• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA II EKSTRAKSI MINYAK NABATI

N/A
N/A
Kathleen Julietta

Academic year: 2024

Membagikan "LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA II EKSTRAKSI MINYAK NABATI "

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA II EKSTRAKSI MINYAK NABATI

Kelompok I Kelas B

Wanda Ari Nij’mah 2107112765

Khairil Amri 2107112368

Kathleen Julietta Tri Lude 2107135427

DOSEN PENGAMPU Dra. Nirwana, MT NIP. 19600825 198609 1001

ASISTEN PRAKTIKUM Mhd. Akbar Yuzaldi

NIM: 2007125752

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2024

(2)

LEMBAR KENDALI

LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA II Modul Praktikum : Ektraksi Minyak Nabati

Kelompok/Kelas : I/B

Nama Praktikan : 1. Wanda Arsi Nij’mah 2107112765

2. Khairil Amri 2107112368

3. Kathleen Julietta Tri Lude 2107135427 Dosen Pengampu : Dra. Nirwana, MT.

Tanggal Materi Ket.

(3)

i

LEMBAR PENUGASAN Semester Genap Tahun Ajaran 2024

Modul Praktikum : Ekstraksi Minyak Nabati Kelompok/Kelas : I/B

Nama Praktikan : 1. Wanda Arsi Nij’mah 2107112765

2. Khairil Amri 2107112368

3. Kathleen Julietta Tri Lude 2107135427

No. Penugasan

1.

2.

Biji ketapang disiapkan sebanyak 250 gram dengan ketentuan:

a. 125 gram biji ketapang tanpa pemanasan b. 125 gram biji ketapang dengan pemanasan

Buah pinang disiapkan sebanyak 200 gram dengan ketentuan:

a. 100 gram buah pinang tanpa pemanasan b. 100 gram buah pinang dengan pemanasan

Pekanbaru, April 2024 Dosen Pengampu

Dra. Nirwana, MT.

NIP. 19600825 198609 1 001

(4)

ii

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRATIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA II

Ekstraksi Minyak Nabati

Dosen Pengampu Pratikum Labtek II dengan ini menyatakan bahwa:

Kelompok I

Wanda Arsi Nij’mah 2107112765

Khairil Amri 2107112368

Kathleen Julietta Tri Lude 2107135427

1. Telah melakukan perbaikan-perbaikan yang disarankan oleh Dosen Pengampu/ Asisten Praktikum

2. Telah menyelesaikan laporan lengkap praktikum Ekstraksi Minyak Nabati dari praktikum Laboratorium Instruksional Teknik Kimia II yang disetujui oleh Dosen Pengampu/ Asisten Praktikum.

Pekanbaru, April 2024 Dosen Pengampu

Dra. Nirwana, MT.

NIP. 199600825 198609 1 001

Catatan Tambahan:

(5)

iii

ABSTRAK

Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama untuk bahan bahan yang berasal dari biji-bijian. Ketapang dan pinang mengandung minyak dan dapat diekstraksi.

Metode ekstraksi yang digunakan adalah ektraksi mekanis berupa screw press.

Tujuan dari dilakukan percobaan yaitu mengetahui prinsip kerja alat screw press dan perbandingan hasil minyak nabati berdasarkan bahan dan perlakuan suhu berbeda dengan menggunakan alat screw press. Bahan yang digunakan yaitu biji ketapang 250 gram dan buah pinang 200 gram. Bahan di rajang dan kemudian dibagi dua, salah satu bagiannya di oven pada suhu 110oC selama 30 menit. Proses ekstraksi menggunakan alat screw press dilakukan duplo pada masing-masing bahan. Ampas basah dan kering yang diperoleh ditimbang. Hasil rendemen percobaan yang diperoleh pada biji ketapang melalui proses pemanasan 6,23% dan 2,28% sedangkan yang tidak melalui proses pemanasan sebesar 4,94% dan 2,28%.

minyak yang diperoleh dari buah pinang melalui proses pemanasan sebesar 17,11%

dan 10,5% sedangkan yang tidak melalui proses pemanasan 14,21% dan 10,12%.

Kadar air yang terkandung pada biji ketapang sebesar 2,73% dan pada buah pinang sebesar 5,5%

Kata kunci: Biji ketapang, buah pinang, ektraksi, minyak nabati, rendemen ABSTRACT

Ekstracsion is a method used to obtain oil or fat from materials suspected to contain oil or fat. Mechanical pressing is a common method for extracting oil or fat, especially from seeds. Both ketapang and pinang contain oil and can be extracted.

The extraction method employed here is mechanical extraction using a screw press.

The purpose of the experiment is to understand the working principle of the screw press and compare the vegetable oil Yields based on different raw materials and temperature treatments using the screw press. The materials used are 250 grams of ketapang seeds and 200 grams of pinang fruit. The materials are chopped and then divided into two portions, with one portion being oven-dried at 110°C for 30 minutes. The extraction process using the screw press is performed in duplicate for each material. The wet and dry residues obtained are weighed. The experiment’s Yield results for ketapang seeds through the heating process are 6.23% (wet) and 2.28% (dry), while without heating, it is 4.94% (wet) and 2.28% (dry). The oil obtained from pinang fruit through the heating process is 17.11% (wet) and 10.5%

(dry), while without heating, it is 14.21% (wet) and 10.12% (dry). The moisture content in ketapang seeds is 2.73%, and in pinang fruit, it is 5.5%.

Key word: ketapang seeds, pinang fruit, extraction, vegetable oil, Yield

(6)

iv

DAFTAR ISI

LEMBAR PENUGASAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

DAFTAR TABEL ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Percobaan ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Minyak Nabati ... 3

2.2 Asam Lemak (Fatty Acid) ... 4

2.3 Bahan-Bahan yang Digunakan ... 7

2.4 Ekstraksi ... 9

2.4.1 Mechanical Expression... 10

2.4.2 Solvent extraction ... 11

2.4.3 Rendering... 12

2.5 Screw press ... 13

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi ... 17

2.7 Kadar Air ... 18

2.8 Yield ... 19

BAB III METODE PERCOBAAN ... 20

3.1 Alat yang digunakan ... 20

3.2 Bahan yang digunakan ... 20

3.3 Prosedur percobaan... 20

BAB IV PEMBAHASAN ... 23

4.1 Data Hasil Percobaan ... 23

4.2 Pembahasan ... 23

4.3 Ektraksi Minyak Nabati Tanpa Pemanasan ... 24

4.4 Ekstraksi Minyak Nabati Dengan Pemanasan ... 26

4.5 Kadar Air pada Biji Ketapang dan Buah Pinang ... 28

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 30

5.1 Kesimpulan ... 30

5.2 Saran ... 30

DAFTAR PUSTAKA ... 31 LAMPIRAN A DOKUMENTASI

LAMPIRAN B PERHITUNGAN

LAMPIRAN C LAPORAN SEMENTARA

(7)

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Minyak Nabati ... 3

Gambar 2.2 Asam Palmitat ... 5

Gambar 2.3 Asam Stearat ... 6

Gambar 2.4 Asam Oleat ... 6

Gambar 2.5 Asam Linoleat ... 6

Gambar 2.6 Asam Linolenat ... 7

Gambar 2.7 Biji Ketapang (Terminalia Cattapa L.) ... 8

Gambar 2.8 Buah Pinang (Areca catechu L.) ... 9

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Praktikum Screw press ... 22

Gambar 4.1 Rendemen Biji Ketapang pada Percobaan Tanpa Pemanasan ... 25

Gambar 4.2 Rendemen Buah Pinang Tanpa Pemanasan ... 25

Gambar 4.3 Rendemen Biji Ketapang Dengan Pemanasan ... 27

Gambar 4.4 Rendemen Buah Pinang Dengan Pemanasan ... 27

Gambar 4.5 Persentase Kadar Air Biji Ketapang dan Buah Pinang ... 29

(8)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Perbedaan Minyak Nabati dan Minyak Atsiri ... 4 Tabel 4.1 Data Hasil Ekstraksi Minyak Nabati Biji Ketapang ... 23 Tabel 4.2 Data Hasil Ekstraksi Minyak Nabati Buah Pinang ... 23

(9)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak nabati merupakan minyak yang diperoleh dari tumbuhan, memiliki komponen asam lemak tak jenuh yang lebih tingi dibandingkan minyak hewani.

Minyak nabati dapat diperoleh dari berbagai kategori tanaman dengan minyak yang terkonsentrasi dalam biji misalnya: biji bunga matahari, kedelai rapeseed, dll.

Tanaman yang menghasilkan buah-buahan berlemak, misalnya: zaitun, kelapa dan palem. Tanaman yang memproduksi umbi keriting, misalnya kacang tanah.

Tanaman yang menghasilkan benih berlemak misalnya jagung. Pengolahan bahan berlemak memiliki perbedaan, bervariasi dengan sifat dan kandungan minyaknya (Rosalina, 2018).

Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam-macam, yaitu rendering (dry rendering dan Wet rendering), mechanical expression dan Solvent extraction. Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama untuk bahan bahan yang berasal dari biji- bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70%). Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan. Terdapat dua jenis pengepresan yaitu hydraulic press dan screw press. Screw press memiliki desain yang sederhana sehingga hanya memerlukan sedikit perawatan. Kekurangan dari screw press yaitu rentan terhadap aus pada ulir dan cetakan, terutama saat memproses bahan yang sangat keras (Ketaren, 2005).

Pada percobaan ekstraksi minyak nabati ini dilakukan dengan bahan biji ketapang dan buah pinang. Proses ekstraksi minyak nabati dilakukan menggunakan metode pengepresan mekanik dengan alat screw press. Prinsip kerja dari screw press akan menggiling bahan yang akan diekstraksi dan akan memisahkan minyak dari ampasnya. Percobaan dilakukan dengan pemanasan dan tanpa pemanasan.

Proses ekstraksi dilakukan secara duplo dengan bahan kering dan bahan basah.

(10)

Oleh karena itu, percobaan ini bertujuan untuk mengetahui prinsip kerja alat screw press dan membandingkan minyak yang didapat dengan bahan dan perlakuan berbeda.

1.2 Tujuan Percobaan

Adapun tujuan yang diperoleh dari percobaan ektraksi minyak nabati sebagai berikut.

1. Mengetahui prinsip kerja dan dapat mengoperasikan alat screw press 2. Membandingkan hasil minyak yang didapatkan dari bahan baku yang

berbeda dan pada suhu yang berbeda.

(11)

3

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Minyak Nabati

Minyak dan lemak dapat diklasifikasikan menjadi minyak bersumber dari hewan yang disebut dengan minyak hewani dan minyak yang bersumber dari tanaman yang disebut dengan minyak nabati. Minyak nabati mengandung sekitar 90 – 98% trigliserida. Trigliserida merupakan senyawa yang mengandung tiga molekul asam lemak yang terikat pada gliserol (Abdullah dan Rodiansono, 2010).

Minyak nabati tersusun atas komponen trigliserida dan memiliki sifat larut dalam pelarut organik non-polar. Minyak dapat sedikit larut dalam alkohol dan mampu larut secara sempurna pada dietil eter (C2H5OC2H5), kloroform (CHCl3), aseton, serta pelarut yang bersifat non polar lainnya. Minyak merupakan senyawa trigliserida yang terdiri dari triester dan gliserol. Hasil hidrolisis dari minyak adalah asam karboksilat dan gliserol (Gaman dan Sherrington, 1992).

Minyak nabati merupakan minyak yang diperoleh dari tumbuhan, memiliki komponen asam lemak tak jenuh yang lebih tingi dibandingkan minyak hewani.

Minyak nabati dapat diperoleh dari berbagai kategori tanaman dengan minyak yang terkonsentrasi dalam biji misalnya: biji bunga matahari, kedelai rapeseed, dll.

Tanaman yang menghasilkan buah-buahan berlemak, misalnya: zaitun, kelapa dan palem. Tanaman yang memproduksi umbi keriting, misalnya kacang tanah.

Tanaman yang menghasilkan benih berlemak misalnya jagung. Pengolahan bahan berlemak memiliki perbedaan, bervariasi dengan sifat dan kandungan minyaknya (Rosalina, 2018). Adapun contoh minyak nabati terdapat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1 Minyak Nabati

(12)

Minyak tidak bisa lepas dengan lemak dan lipid. Lemak (fat) adalah zat yang merujuk pada sekelompok besar molekul molekul alam yang terdiri dari unsur C, H, dan O. Adapun lemak meliputi kumpulan asam lemak, lilin, sterol, vitamin, monogliserida, digliserida, fosfolipid, glikolipid, terpenoid, dan lain-lain. Lipid adalah segolongan besar senyawa yang memberikan sifat tidak mudah larut pada minyak. Lipid memiliki struktur yang beragam dan banyak mengandung asam lemak sebagai unit penyusunnya (Hamam, 2013).

Bagian dari tumbuhan yang banyak menghasilkan minyak adalah bagian dari biji-bijiannya. Minyak nabati dapat digunakan untuk keperluan masakan ataupun kebutuhan sehari-hari dan industri. Beberapa minyak nabati yang beredar yaitu minyak biji kapas, minyak jarak, minyak kacang tanah, minyak kacang kedelai, minyak biji jagung, dan lain-lain. Minyak yuang berasal dari tanaman dibedakan menjadi minyak nabati dan minyak atsiri. Perbedaan antara minyak nabati dan minyak atsiri terdapat pada Tabel 2.1

Tabel 2.1 Perbedaan Minyak Nabati dan Minyak Atsiri

Minyak Nabati Minyak Atsiri

Tidak mudah menguap pada suhu kamar Mudah menguap pada suhu kamar Tidak memiliki aroma yang khas Memiliki aroma yang khas

Mengandung trigliserida Tidak mengandung trigliserida, umumnya mengandung alcohol, ester dan aldehid

Membeku dibawah suhu 18 oC Tidak membeku dibawah 18 oC (Sumber: Martsiano, 2014)

2.2 Asam Lemak (Fatty Acid)

Pada ilmu kimia, terutama biokimia, asam lemak adalah asam karboksilat dengan rantai alifatik panjang, baik jenuh maupun tak jenuh. Hampir seluruh asam lemak alami memiliki rantai tidak bercabang dengan jumlah atom karbon genap, mulai 4 sampai 28. Asam lemak biasanya diturunkan dari trigliserida atau fosfolipida. Asam lemak dapat dibedakan berdasarkan tingkat kejenuhan, yaitu asam lemak jenuh (saturated fatty acid) dan asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid). Perbedaan antara asam lemak tidak jenuh dan asam lemak jenuh juga terdapat pada ikatan rangkapnya. Asam lemak jenuh tidak memiliki ikatan rangkap antar karbonnya sedangkan asam lemak tidak jenuh memiliki ikatan rangkap antar karbonnya. Asam lemak tak jenuh memiliki titik cair lebih rendah daripada asam lemak jenuh (Irawan, 2013).

(13)

Menurut Midwar (2017) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa minyak nabati dapat digunakan sebagai bahan untuk pengolahan makanan dan memiiki dampak yang positif terhadap kesehatan tubuh. Kandungan asam-asam lemak esensial seperti asam linoleat, lenolenat, dan arakidonat bermanfaat dalam mencegah penyempitan pembuluh darah akibat penumpukan kolesterol (Rosalina, 2014). Berikut merupakan jenis-jenis asam lemak yang umumnya terkandung pada minyak.

2.2.1 Asam Palmitat

Salah satu asam lemak yang paling mudah diperoleh adalah asam palmitat atau asam heksadekanoat. Tumbuh-tumbuhan dari famili Palmaceae, seperti kelapa (Cocos nucifera) dan kelapa sawit (Elaeis guineensis) merupakan sumber utama asam lemak ini. Minyak kelapa bahkan mengandung hampir semuanya palmitat (92%). Minyak sawit mengandung sekitar 50% palmitat. Produk hewani juga banyak mengandung asam lemak ini (dari mentega, keju, susu, dan juga daging).

Asam palmitat adalah asam lemak jenuh yang tersusun dari 16 atom karbon (CH3(CH2)14COOH). Pada suhu ruang, asam palmitat berwujud padat berwarna putih. Titik leburnya 63,1°C. Asam palmitat adalah produk awal dalam proses biosintesis asam lemak. Dari asam palmitat, pemanjangan atau penggandaan ikatan berlangsung lebih lama Dalam industri, asam palmitat banyak dimanfaatkan dalam bidang kosmetika dan pewarnaan. Dari segi gizi, asam palmitat merupakan sumber kalori penting namun memiliki daya antioksidasi yang rendah (Budavari, 1989).

Gambar 2.2 Asam Palmitat 2.2.2 Asam Stearat

Asam stearat, atau asam oktadekanoat, adalah asam lemak jenuh yang mudah diperoleh dari lemak hewani serta minyak masak. Wujudnya padat pada suhu ruang, dengan rumus kimia CH3(CH2)16COOH. Kata stearat berasal dari bahasa Yunani stear, yang berarti "lemak padat". Asam stearat diproses dengan memperlakukan lemak hewan dengan air pada suhu dan tekanan tinggi. Asam ini dapat pula diperoleh dari hidrogenasi minyak nabati. Dalam bidang industri asam

(14)

stearat dipakai sebagai bahan pembuatan lilin, sabun, plastik, kosmetika, dan untuk melunakkan karet. Titik lebur asam stearat 69,6°C dan titik didihnya 361 °C.

Reduksi asam stearat menghasilkan stearil alkohol (Budavari, 1989).

Gambar 2.3 Asam Stearat 2.2.3 Asam Oleat

Asam oleat merupakan asam lemak tak jenuh yang banyak dikandung dalam minyak zaitun. Selain minyak zaitun juga terdapat pada limbah industri sawit, yaitu lumpur sawit. Asam ini tersusun dari 18 atom C dengan satu ikatan rangkap di antara atom C ke-9 dan ke-10. Selain dalam minyak zaitun (55-80%), asam lemak ini juga terkandung dalam minyak bunga matahari kultivar tertentu, minyak raps, serta minyak biji anggur. Rumus kimia: CH3(CH2)7CHCH(CH2)7COOH. Asam lemak ini pada suhu ruang berupa cairan kental dengan warna kuning pucat atau kuning kecokelatan. Asam ini memiliki aroma yang khas. Ia tidak larut dalam air, titik leburnya 15.3°C dan titik didihnya 360°C (Young, 2002).

Gambar 2.4 Asam Oleat 2.2.4 Asam Linoleat

Asam linoleat adalah asam lemak omega-6 tak jenuh ganda dan merupakan salah satu dari dua asam lemak esensial bagi manusia, yang harus mendapatkannya melalui makanan mereka. Asam linoleat adalah minyak tidak berwarna atau putih yang hampir tidak larut dalam air. Kata "linoleat" berasal dari kata Yunani linon (flaks). Oleat berarti “dari, berhubungan dengan, atau berasal dari minyak zaitun"

atau "dari atau berhubungan dengan asam oleat" karena menjenuhkan ikatan rangkap omega-6 menghasilkan asam oleat (Young, 2002).

Gambar 2.5 Asam Linoleat

(15)

2.2.5 Asam Linolenat

Asam linolenat adalah suatu jenis asam lemak esensial n-3 atau omega-3.

Asam linolenat ditemukan dalam berbagai jenis biji-bijian dan minyak, termasuk biji flaks, kenari, chia, rami, dan minyak nabati lainnya. Dilihat dari strukturnya, asam ini dinamai sebagai asam all-cis-9,12,15-oktadekatrienoat. Dalam literatur fisiologi, asam linolenat terdaftar dengan nomor lipidnya. Asam linolenat merupakan asam karboksilat dengan rantai 18 karbon dan tiga ikatan rangkap cis.

Ikatan rangkap pertama terletak di karbon ketiga dari ujung metil rantai asam lemak, yang dikenal sebagai ujung n. Asam linolenat merupakan isomer posisi asam gamma-linolenat (GLA), asam lemak 18: 3 (n − 6) (asam lemak omega-6 tak jenuh ganda dengan tiga ikatan rangkap) (Budavari, 1989).

Gambar 2.6 Asam Linolenat 2.3 Bahan-Bahan yang Digunakan

Adapun bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ekstraksi minyak nabati adalah biji ketapang dan buah pinang yang dijelaskan sebagai berikut.

2.3.1 Biji Ketapang

Ketapang (Terminalia Cattapa L.) adalah tumbuhan yang dapat dimanfaatkan akar, batang dan daun buahnya. Bagian pohon Ketapang yang belum banyak dimanfaatkan adalah biji ketapang. Biji ketapang adalah biji yang terdapat dalam buah Ketapang. Bentuk biji buah Ketapang seperti biji bunga matahari atau kwaci tetapi agak cembung (Pitri dan Kissinger, 2021). Menurut Rahmaniar (2013), biji ketapang (Terminalia Catappa L.) merupakan salah satu sumber minyak nabati.

Rendemen minyak ketapang hasil ekstraksi 51,25% menyerupai minyak kelapa sawit dan minyak wijen, sehingga biji ketapang berpeluang digunakan sebagai sumber minyak nabati. Minyak ketapang mengandung metil palmitat (35,63%), metil oleat (33,49%), metil linoleat (24,49%), dan metil stearat (4,66%).

Kandungan asam palmitat dalam bentuk ester yang tinggi mirip dengan kandungan asam palmitat pada minyak kelapa sawit. Minyak biji ketapang dapat dijadikan sebagai bahan baku atau tambahan pada industri, salah satunya dapat digunakan

(16)

sebagai bahan pelunak dalam pembuatan kompon karet. Minyak biji ketapang berpeluang untuk digunakan sebagai minyak pangan dan bahan baku industri sabun, lilin, dan minyak pelumas. Biji Ketapang terdapat pada Gambar berikut

Gambar 2.7 Biji Ketapang (Terminalia Cattapa L.)

Tanaman Ketapang (Terminalia catappa) termasuk salah satu tanaman yang dapat tumbuh di tanah yang kurang nutrisi dan tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia sehingga mudah untuk dibudidayakan. Biji tanaman Ketapang diketahui memiliki kandungan minyak yang cukup tinggi, yaitu sebesar 56,78% (Musrini, 2020).

2.3.2 Buah Pinang

Buah pinang merupakan jenis buah drupe atau buah batu yang bagian dalamnya (endocarp) cukup tebal dan keras seperti batu. Pinang mengandung polifenol, tanin, lemak, gula, air, dan minyak yang mengandung alkoloid. Beberapa penelitian yang telah dilakukan, kandungan yang ada dalam biji buah pinang (Areca catechu L.) terdiri dari tanin, alkaloid, lemak, minyak atsiri, gula dan air. Tanin sebesar 15%, alkaloid sebesar 0,3-0,6% merupakan komponen dari biji pinang.

Tanin termasuk dalam senyawa polifenol termasuk flavonoid yang memiliki ciri- ciri larut dalam alkohol dan gliserol namun tidak larut alam benzene, eter dan petroleum eter. Biji pinang mengandung sekitar 15% lemak, minyak atsiri 20%, karbohidrat 20%, senyawa polifenol serta mineral (Amudhan, 2012)

(17)

Gambar 2.8 Buah Pinang (Areca catechu L.)

Tanaman pinang atau Areca catechu L merupakan sejenis tanaman palma yang memiliki buah yang banyak digunakan untuk bahan kosmetik, konsumsi, kesehatan, sebagai pestisida organik. Biji buah pinang memiliki efek antimitagenik, antioksidan, astrigen serta sifat memabukan untuk hama serangga lalat buah.

Tumbuhan ini tumbuh dan tersebar luas di wilayah India, Malaysia, Taiwan, Indonesia, dan negara asia lainnya. Tumbuhan ini ditanam sebagai tanaman pagar dan pembatas perkebunan (Jaiswal, 2011). Menurut Peraturan Internasional bagi Tata Nama Botani kedudukan tanaman pinang (Araca catechu L.) dalam taksonomi diklasifikasikan seperti berikut:

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta Classis : Liliopsida Order : Arecales Family : Aracaceae Genus : Areca

Species : Areca catechu L.

2.4 Ekstraksi

Ekstraksi adalah suatu cara untuk memisahkan campuran beberapa zat menjadi komponen-komponen yang terpisah. Ada dua syarat agar pelarut dapat digunakan di dalam proses ekstraksi, yaitu pelarut tersebut harus merupakan pelarut terbaik untuk bahan yang akan diekstraksi dan pelarut tersebut harus dapat terpisah dengan cepat setelah pengocokan. Dalam pemilihan pelarut yang harus diperhatikan adalah toksisitas, ketersediaan, harga, sifat tidak mudah terbakar,

(18)

rendahnya suhu kritis, dan tekanan kritis untuk meminimalkan biaya operasi serta reaktivitas. Pelarut yang sesuai untuk ekstraksi adalah heksan, karena jumlah dan kualitas concrete yang dihasilkan paling baik (Kurniawati, 2019).

Pemilihan metode ekstraksi tergantung pada sifat bahan dan senyawa yang akan diisolasi. Sebelum memilih suatu metode, target ekstraksi perlu ditentukan terlebih dahulu. Menurut Mukhraini (2014), target ekstraksi yang perlu ditentukan adalah:

1. Senyawa bioaktif yang tidak diketahui.

2. Senyawa yang diketahui ada pada suatu organisme.

3. Sekelompok senyawa dalam suatu organisme yang berhubungan secara struktural.

Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Adapun cara ekstraksi ini bermacam- macam, yaitu rendering (dry rendering dan Wet rendering), mechanical expression dan Solvent extraction (Ketaren, 2005)

2.4.1 Mechanical Expression

Pengepresan mekanis merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama untuk bahan bahan yang berasal dari biji-bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan yang berkadar minyak tinggi (30-70%). Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan dan penggilingan serta tempering atau pemasakan.

a. Pengepresan Hidraulik

Pada cara hydraulic pressing, bahan di press dengan tekanan sekitar 2000 pound/inch2 (140,6 kg/cm = 136 atm). Banyaknya minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung pada lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal, sedangkan banyaknya minyak yang tersisa pada bungkil bervariasi antara 4 sampai 6%, tergantung dari lamanya bungkil ditekan dibawah tekanan hidrolik

b. Pengepresan Berulir (Screw press)

Cara expeller pressing memerlukan perlakuan pendahuluan yang terdiri dari proses pemasakan atau tempering. Proses pemasakan berlangsung pada temperatur

(19)

240°F (115,5°C) dengan tekanan sekitar 15-20 ton/inch2. Kadar air minyak atau lemak yang dihasilkan berkisar sekitar 2,5-3,5%, sedangkan bungkil yang dihasilkan masih mengandung minyak antara 4-5%.

2.4.2 Solvent extraction

Solvent extraction merupakan metode pemisahan suatu zat yang didasarkan pada perbedaan kelarutan terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan pelarut organik. Pada umumnya ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut yang didasarkan pada kelarutan komponen terhadap komponen lain dalam campuran, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik.

Bahan yang akan diekstrak biasanya berupa bahan kering yang telah dihancurkan, biasanya berbentuk bubuk atau simplisiaEkstraksi dengan pelarut dapat dikelompokkan menjadi maserasi, perkolasi, dan sokletasi

a. Maserasi

Maserasi merupakan metode ekstraksi menggunakan pelarut diam atau dengan adanya pengadukan beberapa kali pada suhu ruangan. Metode maserasi dilakukan dengan cara merendam bahan dengan sesekali pengadukan. Umumnya perendaman dilakukan selama 24 jam, kemudian pelarut diganti dengan pelarut baru. Maserasi dilakukan dengan pengadukan secara berkesinambungan. Kelebihan dari metode maserasi adalah efektif digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas, peralatan yang digunakan relative sederhana, murah, dan mudah didapat.

Namun metode ini juga memiliki beberapa kelemahan yaitu waktu ekstraksi yang lama, membutuhkan pelarut dalam jumlah banyak, dan adanya kemungkinan bahwa senyawa tertentu tidak dapat dieksak karena kelarutannya yang rendah pada suhu ruang.

b. Perkolasi

Perkolasi merupakan metode ekstraksi dengan bahan yang disusun secara unggun menggunakan pelarut yang selalu baru sampai prosesnya sempurna dan umumnya dilakukan pada suhu ruangan. Metode perkolasi dilakuakn pada bahan yang direndam pelarut kemudian dialirkan secara terus menerus sampai warna pelarut tidak lagi berwarna atau tetap bening yang artinya tidak ada lagi senyawa yang terlarut. Kelebihan metode perkolasi adalah tidak diperlukan proses tambahan untuk memisahkan padatan dengan ekstrak. Namun, kelemahannya adalah jumlah

(20)

pelarut yang dibutuhkan cukup banyak dan proses juga memerlukan waktu yang cukup lama, serta tidak meratanya kontak antara padatan dengan pelarut.

c. Sokletasi

Ekstraksi dengan alat soklet merupakan ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru, umumnya dilakukan dengan menggunakan alat khusus sehingga terjadi ekstraksi konstan dengan adanya pendingin balik atau kondensor. Pada metode sokletasi, padatan disimpan dalam alat soklet dan dipanaskan sedangkan yang dipanaskan hanyalah pelarutnya. Pelarut terdinginkan dalam kondensor, kemudian mengekstraksi padatan. Kelebihan metode soklet adalah proses ekstraksi berlangsung secara kontinu, memerlukan waktu ekstraksi yang lebih singkat dan jumlah pelarut yang lebih sedikit dibanding metode maserasi atau perkolasi.

Kelemahan metode ini adalah dapat menyebabkan rusaknya solute atau komponen lain yang tidak tahan panas karena pemanasan ekstrak yang dilakukan secara terus menerus.

2.4.3 Rendering

Metode ekstraksi rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi.

Pada semua cara rendering, penggunaan panas adalah sesuatu spesifik yang bertujuan untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan untuk memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak (Faoziyah, 2020). Menurut Efendi (2020), tujuan dari pemberian panas tersebut adalah untuk menggumpalkan protein pada dinding sel bahan dan memecahkan dinding sel tersebut sehingga mudah ditembus oleh minyak atau lemak agar minyak bisa keluar Metode rendering dapat dilakukan dengan dua cara yaitu wet dan dry rendering.

a. Wet rendering

Wet rendering merupakan metode ektraksi dengan cara menambahkan sejumlah air selama proses ektraksi berlangsung. Cara ini biasa dilakukan pada ketel terbuka dan tertutup dengan menggunakan temperatur yang tinggi serta tekanan 40 sampai 60 pound tekanan uap (40-60 psi). Peralatan yang digunakan

(21)

adalah autoclave atau digester. Air dan bahan yang akan diesktraksi dimasukkan ke dalam digester 10 dengan tekanan uap air sekitar 40-60 pound selama 4-6 jam (Faoziyah, 2020)

b. Dry Rendering

Dry rendering merupakan cara rendering tanpa penambahan air selama proses ekstraksi, biasanya dilakukan dalam ketel yang terbuka dan dilengkapi dengan steam jacket serta alat pengaduk Pada proses ektraksi ini simplisia dapat ditauh oven listrik

2.5 Screw press

Penekanan screw adalah salah satu ekstraksi yang menggunakan pengepresan berulir. Metode screw press merupakan metode yang lebih menguntungkan karena lebih maju dan sudah diterapkan pada industri pengolahan minyak. Cara ekstraksi ini paling sesuai untuk memisahkan minyak dari bahan dengan kadar minyak diatas 10%. Fungsi dari screw press adalah untuk memeras brondolan yang telah dicincang dan telah dilumat untuk mendapatkan Yield minyak kasar (Santoso dkk, 2020). Keuntungan dari alat screw press yaitu memiliki kapasitas alat yang cukup tinggi yaitu antara 5-15 ton, dapat menghemat tempat, memiliki biaya operasi yang lebih rendah, membutuhkan operator yang lebih sedikit, dan membutuhkan tenaga yang juga lebih rendah. Kekurangan dari screw press adalah membutuhkan biaya perawatan yang cukup tinggi, minyak yang keluar dari mesin masih mengandung padatan, dan minyak yang keluar lebih cenderung mengarah ke emulsi sehingga dalam air buangan yang keluar mengandung minyak yang lebih tinggi (Santoso dkk, 2020).

Screw press adalah alat untuk memisahkan minyak kasar (crude oil) dari serat-serat dalam daging buah. Alat ini dilengkapi sebuah silinder (press cylinder) yang berlubang-lubang (±22.000 buah) dan didalamnya terdapat 2 buah ulir (screw) yang berputar berlawanan arah. Fungsi dari screw press adalah untuk memeras berondolan yang telah dicincang, dilumat dari digester untuk mendapatkan minyak kasar. Mesin ini terdiri dari 2 batang besi campuran yang berbentuk spiral (screw) dengan susunan horizontal dan berputar berlawanan arah. Sawit yang telah dilumatkan akan terdorong dan ditekan oleh cone pada sisi lainnya, sehingga bahan menjadi terperas (Hikmawan dkk, 2020).

(22)

Pada pabrik kelapa sawit, umumnya digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran screw mendesak bubur buah, sedangkan dari arah yang berlawanan tertahan oleh sliding cone. Screw dan sliding cone ini berada di dalam sebuah selubung baja yang disebut press cage, dimana dindingnya berlubang-lubang diseluruh permukaannya. Dengan demikian, maka minyak dari bubur buah yang terdesak ini akan keluar melalui lubang-lubang press cage, sedangkan ampasnya keluar melalui celah antara sliding cone dan press cone.

Massa yang keluar dari digester dibawa ke kempa ulir (screw press) untuk dikempa atau dipress menghasilkan minyak dan ampas. Alat ini bekerja dengan cara putar dan tekan terdiri dari 2 jenis, yakni single pressing dan double pressing (Hikmawan dkk, 2020).

2.5.1 Mekanisme Alat Screw press

Cara kerja alat screw press ini adalah dengan prinsip ulir dimana bahan akan ditekan dengan menggunakan gaya dorong dari ulir yang diputar. Bahan yang masuk ke dalam alat screw press akan terdorong dengan sendirinya ke arah depan.

Kemudian, bahan akan mendapatkan tekanan setelah berada di ujung alat. Bahan yang bergerak semakin ke depan akan mengalami tekanan yang makin besar.

Tekanan ini yang akan menyebabkan kandungan minyak yang terdapat dalam bahan bisa keluar. Minyak kasar yang keluar akan ditampung ke dalam tangki penampung selama beberapa waktu agar kotoran yang ikut di dalamnya dapat mengendap ke dasar tangki (Santoso dkk, 2020).

2.5.2 Prinsip Kerja Alat Screw press

Cara kerja mesin screw press adalah minyak diperas dari masa brondol dengan screw press yang berputar secara terus menerus ke arah depan sambil diencerkan dengan aliran air. Di bagian ujung mesin ditahan oleh sebuah besi berbentuk kerucut yang proses penahannya diatur secara hidraulis. Bila dorongan ampas yang masih mengandung biji sudah terlampau kencang, maka besi kerucut akan mengendor secara otomatis. Hasil pemerasan yang berupa cairan mengandung minyak dan kotoran dijatuhkan ke bagian bawah mesisn screw press untuk kemudian dikirim menuju stasiun klarifikasi. Sementara itu ampas press (cake) yang masih mengandung biji dalam kondisi memadat akan dihantar melalui alat

(23)

yang disebut Cake Breaker Conveyor (CBC) atau konveyor pemecah cake padat menuju stasiun kernel (Wardianto, 2022).

Menurut Heruhadi (2008), screw press dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori yaitu sebagai berikut:

1. Expellers

Screw press yang paling sering ditemui di industri. Mereka terdiri dari screw yang berputar dalam tong/barel berlubang. Lubang dalam barel dibentuk dengan jarak yang teratur (jarak ini dapat bervariasi 0,5-0,1 mm), sehingga minyak dapat mengalir keluar di sepanjang tong. Screw press ini dapat dilengkapi dengan sistem pemanas.

2. Twin screw

Twin screw merupakan pengembangan dari jenis expeller dan expander.

Jenis ini memiliki dua screw dalam satu barel namun lubang pengeluaran untuk minyak hanya terdapat di akhir screw press, tidak disepanjang barel. Screw press terdiri dari tiga area yaitu:

a. Feed zone ketika tekanan akan meningkat dengan cepat untuk mulai mengekstraksi minyak.

b. Push zone ketika tekanan akan mulai berkurang secara perlahan.

c. Plug zone ketika tekanan akan semakin turun hingga ke tempat keluaran 3. Expanders

Expdaners merupakan extruder tertutup, di mana biji hancur tetapi tanpa ekstraksi minyak. Screw terkunci dalam sistem tertutup di mana nozel secara teratur akan mengalirkan air atau uap. Proses menghancurkan biji ini dapat dianggap sebagai preparasi biji. Pada akhir screw, ada plate berlubang sebagai tempat untuk keluar bahan yang sudah diekstraksi. Metode ini banyak digunakan untuk biji dengan kadar minyak rendah (kedelai atau kapas).

Menurut Chynintya dan Vita (2016), metode pengepresan berulir merupakan metode ekstraksi yang lebih maju dan telah diterapkan di industri pengolahan minyak. Cara ekstraksi ini paling sesuai untuk memisahkan minyak dari bahan yang kadar minyaknya di atas 10%. Tipe alat pengepres berulir yang digunakan dapat berupa pengepres berulir tunggal (single screw press) atau pengepres berulir ganda (Twin screw press). Pada pengepresan jarak pagar, dengan

(24)

teknik pengepres berulir tunggal (single screw press) dihasilkan rendemen sekitar 28-34%, sedangkan dengan teknik pengepres berulir ganda (Twin screw press) dihasilkan rendemen minyak sekitar 40-45%. Pengepresan dengan pengepresan berulir memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

1. Kapasitas produksi menjadi lebih besar karena proses pengepresan dapat dilakukan secara kontinyu.

2. Menghemat waktu proses produksi karena tidak diperlukan perlakuan pendahuluan, yaitu pengecilan ukuran dan pemasakan atau pemanasan.

Alat ekstraksi berulir (screw press) memiliki cara kerja dengan menerapkan prinsip ulir dimana bahan yang akan dipress ditekan dengan menggunakan daya dorong dari ulir yang berputar. Bahan yang masuk ke dalam alat akan terdorong dengan sendirinya ke arah depan, kemudian bahan akan mendapatkan tekanan setelah berada di ujung alat. Semakin bahan menuju ke bagian ujung alat, tekanan yang dialami bahan akan menjadi semakin lebih besar. Tekanan ini yang akan menyebabkan kandungan minyak yang terdapat dalam bahan keluar. Minyak kasar yang keluar dari mesin pres dialirkan dan ditampung ke dalam tangki penampung selama beberapa waktu agar kotoran-kotoran yang terikut di dalamnya mengendap (Heruhadi, 2008).

Menurut Hasballah dan Enzo (2018), proses ekstraksi minyak pada screw press dapat efesien dengan memperhatikan hal-hal berikut:

1. Tekanan proses jika tekanan proses tidak maksimal maka dapat menyebabkan losses minyak yang tinggi atau persentase broken yang tinggi.

2. Suhu daging buah yang keluar dari digester harus 90–95oC sehingga pemisahan minyak dapat berjalan sempurna.

3. Kondisi worm screw, press cage maupun cone harus diperhatikan meliputi pengecekan keausannya, karena mempengaruhi hasil minyak yang didapat, 18 jika lubang pori press cage tersumbat maka minyak akan terbawa keluar bersama dengan ampas.

4. Daging buah yang telah dilumatkan, kandungan minyaknya tidak boleh terlalu sedikit (karena telah keluar dari digester). Hal ini dapat menyebabkan worm screw mudah mengalami keausan dan jika kandungan minyak tidak

(25)

dikutip dari digester juga akan menyebabkan losses minyak akan tinggi.

Oleh karena itu, pengawasan pada pengutipan minyak harus dijaga dengan teliti.

2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ekstraksi

Menurut Maslukhah dkk (2016), beberapa faktor yang mempengaruhi hasil ekstraksi perlu untuk diperhatikan antara lain:

1. Ukuran bahan Bahan yang akan diekstrak sebaiknya memiliki luas permukaan yang besar untuk mempermudah kontak antara bahan dengan pelarut sehingga menghasilkan hasil ekstraksi yang optimal. Semakin kecil ukuran partikel, semakin besar luas bidang kontak antara padatan dan solvent, serta semakin pendek jalur difusinya, yang menjadikan laju transfer massa semakin tinggi. Ukuran luas permukaan suatu bahan yang akan diekstraksi dapat diperluas melalui proses pengecilan ukuran bahan seperti perajangan dan penghalusan.

2. Waktu ekstraksi Semakin lama waktu ekstraksi yaitu waktu kontak antara pelarut dan bahan, kesempatan untuk bersentuhan semakin besar maka hasil ekstrak juga bertambah sampai titik jenuh larutan. Akan tetapi ekstraksi yang terlalu lama juga dapat berdampak negatif pada hasil ekstrak. Hasil ektrak yang dikarenakan waktu ekstraksi yang terlalu lama akan memicu pemaparan oksigen lebih banyak yang akan meningkatkan peluang terjadinya. Semakin lama waktu ektraksi maka kontak antara pelarut dengan bahan yang diekstrak akan semakin lama sehingga dari keduanya akan terjadi pengendapan masa secara difusi sampai terjadi keseimbangan konsentrasi di dalam dan di luar bahan yang diekstraksi.

3. Suhu ekstraksi Ekstraksi juga akan lebih cepat dilakukan pada suhu tinggi, tetapi dapat mengakibatkan beberapa komponen yang terdapat dalam bahan akan mengalami kerusakan Suhu tinggi pelarut dapat meningkatkan efisiensi dari proses ekstraksi karena panas dapat meningkatkan permeabilitas dinding sel, meningkatkan kelarutan dan difusi dari senyawa yang diekstrak dan mengurangi viskositas pelarut, namun suhu tinggi juga dapat mendegradasi senyawa.

(26)

4. Jenis dan jumlah pelarut Pemilihan jenis pelarut sesuai dengan prinsip kelarutan yaitu like dissolve like, yaitu pelarut polar akan melarutkan senyawa yang polar sedangkan pelarut non polar akan melarutkan senyawa yang bersifat non polar pula. Terdapat dua pertimbangan utama dalam pemilihan jenis pelarut, yaitu pelarut harus mempunyai daya larut yang tinggi dan pelarut yang tidak berbahaya atau beracun. Pelarut yang bersifat polar maupun semi polar telah umum digunakan untuk mengekstrak senyawa polifenol dari tanaman seperti buah-buahan dan sayuran. Pelarut yang sering digunakan yaitu aquades, etanol, methanol, aseton, dan etil asetat. Semakin banyak jumlah pelarut yang digunakan, maka semakin banyak pula hasil yang didapatkan, karena distribusi partikel dalam pelarut semakin menyebar, sehingga memperluas permukaan kontak. Ekstraksi terbagi atas beberapa metode mechanical expression, Solvent extraction, rendering.

2.7 Kadar Air

Kadar air adalah salah satu metode uji laboratorium kimia yang sangat penting dalam industri pangan untuk menentukan kualitas dan ketahanan pangan terhadap kerusakan yang mungkin terjadi. Semakin tinggi kadar air suatu bahan pangan, akan semakin besar kemungkinan kerusakannya baik sebagai akibat aktivitas biologis internal (metabolisme) maupun masuknya mikroba perusak.

Pengurangan kadar air bahan pangan akan berakibat berkurangnyanketersediaan air untuk menunjang kehidupan mikroorganisme dan juga untuk berlangsungnya reaksi reaksi fisikokimiawi. Kadar air adalah salah satu metode uji yang sangat penting untuk menentukan kualitas dan ketahanan suatu produk terhadap kerusakan yang mungkin terjadi, yang dapat mengakibatkan rendahnya kualitas bahan kimia teknis yang diproduksi atau digunakan. Penentuan kadar air pada suatu bahan memerlukan suatu ketetapan standar pengujian, misalnya suhu yang digunakan harus diperhatikan. Seperti pada metode yang biasa digunakan di laboratorium yaitu metode pengeringan oven digunakan suhu tertentu. Suhu pengeringan oven yang berbeda akan berdampak pada hasil. Kadar air (w) didefinisikan sebagai rasio massa fasa air terhadap fasa padatan, yang dinyatakan dalam bentuk persen (%) (O’Kelly dan Sivakumar, 2014). Menurut Angraeni, dkk. (2019), suhu dan variasi

(27)

waktu pengeringan mempengaruhi kadar air yang terdapat pada minyak. Semakin lama proses pengeringan dengan oven maka tingkat kualitas minyak semakin tinggi. Hal ini dikarenakan selama pengeringan dalam oven kadar air dalam minyak berkurang. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kadar air dan pengukuran kadar suatu sampel yaitu suhu dan kelembaban ruang, suhu dan tekanan udara oven, ukuran dan struktur partikel sampel, bentuk wadah serta komposisi sampel.

2.8 Yield

Yield adalah perbandingan (kuantitas) minyak yang dihasilkan dari ekstraksi tanaman. Yield menggunakan satuan persen (%). Semakin tinggi nilai Yield yang dihasilkan menandakan nilai minyak nabati yang dihasilkan semakin banyak.

Persen Yield (% Yield) dapat berkisar antara kurang dari 1 persen hingga di 100 persen. Para ahli kimia berusaha untuk memaksimalkan persen Yield dalam suatu reaksi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi besar persen Yield (% Yield) diantaranya, jenis sampel, ukuran sampel, suhu, jenis pelarut, dan tekanan (Putri, 2021). Beberapa reaksi bersifat kompleks dalam arti bahwa produk yang terbentuk dapat bereaksi lebih lanjut di antara mereka sendiri atau dengan reaktan membentuk produk lain. Reaksi tambahan ini akan mengurangi Yield reaksi pertama (Fahmi, 2016).

(28)

20 3.1 Alat yang digunakan

Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah:

1. Unit screw press 2. Alumunium foil 3. Batang Pengaduk

4. Gelas Kimia 50 mL 5. Gelas Kimia 250 mL 6. Gelas Ukur 25 mL

7. Gelas Ukur 50 mL

8. Kunci Inggris 9. Neraca Analitik 10. Obeng

11. Oven 12. Palu 13. Saringan 14. Spatula

3.2 Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah:

1. Biji ketapang 250 gram 2. Buah pinang 200 gram 3.3 Prosedur percobaan

3.3.1 Persiapan Alat dan Bahan

1. Disiapkan bahan yang akan diekstrak berupa biji ketapang dan buah pinang.

2. Bahan yang akan diesktrak dibagi menjadi 2 bagian dengan berat yang sama untuk 2 kali percobaan dengan pemanasan dan tanpa pemanasan.

3. Alat screw press dan tempat kerja dibersihkan terlebih dahulu bagian bagiannya

4. Bagian bagian alat screw press dirangkai kembali menjadi satu unit alat yang lengkap.

(29)

5. Biji ketapang dan kacang kedelai yang akan diekstrak, dirajang terlebih dahulu agar memperbesar luar permukaannya.

3.3.2 Percobaan Tanpa Pemanasan

1. Disiapkan biji ketapang sebanyak 125 gram 2. Dimasukkan biji ketapang pada alat screw press

3. Diputar handle screw press searah jarum jam dan ditampung ampas yang keluar di wadah penampung.

4. Ditampung minyak di gelas kimia dan ditimbang lalu dicatat.

5. Ditimbang ampas kemudian dicatat.

6. Disaring minyak dan ditimbang kembali.

7. Ditimbang ampas penyaringan lalu dicatat.

8. Dilakukan percobaan secara duplo.

9. Dilakukan langkah 1-8 pada buah pinang dengan berat 100 gram.

3.3.3 Percobaan dengan Pemanasan

1. Disiapkan biji ketapang sebanyak 125 gram

2. Dipanaskan biji ketapang pada suhu 110°C selama 30 menit 3. Dimasukkan biji ketapang pada alat screw press

4. Diputar handle screw press searah jarum jam dan ditampung ampas yang keluar di wadah penampung.

5. Ditampung minyak di gelas kimia dan ditimbang lalu dicatat.

6. Ditimbang ampas kemudian dicatat.

7. Disaring minyak dan ditimbang kembali.

8. Ditimbang ampas penyaringan lalu dicatat.

9. Dilakukan percobaan secara duplo.

10. Dilakukan langkah 1-8 pada buah pinang dengan berat 100 gram.

3.4 Rangkaian alat

Adapun rangkaian alat pada praktikum ekstraksi minyak nabati dilihat pada Gambar 3.1.

(30)

2

3

6

1

5 4

Keterangan : 1. Wadah Minyak 2. Handle Screw Press 3. Inlet Umpan 4. Outlet Minyak 5. Tempat Pemanas 6. Outlet Ampas

Gambar 3.1 Rangkaian Alat Praktikum Screw press

(31)

23

PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Percobaan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan data hasil percobaan ekstraksi minyak nabati. Data percobaan dapat disajikan pada Tabel 4.1 dan Tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.1 Data Hasil Ekstraksi Minyak Nabati Biji Ketapang Variabel

Percobaan

Percobaan Massa Minyak (Gram)

Massa

Minyak+Ampas+Gelas Kimia (30 gram)

Rendemen

Tanpa Pemanasan

Awal 7,79 42,50 4,94%

Duplo 4,51 37,39 2,28 %

Dengan Pemanasan

Awal 6,18 40,75 6,23%

Duplo 2,86 34,65 3,6%

Tabel 4.2 Data Hasil Ekstraksi Minyak Nabati Buah Pinang Variabel

Percobaan

Percobaan Massa Minyak (Gram)

Massa

Minyak+Ampas+Gelas Kimia (50 gram)

Rendemen

Tanpa Pemanasan

Awal 14,21 73,4 14,21%

Duplo 10,12 69,12 10,12%

Dengan Pemanasan

Awal 17,11 71,3 17,11%

Duplo 10,5 65,73 10,5%

4.2

Pembahasan

Ekstraksi adalah suatu cara untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Pada praktikum ini menggunakan cara mechanical expression yaitu screw press. Bahan yang digunakan adalah kacang tanah yang memiliki kandungan minyak berkisar antara 40-50% (Purwati dan Diastuti, 2007). Pada percobaan ini menggunakan dua bahan yang berbeda yaitu, biji ketapang dan buah pinang. Proses ekstraksi dilakukan dengan pengepresan berulir menggunakan alat screw press dengan perlakuan variabel yang berbeda berupa bahan baku yang melalui proses pemanasan dan tanpa pemanasan. Screw pressing adalah suatu cara memperoleh minyak atau lemak dengan menggunakan tekanan. Metode screw press diakukan dengan menggunakan mesin pengepres yang berfungsi untuk memeras bahan yang telah dicincang atau dihaluskan untuk mendapatkan minyak kasar. Mesin ini terdiri dari 2 batang besi campuran yang berbentuk spiral (screw) dengan susunan horizontal dan berputar

(32)

berlawanan arah. Bahan yang telah dilumatkan akan terdorong dan ditekan oleh cone pada sisi lainnya, sehingga buah sawit menjadi terperas (Hasballah, 2018).Percobaan ini diawali dengan persiapan bahan baku yang diperkecil ukurannya dan dikeringkan dalam ruangan terbuka untuk mengurangi kadar air pada bahan. Selanjutnya dilakukan proses ekstraksi menggunakan alat screw press dengan prinsip kerjanya memisahkan minyak dari bahan baku dan menghasilkan minyak kasar serta ampas dari bahan baku tersebut.

4.3 Ektraksi Minyak Nabati Tanpa Pemanasan

Percobaan dilakukan dengan cara pengepresan berulir menggunakan alat screw press. Bahan baku berupa biji ketapang dan buah pinang ditimbang menggunakan neraca analitik dan diperoleh berat sampel awal 125 gram dan 100 gram. Kemudian bahan baku diberi perlakuan awal (pre-treatment) berupa pengecilan ukuran, dan pengeringan agar biji lebih mudah diekstraksi dan mengurangi kadar air sehingga dihasilkan minyak dengan kualitas yang baik.

Pengecilan ukuran bertujuan untuk melukai jaringan dan sel, memperluas permukaan kontak, mempercepat laju ekstraksi dan memperpendek jarak difusi minyak (Hujjatusnaini dkk, 2021). Tujuan dari pengurangan kadar air pada bahan karena akan mempengaruhi kadar asam lemak bebas dalam minyak yang dihasilkan. Semakin besar kadar air pada minyak maka semakin besar pula kadar asam lemak bebas. Kenaikan jumlah asam lemak bebas pada munyak disebabkan oleh reaksi hidrolisis pada minyak tersebut (Sari, 2019).

Percobaan pertama dilakukan dengan bahan baku biji ketapang dengan berat awal 125 gram. Hasil pengepresan pertama diperoleh berat minyak 6,18 gram dari campuran minyak dan ampas basah 42,50 gram, berat ampas 105,55 gram, dan rendemen yang dihasilkan sebasar 4,94%. Pengepresan dilakukan secara duplo dengan mengumpankan ampas ke alat screw press yang bertujuan mengoptimalkan proses pengeluaran sisa-sisa minyak yang masih terkandung dalam bahan (Tambun, 2006). Hasil percobaan duplo diperoleh berat minyak 4,51 gram dari campuran minyak dan ampas basah 37,39 gram, berat ampas 91,55 gram, dan rendemen yang dihasilkan sebesar 2,28%. Minyak hasil pengepresan dapat diekstraksi tergantung dari lama waktu pengepresan, tekanan yang dihasilkan dan kandungan minyak

(33)

dalam bahan (Ketaren, 1986). Hasil rendemen biji ketapang pada percobaan ekstraksi tanpa pemanasan disajikan pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Rendemen Biji Ketapang pada Percobaan Tanpa Pemanasan Selanjutnya dilakukan percobaan pada bahan kedua yaitu 100 gram buah pinang. Pada percobaan pengepresan pertama diperoleh berat minyak 14,21 gram dari campuran minyak dan ampas basah 73,4 gram, berat ampas 64,6 gram, dan rendemen yang dihasilkan sebasar 14,21%. Hasil percobaan duplo diperoleh berat minyak 10,12 gram dari campuran minyak dan ampas basah 69,12 gram, berat ampas 59 gram, dan rendemen yang dihasilkan sebesar 10,12%. Hasil rendemen buah pinang pada percobaan ekstraksi tanpa pemanasan disajikan pada Gambar 4.2

Gambar 4.2 Rendemen Buah Pinang Tanpa Pemanasan 0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

Pertama Duplo

Rendemen (%)

Percobaan

Rendemen Biji Ketapang Tanpa Pemanasan

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

14.00%

16.00%

Pertama Duplo

Rendemen (%)

Percobaan

Rendemen Buah Pinang Tanpa Pemanasan

(34)

Berdasarkan Gambar 4.1 dan 4.2 disimpulkan bahwa minyak biji ketapang yang dilakukan pada percobaan awal lebih banyak daripada percobaan duplo karena kualitas biji ketapang dapat mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan, serta dalam proses pengepresan terdapat perbedaan kecepatan karena pengepresan dilakukan secara manual. Selain itu, faktor lingkungan seperti suhu dan kelembaban udara juga dapat mempengaruhi perbedaan dari hasil percobaan pertama dan duplo (Kartika dkk., 2022). Sama halnya pada buah pinang, minyak yang dihasilkan pada percobaan pertama daripada percobaan duplo. Banyaknya minyak yang dapat diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal. Salah satu alasan minyak yang dikeluarkan kurang maksimal karena penggunaan alat screw press yang menggunakan tenaga manusia untuk memutar handle, sehingga besar tekanan yang diberikan pada alat yang berbeda (Kateren, 1986).

4.4 Ekstraksi Minyak Nabati Dengan Pemanasan

Percobaan dilakukan dengan bahan baku berupa biji ketapang dan buah pinang ditimbang dan diperoleh berat sampel awal 125 gram dan 120 gram.

Kemudian bahan baku diberi perlakuan awal (pre-treatment) berupa pengecilan ukuran, dan pengeringan agar biji lebih mudah diekstraksi dan mengurangi kadar air sehingga dihasilkan minyak dengan kualitas yang baik. Pengeringan bertujuan untuk menghambat kerusakan biji akibat aktivitas mikroorganisme dan dapat memaksimalkan rendemen minyak yang dihasilkan (Kartika dkk., 2022). Pada percobaan pertama biji ketapang dengan berat 125 gram dioven dan diperoleh berat setelah pengovenan 121,58 gram. Pada ekstraksi pertama, diperoleh berat minyak 6,18 gram dari campuran minyak dan ampas basah 40,75 gram, berat ampas 109 gram, dan rendemen yang dihasilkan sebasar 6,23%. Pengepresan dilakukan secara duplo dengan mengumpankan ampas ke alat screw press. Hasil percobaan duplo diperoleh berat minyak 2,86 gram dari campuran minyak dan ampas basah 34,65 gram, berat ampas 91,55 gram, dan rendemen yang dihasilkan sebesar 3,6%. Hasil rendemen biji ketapang pada percobaan ekstraksi dengan pemanasan disajikan pada Gambar 4.3

(35)

Gambar 4.3 Rendemen Biji Ketapang Dengan Pemanasan

Selanjutnya pada percobaan pertama buah pinang dengan berat 100 gram dioven dan diperoleh berat setelah pengovenan 115,45 gram. Pada percobaan pengepresan pertama diperoleh berat minyak 17,11 gram dari campuran minyak dan ampas basah 71,3 gram, berat ampas 64,6 gram, dan rendemen yang dihasilkan sebasar 17,11 %. Hasil percobaan duplo diperoleh berat minyak 10,5 gram dari campuran minyak dan ampas basah 65,73 gram, berat ampas 59 gram, dan rendemen yang dihasilkan sebesar 10,5 %. Hasil rendemen buah pinang pada percobaan ekstraksi tanpa pemanasan disajikan pada Gambar 4.2

Gambar 4.4 Rendemen Buah Pinang Dengan Pemanasan 0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

7.00%

Pertama Kedua

Rendemen (%)

Percobaan

Rendemen Biji Ketapang Dengan Pemanasan

0.00%

2.00%

4.00%

6.00%

8.00%

10.00%

12.00%

14.00%

16.00%

18.00%

Pertama Duplo

Rendemen (%)

Percobaan

Rendemen Buah Pinang Dengan Pemanasan

(36)

Berdasarkan Gambar 4.1 dan 4.2 disimpulkan bahwa minyak buah pinang yang dilakukan pada percobaan awal lebih banyak daripada percobaan duplo karena kualitas buah pinang dapat mempengaruhi kualitas minyak yang dihasilkan, Salah satu alasan minyak yang dikeluarkan kurang maksimal karena penggunaan alat screw press yang menggunakan tenaga manusia untuk memutar handle, sehingga besar tekanan yang diberikan pada alat ini berbeda (Kateren, 1986). Sama halnya pada buah pinang, minyak yang dihasilkan pada percobaan pertama daripada percobaan duplo. Proses pemanasan memiliki pengaruh terhadap nilai rendemen yang diperoleh, dimana semakin tinggi suhu bahan akibat pemanasan maka semakin tinggi pula nilai rendemen yang diperoleh. Sedikitnya minyak pada biji ketapang, dikarenakan bahan awal yang lebih sedikit dari bahan kacang tanah.

Sedikitnya minyak pada biji ketapang, dikarenakan bahan awal yang lebih sedikit dari bahan kacang tanah. (Lumbantoruan dkk, 2014).

4.5 Kadar Air pada Biji Ketapang dan Buah Pinang

Percobaan diawali dengan perlakuan awal yakni pengecilan ukuran dan pengeringan menggunakan oven yang bertujuan untuk mengurangi kadar air setiap bahan. Kadar air pada bahan baku harus di hilangkan atau dikurangi karena akan berpengaruh terhadap rendemen minyak. Semakin kecil kadar air maka akan semakin besar rendemen yang dihasulkan. Selain itu kadar air juga akan mempengaruhi kadar asam lemak bebas dalam minyak yang dihasilkan, semakin besar kadar air dalam minyak maka akan semakin besar pula kadar asam lemak bebas. Kenaikan jumlah asam lemak bebas pada minyak disebabkan karena adanya reaksi hidrolisis pada minyak tersebut (Maimun dkk, 2017). Kadar air merupakan salah satu parameter untuk menentukan tingkat kemurnian minyak atau lemak dan berhubungan dengan daya simpannya, bau dan rasa. Kadar air yang tinggi mengakibatkan asam lemak bebas yang dihasilkan juga semakin tinggi. Tingginya ALB yang terkandung menunjukkan kualitas minyak yang rendah (Nurfiqih dkk., 2021). Kadar air yang diperoleh dari biji ketapang adalah 2,73% dan kadar air pada buah pinang sebesar 9,62 %. Kadar air biji ketapang dan buah pinang disajikan pada Gambar 4.6

(37)

Gambar 4.5 Persentase Kadar Air Biji Ketapang dan Buah Pinang

Berdasarkan pada Gambar 4.5 dapat disimpulkan bahwa, persentase kadar air biji ketapang lebih sedikit dibandingkan buah pinang. Banyaknya air yang terkandung dalam bahan dapat diketahui apabila bahan tersebut dipanaskan. Kadar air pada masing-masing bahan mengalami pengeringan yang tidak merata sehingga kadar air pada bahan masih sangat tinggi. Kadar air pada kedua bahan dapat dipengaruhi oleh kandungan air dalam minyak yang merupakan salah satu parameter penentu kualitas minyak (Handajani dkk, 2014). Kadar air berbanding terbalik terhadap persentase rendemen. Semakin besar nilai kadar air yang terkandung, maka semakin kecil pula persentase rendemen yang diperoleh. Hal ini terjadi karena kadar air menyebabkan keadaan biji lebih basah, sehingga menghambat minyak yang akan diekstrak dari bahan untuk keluar (Ratna, 2013).

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

Biji Ketapang Buah Pinang

Kadar Air (%)

Jenis Bahan

Persentase Kadar Air Biji Ketapang dan Buah Pinang

(38)

30 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang didapatkan selama praktikum, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Prinsip kerja alat screw press adalah dengan memasukkan umpan ke tempat pengumpan kemudian handle screw press diputar searah jarum jam dengan tujuan memberikan tekanan pada umpan sehingga minyak dari bahan akan keluar melalui outlet umpan dan ampasnya keluar dari outlet ampas.

2. Hasil rendemen percobaan yang diperoleh pada biji ketapang melalui proses pemanasan 6,23% dan 2,28% sedangkan yang tidak melalui proses pemanasan sebesar 4,94% dan 2,28%. Adapun minyak yang diperoleh dari buah pinang melalui proses pemanasan sebesar 17,11% dan 10,5%

sedangkan yang tidak melalui proses pemanasan 14,21% dan 10,12%.

Kadar air yang terkandung pada biji ketapang sebesar 2,73% dan pada buah pinang sebesar 5,5%.

5.2 Saran

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, terdapat saran untuk praktikan di masa mendatang, yaitu:

1. Pada pelaksanaan praktikum, sebaiknya praktikan melakukan percobaan dengan variabel ukuran bahan yang disamakan agar dapat dilihat perbandingan variasa dengan jumlah berat sama.

2. Praktikan hendaknya membersihkan area praktikum agar diperoleh hasil yang murni

(39)

31

Amudhan, M.S., Begum, H. & Hebbar, K.B. (2012). A Review on Phytochemical and Pharmacological Potential of Areca catechu L. Seed. IJPSR. 3(11):

4151-4157.

Efendi, S. C., Anggo, A. D., & Wijayanti, I. (2020). Pengaruh Suhu Ekstraksi Pada Metode Dry Rendering Terhadap Kualitas Minyak Kasar Hati Ikan Manyung (Arius thalassinus). Jurnal Ilmu dan Teknologi Perikanan, 2(1):

64-69.

Faoziyah, A. R. & Issusilaningtyas, E. (2020). Optimalisasi Ekstraksi Ikan Sidat Dengan Variasi Metode Ekstraksi Sebagai Bahan Baku Pembuatan Mikrokapsul Suplemen Kesehatan Jantung Koroner. Pharmacy: Jurnal Farmasi Indonesia, 17(2): 253-263.

Hujjatusnaini, N., Indah, B., Afitri, E., Widyastuti, R., & Ardiansyah. (2021).

Ekstraksi. Palangkaraya: Insitut Agama Islam Negeri Palangkaraya.

Irawan, C., Awalia, T. N., & Uthami, S. (2013). Pengurangan Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid) dan Warna dari Minyak Goreng Bekas dengan Proses Adsorpsi Menggunakan Campuran Serabut Kelapa dan Sekam Padi.

Konversi, 2(2): 29-33.

Kartika, A., Fataya, I., Yunus, M., dan Yuliana, N. 2022. Optimasi Proses Ekstraksi Minyak Dan Resin Nyampung Dengan Pelarut Biner Menggunakan Response Surface Method. Jurnal Teknologi Industri Pertanian, Vol. 32, No. 1.

Ketaren, S. (1986). Teknologi Minyak dan Lemak. UI Press, Jakarta.

Ketaren. (2005). Minyak dan Lemak Pangan, Univeristas Indonesia: Jakarta.

Maimun, T., Arahman, N., Hasibuan, F. A., & Rahayu, P. (2017). Penghambatan Peningkatan Kadar Asam Lemak Bebas (Free Fatty Acid) pada Buah Kelapa Sawit dengan Menggunakan Asap Cair. Jurnal Teknologi Dan Industri Pertanian Indonesia, 9(2), 44–49.

Midwar. (2017). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Minyak Goreng Bimoli Di Kecamatan Peudada Kabupaten Bireuen. Jurnal S.

Pertanian 1 (12), 1066–1090

Nurfiqih, D., Hakim, L., Muhammad. 2021. Pengaruh Suhu, Persentase Air, dan Lama Penyimpanan Terhadap Persentase Kenaikan Asam Lemak Bebas (ALB) Pada Crude Palm Oil (CPO). Jurnal Teknologi Kimia Unimal, Vol.

10, No. 2.

O’Kelly, B. C dan Sivakumar, V. 2014. Water Content Determinations for Pear and Organic Soils Using Oven-Drying Method. Journal of Drying Technology, Vol. 32, No. 6.

Pitri, R. M. N., & Kissinger. (2021). Pembuatan Tepung Biji Ketapang (Terminalia catappa) sebagai Bahan Pengolahan Aneka Cake pada Kelompok PKK Permata Hijau Banjarbaru. Jurnal Pengabdian Al-Ikhlas, 7(2): 214-223.

Rahmaniar. (2013). Minyak Biji Ketapang (Terminalia Cattapa L) sebagai Bahan Pelunak Dalam Pembuatan Kompon Karet. Jurnal Dinamika Penelitian Industri, 24(1): 49-56.

(40)

Rosalina, R., Setiawan, N., & Ningrum, R. S. (2018). Ekstraksi Minyak Nabati Pada Biji-Bijian dan Kacang-Kacangan dengan Metode Sokhletasi. Teknologi dan Analisis 1(18), 98-100.

Rosalina, Sondang, Hamidi, W., & Jahrizal. (2014). Analisis Permintaan Konsumen Terhadap Minyak Goreng di Kota Dumai. Jom Fekon, 1(2) Tambun, R., (2006). Teknologi Oleokimia. USU-Press. Medan.

Ratna. 2013. Pengaruh Kadar Air Biji Jagung dan Laju Pengumpanan terhadap Mutu Tepung Jagung Menggunakan Alat Penggiling Tipe Disk Mill. Jurnal Ilmia Pendidikan Biologi, Vol. 5, No. 1.

Hasballah, T., Enzo, W,B. 2018. Pengaruh Tekanan Screw press pada Proses Pengepresan Daging Buah Menjadi Crude Palm Oil. Jurnal Darma Agung.

XXVI (1): 722-729.

Mukhriani. (2014). Ekstraksi, Pemisahan Senyawa dan Identifikasi Senyawa Aktif.

Jurnal Kesehatan, 7(2), 361-365.

(41)

LAMPIRAN A DOKUMENTASI

Gambar A.1 Proses Ekstraksi Menggunakan Alat Screw press

Gambar A.2 Outlet Umpan dan Outlet Ampas

Gambar A.3 Hasil Ekstraksi Minyak Nabati Biji Pinang

Gambar A.4 Hasil Ekstraksi Minyak Nabati Biji Ketapang

(42)

LAMPIRAN B PERHITUNGAN

Massa bahan biji ketapang Tanpa pemanasan = 125 gram Massa bahan biji ketapang dengan pemanasan = 125 gram Massa buah pinang tanpa pemanasan = 100 gram Massa buah pinang dengan pemanasan = 100 gram

Massa gelas kimia 50 mL = 36,63 gram

Massa gelas kimia 30 mL = 30 gram

Massa wadah plastik = 14 gram

Massa wadah aluminium foil = 0,66

B. 1 Hasil Bahan Biji Ketapang Dengan Pemanasan a. Percobaan Pertama

Massa minyak + ampas + gelas kimia (30) = 40,75 gram Massa ampas + wadah plastik = 123,01gram

Massa ampas basah = 4,57 gram

Massa minyak = 6,18 gram

Total ampas = 109 gram

b. Percobaan Duplo

Massa minyak + ampas + gelas kimia (30) = 34,65 gram

Massa ampas + wadah = 105,55 gram

Massa ampas basah = 1,79 gram

Massa minyak = 2,86 gram

Total ampas = 91,55 gram

B. 2 Hasil Bahan Biji Ketapang Tanpa Pemanasan a. Percobaan Pertama

Massa minyak + ampas + gelas kimia = 42,50 gram

Massa ampas + wadah = 82,3 gram

Massa ampas basah = 2,71 gram

Massa minyak = 7,79 gram

Total ampas = 68,3 gram

b. Percobaan Duplo

Massa minyak + ampas + gelas kimia = 37,39 gram

(43)

Massa ampas + wadah = 73,39 gram

Massa ampas basah = 2,88 gram

Massa minyak = 4,51 gram

Total ampas = 59,39 gram

B. 3 Hasil Bahan Biji Pinang Dengan Pemanasan a. Percobaan Pertama

Massa minyak + ampas + gelas kimia (50) = 71,3 gram Massa ampas + wadah plastik = 72,15 gram

Massa minyak = 17,11 gram

Massa ampas basah = 3,12 gram

Total ampas = 58,15 gram

b. Percobaan Duplo

Massa minyak + ampas + gelas kimia (50) = 65,73 gram Massa ampas + wadah plastik = 67,11 gram

Massa minyak = 10,5 gram

Massa ampas basah = 4,05 gram

Total ampas = 53,14 gram

B. 4 Hasil Bahan Biji Pinang Tanpa Pemanasan a. Percobaan Pertama

Massa minyak + ampas + gelas kimia (50) = 73,4 gram Massa ampas + wadah plastik = 78,6 gram

Massa minyak = 14,21 gram

Massa ampas basah = 4,17 gram

Total ampas = 64,6 gram

b. Percobaan Duplo

Massa minyak + ampas + gelas kimia (50) = 69,12 gram

Massa ampas + wadah = 73 gram

Massa minyak = 10,12 gram

Massa ampas basah = 6,24 gram

Total ampas = 59 gram

Gambar

Gambar 2.1 Minyak Nabati
Gambar 2.2 Asam Palmitat  2.2.2  Asam Stearat
Gambar 2.3 Asam Stearat  2.2.3   Asam Oleat
Gambar 2.4 Asam Oleat  2.2.4   Asam Linoleat
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

pengeringan yang dilakukan pada suhu yang terlalu tinggi dapat. menyebabkan kerusakan pada komponen-komponen

Semakin tinggi kadar air bahan yang digoreng maka minyak akan lebih cepat mengalami kerusakan yang dtandai dengan peningkatan bilangan peroksida, peningkatan

bertambah besar dengan kenaikan kecepatan pengadukan, karena intensitas terjadinya tumbukan antara reaktan semakin banyak dan semakin cepat. Proses ekstraksi juga

Senyawa organik yang terdapat dalam bahan alam seperti kafein dari daun teh dapat diambil dengan cara ekstraksi jangka panjang dengan menggunakan suatu alat ekstraksi

Kerja enzim katalase akan optimum pada suhu yang normal (±30 o C), dan akan mengalami denaturasi atau kerusakan pada suhu yang. tinggi, serta akan bekerja lebih lambat pada suhu

Proses  pemisahan dengan metode destilasi dilakukan dengan cara memanaskan hasil ekstraksi di dalam labu alas bulat dengan suhu mencapai titik didih N-heksana dan

Percobaan pada metode sonikasi ini menggunakan 3 g sempel bahan alam dan 30 ml pelarut dengan 10 menit ekstraksi menggunakan alat sonikasi sebanyak 3 kali penyaringan filtrat.. Pada

memecahkan elmulasi pada suatu ekstrasi Labu erlenmeyer Wadah dari bahan kimia cair yang diguunakan untuk proses titrasi untuk menampung larutan yang akan digunakan Labu ukur