• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PROGRAM PENANGGULANGAN TB PARU DENGAN STRATEGI DIRECTLY OBSEVED TREATMENT SHORTCOURSE DI PUSKESMAS KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2022

N/A
N/A
Fini Asfionita

Academic year: 2023

Membagikan "IMPLEMENTASI PROGRAM PENANGGULANGAN TB PARU DENGAN STRATEGI DIRECTLY OBSEVED TREATMENT SHORTCOURSE DI PUSKESMAS KOTA BUKITTINGGI TAHUN 2022"

Copied!
79
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Data Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi tahun 2021, perkiraan sasaran TBC paru sebanyak 4.945 orang, dan jumlah suspek TBC paru sebanyak 1.078 orang dengan BTA Positif, 96 orang menderita TBC paru. Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang bagaimana pelaksanaan program pengendalian TBC paru dengan strategi DOTS di Puskesmas Kota Bukittinggi pada tahun 2022 dilihat dari sudut pandang penderita TBC paru sebagai pelanggan yang merasakan dampak langsungnya. pelaksanaan program pengendalian TBC paru.

Rumusan Masalah

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bagaimana pelaksanaan program pengendalian TBC paru dengan strategi DOTS di Puskesmas Kota Bukittinggi pada tahun 2022. Untuk mengembangkan dan memperluas wawasan peneliti mengenai pelaksanaan program pengendalian TBC paru dengan strategi DOTS di Kota Bukittinggi pada tahun 2022. 2022. Namun bukan berarti pasien TBC mendapatkan hasil yang lebih baik, pemeriksaan BTA negatif tidak mengandung bakteri pada lendirnya.

Angka penularan pada penderita TBC BTA positif sebanyak 65%, penderita TBC BTA negatif dengan hasil kultur positif sebanyak 26%, sedangkan penderita TBC dengan hasil kultur negatif dan foto rontgen dada positif sebanyak 17% (Kementerian Kesehatan RI Indonesia, 2014). Klasifikasi penderita TBC dibedakan berdasarkan: letak anatomi penyakit, riwayat pengobatan sebelumnya, hasil tes sensitivitas obat, dan status HIV. Pasien kambuh adalah pasien TBC yang telah dinyatakan sembuh atau telah selesai berobat dan berdasarkan hasil diagnosis TBC.

Pasien yang diobati kembali setelah gagal adalah pasien TBC yang sebelumnya telah berobat dan dinyatakan gagal pada pengobatan terakhir. Pasien yang berobat kembali setelah putus pengobatan (mangkir) adalah pasien yang sebelumnya pernah berobat dan dinyatakan mangkir (klasifikasi ini dahulu dikenal dengan istilah pengobatan pasien setelah putus pengobatan/standar). ). iv.. lainnya adalah pasien TBC yang sudah pernah berobat namun belum diketahui hasil akhir pengobatan sebelumnya. Petugas kesehatan dan pengunjung harus memakai pelindung pernapasan saat berada bersama pasien TBC di ruang tertutup.

Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien TBC tipe menular.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Memberikan informasi dan masukan kepada Puskesmas di Kota Bukittinggi mengenai masukan, proses dan keluaran mengenai penyebab permasalahan dalam pelaksanaan program pengendalian tuberkulosis paru dengan strategi DOTS. Menambah informasi dan menentukan tindak lanjut mengenai penyebab permasalahan dalam pelaksanaan program pengendalian tuberkulosis paru di Puskesmas Kota Bukittinggi.

Ruang lingkup

Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya mengenai permasalahan yang berbeda dan sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya terkait Implementasi Program Pengendalian TB Paru dengan strategi DOTS serta sebagai tambahan referensi bagi mahasiswa Universitas Fort De Kock Bukittinggi. warga Bukittinggi, petugas P2P Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi, Kepala Puskesmas Kota Bukittinggi, penanggung jawab program TBC di Puskesmas Kota Bukittinggi, 2 keluarga penderita, dan 2 orang penderita TBC di Kota Bukittinggi.

TINJAUAN PUSTAKA

Tuberkulosis

  • Pengertian Tuberkulosis
  • Penyebab Tuberkulosis
  • Penularan Tuberkulosis
  • Gejala-Gejala TB Paru
  • Klasifikasi dan Tipe Pasien TB
  • Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberkulosis

Infeksi akan terjadi jika orang lain menghirup udara yang mengandung bekas lendir yang menular. Gejala pernafasan lainnya adalah batuk produktif sebagai upaya membuang sekret inflamasi berupa lendir (dahak). Upaya tersebut berupa pengendalian infeksi dengan 4 pilar yaitu; pengendalian manajemen, pengendalian administratif, pengendalian lingkungan dan pengendalian dengan alat pelindung diri.

Merupakan upaya untuk meningkatkan dan mengatur aliran/ventilasi udara dengan menggunakan teknologi untuk mencegah penyebaran dan mengurangi atau menurunkan kadar partikel jejak di udara. Penggunaan alat pelindung pernapasan pribadi oleh petugas layanan kesehatan di fasilitas layanan kesehatan sangat penting untuk mengurangi risiko paparan karena tingkat jejak tidak dapat dihilangkan dengan upaya administratif dan lingkungan.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

  • Pengertian Puskesmas
  • Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perseorangan.22
  • Tugas, Fungsi dan Wewenang Puskesmas
  • Puskesmas dalam Program Penanggulangan TB Paru

Upaya kesehatan masyarakat yang selanjutnya disingkat UKM adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan mengatasi timbulnya masalah kesehatan yang menyasar keluarga, kelompok, dan masyarakat. Upaya kesehatan perseorangan yang selanjutnya disingkat UKP adalah kegiatan dan/atau rangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan, mencegah, menyembuhkan penyakit, mengurangi penderitaan akibat penyakit, dan memulihkan kesehatan perseorangan. Sedangkan upaya pembangunan kesehatan masyarakat adalah upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya inovatif dan/atau perluasan dan intensifikasi pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, wilayah kerja tertentu, dan potensi sumber daya yang tersedia di setiap Puskesmas.

Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya atau kepercayaan. Puskesmas menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan menggunakan teknologi tepat guna yang memenuhi kebutuhan pelayanan, mudah digunakan dan tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan. Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya guna mendukung terwujudnya kecamatan sehat.

Dalam melaksanakan tugasnya, Puskesmas menyelenggarakan fungsi penyelenggaraan UKM tingkat I di bidang tugasnya dan penyelenggaraan UKP tingkat I di bidang tugasnya. Kemudian sediaan dahak dikirim ke Pusat Medis Referensi Mikroskopis (PRM) untuk dibaca hasilnya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

Program Penanggulangan Tuberkulosis

  • Kebijakan Pengendalian TB Paru
  • Kegiatan Tata Laksana dan Pencegahan TB Paru

Fungsi PRM adalah sebagai puskesmas rujukan untuk pemeriksaan slide air liur dan pelaksanaan tes air liur untuk tuberkulosis (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014). Puskesmas pelaksana mandiri ini berfungsi sebagai puskesmas rujukan mikroskopis, hanya saja puskesmas ini tidak bekerjasama dengan puskesmas satelit (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Bank Dunia menyatakan strategi DOTS sebagai salah satu intervensi kesehatan yang paling efektif secara ekonomi (cost-efektif).

Tujuan utama pengendalian TBC pada tahun 2015-2019 adalah penurunan angka kejadian TBC lebih cepat dari hanya sekitar 1 – 2% per tahun menjadi 3 – 4% per tahun dan penurunan angka kematian > 4 – 5% per tahun.

Tatalaksana TB Paru

  • Penemuan Kasus Tuberkulosis
  • Pemeriksaan Dahak (Sputum)
  • Diagnosis TB Paru
  • Pengobatan TB Paru
  • Pengawasan Menelan Obat (PMO)
  • Pemantauan dan Hasil Pengobatan TB Paru
  • Pengendalian Infeksi Tuberkulosis pada Sarana Layanan
  • Pencegahan TB

Menemukan dan mengobati pasien TBC menular akan secara signifikan mengurangi angka kesakitan dan kematian TBC, penularan TBC komunitas, dan juga merupakan kegiatan pencegahan penularan TBC komunitas yang paling efektif (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Skrining terhadap pasien yang dicurigai dilakukan di institusi medis; didukung dengan edukasi aktif baik kepada petugas kesehatan maupun masyarakat untuk meningkatkan cakupan penemuan pasien suspek tuberkulosis. S (kapan): pengambilan dahak dilakukan pada saat pasien suspek tuberkulosis pertama kali mengunjungi fasilitas kesehatan.

Tuberkulosis dalam pengendalian TBC harus menegakkan diagnosis TBC pada pasien tertentu yaitu pasien TBC ekstra paru, pasien TBC anak, dan pasien TBC BTA negatif. Diagnosis pasti pada penderita TBC ekstraparu ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis, bakteriologis, dan/atau histopatologi terhadap sampel uji yang diambil dari organ tubuh yang terkena (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011). Apabila salah satu sampel positif atau keduanya positif, maka hasil pemeriksaan dahak ulang dinyatakan positif (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014).

Pemeriksaan ulang dahak pasien TBC BTA positif merupakan cara terpenting untuk menilai hasil kemajuan pengobatan. Penyediaan sumber daya pelaksanaan program PPI TB (tenaga, anggaran, sarana dan prasarana) sesuai kebutuhan.

Monitoring dan Evaluasi Program TB

Kerangka Teori

KERANGKA KONSEP

Kerangka Berfikir

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas terlihat bahwa kerangka penelitian ini terdiri dari input, proses dan output. Pendanaan merupakan adanya materi berupa uang yang digunakan untuk melaksanakan program pengendalian TBC paru. Proses pengendalian TB paru merupakan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yaitu bertujuan untuk melindungi kesehatan masyarakat, menurunkan angka kesakitan, kecacatan atau menguranginya.

Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif dengan wawancara mendalam kepada informan sehingga dapat mengetahui secara jelas dan mendalam pelaksanaan program pengendalian TB paru di Puskesmas Kota Bukittinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manajemen pelaksanaan program pengendalian TB Paru di Puskesmas Kota Bukittinggi Tahun 2022. Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengetahui data, dalam penelitian ini instrumen atau alat penelitiannya adalah pencarian.

Sumber informasi atau informan dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan kriteria informan, yaitu informan yang bersedia dan mampu memberikan informasi terkait dengan subjek penelitian yang dikandungnya. Tahap reduksi data Pada tahap ini peneliti mereduksi data yang tidak diperlukan dan memilih data yang penting, berguna dan baru dalam penelitian ini.

Alur Berfikir

METODE PENLITIAN

Desain penelitian

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel bebas, satu variabel atau lebih (independen), tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan variabel yang satu dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2011). Penyidikan ini dimulai pada Juli 2022, dimulai dari pemeriksaan pendahuluan, proses penyidikan hingga selesai. Metode wawancara digunakan untuk menggali data terkait penerapan strategi DOTS dalam program pengendalian tuberkulosis di Kota Bukittinggi.

Tentukan jenis wawancara yang akan dilakukan dan informasi apa yang penting untuk menjawab pertanyaan peneliti. Penelusuran dokumen dilakukan untuk memperoleh data tambahan guna memperkuat data yang diperoleh melalui wawancara. Menurut Miles dan Huberman pada tahun 1998 dalam buku Sugiyono 2011, analisis data dalam penelitian kualitatif terdiri dari 3 tahap, yaitu sebagai berikut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa triagulasi merupakan suatu cara untuk memperoleh data yang benar-benar valid dengan menggunakan pendekatan metode ganda. Kode situasi, menempatkan unit-unit data yang menjelaskan bagaimana subjek menentukan latar atau topik tertentu.

Tempat dan Waktu Penlitian

  • Tempat Penelitian
  • Waktu penelitian

Instrument Penelitian

Panduan wawancara: panduan wawancara yang disusun secara tertulis sesuai dengan permasalahan, kemudian digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi. Kamera: berfungsi mengambil gambar pada saat peneliti sedang bercakap-cakap dengan sumber data dan mendokumentasikan objek lain.

Informan Penelitian

Teknik /Cara Pengumpulan Data

Tahap Penyajian Data Tujuan penyajian data adalah untuk memudahkan memahami apa yang terjadi dan membuat rencana selanjutnya berdasarkan apa yang dipahami. c. Triangulasi data digunakan sebagai proses untuk menetapkan derajat keterpercayaan (kredibilitas/validitas) dan konsistensi (reliabilitas) data, serta berguna juga sebagai alat analisis data di lapangan. Triagulasi bukan bertujuan untuk menemukan kebenaran, melainkan untuk meningkatkan pemahaman peneliti terhadap data dan fakta yang dimilikinya.

Hal ini dipertegas oleh Wiersma yang menyatakan bahwa triangulasi dalam pengujian reliabilitas diartikan sebagai pemeriksaan data dari sumber yang berbeda dengan cara yang berbeda dan waktu yang berbeda (Sugiono 2017, p.372). Triagulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan sesuatu selain data itu sendiri, dengan tujuan untuk memeriksa data atau sebagai pembanding data. Kode perspektif subjek mengacu pada cara berpikir yang diungkapkan oleh sebagian atau seluruh subjek, yang secara umum tidak sama dengan mendefinisikan situasi dengan mengacu pada aspek lingkungan tertentu.

Kod menurut cara pemikiran subjek tentang orang dan objek menunjukkan makna yang diberikan kepada pemahaman subjek tentang seseorang terhadap orang lain, tentang orang di luarnya dan tentang objek yang merupakan sebahagian daripada dunianya.

Instrument Penelitian

Metode Analisa Data

Referensi

Dokumen terkait

Untuk tercapainya tujuan tersebut puskesmas sebagai pelaksana program penanggulangan TB Paru di masyarakat perlu melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang dilakukan dalam

Dari keseluruhan responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini (30 responden), menunjukkan bahwa secara keseluruhan pelaksanaan program penanggulangan TB Paru dengan

Jenis penelitian ini adalah explanatory research, yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja terhadap tingkat kinerja petugas TB Paru Puskesmas dalam Penemuan

Penemuan penderita TB Paru secara aktif yang dilakukan di Puskesmas Balai Selasa hanya bila ada instruksi dari Dinas Kesehatan Kabupaten dan Dinas Kesehatan Provinsi,

Dari uji Chi Square memperoleh hasil x² = 0,05, p value 0,004, Ho ditolak, yang bertujuan untuk menguji hubungan antara masa kerja responden dengan praktik penemuan suspek TB

Berdasarkan data awal yang diperoleh dari tingginya angka penderita tuberkulosis paru di Kecamatan Luyo di wilayah kerja puskesmas batupanga, tidak terlepas dari

Bagaimana sistem monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh dinas kesehatan terhadap puskesmas dalam program penanggulangan TB paru.. Kepala Puskesmas Batang

Variabel yang diteliti meliputi 1 standar dan sasaran kebijakan meliputi kejelasan standar program dan sasaran dalam implementasi penemuan kasus TB Paru, 2 sumber daya menunjuk kepada