• Tidak ada hasil yang ditemukan

kajian implikatur percakapan antara guru dan siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "kajian implikatur percakapan antara guru dan siswa"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

Kajian Implikasi Percakapan Guru dan Santri di Pondok Pesantren Modern Babussa’adah Bajo Kabupaten Luwu menggunakan pendekatan linguistik deskriptif yang dibimbing oleh Munirah dan Siti Suwada Rimang. Alhamdulillah, puji dan syukur atas izin dan bimbingan Allah SWT, sehingga skripsi yang berjudul: “Studi Implikatur Percakapan antara Guru dan Santri di Pondok Pesantren Modern Babussa’adah Bajo Kabupaten Luwu dengan Pendekatan Linguistik Deskriptif” dapat diselesaikan tepat waktu. Munirah, M.Pd., dosen pembimbing pertama yang banyak meluangkan waktunya membantu penulis dalam memberikan ide, saran, bimbingan, perhatian dan.

Siti Suwada Rimang M.Hum., dosen pembimbing II, yang telah banyak meluangkan waktunya membantu penulis dengan memberikan ide, saran dan kritik yang membangun untuk membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. Rahman Rahim, M.Hum., Ketua Program Pascasarjana Magister Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhammadiyah Makassar, tak henti-hentinya memberikan banyak perhatian, bimbingan dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan cepat. Akhir kata, dengan segala kerendahan hati, penulis terbuka menerima saran dan kritik yang membangun guna menyempurnakan penulisan skripsi ini.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian

Makna kata dapat tersampaikan dengan baik apabila didukung dengan situasi dan kondisi yang nyaman dan humanis dengan menggunakan sindiran percakapan. Secara teori, Grice menjelaskan bahwa dalam proses percakapan harus berpegang pada prinsip kerjasama baik antara pembicara maupun lawan bicaranya. Ketaatan pada prinsip kerjasama dalam percakapan merupakan salah satu bentuk interaksi yang sering dilakukan untuk komunikasi yang efektif.

Selaras dengan prinsip kerjasama antara penutur dan rakan tutur, kerjasama dalam ucapan diperlukan. Implikasi perbualan dalam proses menyoal pelajar yang melanggar peraturan sekolah merupakan kajian baharu, maka ia masih belum diberi perhatian khusus sebagai bidang pengajian yang memadai. Hubungan antara kajian lepas dengan kajian yang dilakukan oleh penulis adalah kajian yang sama bagi kajian implikasi perbualan dalam proses soal siasat.

Rumusan Masalah

Oleh karena itu hakikat penyidikan adalah peristiwa itu mempunyai tujuan dan dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh penyidik. Perbedaan penelitian ini hanya pada penggunaan pendekatan deskriptif karena sebagian besar penelitian terdahulu menggunakan pendekatan linguistik forensik. Oleh karena itu, berdasarkan penjelasan latar belakang di atas, penulis mengangkat judul Kajian Implikasi Percakapan Antara Guru dan Siswa di Pondok Pesantren Modern Babussa’adah Bajo Kabupaten Luwu dengan pendekatan linguistik deskriptif.

Yang unik dari penelitian ini adalah apa yang diungkapkan oleh penutur berbeda dengan apa yang sebenarnya dimaksudkan, untuk mengetahui makna yang tersembunyi dalam tuturan tersebut harus ada keterkaitan dengan pengetahuan serupa terhadap apa yang dibicarakan. Apa implikasi percakapan siswa-guru selama proses inkuiri berdasarkan prinsip kolaborasi Grice?

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Penelitian implikatif dan pendekatan linguistik deskriptif pada penelitian ini digunakan sebagai bahan bacaan komparatif terhadap penelitian sebelumnya. Hasil penelitian ini memberikan wawasan bagi guru dan dosen tentang penggunaan bahasa yang tepat dalam proses percakapan dalam ilmu percakapan. Hasil penelitian ini dapat lebih memahami isi linguistik implikatif dan forensik serta memperoleh makna yang terkandung dalam penelitian ini.

Selain itu, diharapkan pembaca lebih jeli dalam memilih bahan bacaan dengan memilih objek yang sarat makna pendidikan moral dengan mengkaji unsur-unsur unik sekaligus sarana pengembangan kepribadian.

Tinjuan Hasil Penelitian

  • Implikatur Konvensional
  • Implikatur Non Konvensional
  • Implikatur Percakapan
  • Tindak Tutur
  • Kesantunan
  • Linguistik Deskriptif
  • Kerangka Pikir

Kedua, tindak tutur dan peristiwa tutur menekankan pada perolehan informasi yang benar sehingga menimbulkan kesalahpahaman. Tindak lokusi adalah tindak tutur mengatakan sesuatu apa adanya, atau tindak mengatakan sesuatu adalah perbuatan mengatakan sesuatu. Oleh karena itu, tindak tutur ilokusi ini dinamakan Tindakan Melakukan Sesuatu. c) Tindak tutur perlokusi.

Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang mempengaruhi atau bertindak terhadap lawan bicara atau orang yang mendengar tuturan tersebut. Dengan demikian, tindak tutur perlokusi sering juga disebut dengan tindakan afektif seseorang (suatu tindakan yang mempengaruhi orang lain). Jika terdapat hubungan tidak langsung antara struktur dan fungsi, maka terjadilah tindak tutur tidak langsung.

Oleh karena itu, bentuk pernyataan yang digunakan untuk menyampaikan pernyataan disebut tindak tutur langsung, dan bentuk pernyataan disebut permintaan. Ismari (1995) mengklasifikasikan tindak tutur berdasarkan maksud penutur saat berbicara menjadi 5 kelompok besar yaitu.

Gambar 1.1. Bagan Kerangka PikirHasil Penelitian
Gambar 1.1. Bagan Kerangka PikirHasil Penelitian

Pendekatan Penelitian

Lokasi dan Waktu Penelitian

Unit Analisis dan Penentuan Informan

Teknik Pengumpulan Data

Teknik Analisis Data

Dalam analisis ini data dikaji dari segi teori linguistik deskriptif dan implikatur percakapan yang berorientasi pada kajian teoritis. Kesimpulan tersebut tentu menjawab pertanyaan dalam rumusan masalah penelitian yaitu untuk mengetahui apa implikasi percakapan siswa yang melanggar peraturan sekolah pada saat proses interogasi berdasarkan prinsip kolaboratif Grice serta tindak tutur dan peristiwa tutur dalam bahasa interogasi siswa yang mengungkap pelanggaran. peraturan sekolah dalam hal linguistik deskriptif.

Hasil Penelitian

  • Implikatur Percakapan mengenai Siswa Pelanggar Aturan Sekolah Berdasarkan Prinsip Kerja Sama Grice
  • Maksim Kualitas
  • Maksim Relevansi
  • Maksim Cara
  • Maksim relevasi
  • Maksim Kuantitas
  • Maksim Cara
  • Tindak Turur dan Peristiwa Tutur pada Kasus Interogasi Siswa yang Melanggar Aturan Sekolah Berdasarkan Pendekatan

Dalam percakapan tersebut, siswa yang melakukan pelanggaran memberikan informasi yang berlebihan terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh guru bimbingan dan konseling sebagai konselor. Dalam percakapan tersebut, informasi yang disampaikan siswa yang melanggar tata tertib sekolah melanggar maksim kualitas karena tidak memuat informasi dan kontribusi yang benar kepada konselor. Maksim relevansi adalah maksim yang memuat informasi yang sesuai dengan topik pembicaraan sehingga terjalin kerjasama yang baik antara penutur dan mitra tutur.

Percakapan tersebut memuat informasi yang jelas dan rinci tentang siswa yang melanggar peraturan sekolah. Dalam percakapan tersebut, siswa memberikan penjelasan dan informasi yang bertentangan dengan pernyataan yang diberikan. Pembicara memberikan gambaran yang sangat jelas sesuai pertanyaan dan memberikan informasi yang sesuai dengan alur interaksi yang berlangsung.

Pada narasi interogasi, siswa yang melanggar peraturan sekolah melanggar prinsip kerjasama karena tidak memberikan informasi yang cukup kepada konselor yaitu guru bimbingan dan konseling. Oleh karena itu, percakapan tersebut tergolong berkualitas maksimal karena memberikan informasi yang diyakini kebenarannya. Dari pernyataan tersebut tidak melanggar prinsip kerjasama relevansi, karena memberikan informasi yang relevan dengan topik pembahasan.

Dalam percakapan tersebut asas sopan santun dilanggar karena siswa yang melakukan pelanggaran memberikan informasi secara rumit dan singkat agar lawan bicara tidak menerima informasi yang tidak tepat. Dengan demikian, pernyataan tersebut tidak melanggar maksim kualitas dengan tidak memberikan informasi yang tidak cukup terbukti. Maksim relevansi adalah maksim yang memuat informasi yang sesuai dengan topik pembicaraan sehingga terjalin kerjasama yang baik antara penutur dan mitra tutur.

Pernyataan ini tidak melanggar maksim kualitas karena orang yang diwawancarai dalam kutipan di atas memberikan informasi yang sesuai. Informasi yang diberikan siswa tidak diyakini bohong karena informasi tersebut sesuai dengan jawabannya. Dalam percakapan tersebut siswa sebagai presenter memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan informasi yang diperoleh.

Pembahasan

Berdasarkan analisis data implikatur percakapan prinsip kerjasama Grice (1975), dalam penelitian ini terdapat pelanggar maksim yaitu maksim kuantitas, maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Lebih lanjut, maksim data berkualitas mengenai siswa yang melanggar tata tertib sekolah tidak memberikan informasi yang memadai sehingga jelas melanggar prinsip kerjasama. Pada data yang maksimal, cara berbicara siswa rumit dan tidak ringkas sehingga guru bimbingan dan konseling tidak mendapatkan informasi yang relevan.

Berdasarkan data ditemukan adanya tiga pelanggaran maksim, yaitu maksim kualitas, maksim relevansi, dan maksim cara. Pelanggaran maksim mutu dilakukan oleh siswa yang melanggar tata tertib sekolah karena tidak memberikan informasi yang cukup kepada guru bimbingan dan konseling. Siswa melibatkan permasalahan yang muncul sebelumnya untuk dijadikan bukti penguat untuk mempertahankan argumentasi dari informasi yang diberikan kepada lawan bicara.

Pada umumnya dalam berkomunikasi, penutur memberikan informasi sebanyak-banyaknya yang dibutuhkan lawan bicaranya untuk memenuhi prinsip berbicara. Apabila tuturan tersebut mengandung informasi yang berlebihan dan tidak memuat informasi yang benar-benar dibutuhkan oleh penutur, atau informasi tersebut hilang. Pada maksim kuantitas, seorang penutur diharapkan mampu memberikan informasi yang cukup, relatif memadai, dan seinformatif mungkin.

Tuturan yang tidak memuat informasi yang sebenarnya dibutuhkan lawan bicaranya dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas dalam prinsip kerja sama Grice. Sebaliknya jika tuturan tersebut mengandung informasi yang berlebihan maka dapat dikatakan melanggar maksim kuantitas. Oleh karena itu, berdasarkan perbincangan, melanggar peraturan sekolah hanyalah cara untuk mematuhi maksim umum berdasarkan prinsip kerja sama Grice.

Berbeda dengan penelitian ini, sebagian besar pelanggaran kebijakan tidak teridentifikasi dalam proses sidang pelanggaran kebijakan sekolah.

Simpulan

Tindak tutur dan peristiwa tutur pada saat proses interogasi merupakan gambaran fenomena bahasa alami. Hal ini seiring dengan proses interogasi terhadap empat kasus pelanggaran yang terjadi di lingkup sekolah.

Saran

Diharapkan kepada penelitian-penelitian lain untuk mengikuti penelitian implikatur percakapan dengan pendekatan deskriptif, karena pada jurnal-jurnal yang diperoleh peneliti masih banyak jurnal yang tidak fokus pada pendekatan deskriptif. Peneliti sangat menyarankan agar pembaca mempelajari implikatur dengan menggunakan pendekatan lain, misalnya pendekatan linguistik forensik atau pendekatan linguistik lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA KASUS

PELANGGARAN SEKOLAH

DATA PELANGGARAN PERATURAN SEKOLAH III Pelanggaran Intimidasi Teman (Senin, 29 Maret 2021) BK: Siang tadi siang mandi sama siapa. DATA PELANGGARAN PERATURAN SEKOLAH VI Pelanggaran Kegiatan Belajar Mengajar (Senin, 05 April 2021) BK: ―Yang tadi dilihat di pesantren oleh Ustadz Pakis.‖. BK: “Jadi ustadz Pakis Mija, gerak yang baik hanya bisa dilakukan karena ingin salat Dhuhur umat.”

DATA PELANGGARAN PERATURAN SEKOLAH VIII Pelanggaran Pembelajaran Tahfidz (Kamis 01 April 2021) BK : “Masuk ke sini semuanya!”. BK : “Panggil semua teman Amu yang tidak ikut tahfidz malam Jumat!”. BK : “Laporan yang masuk kepada saya ada sekitar 5 orang yang tidak mengikuti tahfizd.” Siapa pun yang bertanggung jawab atas semua ini tidak masuk tahfiz. Kamu A atau B atau kamu C. BK : “Mana ko simpung dan yang bawa ngasang ko”. Di mana Anda bertemu dan mengenal satu sama lain sebelumnya? Jawab: “Ketemu di pondok tahfidz padahal ustadznya belum mulai.” BK : “Kenapa kamu B dan C lari dari gubuk Tahfizd?” C : “Saya belum hafal ustadz dan B karena menurut saya orang sudah hafal.” BK: ―Kora jama tarru kamu di asrama nah tae kamu hafal nah 1 surah xhi‖. Apa yang selama ini kamu lakukan di pondok, sehingga kamu belum hafal surahnya?).

BK : “Mapalla na tiro ko apa na malai ko, kalau temu malai na ku semba ko mbe.” (Aku marah saat melihatmu karena kamu lari saat aku melihatmu).

Gambar

Gambar 1.1. Bagan Kerangka PikirHasil Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pengantar Ilmu Pertanian Peny 22-0 41 Dian Hafizah, SP.. MSi Penjab Azwar Rasyidin,