• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan praktikum elektromagnetik cmd upnyk

N/A
N/A
Muhammad Maxrivan Pratama Monoarfa

Academic year: 2024

Membagikan "laporan praktikum elektromagnetik cmd upnyk"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

i

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROMAGNETIK ELECTROMAGNETIC CONDUCTIVITY METER DEPTH

(CMD)

Oleh :

MUHAMMAD MAXRIVAN PRATAMA MONOARFA 115.200.040

KELOMPOK 7

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

YOGYAKARTA

2022

(2)

ii Fakultas Teknologi

Yogyakarta.

Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”

Disusun Oleh :

MUH.MAXRIVAN 115.200.040 KELOMPOK 7

Yogyakarta, 5 September 2022 Disahkan Oleh:

Anggiat Imam

( )

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PRAKTIKUM ELEKTROMAGNETIK

Laporan ini disusun sebagai syarat untuk mengikuti Praktikum Elektromagnetik selanjutnya tahun ajaran 2022/2023,Jurusan Teknik Geofisika,

LABORATORIUM GEOFISIKA EKSPLORASI JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL”VETERAN”

YOGYAKARTA 2022

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr. Wb.

Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan berkah, rahmat dan karunianya, semangat Saya selalu terjaga untuk dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Praktikum Elektromagnetik 2022 mengenai “ELECTROMAGNETIC CONDUCTIVITY METER DEPTH (CMD

)

” sesuai dengan kaidah penyusunan laporan yang baik dan sesuai apa yang Saya harapkan untuk bisa menjadi laporan yang utuh. Tidak lupa saya mengucapan terimakasih kepada dan asisten praktikum seismik refraksi yang telah membimbing, mengarahkan, dan membentuk karakter sehingga dapat menyesuaikan diri dengan kegiatan pembelajaran. Selain itu juga kepada teman-teman yang telah membantu dan memberi semangat dalam menyelesaikan laporan praktikum ini

Saya berharap dalam Laporan Praktikum Elektromagnetik ini, bisa menjadi laporan yang sesuai dengan apa yang saya dapatkan selama pembelajaran serta dapat dipertanggungjawabkan. Selanjutnya, semoga laporan ini bisa menjadi bacaan yang baik dapat menjadi literatur pembelajaran. Selain itu, Saya tak lupa meminta maaf jika dalam penyusunan laporan ini masih terdapat beberapa kesalahan baik dari kata, kalimat, atau penjelasan yang kurang sesuai. Untuk itu, Saya berharap para pembaca dapat memberi kritik dan saran untuk dapat memperbaiki kesalahan dan sebagai motivasi dalam penyusunan laporan lain untuk kedepannya.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Yogyakarta, 9 September 2022

Muhammad Maxrivan Pratama Monarfa

(4)

iv

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR TABEL... vii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Maksud dan Tujuan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1. Geologi Lokal ... 3

2.2. Penelitian Terdahulu ... 5

BAB III DASAR TEORI ... 7

3.1. Pengertian dan Prinsip Dasar CMD ... 7

3.2. Perambatan Gelombang Elektromagnetik ... 8

3.3. Konduktivitas ... 8

3.4. Inphase ... 10

3.5. Moving Average... 10

BAB IV METODE PENELITIAN ... 12

4.1. Desain Survey Penelitian ... 12

4.2. Diagram Alir Pengolahan Data ... 13

4.3. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data ... 14

4.4. Interpretasi ... 14

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

5.1. Tabel Data Kelompok 6 ... 15

(5)

v

5.2. Grafik Analisis Lintasan 6 ... 15

5.2.1. Grafik Konduktivitas vs Inphase Low Penetration Lintasan 6 ... 15

5.2.2. Grafik MA Konduktivitas vs MA Inphase Low Penetration Lintasan 6. 15 5.2.3. Grafik Konduktivitas vs Inphase High Penetration Lintasan 6 ... 15

5.2.4. Grafik MA Konduktivitas vs MA Inphase High Penetration Lintasan 6 15 5.3. Pembahasan Peta ... 15

5.3.1. Perbandingan Peta Konduktivitas Low Penetration dan Peta MA Konduktivitas Low Penetration ... 15

5.3.2. Perbandingan Peta Konduktivitas High Penetration dan Peta MA Konduktivitas High Penetration... 15

5.3.3. Perbandingan Peta Inphase Low Penetration dan Peta MA Inphase Low Penetration ... 15

5.3.4. Perbandingan Peta Inphase High Penetration dan Peta MA Inphase High Penetration ... 15

BAB VI PENUTUP ... 16

5.1. Kesimpulan ... 16

5.2. Saran ... 16

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

LAMPIRAN A. TABEL KONDUKTIVITAS B. LEMBAR KONSULTASI C. LEMBAR PENILAIAN

(6)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Peta Administrasi Kabupaten Bantul (Sumber: Peta Tematik

Indonesia) ...12 Gambar 3. 1 Sistem Induksi Elektromagnetik (Wibowo dan Indriarti 2017)……15 Gambar 3. 1 Sistem Induksi Elektromagnetik (Wibowo dan Indriarti 2017) ...15 Gambar 3. 2 Perambatan Medan Elektromagnetik (Wibowo dan Indriarti 2017)16 Gambar 4. 1 Desain Survey Penelitian……….20 Gambar 4. 2 Diagram Alir ...21 Gambar 5. 1 Grafik Konduktivitas vs Inphase Low Penetration Lintasan 7……26

Gambar 5. 2 Grafik MA Konduktivitas vs MA Inphase Low Penetration

Lintasan 7 ...27 Gambar 5. 3 . Grafik Konduktivitas vs Inphase High Penetration Lintasan 7 ...28 Gambar 5. 4 Grafik MA Konduktivitas vs MA Inphase High Penetration

Lintasan 1 ...29 Gambar 5. 5 . Perbandingan Peta Konduktivitas Low Penetration dan Peta MA Konduktivitas Low Penetration...31 Gambar 5. 6 Perbandingan Peta Konduktivitas High Penetration dan Peta MA Konduktivitas High Penetration ...32 Gambar 5. 7 Perbandingan Peta Inphase Low Penetration dan Peta MA Inphase Low Penetration ...33 Gambar 5. 8 . Perbandingan Peta Inphase High Penetration dan Peta MA Inphase High Penetration...34

(7)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 5. 1 Pengolahan Data Kelompok 7 Lintasan 1 ...25

(8)

viii

DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG

Singkatan Nama

CMD : Conductivity Meter Depth MA : Moving Average

VLF : Very Low Frequency EM : Elektromagnetik RAE : Rapat Arus Ekivalen

Lambang

σ : konduktivitasɛ : permitivitas

μ : permeabilitas

(9)

9

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perkembangan kawasan industri belakangan ini tengah giat dilaksanakan. Hal ini dikarena bertambahnya permintaan yang menyebabkan kegiatan produksi dan distribusi semakin meningkat. Sehingga untuk merespons keadaan tersebut, kawasan industri mulai melakukan pembangunan dan perluasan. Pembangunan ataupun perluasan kawasan industri tentu saja membutuhkan pasokan air bersih, listrik dan gasyang tersalurkan melalui jalur utilitas pipa dan kabeluntuk menunjang kegiatan tersebut. Permintaan yang semakin meningkat mengakibatkan adanya penambahan pasokan dan pemasangan jalur utilitas baru. Mengamankan jalur untuk pemasangan utilitas adalah suatu kewajiban untuk memastikan keberlanjutan pengembangan dan mengurangi kerusakan utilitas tertanam (existing) di kawasan industri. Maka dari itu, pemetaan jaringan utilitas (pipa dan kabel)diperkenalkan untuk mendeteksi utilitas yang terdapat di bawah permukaan tanahmenggunakan instrument non destruktif teknis (NDT) yakni melalui gelombang elektromagnetik(Davis, et al.1997)

Metode elektromagnetik merupakan salah satu metode dalam eksplorasi geofisika yang umumnya digunakan untuk pencarian bahan-bahan yang memiliki sifat konduktif yang tinggi. Metode elektomagnetik juga mengukur variasi lokal medan magnet bumi atau permeabilitas magnetik. Metode elektromagnetik sangat berguna dan praktis karena data dapat diperoleh dengan cepat untuk daerah yang luas sekalipun. (Corwin, et al 2005)

Pada penelitian kali ini kita akan memakai motode CMD (Electromagnetic Conductivity Meter Depth). CMD (Electromagnetic Conductivity Meter Depth) adalah suatu alat yang dapat mengukur secara cepat nilai konduktivitas benda memanfaatkan induksi elektromagnetik dari aliran listrk yang dipancarkan ke bawah permukaan hingga kedalaman ± 6 meter dengan frekuensi 14.6 kHz. Proses kerja dari instrumen CMD (Electromagnetic Conductivity Meter Depth) ini yaitu 2

(10)

10 dengan mengirim sinyal berupa gelombang elektromagnetik baik yang dibuat sendiri maupun yang berasal dari alam melalui suatu transmiter (Tx), material bawah permukaan bumi merespon gelombang elektromagnetik tadi dan menginduksi arus eddy. Dengan menggunakan metode ini, kita dapat megetahui lokasi benda-benda yang terpendam di dalam tanah seperti pipa, tangki, drum,dan tangki (Wibowo 2016)

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memahami dasar-dasar metode electromagnetic conductivity meter depth (CMD) dan langkah-langkah pengolahan serta interpretasi data electromagnetic conductivity meter depth (CMD).

Tujuan dari penelitian adalah untuk membuat grafik konduktivitas vs inphase low penetration, grafik MA konduktivitas vs inphase low penetration, grafik konduktivitas vs inphase high penetration, grafik MA konduktivitas vs MA inphase high penetration, dan membuat peta MA konduktivitas low penetration, MA konduktivitas high penetration, MA inphase low penetration dan MA inphase high penetration menggunakan software Surfer yang akan digunakan sebagai acuan melakukan interpretasi keberadaan target yaitu pipa besi.

.

(11)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Geologi Lokal

Kabupaten Bantul merupakan salah satu dari empat kabupaten yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Bentang alam Kabupaten Bantul terdiri dari daerah dataran yang terletak pada bagian tengah dan daerah perbukitan yang terletak pada bagian Timur dan Barat, serta kawasan pantai di sebelah Selatan. Kondisi bentang alam tersebut relatif membujur dari Utara ke Selatan. Secara geografis, Kabupaten Bantul terletak antara 14º04'50"-27º50'50" Lintang Selatan dan 110º10'41"- 110º34'40" Bujur Timur. Kabupaten Bantul berbatasan dengan Kabupaten Gunungkidul di sebelah Timur, dengan Kota Yogyakarta dan Kabupaten Sleman di sebelah Utara, dengan Kabupaten Kulonprogo di sebelah Barat, dan dengan Samudra Indonesia di sebelah Selatan.

Kabupaten Bantul mempunyai tujuh jenis tanah yaitu tanah Regosol, Litosol, Mediteran, Latosol, Grumosol, Rendzina, dan Alluvial.

a. Tanah Regosol merupakan jenis tanah yang dominan di wilayah Kabupaten Bantul yang tersebar pada Kecamatan Kasihan, Sewon, Banguntapan, Jetis, Bantul, dan Bambanglipuro. Tanah Regosol adalah tanah yang berasal dari material gunung berapi, bertekstur kasar bercampur dengan pasir, dengan solum tebal dan memiliki tingkat kesuburan rendah.

b. Tanah Litosol berasal dari batuan induk batugamping, batupasir, dan breksi/konglomerat, tersebar di Kecamatan Pajangan, Kasihan, dan Pandak.

c. Tanah Mediteran berasal dari batugamping karang, batugamping berlapis, dan batupasir, tersebar di Kecamatan Dlingo dan sedikit di Sedayu.

d. Tanah Latosol berasal dari batuan induk breksi, tersebar di Kecamatan Dlingo, Imogiri, Pundong, Kretek, Piyungan, dan Pleret.

e. Tanah Grumosol berasal dari batuan induk batu gamping berlapis, napal, dan tuff, terdapat di Kecamatan Sedayu, Pajangan, Kasihan, Pandak, Sanden, Bambanglipuro, dan Srandakan.

(12)

12 f. Tanah Rendzina adalah jenis tanah berwarna coklat keabu-abuan, kaya humus, dan biasanya berada di antara zona-zona tanah. Jenis tanah ini sangat erat berkaitan dengan tanah hasil pelapukan batuan dasar. Jenis tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan lunak seperti dolomit, batugamping, batukapur, batuserpih, kadangkadang batuan gipsum. Jenis tanah ini terletak di Kecamatan Piyungan, Imogiri, Dlingo, Pleret, Pajangan, dan Kasihan.

g. Tanah Alluvial merupakan tanah yang berasal dari endapan badan air (sungai dan danau), bertekstur halus dan dapat menampung air hujan yang tergenang. Tanah alluvial biasanya terdapat di tebingan sungai, delta sungai, dan dataran yang tergenang banjir. Banjir yang melimpah akan menimbulkan endapan tanah alluvial di tepi sungai.

Pada daerah penelitian tepatnya di daerah Kecamatan Kasihan yang memiliki enam satuan batuan yaitu: satuan packestone-wackestone, packestone- grainstone, packestone-rudstone, konglomerat andesittuf kristal, konglomerat andesit-breksi andesit, dan pasir kerakalan. Batuan karbonat terbentuk pada Miosen tengah sampai Pliosen akhir (N10-N21) di lingkungan batial bawah sampai neritik

Gambar 2. 1 Peta Administrasi Kabupaten Bantul (Sumber: Peta Tematik Indonesia)

(13)

13 luar dengan proses pengendapan yang menerus. Batuan vulkanik terbentuk pada Kala Pleistosen sampai Holosen di lingkungan darat dan fluvial oleh mekanisme pengendapan berupa pyroclatic flow, traction flow, dan mass flow dengan proses pengendapan yang tidak menerus. Hubungan stratigrafi antara satuan batuan vulkanik dengan satuan batuan karbonat adalah tidak selaras, dengan jenis ketidakselarasan menyudut pada beberapa lokasi, dan kontak berupa bidang ketidakselarasan erosional. (Sri Mulyani,dkk. 2014)

2.2. Penelitian Terdahulu

Judul : Analisis Pola Sebaran Air Lindi Sekitar Tempat Pembuangan Akhir (Tpa) Noenbila Kabupaten Timor Tengah Selatan Menggunakan Metode Elektromagnetik Konduktivitas

Penulis : Harison Nubatonis, Hadi Imam Sutaji, Ali Warsito, Jehunias L. Tanesib Tahun : 2021

Penerbit : Jurnal Fisika

Keberadaan air tanah dan air permukaan tidak menjamin terbebas dari zat pencemar, baik logam ataupun lindi yang merembes (meresap) masuk malalui celah-celah batuan menuju air tanah maupun air permukaan. Lindi dapat meresap ke dalam tanah yang menyebabkan pencemaran tanah dan air tanah secara langsung karena dalam lindi terdapat berbagai senyawa kimia organik dan anorganik serta sejumlah pathogen. Dampak sebaran lindi menjadi penyebab keterbatasan air bersih di bebeberapatempat, terutamadi sekitar tempat pembuangan akhir (TPA). Tempat pembuangan akhir (TPA) Noenbila merupakan satu-satunya TPA yang berada di Kecamatan Kota Soe Kabupaten Timor Tengah selatan Ada banyak sampah di TPA Noenbila, menumpuk dan dibiarkan begitu saja sehingga menghasilkan lindi yang meresap dan menyebar ke berbagai tempat sehingga dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap kualitas air sekitar TPA. Kekhawatiran itu beralasan apalagi jika dikaitkan dengan proses pembuatan TPA Noenbila, dimana para akademisi mengatakan pembangunan TPA harus dihentikan karena akan mencemari lingkungan dan penduduk sekitar.

(14)

14 Penelitiaan ini dilaksanakan sekitar 6 bulan, dimulai pada bulan Juli 2019 sampai Desember 2019. Objek penelitian berupa TPA Noenbila . Peralatan yang digunakan dalam penelitian berupa seperangkat GF Instrument CMD-4, GPS, kamera, laptop dan ArcGIS 10, Global Mapper 16.1, Google Earth, Surfer 13.

Data hasil pengukuran lapangan menunjukkan bahwa nilai konduktivitas dan suseptibilitas titik-titik ukur berbeda di setiap lokasi, dimana nilai konduktivitasnya antara 2,99-137,37 mS/m, sedangkan suseptibilitas antara 3,19-44,27 ppt seperti terlihat pada tabel Nilai konduktivitas pada tabel menunjukkan bahwa lokasi A, B dan D diduga tidak tercemar oleh aliran lindi sementara lokasi C serta E tercemar aliran lindi. Rentang nilai konduktivitas dan suseptibilitas pada lokasi C adalah 3,11-137,37 mS/m dan 4,02-44,27 ppt. Nilai konduktivitas tersebut menyatakan bahwa lokasi C tercemar oleh lindi. Adanya lindi pada lokasi ini diduga berasal dari berbagai tempat di sekitarnya yang meresap, mengalir dan berkumpul di lokasi C walaupun sebenarnya sampah yang berada di C tidak banyak. Lokasi E memiliki rentang nilai konduktivitasnya 3,86 –110,11 mS/m dan supsebtibilitas 3,93 – 12,02 ppt.

Hasil pengukuran menunjukkan kaitan antara nilai konduktivitas dan suseptibilitas di TPA Noenbila diduga berbanding terbalik, dimana jika nilai suseptibilitas kecil maka nilai konduktivitasnya besar, begitu sebaliknya. Pola distribusi sebaran lindi TPA Noenbila ditentukan nilai konduktivitas dan suseptibilitas, dimana lokasi tercemar lindi memiliki nilai konduktivitas > 100 mS/m dan penyebarannya tergantung jenis batuan bawah permukaan tempat lindi berada.

(15)

15

BAB III DASAR TEORI

3.1. Pengertian dan Prinsip Dasar CMD

CMD (Electromagnetic Conductivity Meter Depth) adalah suatu alat yangdapat mengukur secara cepat nilai konduktivitas benda memanfaatkan induksielektromagnetik dari aliran listrk yang dipancarkan ke bawah permukaan hinggakedalaman ± 6 meter dengan frekuensi 14.6 kHz. Prinsip dasar metode CMD ialah metode CMD menggunakan gelombang EM yang dipancarkan melalui transmitter sebagai medan magnetik utama kemudian menginduksikan konduktor (medium bawah permukaan) menghasilkan medan magnetik sekunder sebagai respon dari perubahan litologi, kehadiran air tanah, kontaminasi tanah karena mengandung zat-zat konduktif, adanya benda-benda infrastruktur di bawah permukaan, fondasi dan elemen-elemen baja serta adanya benda-benda yang bersifat feromagnetik seperti kabel, pipa dan lain-lain. Besarya medan magnetik sekunder yang dihasilkan oleh benda-benda konduktif tersebut diukur oleh receiver dan kemudian diubah menjadi parameter konduktivitas listrik semu, σ (mS/m) (Cygal, 2016).

Gambar 3. 1 Sistem Induksi Elektromagnetik (Wibowo dan Indriarti 2017)

Gambar 3. 2 Sistem Induksi Elektromagnetik (Wibowo dan Indriarti 2017)

(16)

16 Peta konduktivitas semu yang tidak sefase (out-of-phase values) dapat menjelaskan interpretasi tentang geologi, sementara konduktivitas semu yang sefase (inphase) dapat menggambarkan nilai rata rata suseptibilitas magnetik (Csabafi, 2012)

3.2. Perambatan Gelombang Elektromagnetik

Penjalaran gelombang pada medan elektromagnetik dibagi menjadi 2 jenis, yaitu horisontal dipol dan vertical dipol, dimana yang membedakan ialah kedalalaman penetrasi yang bisa didapat. Pada horisontal dipol penetrasi yang didapat akan lebih dalam daripada vertikal dipol.

Hal ini dikarenakan pada horisontal dipol ia tegak lurus terhadap arus magnet bumi, sedangkan pada vertikal dipol akan sejajar dengan arah magnet bumi, sehingga pembacaanya kearah samping sehingga mendapatkan hasil penetrasi yang lebih dangkal.

3.3. Konduktivitas

Konduktivitas adalah ukuran kemampuan suatu benda untuk menghantarkan listrik. Pengukuran konduktivitas sering dilakukan pada industri - industri sebagai cara mengukur kandungan ion pada suatu larutan. Cara ini dipakai karena cepat, tidak memakan biaya dan dapat diandalkan. Benda yang memiliki konduktivitas yang besar disebut konduktor, sedangkan benda yang memiliki konduktivitas yang tidak terlalu besar disebut isolator. Satuan konduktivitas adalah ohm-1 disingkat Ω-1, tetapi secara resmi satuan yang digunakan adalah siemen, disingkat S, dimana S = Ω-1 maka satuan k adalah Sm-1 atau SCm-1.

Gambar 3. 3 Perambatan Medan Elektromagnetik (Wibowo dan Indriarti 2017)

(17)

17 Konduktivitas digunakan untuk ukuran larutan / cairan elektrolit.

Konsentrasi elektrolit sangat menentukan besarnya konduktivitas, sedang konduktivitas sendiri tidak dapat dapat digunakan untuk ukuran suatu larutan.

Ukuran yang lebih spesifik yaitu konduktivitas molar (∆m). Konduktivitas molar adalah konduktivitas suatu larutan apabila konsentrasi larutan sebesar satu molar, yang dirumuskan sebagai (Kreith,1997):

∆m = k/C dimana:

k = Konduktivitas spesifik (SCm-1) C = Konsentrasi larutan (mol/L)

∆m = Hantaran molar (SCm2mol-1)

Sedangkan persamaan untuk harga konduktivitas dapat diperoleh dari :

𝐻𝑆

𝑖𝜔𝜇0𝑠2𝜎...(1)

𝐻𝑃 4

Dengan :

𝐻𝑆 = Medan magnet sekunder pada koil penerima 𝐻𝑝 = Medan magnet primer pada koil penerima Ω = 2 π f

f = frekuensi (Hz)

𝜇0 = Permeabilitas ruang hampa 𝜎 = Konduktivitas (mS/m) s = Intercoil spacing i = √−1

sehingga persamaan yang digunakan untuk mendapatkan harga konduktivitas (𝜎𝑎) pada suatu medium ialah :

𝜎

𝑎

=

4

𝜔𝜇0

(

𝐻𝑠

)

𝑠2 𝐻𝑝 ...(2)

(18)

18 3.4. Inphase

Parameter kedua yang diukur secara simultan dengan konduktivitas jelas adalah In Phase. Hal ini didefinisikan sebagai kuantitas relatif dalam ppt dari medan magnet primer dan terkait erat dengan kerentanan magnetik bahan diukur. Jadi peta InPhase dapat membantu membedakan struktur buatan dari geologi alam di peta konduktivitas terlihat jelas

Berdasar konsep dasar electromagnet dan fase elips dapat dikatakan bahwa, jika terdapat medium yang sangat konduktif (R→0), maka beda fasenya mendekati 180o, dan jika medium sangat resistif (R→) maka beda fasenya mendekati 90o.

Kombinasi antara P dan S akan membentuk resultan R. Komponen R yang sefase dengan P (Rcos) disebut sebagai komponen real (in-phase) dan komponen yang tegak lurus P (Rsin) disebut komponen imajiner (out-of-phase, komponen kuadratur). Perbandingan antara komponen real dan imajiner dinyatakan dalam persamaan;

Re = tan = L / R

Im (1)

Pers (1) menunjukkan bahwa semakin besar perbandingan Re/Im (semakin besar pula sudut fasenya), maka konduktor semakin baik, dan semakin kecil maka konduktor semakin buruk.

3.5. Moving Average

Filter Moving Average adalah filter yang digunakan untuk menghilangkan noise yang bersifat lokal dengan memisahkan data yang mengandung frekuensi tinggi dan rendah. Data yang mengandung frekuensi tinggi diasumsikan sebagai sinyal, sedangkan data yang berfrekuensi rendah diasumsikan sebagai noise.

Metode ini dilakukan dengan cara merata-rata nilai anomalinya kemudian dibagi dengan jumlah jendela yang digunakan, atau secara matematis dapat ditulis sebagai berikut (Nabigian, 1991):

𝑦[𝑖] = 1 ∑ 𝑀

𝑀−1 2 𝑗=−𝑀−1

2

𝑥[𝑖 + 𝑗]

(19)

19 Dimana y[i] adalah sinyal output hasil filter moving average, x[i+j] adalah sinyal input, dan M adalah orde filter.

Moving Average dapat diartikan sebagai perubahan harga rata-rata dalam satu timeframe tertentu. MA berfungsi mengkompensasi noise acak yang muncul selama pengukuran (akibat aktivitas kelistrikan maupun ketidak homogenan bawah permukaan).

Dalam pengolahan data CMD, data yang diperoleh dilapangan adalah data konduktivitas serta data inphase. Data – data tersebut tak lepas dari gangguan atau noise, maka pengolahan data MA ini sangat diperlukan. Dalam pengolahan data EM terdapat langkah ini, yang sebenarnya disebut dengan filter moving average atau dapat diartikan sebagai rata – rata nilai anomali, yang kemudian dibagi dengan jumlah jendela yang digunakan. Hal ini digunakan untuk memisahkan data yang mengandung frekuensi yang tinggi dan rendah. Setelah dilakukannya tahap ini, diharapkan sinyal yang ada benar – benar menggambarkan anomali yang disebabkan oleh benda – benda konduktif dibawah permukaan. Berikut langkah- langkah singkat dalam pengolahan MA.

(20)

20

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Survey Penelitian

Gambar 4.1 merupakan desain survei daerah penelitian yang berada di daerah Kasihan, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta yang dibuat dengan menggunakan software surfer dengan skala 1 : 1000 yang artinya 1 cm pada peta mewakili 1000 cm pada jarak sebenarnya. Dari desain survei tersebut dapat diketahui bahwa jumlah titik pengukuran semua kelompok yaitu sebanyal 210 titik yang berada pada koordinat X : 428080 – 428160 dan koordinat Y : 9134820 – 9134770.

Gambar 4. 1 Desain Survey Penelitian

(21)

21 4.2. Diagram Alir Pengolahan Data

Gambar 4. 2 Diagram Alir

(22)

22 4.3. Pembahasan Diagram Alir Pengolahan Data

Pada penelitian electromagnetic conductivity meter depth (CDM) ini, peneliti membuat grafik konduktivitas vs inphase low penetration, grafik MA konduktivitas vs inphase low penetration, grafik konduktivitas vs inphase high penetration, grafik MA konduktivitas vs MA inphase high penetration dan membuat peta MA konduktivitas low penetration, MA konduktivitas high penetration, MA inphase low penetration dan MA inphase high penetration.. Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan

1. Melakukan tinjauan pustaka mengenai geologi lokal dan penelitian terdahulu daerah penelitian. Daerah penelitian terletak di kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Melakukan input data ke dalam software Microsoft excel berupa data konduktivitas low dan high, inphase low dan high serta data koordinat pengukuran. Data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data sintetik atau data yang tidak diambil secara langsung.

3. Melakukan perhitungan moving average pada Microsoft excel dengan menggunakan rumus kondiktivitas low sebelum titik ditambah 2 kali konduktivitas low dan ditambah dengan nilai konduktivitas low sesudahnya dan kemudian dibagi 4. Melakukan perhitungan yang sama untuk menghitung MA konduktivitas high dan MA inphase high dan low.

4. Setelah menghitung nilai MA, kemudian membuat grafik konduktivitas vs inphase low penetration, grafik MA konduktivitas vs inphase low penetration, grafik konduktivitas vs inphase high penetration, grafik MA konduktivitas vs MA inphase high penetration di software Microsoft excel dengan sumbu X sebagai nilai titik pengukuran, dan sumbu Y sebagai nilai konduktivitas atau inphase.

5. Membuat peta MA konduktivitas low penetration, MA konduktivitas high penetration, MA inphase low penetration dan MA inphase high penetration menggunakan software Surfer dan menggunakan metode gridding Triangulation With Linier Interpolation dengan menggunakan data koordinat X, Y dan nilai MA konduktivitas high dan low serta data koordinat X, Y dan nilai MA inphase high dan low. Nilai titik koordinat didapatkan dari pengolahan di software Microsoft Excel dengan menggunakan rumus, data koordinat pertama ditambah

(23)

23 2 kali nilai sin dari azimuth untuk koordinat X dan nilai cos azimuth untuk koordinat Y.

6. Setelah selesai membuat grafik konduktivitas vs inphase low penetration, grafik MA konduktivitas vs inphase low penetration, grafik konduktivitas vs inphase high penetration, grafik MA konduktivitas vs MA inphase high penetration, dan membuat peta MA konduktivitas low penetration, MA konduktivitas high penetration, MA inphase low penetration dan MA inphase high penetration kemudian melakukan pembahasan di dalam laporan.

7. Setelah melakukan pembahasan di dalam laporan maka dapat ditarik kesimpulan dari proses pembuatan grafik dan peta tersebut.

8. Pengolahan data selesai.

(24)

24 4.4. Interpretasi

Interpretasi merupakan tahap terakhir dari proses metode CMD, dimana interpretasi merupakan tahapan untuk penentuan apakah terdapat keberadaan logam ataupun benda-benda yang tertanam dibawah permukaan. Interpretasi data dibagi menjadi 2 jenis, yaitu interpretasi secara kuantitatif dan kualitatif. Berikut pembahasan interpretasi yang dilakukan :

Interpretasi Kuantitaf

Interpretasi kuantitatif merupakan pemerian berdasarkan data-data berupa angka seperti nilai konduktivitas.

Interpretasi Kualitatif

Interpretasi kualitatif dilakukan berdasarkan hubungan nilai data kuantitatif dengan pemerian atau deskripsi yang sesuai berdasarkan data. Interpretasi kualitatif yang dilakukan sudah menjurus ke dalam letak dan kedalaman dari benda-benda yang tertanam dibawah permukaan.

(25)

25

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Tabel Data Kelompok 7

Tabel 5. 1 Pengolahan Data Kelompok 7 Lintasan 1

LOW HIGH LOW HIGH Low High Low High Low High Low High X Y

-2 -1 1.15 1.406667 1 -2 -1 1.15 1.406667 428084 9134790

-2 -3 1.163333 1.423333 2 -2 -3 -2.25 -2.5 1.163333 1.423333 1.161667 1.420833 428086 9134790

-3 -3 1.17 1.43 3 -3 -3 -2.75 -3.25 1.17 1.43 1.168333 5.726667 428087.9 9134789

-3 -4 1.17 1.443333 4 -3 -4 -2.75 -3 1.17 1.443333 1.1625 5.776667 428089.9 9134789

-2 -1 1.14 1.46 5 -2 -1 -2.25 -2 1.14 1.46 1.1475 5.833333 428091.9 9134789

-2 -2 1.14 1.47 6 -2 -2 -2.25 -2 1.14 1.47 1.14 5.886667 428093.8 9134788

-3 -3 1.14 1.486667 7 -3 -3 -2.75 -2.5 1.14 1.486667 1.1425 5.943333 428095.8 9134788

-3 -2 1.15 1.5 8 -3 -2 -2.75 -2.25 1.15 1.5 1.1475 5.996667 428097.8 9134788

-2 -2 1.15 1.51 9 -2 -2 -2.25 -2 1.15 1.51 1.151667 6.02 428099.8 9134787

-2 -2 1.156667 1.5 10 -2 -2 -2.25 -2 1.156667 1.5 1.158333 6 428101.7 9134787

-3 -2 1.17 1.49 11 -3 -2 -2.75 -2 1.17 1.49 1.166667 5.97 428103.7 9134787

-3 -2 1.17 1.49 12 -3 -2 -2.75 -2 1.17 1.49 1.1675 5.973333 428105.7 9134786

-2 -2 1.16 1.503333 13 -2 -2 -2.25 -2 1.16 1.503333 1.1625 6.006667 428107.6 9134786

-2 -2 1.16 1.51 14 -2 -2 -2.25 -2.25 1.16 1.51 1.165 6.033333 428109.6 9134785

-3 -3 1.18 1.51 15 -3 -3 -2.75 -2.75 1.18 1.51 1.18 6.043333 428111.6 9134785

-3 -3 1.2 1.513333 16 -3 -3 -2.75 -2.75 1.2 1.513333 1.205 6.063333 428113.5 9134785

-2 -2 1.24 1.526667 17 -2 -2 2 0.175 1.24 1.526667 4.57 8.966667 428115.5 9134784

15 7.7 14.6 4.4 18 15 7.7 11.05 5.175 14.6 4.4 11.11 16.02667 428117.5 9134784

16.2 7.3 14 5.7 19 16.2 7.3 15.85 7.275 14 5.7 14.9 22.6 428119.5 9134784

16 6.8 17 6.8 20 16 6.8 16.3 7.025 17 6.8 16.125 26.5 428121.4 9134783

17 7.2 16.5 7.2 21 17 7.2 16.25 7.1 16.5 7.2 16.25 27.6 428123.4 9134783

15 7.2 15 6.4 22 15 7.2 11 4.65 15 6.4 11.98333 21.56667 428125.4 9134783

-3 -3 1.433333 1.566667 23 -3 -3 1.75 0.05 1.433333 1.566667 4.831667 11.09667 428127.3 9134782

-2 -1 1.46 1.563333 24 -2 -1 -2 -1.75 1.46 1.563333 1.460833 6.266667 428129.3 9134782

-1 -2 1.49 1.573333 25 -1 -2 -1.5 -2.25 1.49 1.573333 1.4925 6.296667 428131.3 9134782

-2 -4 1.53 1.586667 26 -2 -4 -2 -3.25 1.53 1.586667 1.5275 6.353333 428133.2 9134781

-3 -3 1.56 1.606667 27 -3 -3 -2.75 -3 1.56 1.606667 1.5525 6.423333 428135.2 9134781

-3 -2 1.56 1.623333 28 -3 -2 -3 -2.25 1.56 1.623333 1.565 6.483333 428137.2 9134781

-3 -2 1.58 1.63 29 -3 -2 -3 -2 1.58 1.63 1.575 6.52 428139.1 9134780

-3 -2 1.58 1.636667 30 -3 -2 -2.75 -1.75 1.58 1.636667 1.58 6.553333 428141.1 9134780

-2 -1 1.58 1.65 31 -2 -1 -2.25 -1.5 1.58 1.65 1.58 6.586667 428143.1 9134780

-2 -2 1.58 1.65 32 -2 -2 -2 -1.75 1.58 1.65 1.581667 6.593333 428145.1 9134779

-2 -2 1.586667 1.643333 33 -2 -2 -2 -2 1.586667 1.643333 1.590833 6.576667 428147 9134779

-2 -2 1.61 1.64 34 -2 -2 -1.75 -1.75 1.61 1.64 1.604167 6.57 428149 9134779

-1 -1 1.61 1.646667 35 -1 -1 1.61 1.646667 428151 9134778

MA Inphase Koordinat

KONDUK INPHASE

Titik Pengukuran Konduktivitas MA Konduktivitas Inphase

(26)

26 5.2. Grafik Analisis Lintasan 1

5.2.1. Grafik Konduktivitas vs Inphase Low Penetration Lintasan 7

Gambar 5. 1 Grafik Konduktivitas vs Inphase Low Penetration Lintasan 7

Gambar 5.1 merupakan grafik yang memperlihatkan perbandingan antara grafik konduktivitas dan inphase low penetration pada lintasan 1. Pada grafik ini terdiri atas 2 warna, yaitu warna biru dan orange. Warna biru merupakan grafik konduktivitas sedangkan warna orange merupakan grafik inphase. Pada grafik warna biru dimulai pada koorndinat 428085 memiliki nilai -2 kemudian pada koordinat 428100 nilai konduktivitas ini mengalami kenaikan yang sangat drastis.

Kemudian pada koordinat 428120 mengalami penurunan kembali menjadi -2 kemudian sampai kepada koordinat 428160 nilainya masih tetap konstan.

Pada grafik yang berwarna orange merupakan grafik yang memperlihatkan nilai inphase disuatu titik pengukuran. Pada kordinat 428085 nilai inphase nya memiliki nilai 2. Kemudian pada koordinat 4281100 nilai inphase ini mengalami kenaikan yang sangat drastis, nilainya mencapai 17. Kemudian mengalami penurunan lagi menjadi 2 pada koordinat 428120 kemudian hingga koordinat 428160 nilainya tetap sama atau konstan yaitu 2. Pada daerah yang dilingkarin merupakan daerah yang memiliki nilai susep dan konduk yang tinggi karena grafik dari konduktif dan inphase mengalami kenaikan ditempat yang sama sehingga pada

-10 -5 0 5 10 15 20

0 5 10 15 20 25 30 35 40

Ohm

Titik Pengukuran

Low Conductivity vs Low Inphase

Low Conductivity Low Inphase

(27)

27 daerah dapat diinduksi oleh magnet dengan sangat baik dan dapat dialiri oleh arus listrik dengan sangat baik

5.2.2. Grafik MA Konduktivitas vs MA Inphase Low Penetration Lintasan 7

Gambar 5. 2 Grafik MA Konduktivitas vs MA Inphase Low Penetration Lintasan 7

Grafik 5.2 diatas merupakan grafik yang memperlihatkan perbandingan antara grafik MA konduktivitas dan inphase low penetration pada lintasan 3. Pada grafik ini terdiri atas 2 warna, yaitu warna biru dan orange. Warna biru merupakan grafik konduktivitas sedangkan warna orange merupakan grafik inphase. Pada grafik warna biru dimulai pada koorndinat 428085 memiliki nilai -2 kemudian pada koordinat 428100 nilai konduktivitas ini mengalami kenaikan yang sangat drastis.

Kemudian pada koordinat 428120 mengalami penurunan kembali menjadi -2 kemudian sampai kepada koordinat 428160 nilainya masih tetap konstan. Pada grafik yang berwarna orange merupakan grafik yang memperlihatkan nilai inphase disuatu titik pengukuran. Pada kordinat 428085 nilai inphase nya memiliki nilai 2.

Kemudian pada koordinat 4281100 nilai inphase ini mengalami kenaikan yang sangat drastis, nilainya mencapai 17. Kemudian mengalami penurunan lagi menjadi 2 pada koordinat 428120 kemudian hingga koordinat 428160 nilainya tetap sama atau konstan yaitu 2. Pada daerah yang dilingkarin merupakan daerah yang memiliki nilai susep dan konduk yang tinggi karena grafik dari konduktif dan

(28)

28 inphase mengalami kenaikan ditempat yang sama sehingga pada daerah dapat diinduksi oleh magnet dengan sangat baik dan dapat dialiri oleh arus listrik dengan sangat baik.

5.2.3. Grafik Konduktivitas vs Inphase High Penetration Lintasan 7

Gambar 5. 3 . Grafik Konduktivitas vs Inphase High Penetration Lintasan 7

Grafik 5.3 diatas merupakan grafik yang memperlihatkan perbandingan antara grafik konduktivitas dan inphase high penetration pada lintasan 3. Pada grafik ini terdiri atas 2 warna, yaitu warna biru dan orange. Warna biru merupakan grafik konduktivitas sedangkan warna orange merupakan grafik inphase. Pada grafik warna biru dimulai pada koorndinat 428085 memiliki nilai -2. Selanjutnya pada koorinat 428080 mengalami kenaikan hingga mencapai -1. Kemudian pada koordinat 428100 nilai konduktivitas ini mengalami kenaikan yang sangat drastis hingga mencapai 8. Kemudian pada koordinat 428120 mengalami penurunan kembali menjadi -2 kemudian sampai kepada koordinat 428160 nilainya masih tetap konstan yaitu 2. Pada grafik yang berwarna orange merupakan grafik yang memperlihatkan nilai inphase disuatu titik pengukuran. Pada kordinat 428085 nilai inphase nya memiliki nilai 2. Kemudian pada koordinat 4281100 nilai inphase ini mengalami kenaikan yang sangat drastis, nilainya mencapai 8. Kemudian mengalami penurunan lagi menjadi 2 pada koordinat 428120 kemudian hingga koordinat 428160 nilainya tetap sama atau konstan yaitu 2. Pada daerah yang

(29)

29 dilingkarin merupakan daerah yang memiliki nilai susep dan konduk yang tinggi karena grafik dari konduktif dan inphase mengalami kenaikan ditempat yang sama sehingga pada daerah dapat diinduksi oleh magnet dengan sangat baik dan dapat dialiri oleh arus listrik dengan sangat baik.

5.2.4. Grafik MA Konduktivitas vs MA Inphase High Penetration Lintasan 1

Gambar 5. 4 Grafik MA Konduktivitas vs MA Inphase High Penetration Lintasan 1

Grafik 5.4 diatas merupakan grafik yang memperlihatkan perbandingan antara grafik MA konduktivitas dan MA inphase high penetration pada lintasan 3.

Pada grafik ini terdiri atas 2 warna, yaitu warna biru dan orange. Warna biru merupakan grafik konduktivitas sedangkan warna orange merupakan grafik inphase. Pada grafik warna biru dimulai pada koorndinat 428085 memiliki nilai -3 kemudian pada koordinat 428100 nilai konduktivitas ini mengalami kenaikan hingga -1dan kembai turun pada koordinat 428105. Selanjutnya mengalami kenaikan yang sangat drastis pada koordinat 428107 hingga nilainya mencapai 6.

Kemudian pada koordinat 428120 mengalami penurunan kembali menjadi -3 kemudian sampai kepada koordinat 428160 nilainya masih tetap konstan yaitu -3.

Pada grafik yang berwarna orange merupakan grafik yang memperlihatkan nilai inphase disuatu titik pengukuran. Pada kordinat 428085 nilai inphase nya memiliki nilai 2. Kemudian pada koordinat 428100 nilai inphase ini mengalami kenaikan

(30)

30 yang sangat drastis, nilainya mencapai 5,8. Kemudian mengalami penurunan lagi menjadi 2 pada koordinat 428120 kemudian hingga koordinat 428160 nilainya tetap sama atau konstan yaitu 2. Pada daerah yang dilingkarin merupakan daerah yang memiliki nilai susep dan konduk yang tinggi karena grafik dari konduktif dan inphase mengalami kenaikan ditempat yang sama sehingga pada daerah dapat diinduksi oleh magnet dengan sangat baik dan dapat dialiri oleh arus listrik dengan sangat baik.

(31)

31 5.3. Pembahasan Peta

5.3.1. Perbandingan Peta Konduktivitas Low Penetration dan Peta MA Konduktivitas Low Penetration

Gambar 5. 5 . Perbandingan Peta Konduktivitas Low Penetration dan Peta MA Konduktivitas Low Penetration

Pada Gambar 5.5 diatas merupakan peta MA Konduktivitas Low Penetration yang memperlihatkan persebaran nilai konduktivitas. Peta diatas terdiri atas beberapa warna, yaitu warna ungu, biru, hijau, kuning, dan orange. Setiap warna ini memiliki nilai yang berbeda-beda tergantung warnanya. Pada warna ungu memiliki nilai konduktivitas yang rendah yaitu -4. Kemudian pada warna biru memiliki nilai konduktivitas yaitu -2,5 hingga -1. Selanjutnya pada warna hijau memiliki nilai konduktivitas sebesar 0,5 hingga 2. Warna kuning memiliki nilai konduktivitas sebesar 3 hingga 3.5.Kemudian untuk warna orange memiliki nilai konduktivitas yang paling tinggi yaitu sebesar 4,5 hingga 7.5. Pada peta ini, dapat terlihat persebaran nilai konduktivitas daerah tersebut. Pada daerah ini dapat terlihat bahwa pada bagian utara pada peta ini memiliki nilai konduktifitas yang sedang, kemungkinan pada daerah ini terdapat benda-benda yang konduktif. Pada warna biru hampir memenuhi peta tersebut. Pada daerah yang berwarna biru ini memiliki nilai konduktifitas yang rendah jadi pada daerah ini tidak terdapat benda yang memiliki benda konduktif. Pada warna kuning hingga orange membentuk pola

(32)

32 cross. Pada daerah ini memiliki nilai konduktifitas yang tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa didaerah ini memiliki benda-benda yang bersifat konduk.

Sehingga dapat dialiri oleh arus listrik dengan baik.

5.3.2. Perbandingan Peta Konduktivitas High Penetration dan Peta MA Konduktivitas High Penetration

Gambar 5. 6 Perbandingan Peta Konduktivitas High Penetration dan Peta MA Konduktivitas High Penetration

Pada Gambar 5.6 diatas merupakan peta MA Konduktivitas Low Penetration yang memperlihatkan persebaran nilai konduktivitas. Peta diatas terdiri atas beberapa warna, yaitu warna ungu, biru, hijau, kuning, dan orange. Setiap warna ini memiliki nilai yang berbeda-beda tergantung warnanya. Pada warna ungu memiliki nilai konduktivitas yang rendah yaitu -6 hingga -4. Kemudian pada warna biru memiliki nilai konduktivitas yaitu -4 hingga -1. Selanjutnya pada warna hijau memiliki nilai konduktivitas sebesar 2 hingga 6. Warna kuning memiliki nilai konduktivitas sebesar 7 hingga 8. Kemudian untuk warna orange memiliki nilai konduktivitas yang paling tinggi yaitu sebesar 10 hingga 17 Pada peta ini, dapat terlihat persebaran nilai konduktivitas daerah tersebut. Pada daerah ini dapat terlihat bahwa pada bagian utara pada peta ini memiliki nilai konduktifitas yang sedang, kemungkinan pada daerah ini terdapat benda-benda yang konduktif. Pada warna

(33)

33 biru hampir memenuhi peta tersebut. Pada daerah yang berwarna biru ini memiliki nilai konduktifitas yang rendah jadi pada daerah ini tidak terdapat benda yang memiliki benda konduktif. Pada warna kuning hingga orange membentuk pola cross. Pada daerah ini memiliki nilai konduktifitas yang paling tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa didaerah ini memiliki benda-benda yang bersifat konduktif.

Sehingga dapat dialiri oleh arus listrik dengan baik.

5.3.3. Perbandingan Peta Inphase Low Penetration dan Peta MA Inphase Low Penetration

Gambar 5. 7 Perbandingan Peta Inphase Low Penetration dan Peta MA Inphase Low Penetration

Pada gambar 5.7 diatas merupakan peta MA inphase low Penetration yang memperlihatkan persebaran nilai suseptibilitas pada daerah penelitian. Peta diatas terdiri atas beberapa warna, yaitu warna ungu, biru, hijau, kuning, dan orange.

Setiap warna ini memiliki nilai yang berbeda-beda tergantung warnanya. Pada warna ungu memiliki nilai suseptibilitas yang rendah yaitu 0,5. Kemudian pada warna biru memiliki nilai suseptibilitas yaitu 1 hingga 2. Selanjutnya pada warna

(34)

34 hijau memiliki nilai Suseptibilitas sebesar 3 hingga 4.5. Warna kuning memiliki nilai suseptibilitas sebesar 5 hingga 5.5 Kemudian untuk warna orange memiliki nilai suseptibilitas yang paling tinggi yaitu sebesar 6 hingga 8. Dari peta ini, dapat terlihat persebaran nilai suseptibiitas daerah tersebut. Daerah yang memiliki nilai suseptibilitas yang tinggi merupakan daerah yang mudah di terinduksi oleh magnet.

Dari sini, dapat terlihat bahwa pada bagian utara memiliki nilai suseptibilitas yang sedang sehingga kemungkinan pada daerah ini terdapat benda-benda yang dapat di induksi oleh medan magnet. Kemudian pada daerah yang warna biru dan ungu merupakan daerah yang mmiliki nilai suseptibilitas yang paling rendah.

Kemungkinan pada daerah ini tidak memiliki benda yang memiliki nilai suseptibilitas yang tinggi. Selanjutnya pada daerah yang dilingkari merupakan daerah yang warna kuning hingga orange. Pada daerah ini merupakan daerah yang memiliki nilai suseptibilitas yang tinggi. Sehingga pada daerah ini dapat diinduksi dengan sangat baik.

5.3.4. Perbandingan Peta Inphase High Penetration dan Peta MA Inphase High Penetration

Gambar 5. 8 . Perbandingan Peta Inphase High Penetration dan Peta MA Inphase High Penetration

Pada Gambar 5.8 diatas merupakan peta MA inphase low Penetration yang

(35)

35 memperlihatkan persebaran nilai suseptibilitas pada daerah penelitian. Peta diatas terdiri atas beberapa warna, yaitu warna ungu, biru, hijau, kuning, dan orange.

Setiap warna ini memiliki nilai yang berbeda-beda tergantung warnanya. Pada warna ungu memiliki nilai suseptibilitas yang rendah yaitu 1. Kemudian pada warna biru memiliki nilai suseptibilitas yaitu 2 hingga 5. Selanjutnya pada warna hijau memiliki nilai Suseptibilitas sebesar 7 hingga 9. Warna kuning memiliki nilai suseptibilitas sebesar 10 hingga 11. Kemudian untuk warna orange memiliki nilai suseptibilitas yang paling tinggi yaitu sebesar 12 hingga 17. Dari peta ini, dapat terlihat persebaran nilai suseptibitas daerah tersebut. Daerah yang memiliki nilai suseptibilitas yang tinggi merupakan daerah yang mudah di terinduksi oleh magnet.

Dari sini, dapat terlihat bahwa pada bagian utara memiliki nilai suseptibilitas yang sangat rendah yaitu daerah yang memiliki warna biru. Sehingga kemungkinan pada daerah ini terdapat tidak benda-benda yang dapat di induksi oleh medan magnet.

Selanjutnya pada daerah yang dilingkari merupakan daerah yang warna kuning hingga orange. Pada daerah ini merupakan daerah yang memiliki nilai suseptibilitas yang tinggi. Sehingga dapat dikatakan bahwa pada daerah ini terdapat benda-benda dibawah permukaan yang nilai suseptibilitasnya tinggi. Sehingga pada daerah ini nilai dapat diinduksi dengan sangat baik.

(36)

36

BAB VI PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Ada beberapa kesimpulan yang didapatkan setelah dilakukan pengolahan data dan pembahasan yaitu sebagai berikut.

• Pada grafik Konduktivitas dan Inphase Low Penetration Lintasan 3. Pada grafik warna biru dimulai pada koorndinat 428085 memiliki nilai -2 kemudian pada koordinat 428100 nilai konduktivitas ini mengalami kenaikan yang sangat drastis. Kemudian pada koordinat 428120 mengalami penurunan kembali menjadi -2 kemudian sampai kepada koordinat 428160 nilainya masih tetap konstan.

• Pada grafik MA Konduktivitas dan MA Inphase Low Penetration Lintasan 3.

Pada grafik ini terdiri atas 2 warna, yaitu warna biru dan orange. Warna biru merupakan grafik konduktivitas sedangkan warna orange merupakan grafik inphase. Pada grafik warna biru dan oren dimulai pada koorndinat 428085 memiliki nilai -2 kemudian pada koordinat 428100 nilai konduktivitas ini mengalami kenaikan yang sangat drastis. Kemudian pada koordinat 428120 mengalami penurunan kembali menjadi -2 kemudian sampai kepada koordinat 428160 nilainya masih tetap konstan.

• Pada grafik Konduktivitas dan Inphase High Penetration Lintasan 3. Pada grafik ini terdiri atas 2 warna, yaitu warna biru dan orange. Warna biru merupakan grafik konduktivitas sedangkan warna orange merupakan grafik inphase. Pada grafik warna biru dan oren dimulai pada koorndinat 428085 memiliki nilai -2.

Selanjutnya pada koorinat 428080 mengalami kenaikan hingga mencapai -1.

Kemudian pada koordinat 428100 nilai konduktivitas ini mengalami kenaikan yang sangat drastis hingga mencapai 8

• Pada grafik MA Konduktivitas dan MA Inphase High Penetration Lintasan 3.

Pada grafik ini terdiri atas 2 warna, yaitu warna biru dan orange. Warna biru merupakan grafik konduktivitas sedangkan warna orange merupakan grafik inphase. Pada grafik warna biru dan oren dimulai pada koorndinat 428085 memiliki nilai -3 kemudian pada koordinat 428100 nilai konduktivitas ini

(37)

37 mengalami kenaikan hingga -1dan kembai turun pada koordinat 428105.

Selanjutnya mengalami kenaikan yang sangat drastis pada koordinat 428107 hingga nilainya mencapai 6

• Pada Peta MA Konduktivitas tinggi, warna ungu memiliki nilai konduktivitas yang rendah yaitu -6 hingga -4. Kemudian pada warna biru memiliki nilai konduktivitas yaitu -4 hingga -1. Selanjutnya pada warna

• Peta MA Inphase High Penetration Kemudian pada warna biru memiliki nilai suseptibilitas yaitu 2 hingga 5. Selanjutnya pada warna hijau memiliki nilai Suseptibilitas sebesar 7 hingga 9. Warna kuning memiliki nilai suseptibilitas sebesar 10 hingga 11. Kemudian untuk warna orange memiliki nilai suseptibilitas yang paling tinggi yaitu sebesar 12 hingga 17.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan metode geofisika yang lain untuk mengetahui posisi dan kedalaman dari target yaitu pipa besi secara rinci.

(38)

38

DAFTAR PUSTAKA

Administrasi Kabupaten Bantul. 2013. Peta Administrasi Kabupaten Bantul.

https://petatematikindo.wordpress.com/2013/06/22/administrasi kabupaten -bantul/ . Diakses pada 10 September 2022 pukul 12.46

Barus, T. A. (2020). Limnologi. Makasar: Nas Media Pustaka.

Corwin, D. L. Dan S. M. Lesch, 2005, Apparent Soil Electrical Conductivity Measurements in Agricultural, Computers and Electronics in Agriculture, 45, 11– 43.

Csabafi, R. H. (2012). Investigating Near-Surface Geophysical Methods to Detect Antropogenic Events. Budapest: Hungarian Institute of Geology and Geophysics.

Cygal, A. S. (2016). The Application of Electrical Resistivity Tomography (ERT), Induced Polarization (IP) and Electromagnetic Conductivity Meter (ECM) Methods For The Evaluation of Technical Condition of Flood Embankment Corpus. Poland: AGH University of Science and Technology.

Davis,J.G., N. R. Kitchen,K.A. Sudduth,S.T.Drummond,1997, Using Electromagnrtic Induction to Characterize Soils, Missouri,4,vol.81.

Kreith, Frank. 1997, Prinsip-prinsip Perpindahan Panas. Edisi Ketiga. Erlangga:

Jakarta.

Nabighian M. Macnae J. (1991). Time Domain Electromagnetic Prospecting Methods. RMIT University

Sri Mulyani.2014.Hubungan Stratigrafi Antara Satuan Batuan Vulkanik Dengan Satuan Batuan Karbonat Di Daerah Bangunjiwo Dan Sekitarnya, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Wibowo, E., dan Indriarti, P. 2017. Modul Praktikum Eksplorasi Elektromagnetik.

Yogyakarta : Teknik Geofisika UPNVYK.

Gambar

Gambar 2. 1 Peta Administrasi Kabupaten Bantul (Sumber: Peta Tematik  Indonesia)
Gambar 3. 1 Sistem Induksi Elektromagnetik (Wibowo dan Indriarti 2017)
Gambar 3. 3 Perambatan Medan Elektromagnetik (Wibowo dan  Indriarti 2017)
Gambar  4.1  merupakan  desain  survei  daerah  penelitian  yang  berada  di  daerah  Kasihan,  Bantul,  Daerah  Istimewa  Yogyakarta  yang  dibuat  dengan  menggunakan software surfer dengan skala 1 : 1000 yang artinya 1 cm pada peta  mewakili  1000  cm
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada sampel susu skim tidak menghasilkan warna ungu bening yang berarti hasil uji negatif (-), pada susu skim seharusnya mengandung ikatan peptida

Dari nilai anomali medan magnet residual akan dibuat kedalam bentuk peta anomali medan magnet residual dengan memasukan nilai koordinat dan nilai anomali medan magnet residual

Jika ekstrak Pacar Air dicampur dengan larutan detergen (Basa) akan mengalami perubahan warna dari ungu menjadi hijau muda.. Jika ekstrak Pacar air dicampur dengan

Pada tangki yang tidak dilengkapi baffle untuk NaCl, turbin merupakan impeller yang paling efektif karena membutuhkan waktu yang paling sedikit untuk mencapai nilai konduktivitas

Hilangnya warna ungu KMnO4, dikarenakan pada saat penambahan larutan pereaksi KMnO4 ke dalam bahan, terjadi suatu reaksi oksidasi-reduksi antara KMnO4 dan vitamin C atau

Dari praktikum yang dilakukan dapat diketahui bahwa daun yang berwarna hijau setelah ditetesi lugol menghasilkan warna ungu kehitam-hitaman, hal ini membuktikan bahwa pada

Sesuai dengan hasil teoritis bahwa membentuk endapan putih yang tidak larut dalam asam nitrat tapi larut dalam amonia.. Endapan yang terbentuk berwarna ungu tetapi tidak memberi

Selanjutnya dalam perlakuan dimana kalium permanganat ditambahkan dengan NaOH, menghasilkan larutan yang berwarna ungu kehitaman dan ketika dipanaskan tidak terjadi