1 LAPORAN
PENELITIAN DASAR KEILMUAN
KETERJANGKAUAN DAN KETERSEDIAAN ROKOK ELEKTRONIK DAN HUBUNGANNYA DENGAN PERILAKU VAPING PADA REMAJA
DI JAKARTA
Tim Pengusul
Mouhamad Bigwanto, SKM, MPHM (0317108701) Mochamad Iqbal Nurmansyah, SKM. M.Sc. (0315119102)
Nomor Surat Kontrak Penelitian: 394/F.03.07/2018 Nilai Kontrak: Rp. 10.000.000,-
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF. DR. HAMKA TAHUN 2018
2
3
4
5 ABSTRAK
Pendahuluan: Maraknya penggunaan rokok elektronik merupakan fenomena sosial yang perlu dipelajari baik oleh ahli kesehatan masyarakat juga pemerintah. Selain dampak kesehatan yang mugkin akan muncul dari akibat penggunaannya, rokok elektronik juga dapat menyebabkan fenomena double burden dalam upaya pengendalian tembakau. The integrated model of change diaplikasikan untuk menjelaskan faktor prediktif perubahan perilaku pada remaja yang perlu dipahami untuk menyusun strategi pencegahan yang efektif.
Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap fenomena sosial penggunaan rokok elektronik pada kalangan remaja dan untuk menentukan faktor-faktor prediktif yang mempengaruhi penggunaannya.
Metode: Studi potong lintang berbasis sekolah dirancang untuk mengumpulkan data.
Total 767 siswa dari 8 SMA/SMK terlibat sebagai sampel penelitian dengan menggunakan metode pengambilan sampel kluster berjenjang. Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel independen dan dependen, sementara untuk memprediksi faktor paling berpengaruh dilakukan tes regresi logistik berganda.
Hasil: Satu dari sepuluh (11,9%) siswa SMA adalah pengguna aktif rokok elektronik, dimana lebih dari setengahnya (51,1%) adalah perokok aktif (pengguna ganda), dan seperlimanya (20%) tidak pernah merokok sama sekali. Keingintahuan dilaporkan sebagai alasan utama untuk bereksperimen dengan rokok elektronik (43,9%). Berdasarkan hasil analisis bivariat; sikap [odds ratio (OR) = 4.09], status merokok (OR = 3.97), jenis kelamin (OR = 2.28), akses & ketersediaan (OR = 2.26) dan tekanan & dukungan sosial (OR = 1.75) adalah faktor-faktor yang secara statistik terkait dengan penggunaan rokok elektronik. Hasil regresi logistik berganda mengungkap bahwa faktor prediktif paling signifikan adalah sikap [adjusted odds ratio (AOR) = 3.30], dan status merokok (AOR = 3.17).
Kesimpulan: Tingginya angka perokok aktif pada remaja pengguna rokok elektronik menunjukkan bahwa keberadaan rokok elektronik berpotensi mengakibatkan double burden bagi upaya pengendalian tembakau. Selain itu rasa penasaran yang tinggi juga memicu perilaku eksperimen dengan rokok elektronik pada remaja bukan perokok.
Pemerintah harus berupaya membatasi peredaran dan mengungkap informasi sebenar- benarnya tentang efek negatif rokok elektronik untuk mempengaruhi sikap positif remaja.
Kata Kunci: rokok elektronik, SMA, Indonesia
6 DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... 2
SURAT PERJANJIAN KONTRAK ... 3
ABSTRAK ... 5
DAFTAR ISI ... 6
DAFTAR TABEL ... 8
DAFTAR GAMBAR ... 9
BAB I PENDAHULUAN ... 10
a. Latar Belakang ... 10
b. Masalah Penelitian ... 11
c. Tujuan Penelitian ... 11
d. Urgensi Penelitian ... 12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13
a. Masalah dan Penelitian tentang Rokok Elektronik ... 13
b. Deskripsi Rokok Elektronik ... 14
c. Roadmap Penelitian ... 16
BAB III METODE PENELITIAN ... 17
a. Kerangka Konsep ... 17
b. Desain Penelitian ... 17
c. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 18
d. Populasi dan Sampel ... 18
e. Variabel Penelitian ... 18
f. Sumber Data ... 19
g. Cara Pengumpulan Data... 19
h. Instrumen Penelitian ... 20
i. Analisis Data ... 20
j. Bagan Alir Penelitian ... 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
7
a. Karakteristik Demografi Responden ... 21
b. Perilaku Vaping dan Merokok di Kalangan Remaja ... 25
c. Faktor Prediktif Perilaku Vaping ... 26
BAB V KESIMPULAN ... 29
a. Kesimpulan ... 29
b. Saran ... 30
BAB VI LUARAN YANG DICAPAI ... 31
DAFTAR PUSTAKA ... 32
BUKTI PENGIRIMAN NASKAH PUBLIKASI ... 34
8 DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jenis Kelamin Responden 21
Tabel 2. Usia Responden 22
Tabel 3. Kelas Responden 22
Tabel 4. Teman Satu Atap 23
Tabel 5. Pendapatan (Uang saku) dalam Seminggu 24
Tabel 6. Tabulasi Silang antara Status Merokok dan Pengguna Rokok Elektronik
25
Tabel 7. Hubungan antara Variabel Demografi dan Independen dengan Status Penggunaan Rokok Elektronik
27
Tabel 8. Faktor-faktor Prediktif terkait Penggunaan Rokok Elektronik 28
9 DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur Rokok Elektronik 15
Gambar 2. Roadmap Penelitian Pengaruh Agama terhadap Perilaku Kesehatan 16
Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian 17
Gambar 4. Alur Penelitian 20
10 BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Meskipun masih banyak perdebatan tentang resiko penggunaan produk rokok elektronik, banyak penelitian sudah membuktikan bahwa produk ini mempunyai dampak buruk untuk kesehatan diantaranya peningkatan resiko penyakit kardiovaskular (Bhatnagar A, 2017) dan penyakit kanker (Portland State University, 2017). Banyak negara di dunia meregulasi penggunaan rokok elektronik dan beberapa negara seperti Singapura, Australia dan Thailand sudah melarang total peredaran produk ini. Saat ini regulasi penggunaan rokok elektronik di dunia sangat beragam, mulai dari menerapkan kebijakan umum seperti larangan penggunaan di tempat umum, larangan penjualan kepada anak dibawah umur dan penerapan pajak untuk rokok elektronik (Kennedy, Awopegba, De León, & Cohen, 2016).
Di Indonesia, meski pernah dilarang di tahun 2010 dan dinyatakan produk berbahaya oleh BPOM (Osman, n.d.), saat ini produk rokok elektronik masih beredar luas di pasaran dan makin terkenal. Menurut Global Adult Tobacco Survey tahun 2011 sekitar 10,9% orang dewasa di Indonesia mengetahui mengenai rokok elektronik dan 0,3% diantaranya menggunakan produk tersebut. Dari 0,3% pengguna rokok elektronik, 14,3% diantaranya adalah remaja dibawah umur 24 tahun dan 38,1%nya umur 25-34 tahun (World Health Organization, 2012). Di tahun 2017, studi pendahuluan tentang prevalensi remaja yang menggunakan rokok elektronik di Jakarta dan kota Mataram mencatat sebesar 3,8% remaja adalah pengguna aktif rokok elektronik, dan 7% pernah mencoba rokok elektronik (Heribertus Rinto Wibowo, Josafat, & Sari, 2017). Hal ini menunjukkan bahwa produk ini semakin popular di kalangan remaja dan anak muda.
11 Peningkatan prevalensi ini mungkin tidak lepas dari persepsi yang dibentuk lewat kampanye promosi rokok elektronik yang di klaim lebih aman dari rokok dan sebagai alat bantu berhenti merokok (Flint & Jones, n.d.). Studi pendahuluan di 36 toko vape di Jakarta mengungkapkan praktek penjualan dan pemasaran toko vape di Indonesia menunjukkan bahwa produk ini dijual dan dipromosikan secara bebas, termasuk kepada anak di bawah umur. Melihat maraknya peredaran rokok elektronik, sesuai mandat UU Cukai, pada tahun 2017 Kementerian Keuangan RI mengenakan cukai maksimal sebesar 57% terhadap cairan rokok elektronik yang mengandung nikotin melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 146/PMK.010/2017. Peraturan tersebut menjadikan produk ini ‘setengah legal’ di mata pemerintah dan menjadikan produk cairan rokok elektronik sebagai produk olahan tembakau dengan cukai paling tinggi, lebih tinggi dari cukai rokok.
b. Masalah Penelitian
Di tengah polemik pengenaan cukai untuk cairan rokok elektronik, sampai saat ini belum terlalu banyak publikasi yang mengungkap pola konsumsi rokok elektronik pada kalangan remaja di Indonesia, termasuk studi tentang ketersediaan dan keterjangkauan produk ini bagi remaja, terutama pasca diterapkan cukai pada produk rokok elektronik. Maka dari itu perlu dilakukan penelitian mengenai Keterjangkauan dan Ketersediaannya Rokok Elektronik dan Hubungannya dengan Perilaku Vaping pada Remaja.
c. Tujuan Penelitian
Beberapa tujuan yang terdapat dalam penelitian ini antara lain:
• Untuk mengetahui karakteristik pengguna rokok dan rokok elektronik pada remaja.
• Untuk mengetahui pola konsumsi rokok dan rokok elektronik pada remaja.
12
• Untuk mengetahui persepsi remaja tentang produk rokok elektronik.
• Untuk mengetahui Ketersediaan dan Keterjangkauan Rokok Elektronik dan hubungannya dengan perilaku vaping pada remaja.
d. Urgensi Penelitian
Jika Indonesia ingin terhindar dari fenomena double burden dalam pengendalian tembakau khususnya di kalangan remaja, masalah rokok elektronik harus dengan cermat diatasi oleh pemerintah. Melihat fenomena rasa penasaran sebagai alasan utama remaja mencoba rokok elektronik, maka cukai merupakan instrument yang pas untuk mencegah remaja dan anak-anak mencoba produk ini, agar rokok tidak terjangkau oleh anak-anak dan remaja. Seperti yang kita ketahui, sama hal-nya dengan cukai rokok, cukai rokok elektronik bisa menjadi instrument penting untuk mencegah remaja dan anak-anak yang belum pernah merokok untuk mencoba rokok elektronik.
Penelitian ini akan mengungkap sejauh mana penerapan cukai berdampak pada perilaku vaping remaja. Selain itu, dengan diketahuinya karakteristik pengguna rokok elektronik pada remaja, maka akan membantu pemerintah dalam merumuskan program intervensi yang tepat untuk menanggulangi masalah tersebut.
13 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Masalah dan Penelitian tentang Rokok Elektronik
Kontroversi mengenai rokok elektronik di dunia sudah terjadi begitu lama, begitu juga penelitian mengenai rokok elektronik, sudah banyak penelitian mengenai hal ini terutama di Eropa dan Amerika Serikat. Di Amerika Serikat, masalah rokok elektronik di kalangan remaja menjadi serius dibandingkan masalah merokok dimana 35.8% remaja pernah mencoba rokok elektronik, lebih besar dari yang pernah mencoba merokok sebanyak 26.6% (Glenza, 2017). Alasan utama mencoba rokok elektronik sangat beragam, diantaranya karena penasaran dan merasa dapat membantu mereka untuk berhenti merokok (Kong, Morean, Cavallo, Camenga,Krishnan-Sarin, 2014), (Czoli, Hammond, & White, 2014). Prevalensi pengguna rokok elektronik di beberapa negara terus meningkat, terutama di Amerika Serikat dan Polandia (World Health Organization, 2016).
Bagi Indonesia, fenomena rokok elektronik bisa dibilang masih baru dan sampai saat ini belum ada penelitian di Indonesia yang benar-benar dipublikasi dengan skala yang bisa mewakili fenomena Indonesia secara keseluruhan. Contohnya penelitian pendahuluan tentang Pengetahuan, Persepsi, Sikap dan Perilaku terhadap Rokok Elektronik di Kalangan Perokok dan Bukan Perokok Usia 15-24 Tahun di Kota Jakarta Selatan dan Kota Mataram yang masih sangat terbatas hasilnya (Heribertus Rinto Wibowo, Josafat, & Sari, 2017). Karena kontroversi dan ‘bukti’ yang dianggap belum menyakinkan bagi pemegang kebijakan di negara ini, rokok elektronik sampai saat ini bebas diperjual belikan dan belum ada keputusan yang jelas dari pemerintah apakah akan melarang atau meregulasi, sampai akhirnya Kementerian Keuangan memberlakukan cukai untuk produk ini mulai bulan Juli 2018. Penerapan cukai
14 terhadap produk rokok elektronik diharapankan bisa menekan konsumsi rokok elektronik di kalangan remaja.
Menanggapi upaya Kementerian Keuangan dalam menerapkan cukai terhadap rokok elektronik. Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan tentang berbagai fenomena diantaranya:
1. Apakah pasca penerapan cukai rokok elektronik tersedia dan terjangkau bagi remaja dan apakah ada hubungannya dengan perilaku vaping mereka?
2. Apakah remaja memulai menggunakan rokok sebelum rokok elektronik atau sebaliknya?
3. Berapa banyak remaja yang menjadi dual user?
4. Apakah alasan dibalik penggunaan rokok elektronik?
5. Dimana remaja biasa menggunakan rokok elektronik dan berapa rata-rata uang yang dihabiskan untuk rata-rata penggunaan cairan rokok elektronik perhari?
6. Apakah remaja punya persepsi possitif terhadap rokok elektronik?
Apabila semua pertanyaan diatas bisa dijawab oleh penelitian ini, maka akan membantu pemerintah dalam membuat kebijakan mengenai rokok elektronik dengan memberikan bukti-bukti ilmiah lewat penelitian.
b. Deskripsi Rokok Elektronik
Seperangkat rokok elektronik merupakan alat yang berfungsi mengubah zat-zat kimia menjadi bentuk uap dan mengalirkannya ke paru dengan menggunakan tenaga listrik, Struktur dasarnya terdiri dari 3 elemen utama yaitu baterai, pemanas logam (atomizer) dan katrid berisi cairan zat kimia (BPOM RI, 2017). WHO sendiri mendeskripsikan rokok elektronik menjadi 2, yang mengandung nikotin disebut Electronic Nicotine Delivery System (ENDS) dan yang tidak mengandung nikotin disebut Electronic Non-Nicotine Delivery System (ENNDS) (Organization, 2016).
15 Gambar 1. Struktur Rokok Elektronik
Di peredaran, rokok elektronik identik dengan istilah vape, personal vaporizer (PV), e-cigs, vapor, electrosmoke, green cig, smartcigarette dll. Cairan isi dalam katrid diistilahkan e-juice, e-liquid. Sementara aktivitas merokok dengan menggunakan rokok elektronik diistilahkan dengan vaping kimia (BPOM RI, 2017). Saat ini rokok elektronik kian berkembang hingga menghadirkan merek dan model yang sangat bervariasi. Publikasi WHO menyebutkan terdapat 466 merek dan lebih dari 8000 jenis flavoring (perisa) (Organization, 2016). Di antara variasi tersebut meliputi :
✓ kandungan kadar nikotin (non, low, medium or high concentrations)
✓ jenis flavoring (perisa)
✓ kecanggihan perangkat Elektronik
✓ tegangan baterai,
✓ ukuran, warna dll.
Variasi jenis rokok elektronik menjadi 3 (tiga) kelompok (Dawkins, 2013):
1. Generasi pertama (cigalike) Berbentuk seperti rokok konvensional, mudah digunakan, katrid dapat diganti apabila cairan habis, bersifat disposable (sekali pakai), jumlah hisapan antara 200 sd 500 puffs.
2. Generasi kedua (pen-like or screwdrivers-like) Berbentuk seperti pena atau seperti obeng, banyak variasi warna dan model katrid, kapasitas baterai lebih
16 besar, katrid dan atomizer terpisah sehingga pengguna dapat dengan leluasa mengisi atau mencampur isian katrid sesuai keinginan.
3. Generasi ketiga dan selanjutnya (tank systems, mods) Pengembangan dari generasi kedua, menggunakan sistem tangki, kapasitas baterai yang lebih besar, USB sticks, seluruh komponen bersifat terpisah (customisable) sehingga sangat memudahkan pengguna dalam mengisi atau memodifikasi cairan produk secara leluasa, beberapa diantaranya telah menggunakan bluetooth yang kompatibel dengan androids, perangkat iOS atau tablet sehingga memungkinkan pengguna untuk melakukan panggilan atau mendengarkan musik sambil vaping.
c. Roadmap Penelitian
Gambar 2. Roadmap Penelitian Pengaruh Agama terhadap Perilaku Kesehatan Identifikasi
determinan perilaku vaping
pelaksanaan intervensi model promosi kesehatan terhadap perilaku vaping
evaluasi pelaksanaan intervensi model promosi kesehatan terhadap perilaku vaping
identifikasi model
terbaik untuk menciptakan perilaku vaping
17 BAB III
METODE PENELITIAN
a. Kerangka Konsep
Gambar 3. Kerangka Konsep Penelitian
b. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Desain penelitian menggunakan desain penelitian studi potong lintang.
18 c. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada 9 Sekolah se-Jakarta, diantaranya adalah:
- SMK Negeri 30 Jakarta - SMA Negeri 20 Jakarta - SMA Negeri 40 Jakarta - SMK Fatahillah
- SMK Kartini - SMK Santo Leo - SMK PGRI 5 - SMA Hang Tuah 1
- SMA Muhammadiyah Jakarta
Waktu pengaambilan data penelitian dilakukan pada bulan Agustus dan September 2018 dimana waktu pengumpulan pada 1 sekolah yakni 1 hari kerja.
d. Populasi dan Sampel
Sampel total seluruh remaja yang dilakukan pengukuran berjumlah 1800 remaja dimana tiap sekolah diambil 6 kelas yang terdiri dari tiap angkatan (2 angkatan kelas X, 2 angkatan kelas XI, 2 angkatan kelas XII). Berdasarkan perhitungan, jumlah sampel pada penelitian ini dengan Confidence Interval: 95% yakni 531 dengan tambahan 10% menjadi 584. Jumlah sampel penelitian ini berjumlah 767 responden.
Pengambilan sampel dilakukan secara multi stage cluster random sampling sesuai dengan tingkatan kelas. Kriteria inklusi dari responden ialah dapat membaca dan menulis serta bersedia untuk menjadi responden.
e. Variabel Penelitian
Variabel penelitian terdiri dari beberapa variabel independent diantaranya ialah karakteristik demografi, karakteristik lingkungan sosial, persepsi siswa terhadap rokok
19 elektronik dan ketersediaan dan keterjangkauan terhadap rokok elektronik dan variabel dependennya dalah perilaku vaping.
f. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data primer. Data didapatkan melalui pengisian angket oleh siswa.
g. Cara Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dalam beberapa tahapan dibawah ini:
- Tim pengumpul data melakukan kunjungan untuk melakukan perizinan kepada pihak sekolah.
- Pihak sekolah dan tim pengumpul data menentukan hari (1 hari) untuk melakukan pengumpulan data di sekolah.
- Tim pengumpul data berjumlah melakukan pengumpulan data dengan masuk ke enam kelas dan melakukan pengisian kuesioner oleh siswa selama kurang lebih 15 menit.
- Siswa pada kelas terpilih diminta kesediaannya untuk mengisi angket yang dibagikan.
- Responden sebelumnya diberikan penjelasan singkat terlebih dahulu mengenai maksud dan tujuan penelitian serta pengarahan cara pengisian angket.
- Responden yang bersedia akan menanda tangani lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP).
- Responden juga akan dijelaskan bahwa data yang diberikan akan dijamin kerahasiaannya.
- Bagi responden yang menolak untuk dijadikan sampel, maka peneliti akan mencari responden lain yang bersedia dijadikan sampel penelitian.
20 - Angket yang telah diisi kemudian dikumpulkan kepada peneliti dan segera
diperiksa kelengkapan datanya.
h. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian untuk memotret perilaku kesehatan diambil dari instrumen Global Adult Tobacco Survey dengan beberapa penyesuaian.
i. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini termasuk analisis univariat, bivariat dan multivariat dimana termasuk di dalamnya chi-square, t-test dan logistic regression analysis.
j. Bagan Alir Penelitian
Gambar 4. Alur Penelitian
Studi literatur Penentuan desain studi
Penentuan Populasi dan
Sampel
Pembuatan Instrumen
Pengajuan etik Perizinan
Lapangan Pelatihan tenaga
pengumpulan data Supervisi
lapangan
analisis dan penyajian data
pembuatan
laporan seminar hasil Pembuatan
artikel publikasi
21 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
a. Karakteristik Demografi Responden
Penyajian data diskriptif penelitian bertujuan agar dapat dilihat profil dari data penelitian tersebut dan hubungan yang ada antar variabel yang digunakan dalam penelitian. Data deskriptif yang menggambarkan keadaan atau kondisi responden merupakan informasi tambahan untuk memahami hasil-hasil penelitian. Adapun data mengenai jenis kelamin responden siswa di SMA Negeri dan Swasta di Jakarta adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Jenis Kelamin Responden
Berdasarkan keterangan pada tabel diatas dapat diketahui tentang jenis kelamin siswa di SMA Negeri dan Swasta di Jakarta yang diambil sebagai responden. Jenis kelamin yang paling banyak adalah jenis pria sebesar 54,10 % dan wanita sebesar 45,90
%. Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di SMA Negeri dan Swasta di Jakarta yang diambil sebagai responden dalam penelitian ini adalah pria.
Data mengenai usia responden disini, peneliti mengelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu dari 10 – 14 tahun, 15 – 19 tahun, 20 – 24 tahun. Adapun data mengenai usia siswa di SMA Negeri dan Swasta di Jakarta yang diambil sebagai responden sebagai berikut:
22 Tabel 2. Usia Responden
Berdasarkan keterangan pada tabel diatas dapat diketahui tentang usia/umur usia siswa di SMA Negeri dan Swasta di Jakarta yang diambil sebagai responden.
Umur responden yang menjadi sampel penelitian ini berkisar 10 - 14 Tahun terdapat sebanyak 2 responden atau 0,3% dari jumlah sampel, yang memiliki umur 15 - 19 tahun terdapat 762 responden atau 99,3%, dan yang memiliki 20 - 24 tahun sebanyak 3 responden atau 0,4%. Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di SMA Negeri dan Swasta di Jakarta yang diambil sebagai responden dalam penelitian ini adalah berusia 15 - 19 tahun. Adapun data mengenai tingkat kelas responden siswa di SMA Negeri dan Swasta di Jakarta yang diambil sebagai responden adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Kelas Responden
Berdasarkan keterangan pada tabel diatas dapat diketahui tentang tingkatan kelas siswa di SMA Negeri dan Swasta di Jakarta yang diambil sebagai responden
23 Responden yang menjadi sampel penelitian ini pada tingakatan kelas 10 terdapat sebanyak 264 responden atau 34,4% dari jumlah sampel, pada tingakatan kelas 11 terdapat 262 responden atau 34,2%, dan pada tingakatan kelas 12 sebanyak 241 responden atau 31,4%. Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa siswa di SMA Negeri dan Swasta di Jakarta yang diambil sebagai responden dalam penelitian ini adalah hampir merata tingkatan kelas nya namun lebih banyak pada tingkatan kelas 10.
Data mengenai usia responden disini, peneliti mengelompokkan menjadi enam kategori, yaitu Tinggal sendiri, tinggal dengan saudara, tinggal dengan orang tua, tinggal dengan saudara lain, tinggal dengan teman, dan tinggal dengan lainnya . Adapun data mengenai teman satu atap siswa di SMA Negeri dan Swasta di Jakarta yang diambil sebagai responden sebagai berikut:
Tabel 4. Teman Satu Atap
Berdasarkan keterangan pada tabel diatas dapat diketahui tentang eman satu atap siswa di SMA Negeri dan Swasta di Jakarta yang diambil sebagai responden Responden yang menjadi sampel penelitian ini yang Tinggal sendiri terdapat sebanyak 4 responden atau o,5% dari jumlah sampel, tinggal dengan saudara terdapat 19 responden atau 2,5%, tinggal dengan orang tua terdapat 703 responden atau 91,7%,
24 tinggal dengan saudara lain terdapat 21 responden atau 2,7%, tinggal dengan teman terdapat 7 responden atau 0,9% dan tinggal dengan lainnya sebanyak 13 responden atau ,7% dari sampel. Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di SMA Negeri dan Swasta di Jakarta yang diambil sebagai responden dalam penelitian ini adalah tinggal bersama orang tua. Data mengenai usia responden disini, peneliti mengelompokkan menjadi tujuh kategori, yaitu kurang dari 50.000, berkisar 50.000 – 99.000, 100.000 – 149.999, 150.000 – 199.999, 200.000 – 249.999, 250.000 – 299.000 dan lebih dari 300.000. Adapun data mengenai pendapatan uang saku respoden dalam seminggu siswa di SMA Negeri dan Swasta di Jakarta yang diambil sebagai responden sebagai berikut:
Tabel 5. Pendapatan (Uang saku) dalam Seminggu
Berdasarkan keterangan pada tabel diatas dapat diketahui tentang pendapatan respoden dalam seminggu siswa di SMA Negeri dan Swasta di Jakarta yang diambil sebagai responden. pendapatan respoden dalam seminggu yang menjadi sampel penelitian ini yang kurang dari 50.000 terdapat sebanyak 250 responden atau 32,6%
25 dari jumlah sampel, berkisar dari 50.000 – 99.999 terdapat sebanyak 133 responden atau 17,3% dari jumlah sampel, berkisar dari 100.000 – 149.999 terdapat 213 responden atau 17,8% dari jumlah sampel, berkisar dari 150.000 – 199.999 terdapat sebanyak 56 responden atau 7,3% dari jumlah sampel, berkisar dari 200.000 – 249.999 terdapat sebanyak 61 responden atau 8% dari jumlah sampel, berkisar dari 250.000- 299.999 terdapat sebanyak 20 responden atau 2,6% dari jumlah sampel dan yang memiliki pendapatan lebih dari 300.00 sebanyak 34 responden atau 4,4%. Dari keterangan diatas menunjukkan bahwa sebagian besar siswa di SMA Negeri dan Swasta di Jakarta yang diambil sebagai responden dalam penelitian ini memiliki pendapatan uang saku dalam satu minggu sebanyak kurang dari 50.000.
b. Perilaku Vaping dan Merokok di Kalangan Remaja
Tabel 6. Tabulasi Silang antara Status Merokok dan Pengguna Rokok Elektronik
Mayoritas responden (84%) mengaku tahu kalau ada produk rokok elektronik dijual dipasaran. Informasi mengenai keberadaan rokok elektronik didapatkan paling banyak karena melihat orang lain menggunakan produk tersebut (47,5%), selanjutnya mengetahui melalui media online (sosial media dan internet) sebesar 25,2%. Hampir setengah siswa (43,9%) pernah mencoba rokok elektronik, sedikit lebih tinggi dari yang pernah mencoba rokok konvensional (41,6%). Alasan paling banyak mencoba rokok elektronik adalah karena penasaran ingin mencoba (28,6%), ingin menghentikan kebiasaan merokok (2,9%), sebagai alternatif mengurangi rokok (2,3%) dan rokok
26 elektronik tidak berbau seperti rokok (2,1%). Umur pertama kali mencoba rokok elektronik paling rendah ada pada umur 10 tahun (Mean = 14,8; SD = 1,3). Sebanyak 3% siswa mengaku akan menggunakan rokok elektronik 12 bulan kedepan. Diantara pengguna rokok elektronik, 37,7% mengaku cairan yang digunakan mengandung nikotin, sementara 38,8% mengaku tidak tahu apakah mengandung nikotin atau tidak.
Lebih dari seperempat pengguna (27,7%) melaporkan bahwa produk yang mereka pakai tidak mencantumkan informasi mengenai kandungan nikotin. Jenis alat yang paling banyak digunakan (45,5%) adalah alat yang mempunyai tabung isi ulang dan paling banyak pengguna (28,8%) membeli alat dari toko vape dengan kisaran harga Rp. 43.000 s.d Rp. 3.200.000.
c. Faktor Prediktif Perilaku Vaping
Hasil analisis bivariat antara variabel independen dan penggunaan rokok elektronik dijelaskan pada Tabel 3. Jenis kelamin, status merokok, tekanan &
dukungan sosial, ketersediaan & akses, dan sikap ditemukan secara signifikan terkait dengan perilaku penggunaan rokok elektronik. Siswa laki-laki 2.2 kali lebih mungkin untuk menggunakan rokok elektronik daripada siswa perempuan (OR, 2.28; 95% CI = 1.415-3.695) dan perokok 3.9 kali lebih mungkin untuk menggunakan rokok elektronik daripada yang bukan perokok (OR, 3.97; 95% CI = 2.526-6.252). Sementara tekanan
& dukungan sosial dan sikap yang negatif dapat membuat siswa 1.7 kali (OR, 1.75;
95% CI = 1.111-2.771) dan 4.09 kali (OR, 4.09; 95% CI= 2.415-6.946) lebih mungkin menggunakan rokok elektronik. Terakhir ketersediaan dan akses yang tinggi tercatat 2.26 kali dapat lebih memungkinan siswa menjadi pengguna rokok elektronik (OR, 2.26; 95% CI= 1.411-3.621).
27 Tabel 7. Hubungan antara Variabel Demografi dan Independen dengan Status
Penggunaan Rokok Elektronik
Tabel 8 menunjukkan hasil uji regresi logistik berganda antara variabel jenis kelamin, status merokok, tekanan dan dukungan sosial, ketersediaan dan akses, dan variabel sikap dengan penggunaan rokok elektronik. Hasil dari tabel 4 kemudian dilanjutkan dengan mengeluarkan satu persatu variabel yang mempunyai nilai signifikansi paling besar dan akhirnya menghasilkan model terakhir dengan dua variabel yang paling signifikan menunjukkan hubungan yang tinggi dengan penggunaan rokok elektronik, yaitu variabel sikap (AOR, 3.30; 95% CI = 1.924-5.676) dan status merokok (AOR, 3.17; 95% CI = 1.995-5.064).
28 Tabel 8. Faktor-faktor Prediktif terkait Penggunaan Rokok Elektronik
29 BAB V
KESIMPULAN
a. Kesimpulan
• Hampir setengah siswa (43,9%) pernah mencoba rokok elektronik, sedikit lebih tinggi dari yang pernah mencoba rokok konvensional (41,6%). Alasan paling banyak mencoba rokok elektronik adalah karena penasaran ingin mencoba (28,6%), ingin menghentikan kebiasaan merokok (2,9%), sebagai alternatif mengurangi rokok (2,3%) dan rokok elektronik tidak berbau seperti rokok (2,1%). Umur pertama kali mencoba rokok elektronik paling rendah ada pada umur 10 tahun (Mean = 14,8; SD = 1,3). Sebanyak 3% siswa mengaku akan menggunakan rokok elektronik 12 bulan kedepan.
• Diantara pengguna rokok elektronik, 37,7% mengaku cairan yang digunakan mengandung nikotin, sementara 38,8% mengaku tidak tahu apakah mengandung nikotin atau tidak. Lebih dari seperempat pengguna (27,7%) melaporkan bahwa produk yang mereka pakai tidak mencantumkan informasi mengenai kandungan nikotin.
• Jenis kelamin, status merokok, tekanan dan dukungan social, keterasediaan dan akses terhadap rokok elektronik dan sikap terhadap rokok elektronik berhubungan secara signifikan terhadap perilaku vaping pada siswa.
• Dua variabel yang paling signifikan menunjukkan hubungan yang tinggi dengan penggunaan rokok elektronik, yaitu variabel sikap (AOR, 3.30; 95% CI
= 1.924-5.676) dan status merokok (AOR, 3.17; 95% CI = 1.995-5.064).
30 b. Saran
Beberapa saran terhadap beberapa pemangku kepentingan dalam penelitian ini adalah:
• Remaja perlu diberikan informasi terkait rokok elektronik, kandungan serta dampak kesehatan yang diberikan oleh rokok elektronik.
• Pihak sekolah dan orang tua perlu melakukan edukasi terhadap remaja terkait dampak dari rokok elektronik.
• Pemerintah perlu membuat regulasi untuk dapat memperketat peredaran dan konsumsi rokok bagi remaja.
31 BAB VI
LUARAN YANG DICAPAI
IDENTITAS JURNAL
1 Nama Jurnal Arkesmas (Arsip Kesehatan Masyarakat)
2 Website Jurnal https://journal.uhamka.ac.id/index.php/arkesmas 3 Status Makalah Submitted
4 Jenis Jurnal Jurnal Nasional tidak terakreditasi.
4 Tanggal Submit 26 Februari 2019 5 Bukti Screenshot submit
32 DAFTAR PUSTAKA
Bhatnagar A. (2017). Are electronic cigarette users at increased risk for cardiovascular
disease? JAMA Cardiology, 2(3), 237–238.
https://doi.org/10.1001/jamacardio.2016.5550
BPOM, D. P. N., Psikotropika dan Zat Adiktif. (2015, September). Bahaya Rokok Elektronik Racun Berbalut Teknologi. InfoPOM, 16(5).
Czoli, C. D., Hammond, D., & White, C. M. (2014). Electronic cigarettes in Canada:
prevalence of use and perceptions among youth and young adults. Can J Public Health, 105(2), e97–e102.
Flint, S. W., & Jones, A. W. (n.d.). The irresponsible promotion of e-cigarettes and Swaptober. The Lancet Respiratory Medicine, 6(1), e3–e4.
https://doi.org/10.1016/S2213-2600(17)30473-3
Glenza, J. (2017, December 14). More US teens are vaping than smoking cigarettes,
study finds. Theguardian.Com. Retrieved from
https://www.theguardian.com/society/2017/dec/13/e-cigarettes-vaping-more- teens-cigarettes-study
Goniewicz, M. L., Kuma, T., Gawron, M., Knysak, J., & Kosmider, L. (2013).
Nicotine Levels in Electronic Cigarettes. Nicotine & Tobacco Research, 15(1), 158–
166. https://doi.org/10.1093/ntr/nts103
Grana, R., Benowitz, N., & Glantz, S. A. (2014). E-cigarettes: a scientific review.
Circulation, 129(19), 1972–1986.
Heribertus Rinto Wibowo, Josafat, A., & Sari, D. P. (2017). Penelitian Pendahuluan tentang Pengetahuan, Persepsi, Sikap dan Perilaku terhadap Rokok Elektronik di Kalangan Perokok dan Bukan Perokok Usia 15-24 Tahun di Kota Jakarta Selatan dan Kota Mataram, Indonesia.
33 Kennedy, R. D., Awopegba, A., De León, E., & Cohen, J. E. (2016). Global approaches to regulating electronic cigarettes. Tobacco Control, tobaccocontrol-2016- 053179.
Kong, G., Morean, M. E., Cavallo, D. A., Camenga, D. R., & Krishnan-Sarin, S.
(2014). Reasons for electronic cigarette experimentation and discontinuation among adolescents and young adults. Nicotine & Tobacco Research, 17(7), 847–854.
Organization, W. H. (2016). Electronic nicotine delivery systems and electronic non- nicotine delivery systems (ENDS/ENNDS).
Osman, N. (n.d.). Imported e-cigarettes banned and dangerous, Indonesia Drug Agency claims, The Jakarta Globe 2010.[accessed 2013 Sept 7].
Portland State University. (2017). Cancer-causing benzene found in e-cigarette vapors operated at high power. Science-Daily. Retrieved from www.sciencedaily.com/releases/2017/03/170308144659.htm
St Helen, G., Havel, C., Dempsey, D. A., Jacob, P., & Benowitz, N. L. (2016). Nicotine delivery, retention and pharmacokinetics from various electronic cigarettes.
Addiction, 111(3), 535– 544.
World Health Organization. (2012). Global adult tobacco survey: Indonesia report 2011.
World Health Organization. (2016). Electronic nicotine delivery systems and electronic non-nicotine delivery systems (ENDS/ENNDS).
34 BUKTI PENGIRIMAN NASKAH PUBLIKASI
Mouhamad Bigwanto,
Thank you for submitting the manuscript, " Penggunaan Rokok Elektronik pada Remaja SMA di Ibukota Indonesia dan Determinan Faktor yang
Mempengaruhinya" to ARKESMAS (Arsip Kesehatan Masyarakat). With the online journal management system that we are using, you will be able to track its progress through the editorial process by logging in to the journal web site:
Manuscript
URL: https://journal.uhamka.ac.id/index.php/arkesmas/authorDashboard/submission/
3186
Username: mouhamadbigwanto
If you have any questions, please contact me. Thank you for considering this journal as a venue for your work.