tetapi pada saat itu dia tidak mampu mengirim saya. Yang kedua adalah bermain kelereng sekitar 7 atau 8 tahun dengan tetangga dan mendengar ibunya berbisik kepadanya,
“Mengapa kamu bermain dengan Brigette. Dia sangat serius.” Saya hanya gigih dan kompetitif dengan baik.
Sementara sebagian besar orang di komunitas saya menerima menjadi korban keadaan dan melayang ke hilir, saya secara naluriah mendayung ke hulu melawan arus yang ada. Apakah itu sulit? "Ya". Apakah itu kesepian? "Ya".
Apakah saya mengalami depresi? "Ya". Namun, saya dipaksa untuk terus bergerak maju. Terima kasih Tuhan!
Saya percaya pasti ada percikan yang berakar dalam jika bukan api yang kuat di dalam. Apakah pemimpin dilahirkan ATAU dibuat? Saya mohon untuk membedakan dan mencoba untuk melihatnya dari kedua sisi. Pemimpin dilahirkan dan dibuat.
Prinsip Pareto dari ekonom Vilfredo Pareto, juga dikenal sebagai aturan 80-20 menyatakan bahwa untuk banyak peristiwa, kira-kira 80% dari efek berasal dari 20% penyebabnya. Ia mengamati bahwa kebanyakan hal memiliki distribusi yang tidak merata. Menurut prinsip ini, pemimpin adalah 80 persen
Bab 2 Teori Sifat Kepemimpinan 15
dibuat dan 20 persen dilahirkan. Namun, studi yang dilakukan dari University of Illinois, mendukung penelitian sebelumnya bahwa kepemimpinan adalah 30 persen genetik dan 70 persen dipelajari. Mengenai bagaimana persentase tepat dibagi antara lahir dan dibuat, saya percaya ini mungkin tergantung pada keadaan individu, karena tidak ada dua pemimpin yang memiliki rasio tepat
yang tercantum di atas.
Sumber:https://www.linkedin.com/pulse/20141026042807-150905450-are- leaders-born-or-made-a-true-story
2.1 The Great Man Theory
Pertanyaannya: Leaders, Born or Made? Apakah seorang pemimpin itu dilahirkan atau dibuat? Apakah seseorang memang sudah ditakdirkan untuk menjadi pemimpin? Atau apakah kepemimpinan dapat dipelajari oleh semua orang, sehingga semua orang dapat memperoleh kesempatan untuk menjadi pemimpin.
Pendapat yang mendukung teori kepemimpinan itu memang sudah ditakdirkan sejak lahir pada diri seseorang mendasarkan pendapatnya bahwa bahkan pada seorang anak kecil pun kita sudah bisa melihat bakat seorang pemimpin. Teori yang mendasari bahwa Leaders are born adalah The Great Man Theory.
Teori tentang The Great Man diperkenalkan oleh Thomas Carlyle tahun 1840 (Carlyle, 2013). Dalam teori itu Carlyle mengatakan bahwa pemimpin adalah mereka yang mendapatkan berkat dari Tuhan untuk dapat menginspirasi dan terlahir dengan karakteristik istimewa (Cherry, 2017). Teori the Great Man menegaskan bahwa individu tertentu, terutama laki-laki, adalah hadiah Tuhan ke dunia untuk memberikan pencerahan dan meningkatkan harkat keberadaan manusia di dunia ini (Spector, 2016). Kemampuan yang dibawa sejak lahir ini yang memungkinkan individu tersebut untuk memimpin dan membuat sejarah di dunia.
Gambar 2.2: The Great Man Theory dari Carcyle (Sumber:
https://studiousguy.com/great-man-leadership-theory/)
Teori Carlyle berdasarkan pengamatannya dari sejarah di mana karakter
”pahlawan” telah memberikan kontribusi terhadap terjadinya keputusan, karya, dan ide-ide yang besar. Carlyle lebih jauh melakukan analisis rinci dari enam jenis karakter ”pahlawan” yaitu: Pahlawan sebagai keilahian (seperti Odin), penyair (seperti Shakespeare), pendeta (seperti Martin Luther), sastrawan (seperti Rousseau), dan raja (seperti Napoleon).
Ada 2 asumsi dari teori The Great Man. Asumsi pertama adalah pemimpin atau leader terlahir dengan kualitas yang istimewa yang mampu membuat mereka berbeda dengan yang lain dan mampu memimpin pengikutnya.
Asumsi kedua adalah pemimpin akan muncul dalam keadaan tertentu yang akan membuat mereka menjadi istimewa (Villanova, 2019).
Teori dan sejarah ini membuktikan bahwa pemimpin ini telah menjadi pahlawan yang mampu bangkit melawan rintangan untuk mengalahkan lawannya. Di samping itu pemimpin ini mampu menginspirasi pengikutnya untuk berjuang bersama. Teori The Great Man mengatakan bahwa para pemimpin ini kemudian dilahirkan dengan serangkaian sifat dan atribut tertentu yang menjadikan mereka kandidat ideal untuk kepemimpinan dan peran otoritas dan kekuasaan. Teori ini mengutamakan poin pemimpin dilahirkan daripada dibuat. Alam semesta menentukan dan menumbuhkan gagasan siapa yang layak berkuasa dan memimpin. Kekuasaan yang dipegang pemimpin ini adalah mutlak dan tidak boleh dipertanyakan karena mereka memiliki sifat unik yang membuat mereka cocok untuk posisi itu.
Bab 2 Teori Sifat Kepemimpinan 17
Teori ini mendapat tentangan dari Herbert Spencer, seorang sosiolog. Spencer (1874) tidak sependapat dengan Carlyle bahwa leadership adalah sesuatu yang diturunkan. Dia berargumentasi bahwa terbentuknya ‘great man’ tergantung dari pengaruh kompleks yang terjadi secara perlahan dalam periode yang cukup panjang yang merupakan kombinasi bawaan dan pengaruh sosial. Lebih jauh Spencer mengatakan bahwa sebelum seseorang berarti kepada lingkungannya, lingkungan harus membentuk dia. Jika memang leadership diturunkan mengapa tidak semua keturunan ‘Great Man’ otomatis menjadi seorang leader.
2.2 Teori Sifat Kepemimpinan
Sifat atau atribut atau karakteristik spesifik adalah kualitas yang dimiliki oleh individu yang membedakannya dengan orang lain. Sering kali sifat ini diturunkan (CFI, 2020). Sifat dalam kepemimpinan didefinisikan sebagai kualitas pribadi seseorang yang menentukan seberapa efektifnya seorang pemimpin (Northouse, 2016). Lebih lanjut Northouse (2016) mengatakan bahwa definisi dari sifat dalam kepemimpinan adalah bahwa setiap orang akan membawa kualitas pribadi tertentu yang akan mempengaruhi gaya kepemimpinannya. Sifat dalam kepemimpinan didefinisikan sebagai pola terintegrasi dari karakteristik pribadi yang mencerminkan berbagai perbedaan individu dan mendorong efektivitas pemimpin yang konsisten di berbagai situasi kelompok dan organisasi. (Zaccaro, 2007).
Teori sifat atau atribut dalam kepemimpinan adalah teori lanjutan dari Teori The Great Man. Teori ini memberikan penekanan bahwa atribut atau sifat atau traits atau karakteristik spesifik yang dimiliki individu akan membedakan apakah seseorang bisa menjadi seorang pemimpin atau tidak (Fleenor, 2006).
Teori sifat dalam kepemimpinan mengatakan bahwa ada orang-orang tertentu yang memiliki sifat kepemimpinan yang efektif, sementara yang lain tidak.
Seperti Teori “The Great Man”, teori ini memiliki kecenderungan bahwa seorang pemimpin adalah dilahirkan dan bukan dibuat atau ‘’leaders are born, not made’’.
Trait theory of leadership didasari oleh pemikiran dari Francis Galton dalam bukunya Hereditary Genius (Galton, 2000). Sebagai pendukung teori “The Great Man”, Galton menyatakan bahwa kualitas seorang individu, yang
menentukan efektivitas dari seorang leader, adalah diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Teori sifat dalam kepemimpinan berfokus bahwa karakter individu seperti fisik, kompetensi, nilai-nilai dan karakter personal. Teori ini meyakini bahwa karakter individu yang dimiliki oleh seorang pemimpin adalah statis, stabil dan akan konsisten untuk segala situasi (Fleenor, 2006). Karakteristik yang berhubungan dengan kualitas leader adalah seperti bekerja dengan akurat, pengetahuan tentang kebiasaan manusia, sikap moral yang tinggi (Zaccaro, 2007).
Sejak awal abad ke 20, sudah banyak penelitian yang mencoba untuk mengidentifikasikan sifat atau atribut atau karakteristik yang spesifik dari seorang pemimpin. Northhouse (2016) mengatakan bahwa ratusan penelitian tersebut telah menghasilkan list yang cukup panjang tentang sifat kepemimpinan yang ideal. Tabel 2.1: menunjukkan sifat positif dan sifat negatif dari pemimpin.
Tabel 2.1: Atribut Universal dari Pemimpin (Sumber: Modifikasi dari Northhouse, 2016)
Positive Attributes
Trustworthy Just Honest
Foresighted Plans ahead Encouraging
Positive Dynamic Motivator
Build Confidence Motivational Dependable
Intelligent Decisive Effective bargainer
Win-win Problem Solver Communicative Informed
Administratively Skilled Coordinator Team Builder
Excellence Orientation
Negative Attributes
Loner Asocial
Irritable Nonexplicit Noncooperative
Ruthless Dictatorial Egocentric
Bab 2 Teori Sifat Kepemimpinan 19
Hasil dari ratusan penelitian tersebut menimbulkan pertanyaan: apakah kepemimpinan yang efektif harus memiliki semua sifat tersebut? Jika begitu banyak sifat yang terlibat, apakah ada sifat spesifik yang harus dimiliki seseorang untuk menjadi pemimpin yang efektif? Walaupun jawaban dari pertanyaan tersebut masih diperdebatkan, tetapi hasil penelitian mengerucutkan 6 sifat utama yang harus dimiliki oleh pemimpin yang efektif yaitu intelligence atau kecerdasan, confidence atau percaya diri, charisma, determination atau memiliki tekad yang kuat, sociability atau mampu bersosialisasi, dan integrity (Northouse, 2016). Penulis lain berargumentasi bahwa sifat yang penting untuk pemimpin yang efektif adalah komunikator yang ulung, bertanggung jawab, berpikiran jauh ke depan, mampu memotivasi diri sendiri, percaya diri, berorientasi kepada manusia, dan stabil secara emosional (CFI, 2020). Dalam tulisan ini kita akan lebih berfokus pada 6 sifat utama menurut Northhouse.
2.2.1 Intelligence atau kecerdasan
Selama bertahun-tahun, para ahli manajemen telah mencoba menemukan hubungan antara kepemimpinan dan intelijen dan kesepakatan umum adalah bahwa ada keterkaitan antara efektivitas kepemimpinan dengan intelijen (Dhake, 2015). Dunia bisnis saat ini dihadapi dengan tantangan yang tinggi dengan meningkatnya keberagaman, keterkaitan, konektivitas, kompleksitas, perubahan, ambiguitas, dan tantangan untuk tetap bertumbuh dan sustainability. Pemimpin yang intelijen diperlukan oleh dunia usaha untuk menghadapi berbagai tantangan tersebut (Veldsman, 2016).
Pemimpin yang intelijen didefinisikan sebagai pemimpin yang dapat mengamati, berpikir, menilai, bertindak, belajar dan merefleksikan dengan pemahaman yang berkembang saat mereka terlibat - secara konseptual dan praktis - dengan dunia (Veldsman, 2016).
Penelitian menunjukkan bahwa intelijen yang dimiliki oleh seorang pemimpin memberikan beberapa keuntungan seperti (Business Leaders Qualities, 2021):
1. Pekerjaan, kemandirian ekonomi, kemakmuran dan prestasi pendidikan
2. Ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan dan kinerja pekerjaan secara umum
3. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa kecerdasan memiliki korelasi paling kuat dari sifat yang lain seperti maskulinitas-feminitas, penyesuaian, dominasi, ekstroversi-introversi, dan konservatisme 4. Kecerdasan dan kreativitas berbeda satu sama lain, namun saling
terkait
5. Mental model orang "seorang pemimpin" cenderung mencakup kecerdasan
Northhouse (2016) mengatakan bahwa kualitas intelijen pemimpin termasuk keterampilan berbahasa yang baik, keterampilan perseptual dan kemampuan berpikir yang baik. Lebih jauh Northouse mengatakan bahwa pemimpin yang intelijen mampu mencari dan mendapatkan informasi yang baik sehingga pengetahuannya akan suatu permasalahan mencukupi. Pemimpin intelijen tahu apa yang terjadi di sekitarnya dan tahu apa yang harus dilakukan.
2.2.2 Confidence atau Percaya Diri
Kepercayaan diri seorang pemimpin memegang peranan yang sangat penting.
Semua sifat lain dari seorang pemimpin tidak akan berfungsi dengan baik jika pemimpin tidak memiliki kepercayaan diri. Pemimpin yang percaya diri memiliki keyakinan bahwa dia mampu mencapai target yang dibebankan kepadanya. Mereka mampu maju dengan visi yang jelas. Mereka yakin bahwa mereka melakukan hal yang benar. Pemimpin yang percaya diri berpikir positif dan yakin akan kemampuannya untuk mencapai sukses (Northouse, 2016).
Tanpa percaya diri, pemimpin tidak akan mampu mengambil inisiatif dan mengambil keputusan yang tepat. Percaya diri adalah bagian dari sifat pemimpin yang menyatukan semua kualitas kepemimpinan lainnya, memungkinkan mereka untuk bekerja secara harmonis (Munnis, 2016).
Pemimpin yang tidak memiliki kepercayaan diri akan mengalami kendala yang besar untuk meyakinkan bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi.
Dan hal ini akan lebih berat jika organisasi sedang mengalami masa yang sulit (Lumen Learning, 2021).
2.2.3 Charisma
Pemimpin yang memiliki karisma adalah memimpin yang memiliki ’magnet pesona dan penampilan’ yang mampu menarik perhatian pengikutnya.
Bab 2 Teori Sifat Kepemimpinan 21
Karisma adalah karakteristik individu yang spesial yang memungkinkan pemimpin untuk melakukan hal-hal yang luar biasa. Karisma memberikan pemimpin kekuatan yang luar biasa untuk dapat mempengaruhi pengikutnya (Northouse, 2016).
Ada 4 perilaku yang menunjukkan karakteristik pemimpin dengan karisma:
1. Pemimpin bertindak sebagai role model yang kuat
2. Pemimpin menunjukkan kompetensi yang tinggi sehingga mampu meyakinkan pengikutnya
3. Pemimpin mampu mengartikulasikan tujuan yang ingin dicapai dan memegang nilai-nilai yang kuat
4. Pemimpin memilki ekspektasi yang tinggi terhadap pengikutnya dan percaya bahwa pengikutnya mampu menjalankan tugas mereka dengan baik
2.2.4 Determination atau Memiliki Tekad Yang Tinggi
Tekad adalah kombinasi dari motivasi dan semangat seorang pemimpin untuk mencapai tujuan organisasi, ditambah dengan rencana sukses yang telah diperhitungkan. Rencana yang hebat tidak mungkin terlaksana dengan baik tanpa hasrat dan semangat. Pemimpin yang bersemangat tanpa rencana yang baik tidak akan mencapai apapun (Pizarro, 2017).
Pemimpin yang memiliki tekan untuk mengejar visinya adalah hal yang membuat pemimpin yang baik menonjol. Tekad adalah bahan bakar yang menggerakkan pemimpin dan memungkinkannya untuk terus berjuang demi mencapai tujuan organisasi (Munnis, 2016). Tekad memberikan ’extra energy’
pada seorang pemimpin untuk terus bergerak bahkan saat menghadapi saat yang sangat sulit. Kepemimpinan dengan tekat yang kuat biasanya fokus dan penuh perhatian pada tugas yang sedang dia kerjakan. Mereka tahu kemana mereka akan menuju dan bagaimana mencapai tujuan tersebut. Pemimpin yang memiliki tekad dikenal dengan pemimpin yang ’get the job done’
(Northouse, 2016).
2.2.5 Sociability atau Mampu Bersosialisasi
Dunia sudah memasuki era globalisasi dengan perkembangan teknologi yang luar biasa. Akan tetapi dinamika antar manusia masih memegang peranan penting. Oleh karena itu pemimpin harus memiliki kemampuan untuk
melakukan hubungan dan konektivitas sosial yang baik untuk menjadi pemimpin yang kuat (Browning, 2020).
Sifat sociability dari seorang pemimpin berhubungan dengan bagaimana pemimpin menciptakan hubungan sosial dengan orang lain. Misalnya adalah menciptakan perhatian pada kesejahteraan mereka. Bersosialisasi dengan banyak orang akan membantu pemimpin untuk mendapatkan keterampilan yang dapat dia gunakan untuk menyelesaikan konflik dan menciptakan kondisi yang aman dan nyaman (Moi University, 2020). Pemimpin yang mampu bersosialisasi dengan baik biasanya ramah, gampang bergaul, sopan, bijaksana dan diplomatis (Northouse, 2016). Pemimpin dengan sifat sociability memiliki interpersonal skill yang baik dan mampu menciptakan hubungan yang kooperatif di lingkungannya.
2.2.6 Integrity atau Integritas
Sifat terakhir tetapi harus dimiliki oleh setiap pemimpin adalah integritas.
Aspek moral kepemimpinan harus ada dalam diri setiap pemimpin. Pemimpin yang efektif harus menunjukkan kejujuran dan integritas tingkat tinggi. Hal ini penting untuk membangun kepercayaan dari pengikutnya. Tanpa integritas seorang pemimpin kemungkinan besar tidak akan efektif. Ketidakjujuran mungkin tidak selalu terungkap pada awalnya, tetapi biasanya akan terungkap seiring waktu (Lumen Learning, 2021).
Pemimpin dengan integritas biasanya loyal, bisa diandalkan dan transparan.
Pemimpin yang tidak jujur akan menyebabkan ketidakpercayaan dari pengikutnya. Ketidakpercayaan ini akan menyebabkan pemimpin menjadi tidak bisa diandalkan. Kejujuran akan meningkatkan kemampuan pemimpin untuk mempengaruhi pengikutnya karena mereka yakin dan percaya kepada pemimpin mereka (Northouse, 2016).
Bab 2 Teori Sifat Kepemimpinan 23
Mengenali Sifat Kepemimpinan (Ivanov et al., 2020)
Sumber: https://blog.vantagecircle.com/leadership-qualities/
Pemimpin Y selalu membuat rencana dan membuat rencana back up untuk keadaan darurat dapat muncul dengan tiba-tiba. Dia membuat prioritas untuk menyediakan waktu bagi bawahannya untuk memberikan bantuan. Hal tersebut menggambarkan kemampuannya untuk menjadi fleksibel, mengambil tanggung jawab untuk memastikan bahwa semua anggota tim melakukan pekerjaan dengan benar, sambil memperlakukan semua orang dengan hormat dan bermartabat. Pemimpin Y selalu memperkenalkan cara baru untuk berpikir tentang bagaimana menghindari hal-hal yang dapat menyebabkan dampak dalam melakukan pekerjaan. Inovasi dan memberikan perspektif yang berbeda ini menunjukkan bahwa Pemimpin Y dapat menemukan solusi baru untuk masalah yang dapat menurunkan moral anggota timnya.
Semangat Pemimpin X untuk bersaing menurunkan sebagian besar kemampuan bawahan untuk bekerja dengan efektif. Pemimpin X tidak menunjukkan fleksibilitas untuk membiarkan stafnya beristirahat dengan baik untuk hari kerja di hari berikutnya. Dia tidak menghormati bawahannya, yang mencoba mengikuti perintah yang tidak jelas arahnya, dan dia tidak bertanggung jawab ketika bawahannya menghasilkan lebih sedikit output karena kelelahan. Pemimpin X tidak menyambut inovasi dan hanya akan membutuhkan kepatuhan terhadap perintahnya.
Pertanyaan:
1. Jelaskan perbedaan karakteristik ke dua pemimpin dalam case study di atas.
2. Menurut Anda, apa karakteristik yang ditampilkan oleh pemimpin Y?
3. Menurut Anda apakah kedua karakteristik X dan Y merupakan faktor bawaan atau genetic atau sesuatu yang bisa dipelajari?
Ringkasan
• Pendapat yang mendukung teori kepemimpinan itu memang sudah ditakdirkan sejak lahir pada diri seseorang mendasarkan pendapatnya bahwa bahkan pada seorang anak kecil pun kita sudah bisa melihat bakat seorang pemimpin. Teori yang mendasari bahwa Leaders are born adalah The Great Man Theory.
• Sifat atau atribut atau karakteristik spesifik adalah kualitas yang dimiliki oleh individu yang membedakannya dengan orang lain.
Sering kali sifat ini diturunkan. Sifat dalam kepemimpinan didefinisikan sebagai kualitas pribadi seseorang yang menentukan seberapa efektifnya seorang pemimpin.
• Northhouse mengatakan bahwa ada 6 sifat utama yang harus dimiliki oleh pemimpin yang efektif yaitu intelligence atau kecerdasan, confidence atau percaya diri, charisma, determination atau memiliki tekad yang kuat, sociability atau mampu bersosialisasi, dan integrity.
Penulis lain berargumentasi bahwa sifat yang penting untuk pemimpin yang efektif adalah komunikator yang ulung, bertanggung jawab, berpikiran jauh ke depan, mampu memotivasi diri sendiri, percaya diri, berorientasi kepada manusia, dan stabil secara emosional.
Latihan Soal
1. Mana yang Anda lebih yakini, leadership dilahirkan atau dibuat?
Jelaskan alasan Anda dan berikan contohnya.
2. Ceritakan bagaimana Caryle bisa sampai pada kesimpulan di Great Man Theory.
Bab 2 Teori Sifat Kepemimpinan 25
3. Apakah teori sifat kepemimpinan bersifat statis atau dinamis?
4. Sebutkan dan jelaskan 6 karakteristik dari pemimpin yang efektif.
5. Mengapa karakteristik integritas penting dimiliki oleh seorang pemimpin?
Pustaka
Browning, G. (2020). Why Being Social Makes You a Better Leader Start with relating to. Inc.Com. https://www.inc.com/geil-browning/why- being-social-will-make-you-a-better-leader.html
Business Leaders Qualities. (2021). Leadership traits chart. Business Leaders
Qualities. https://www.business-leadership-
qualities.com/leadershiptraits-Intelligence.html
Carlyle, T. (2013). On Heroes , and the Heroic in History (D. R. Sorensen &
B. E. Kinser (eds.)). Yale University Press.
CFI. (2020). What are Leadership Traits? CFI.
https://corporatefinanceinstitute.com/resources/careers/soft- skills/leadership-traits-list/
Cherry, K. (2017). The Great Man Theory of Leadership. Verywell Mind.
Dhake, P. (2015). Leadership and Intelligence. About Leaders.
https://aboutleaders.com/leadership-and-intelligence/#gs.xfe2gr
Fleenor, J. W. (2006). Trait Approach to Leadership. Encyclopedia of Indutrial and Organizational Psychology, 831–832.
Galton, F. (2000). Hereditary genius (E-Book Edi). Macmillian and Co.
https://doi.org/10.1080/19485565.1980.9988402
Ivanov, S., McFadden, M., & Anyu, J. N. (2020). Examining and Comparing Good and Bad Leaders Based on Key Leadership Characteristics: A Leadership Case Study. International Journal of Organizational Innovation, 13(3), 275–281.
Lumen Learning. (2021). What Makes an E ective Leader ? dimensions , and styles of e ective leaders. Lumenlearning.Com.
https://courses.lumenlearning.com/suny-
principlesmanagement/chapter/what-makes-an-effective-l…
Moi University. (2020). Sociability. Course Hero.
Munnis, D. (2016). The Five Most Valuable Leadership Skills. Lead Change.
https://leadchangegroup.com/the-five-most-valuable-leadership-skills/
Northouse, P. G. (2016). Leadership : Theory and Practice. SAGE.
Pizarro, M. C. (2017). D e t e rm i n a t i on : A K e y T r ai t o f S u cce ss f u l L eade rs. Linkedin.
Spector, B. A. (2016). Carlyle, Freud, and the Great Man Theory more fully
considered. Leadership, 12(2), 250–260.
https://doi.org/10.1177/1742715015571392
Veldsman, T. (2016). Why the world needs intelligent leaders and what it takes to be one. The Conversation. https://theconversation.com/why-the- world-needs-intelligent-leaders-and-what-it-takes-to-be-one-59277 Villanova. (2019). The Great Man Theory. Villanova University.
Zaccaro, S. J. (2007). Trait-based perspectives of leadership. American Psychologist, 62(1), 6–16. https://doi.org/10.1037/0003-066X.62.1.6 Browning, G. (2020). Why Being Social Makes You a Better Leader Start
with relating to. Inc.Com. https://www.inc.com/geil-browning/why- being-social-will-make-you-a-better-leader.html
Business Leaders Qualities. (2021). Leadership traits chart. Business Leaders
Qualities. https://www.business-leadership-
qualities.com/leadershiptraits-Intelligence.html
Carlyle, T. (2013). On Heroes , and the Heroic in History (D. R. Sorensen &
B. E. Kinser (eds.)). Yale University Press.
CFI. (2020). What are Leadership Traits? CFI.
https://corporatefinanceinstitute.com/resources/careers/soft- skills/leadership-traits-list/
Cherry, K. (2017). The Great Man Theory of Leadership. Verywell Mind.
Dhake, P. (2015). Leadership and Intelligence. About Leaders.
https://aboutleaders.com/leadership-and-intelligence/#gs.xfe2gr
Fleenor, J. W. (2006). Trait Approach to Leadership. Encyclopedia of Indutrial and Organizational Psychology, 831–832.
Galton, F. (2000). Hereditary genius (E-Book Edi). Macmillian and Co.
https://doi.org/10.1080/19485565.1980.9988402
Bab 2 Teori Sifat Kepemimpinan 27
Ivanov, S., McFadden, M., & Anyu, J. N. (2020). Examining and Comparing Good and Bad Leaders Based on Key Leadership Characteristics: A Leadership Case Study. International Journal of Organizational Innovation, 13(3), 275–281.
Lumen Learning. (2021). What Makes an E ective Leader ? dimensions , and styles of e ective leaders. Lumenlearning.Com.
https://courses.lumenlearning.com/suny-
principlesmanagement/chapter/what-makes-an-effective-l…
Moi University. (2020). Sociability. Course Hero.
Munnis, D. (2016). The Five Most Valuable Leadership Skills. Lead Change.
https://leadchangegroup.com/the-five-most-valuable-leadership-skills/
Northouse, P. G. (2016). Leadership : Theory and Practice. SAGE.
Pizarro, M. C. (2017). D e t e rm i n a t i on : A K e y T r ai t o f S u cce ss f u l L eade rs. Linkedin.
Spector, B. A. (2016). Carlyle, Freud, and the Great Man Theory more fully
considered. Leadership, 12(2), 250–260.
https://doi.org/10.1177/1742715015571392
Veldsman, T. (2016). Why the world needs intelligent leaders and what it takes to be one. The Conversation. https://theconversation.com/why-the- world-needs-intelligent-leaders-and-what-it-takes-to-be-one-59277 Villanova. (2019). The Great Man Theory. Villanova University.
Zaccaro, S. J. (2007). Trait-based perspectives of leadership. American Psychologist, 62(1), 6–16. https://doi.org/10.1037/0003-066X.62.1.6
Bab 3 Teori X dan Y
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari Bab ini, Anda diharapkan untuk:
1. Menjelaskan perbedaan antara teori X dan teori Y
2. Menjelaskan bagaimana teori X dan Y teori tersebut berkaitan dengan tipe kepemimpinan
3. Mengaplikasikan teori X and Y pada berbagai situasi
"Leaders in still in their people a hope for success and a belief in themselves.
Positive leaders empower people to accomplish their goals."- Unknown
"Pemimpin menanamkan dalam diri orang-orang mereka harapan untuk sukses dan kepercayaan pada diri mereka sendiri. Pemimpin yang positif memberdayakan orang untuk mencapai tujuan mereka " - Unknown Pada pertengahan 1980-an di Fremont, California, NUMMI (New United Motors Manufacturing Inc) didirikan sebagai perusahaan patungan antara Toyota dan GM. Toyota masuk dan mengubah pabrik manufaktur mobil yang sangat disfungsional menjadi sukses dengan menerapkan asumsi Teori Y – versus penerapan asumsi Teori X yang GM terapkan. Toyota mengambil tenaga kerja "militan" yang sama yang sebelumnya telah menghasilkan produksi dengan kualitas terburuk dalam sistem GM, dengan menerapkan
asumsi Teori Y. Hal tersebut telah menghasilkan perubahan budaya yang dibangun di atas "saling percaya." Dengan menerapkan Sistem Produksi Toyota yang terkenal di mana "menghormati orang" adalah prinsip utama dalam menemukan masalah dan melakukan perbaikan, mereka dapat dengan cepat mengubah pabrik Fremont menjadi pabrik model. Sumber:
https://www.linkedin.com/pulse/back-day-theory-x-y-winsor-jenkins-mba-acc
Gambar 3.1: NUMMI – dari yang Terburuk Menjadi yang Terbaik (Sumber:
https://ichi.pro/id/terburuk-hingga-terbaik-pelajaran-dari-nummi- 84518492184353)
3.1 Perkembangan Teori X dan Y
Apa yang memotivasi karyawan untuk datang dan bekerja setiap hari? Apakah kita percaya bahwa karyawan merasakan kepuasan besar dari pekerjaan mereka dan bangga melakukan pekerjaan sebaik mungkin? Atau apakah kita berpikir bahwa mereka melihatnya sebagai beban, dan hanya bekerja untuk uang?
Asumsi manajer tentang bagaimana anggota tim termotivasi dalam melakukan pekerjaannya akan berpengaruh secara signifikan terhadap cara bagaimana
Bab 3 Teori X dan Y 31
manajemen mengelola tim tersebut. Teori X dan Teori Y mewakili dua asumsi tentang sifat manusia dan perilaku manusia yang relevan dengan praktik manajemen. Teori X mewakili pandangan negatif tentang sifat manusia yang menganggap individu umumnya tidak menyukai pekerjaan, tidak bertanggung jawab, dan membutuhkan pengawasan ketat untuk melakukan pekerjaan mereka. Teori Y menunjukkan pandangan positif tentang sifat manusia dan mengasumsikan individu umumnya rajin, kreatif, dan mampu memikul tanggung jawab dan melakukan pengendalian diri dalam pekerjaan mereka.
Manajer yang memegang asumsi tentang sifat manusia yang konsisten dengan Teori X mungkin menunjukkan gaya manajerial yang sangat berbeda dari manajer yang memegang asumsi yang konsisten dengan Teori Y.
Penjelasan tentang Teori X dan Y diutarakan oleh psikolog sosial Douglas McGregor pada tahun 1960-an. McGregor mengembangkan dua teori kontras yang menjelaskan bagaimana keyakinan manajer tentang apa yang memotivasi orang-orang mereka dapat memengaruhi gaya manajemen mereka. Kedua teori tersebut diberi nama Teori X dan Teori Y. Kedua teori tersebut masih dikenal dan dipakai sampai saat ini.
Drucker (1988) menjelaskan bahwa model komando dan kontrol dalam bisnis dipinjam oleh manajemen dari militer lebih dari 100 tahun yang lalu. Prinsip- prinsip tersebut diterapkan dalam operasional bisnis dengan cara yang konsisten dengan Teori X. Pendekatan Teori X dalam organisasi sebagian besar memberikan hasil yang cukup memuaskan. Carson (2005) menjelaskan bahwa hal ini terjadi karena sebagian besar karyawan bersedia menerima perintah manajemen. Karyawan juga menganggap bahwa manajemen berada di atas mereka, tetapi secara bersamaan karyawan juga menganggap bahwa manajer bertanggung jawab atas tindakan orang-orang yang menjadi bawahan mereka.
Untuk Teori Y, McGregor menggunakan pendekatan hierarki kebutuhan dari Abraham Maslow (gambar 3.2). Pendekatan tersebut dipakai untuk untuk menjelaskan mengapa asumsi Teori X dapat menyebabkan manajemen tidak efektif. Dalam hirakri kebutuhan, Maslow mengatakan bahwa kebutuhan manusia tidak sama tetapi diatur dalam tingkatan. Pada tingkat yang paling dasar, manusia, memiliki kebutuhan psikologik seperti kebutuhan akan makan, air, tempat berlindung dan pakaian. Setelah kebutuhan dasar tersebut terpenuhi, maka kebutuhan manusia akan naik ke tingkat berikutnya yaitu kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan perhatian dan keterlibatan, kebutuhan akan penghargaan dan akhirnya pada tingkat yang paling tinggi
kebutuhan akan aktualisasi diri. McGregor berargumentasi, karena kebutuhan manusia akan meningkat dari hanya kebutuhan dasar, oleh karena itu, manajer tidak bisa memperlakukan karyawan dengan cara yang sama. Bagaimana karyawan termotivasi, harus menjadi dasar bagaimana manajer memperlakukan karyawan. Teori Y muncul sebagai salah satu ciri prinsip manajemen hubungan pada paruh terakhir abad ke-20.
Gambar 3.2: Hierarki Kebutuhan Menurut Maslow (Sumber: Akarca, 2020)
3.2 Teori X
Teori X didasarkan pada asumsi mengenai pekerja biasa.
McGregor berasumsi bahwa karyawan Teori X adalah:
a. Tidak menyukai pekerjaan dan berusaha menghindarinya.
b. Tidak memiliki ambisi, tidak ingin bertanggung jawab, dan lebih suka mengikuti daripada memimpin.
c. Berpusat pada diri sendiri dan karena itu tidak peduli dengan tujuan organisasi.
d. Menolak perubahan.
e. Mudah tertipu dan tidak terlalu cerdas.
Silverman (2019) menjelaskan bahwa pada dasarnya, Teori X mengasumsikan bahwa orang bekerja hanya untuk uang dan keamanan dan bekerja semata- mata untuk pendapatan yang berkelanjutan. Manajemen percaya bahwa
Bab 3 Teori X dan Y 33
pekerjaan karyawan didasarkan pada kepentingan mereka sendiri. Manajer yang percaya karyawan beroperasi dengan cara ini lebih cenderung menggunakan penghargaan atau hukuman sebagai motivasi. Karena asumsi ini, Teori X menyimpulkan tenaga kerja tipikal beroperasi lebih efisien di bawah pendekatan langsung ke manajemen. Manajer Teori X percaya bahwa semua tindakan harus dapat dilacak ke individu yang bertanggung jawab. Hal ini memungkinkan individu untuk menerima baik hadiah langsung atau teguran, tergantung pada sifat positif atau negatif hasilnya. Gaya manajerial ini lebih efektif bila digunakan dalam tenaga kerja yang pada dasarnya tidak termotivasi untuk berprestasi.
Silverman (2019) dan Carson (2005) merujuk pada McGregor, menyatakan bahwa ada dua pendekatan yang berlawanan untuk menerapkan Teori X:
pendekatan keras dan pendekatan lunak. Pendekatan keras tergantung pada pengawasan ketat, intimidasi, dan hukuman segera. Pendekatan ini berpotensi menghasilkan tenaga kerja yang bermusuhan dan sangat sedikit kooperatif yang dapat menyebabkan kebencian karyawan terhadap manajemen. Manajer selalu mencari kesalahan dari karyawan karena mereka tidak mempercayai pekerjaan mereka. Teori X adalah pendekatan “kita versus mereka”, yang berarti manajemen versus karyawan.
Gambar 3.3: Ilustrasi Management Style Teori X
(Sumber: https://www.ajobthing.com/blog/management-guide-understanding- theory-x-and-theory-y)
Pendekatan lunak ditandai dengan kelonggaran dan aturan yang tidak terlalu ketat dengan harapan dapat menciptakan semangat kerja yang tinggi dan karyawan yang kooperatif. Menerapkan sistem yang terlalu lunak dapat menghasilkan tenaga kerja yang berhak dengan output rendah. McGregor
percaya kedua ujung spektrum terlalu ekstrem untuk aplikasi dunia nyata yang efisien.
Karena manajer dan supervisor hampir sepenuhnya mengendalikan pekerjaan, ini menghasilkan produk atau alur kerja yang lebih sistematis dan seragam.
Teori X dapat menguntungkan tempat kerja yang memanfaatkan jalur perakitan atau tenaga kerja manual. Menggunakan teori ini dalam jenis kondisi kerja ini memungkinkan karyawan untuk berspesialisasi dalam bidang kerja tertentu yang pada gilirannya memungkinkan perusahaan untuk memproduksi secara massal kuantitas dan kualitas kerja yang lebih tinggi.
Manajer Teori X cenderung mengambil pandangan pesimistis terhadap orang- orang mereka, dan menganggap bahwa mereka secara alami tidak termotivasi dan tidak menyukai pekerjaan. Akibatnya, mereka berpikir bahwa anggota tim perlu didorong, dihargai, atau dihukum terus-menerus untuk memastikan bahwa mereka menyelesaikan tugas mereka.
Bekerja di organisasi yang dikelola seperti ini biasanya melakukan manajemen yang sama untuk semua orang, dan karyawan dimotivasi dengan pendekatan
"carrot and stick". Penilaian kinerja dan remunerasi biasanya didasarkan pada hasil nyata, seperti angka penjualan atau keluaran produk, dan digunakan untuk mengontrol staf dan "mengamati" mereka.
Di bawah Teori X perusahaan mengandalkan iming-iming uang uang dan benefit untuk memenuhi kebutuhan karyawan. Masalahnya menurut Maslow, kebutuhan orang tidak static hanya pada kebutuhan dasar. Jika kebutuhan dasar sudah dipenuhi maka kebutuhan mereka akan naik ke tingkat yang lebih tinggi. Akibatnya, jika kebutuhan karyawan akan uang dan benefit sudah terpenuhi, iming-iming tersebut sudah tidak efektif lagi untuk memotivasi mereka. Gaya manajemen Teori X menghambat kepuasan kebutuhan tingkat yang lebih tinggi. Di bawah Teori X, orang menggunakan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan mereka yang lebih rendah, dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan mereka yang lebih tinggi di waktu senggang mereka.
Tetapi, hal ini menyebabkan karyawan tidak produktif. Karena karyawan menjadi paling produktif ketika mereka dalam keadaan memuaskan kebutuhan mereka yang lebih tinggi.
McGregor menyatakan bahwa lingkungan komando dan kontrol tidak efektif karena hanya mengandalkan pemenuhan kebutuhan pada tingkat yang lebih rendah untuk membangkitkan motivasi. Dalam masyarakat modern kebutuhan tersebut sudah terpenuhi dan dengan demikian tidak lagi menjadi motivator.
Bab 3 Teori X dan Y 35
Dalam situasi ini, karyawan akan merasa tidak puas dengan pekerjaan mereka, menghindari tanggung jawab, tidak tertarik pada tujuan organisasi, menolak perubahan, dll. Dari alasan ini, McGregor mengajukan alternatif: Teori Y
3.3 Teori Y
Teori Y didasarkan pada asumsi bahwa:
a. Bekerja sama alaminya dengan bermain atau istirahat.
b. Orang ingin dan dapat mengarahkan dan mengendalikan diri sendiri c. Orang akan berusaha mencapai tujuan organisasi yang mereka yakini.
Menurut Teori Y, pekerja dapat dimotivasi dengan menggunakan insentif positif dan akan berusaha keras untuk mencapai tujuan organisasi jika mereka percaya mereka akan dihargai untuk melakukannya. Dalam kondisi yang tepat, rata-rata orang tidak hanya menerima tanggung jawab tetapi juga mencarinya.
Sebagian besar pekerja memiliki tingkat imajinasi dan kreativitas yang relatif tinggi dan bersedia untuk membantu memecahkan masalah.
Pendekatan Teori Y dibangun di atas gagasan bahwa kepentingan pekerja dan organisasi adalah sama. Tidak sulit untuk menemukan perusahaan yang telah menciptakan budaya perusahaan yang sukses berdasarkan asumsi Teori Y.
Faktanya, daftar “100 Perusahaan Terbaik untuk Bekerja” oleh Fortune dan daftar “Tempat Kerja Terbaik” dari Society for Human Resource Management penuh dengan perusahaan yang beroperasi menggunakan gaya manajemen Teori Y. Perusahaan seperti Starbucks, J. M. Smucker, SAS Institute, Whole Foods Market, dan Wegmans adalah contoh perusahaan yang mendorong dan mendukung pekerja mereka (“McGregor’s Theories X and Y,” 2010).
Silverman (2019) menjelaskan bahwa manajer Teori Y memiliki opini positif dan optimis tentang orang-orangnya, dan mereka menggunakan gaya manajemen partisipatif yang terdesentralisasi. Ini mendorong hubungan yang lebih kolaboratif dan berbasis kepercayaan antara manajer dan anggota tim mereka. Manajer Teori Y menganggap karyawan termotivasi secara internal, menikmati pekerjaan mereka, dan bekerja untuk memperbaiki dir