• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH endokrin hipertiroid

N/A
N/A
Aisyah Handayani

Academic year: 2024

Membagikan "MAKALAH endokrin hipertiroid"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MAKALAH PATOFISIOLOGI

GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN HIPERTIROID

ANGGOTA KELOMPOK 1 :

REZKY LYSIA _O1A121166 RISMA KASMAN_O1A121167 SENI LESTARI_O1A121173 SITI NURMA_O1A121174 SUCHI FEBRIANI_O1A121178 SYALAISA NOOR

FATHIHA_O1A121181 ULUL HUSNA_O1A121183 WA ODE MEY DWI

FEROZIA_O1A121188

WA ODE NUR AINUN DZAKIYYAH_O1A121189 WAHDINI_O1A121195 WAHYU SULISTIYA SAQINAH_O1A121196

YEHECKIEL GOSAL_01A121202 ABEL PRATIWI_O1A121206 AFAF NUR AZIZAH_O1A121209 AININ HUDRIAH_O1A121213 AISHAH HANDAYANI_O1A121214

PROGRAM STUDI S1 FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI 2022

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan makalah tentang "GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN HIPERTIROID".

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Kami berharap semoga makalah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga inspirasi untuk pembaca.

Kendari, 19 Desember 2022

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...2

DAFTAR ISI...3

BAB I...4

PENDAHULUAN...4

A. Latar Belakang...4

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan...4

D. Manfaat...4

BAB II...5

PEMBAHASAN...5

A. DEFINISI SISTEM ENDOKRIN TIROID...5

B. HIPERTIROID...5

C. PATOFISIOLOGI...6

D. ETIOLOGI...6

E. GEJALA...7

F. DIAGNOSIS PENYAKIT...8

G. KOMPLIKASI...9

H. PENGOBATAN...10

BAB III...11

PENUTUP...11

A. Kesimpulan...11

B. Saran...11

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kelenjar tiroid merupakan organ endokrin khusus di dalam tubuh manusia.

Fungsi kelenjar tiroid adalah mensekresikan hormon-hormon tiroid terdiri dari triodotironin (T3) dan tiroksin (T4) yang berfungsi untuk meningkatkan metabolisme tubuh. Hipertiroid adalah suatu keadaan hiperaktifitas kelenjar tiroid yang mensekresikan hormon T3 dan T4 secara berlebihan dan menimbulkan suatu manifestasi yang dikenal dengan tirotoksikosis. Hipertiroid mempunyai beberapa etiologi diantaranya adalah hipertiroid primer dan sekunder, Graves’ disease merupakan penyebab tersering terjadinya hipertiroid yang tergolong dalam hipertiroid primer.

Menurut Indonesian society of Endocrinology task force on thyroid (2012) Grave’s disease merupakan penyebab yang paling sering menimbulkan hipertiroid dengan prevalensi sebesar 60-80% dari seluruh penderita hipertiroid di dunia.

Penggunaan obat antitiroid merupakan pilihan utama dalam penatalaksanaan hipertiroid di Asia dan Eropa. Terdapat dua golongan obat antitiroid yaitu golongan imidazol yang terdiri dari karbimazol, tiamazol dan metimazol dan golongan tiourasil yaitu propiltiourasil. Masing-masing golongan mempunyai kenggulaan dalam penggunaanya. Obat golongan tiourasil mempunyai keunggulan dalam aspek farmakodinamik karena mempunyai mekanisme kerja tambahan dengan menghambat enzim 5’deiodinase perifer dan obat golongan imidazol mempunyai keunggulan dalam aspek farmakokinetik yaitu mempunyai duration of action (DOA) yang lebih panjang daripada golongan tiourasil sehingga dosisnya cukup satu kali sehari sedangkan dosis propiltiourasil adalah tiga kali sehari.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari makalah ini adalah :

1. Apa yang dimaksud gangguan system endokrin hipertiroid ? 2. Bagaimana patofisiologi dan etiologi hipertiroid ?

3. Bagaimana gejala dan komplikasi pada penderita hipertiroid ? 4. Apa terapi pengobatan untuk penderita hipertiroid ?

C. Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah :

1. Mengetahui definisi gangguan system endokrin hipertiroid 2. Mengetahui patofisiologi dan etiologi hipertiroid

3. Mengetahui gejala dan komplikasi pada penderita hipertiroid 4. Mengetahui terapi pengobatan untuk penderita hipertiroid D. Manfaat

Manfaat dari makalah ini adalah mahasiswa dapat mengetahui definisi gangguan system endokrin hipertiroid, patofisiologi dan etiologi, serta terapi pengobatannya.

(5)
(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. DEFINISI SISTEM ENDOKRIN TIROID

System endokrin adalah system kelenjar yang bekerja pada tubuh manusia yang hasil sekresinya berupa hormone yang di bawa langsung ke dalam darah tanpa melewati ductus atau saluran apapun. Sistem endokrin sangat berpengaruh pada banyak proses kehidupan yang melibatkan reproduksi, pertumbuhan, kekebalan tubuh, dan menjaga keseimbangan fungsi internal tubuh. Kelenjar dari sistem endokrin meliputi hipofisis, pineal, tiroid, paratiroid, timus, pankreas, adrenal, dan ovarium atau testis. (Utomo dkk., 2017). Kelenjar endokrin dapat diklasifikasikan sebagai organ endokrin primer dan sekunder. Organ endokrin primer hanya memiliki fungsi untuk menghasilkan hormone, sedangkan organ endokrin sekunder tidak hanya mampu mengeluarkan hormone tetapi juga memiliki fungsi biologis lainnya.

Hormon adalah zat kimia yang dibawa dalam aliran darah ke jaringan dan organ kemudian merangsang hormon untuk melakukan tindakan tertentu. Hormone terdiri atas beberapa struktur, antara lain :

1. Protein dan polipeptida, termasuk hormone yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior dan posterior, pancreas (insulin dan glucagon), kelenjar paratiroid (hormone paratiroid) dan lainnya.

2. Steroid, disekresikan oleh korteks adrenal (kartisol dan aldosterone), ovarium (estrogen dan progesterone), testis (testosterone), dan plasenta (estrogen dan progesterone).

3. Turunan dari asam amino tirosin, disekresikan oleh tiroid (tiroksin dan triiodotironin) dan medulla adrenal (epinefrin dan norepinerfin).

Kelenjar Tiroid menghasilkan hormone :

a) Tiroksin (T4) dan Triiodothyronine (T3), berfungsi untuk meningkatkan laju reaksi kimia di sebagian besar sel, sehingga dapat meningkatkan laju metabolisme tubuh.

b) Kalsitonin, berfungsi untuk meningkatkan pengendapan kalsium dalam tulang dan menurunkan konsentrasi ion kalsium cairan ekstraseluler.

B. HIPERTIROID

Hipertiroidisme adalah gangguan pada sistem endokrin yang terjadi pada kelenjar tiroid, yang ditandai peningkatan sintesis dan pelepasan hormon tiroid.

Pengertian lain, Hipertiroidisme adalah kelainan atau gangguan pada system endokrin yang terjadi akibat keadaan tirotoksikosis yang disebabkan oleh sintesis atau sekresi hormon tiroid endogen atau eksogen yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid. Keadaan tirotoksikosis dapat disebabkan oleh beberapa faktor, seperti :

a) Faktor-faktor trofik yang menyebabkan stimulus berlebihan terhadap kelenjar tiroid;

(7)

b) Sintesis dan sekresi hormon tiroid secara berlebihan karena aktivasi faktor otonomi;

c) Hormon yang terbentuk dan disimpan di kelenjar tiroid secara pasif dikeluarkan karena gangguan autoimun, infeksi, kimiawi, atau mekanis; atau

d) Terdapat paparan terhadap sumber hormon tiroid dari luar baik secara endogen (struma ovari, metastasis kanker tiroid) maupun eksogen (tirotoksitosis faktitia).

C. PATOFISIOLOGI

Hipertiroidisme ditandai dengan kehilangan pengontrolan normal sekresi hormon tiroid (TH). Karena kerja dari hormone tiroid pada tubuh adalah merangsang atau memobilisasi kerja sel dalam tubuh, maka terjadilah hipermetabolisme, yang meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis. Jumlah hormone tiroid yang berlebihan dapat menstimulasi sistem kardiak dan meningkatkan jumlah reseptor beta- adrenergik. Keadaan ini mengarah pada terjadinya takikardia dan peningkatan curah jantung, volume sekuncup, kepekaan adrenergik, dan aliran darah perifer. Selain itu, Metabolisme yang sangat meningkat mengakibatkan keseimbangan nitrogen negatif, penipisan lemak, dan hasil akhir defisiensi nutrisi. Dalam kasus hipertiroid, hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid melebihi kapasitas metabolisme tubuh sehingga semua makanan yang dimakan langsung tercerna dengan sangat cepat. Akibatnya, makanan tidak sempat terserap oleh tubuh.

D. ETIOLOGI

Hipertiroidisme disebabkan oleh beberapa keadaan, seperti: penyakit Graves, nodul tiroid, tiroiditis (peradangan kelenjar tiroid), asupan yodium berlebihan, pengobatan dengan menggunakan terapi hormon tiroid sintetis yang berlebihan untuk mengobati tiroid yang kurang aktif.

1. Penyakit Graves

Penyakit Graves adalah gangguan autoimun yang disebabkan oleh produksi hormon tiroid berlebihan karena terjadi stimulus abnormal pada kelenjar tiroid oleh sirkulasi immunoglobulin. Faktor-faktor pencetus terjadinya penyakit Graves meliputi: suplai yodium tidak mencukupi, infeksi, guncangan emosi, stress dan faktor genetik. Penyakit Graves terjadi ketika sistem kekebalan tubuh membuat antibodi Thyroid Stimulating Immunoglobulin (TSI) yang menempel pada sel kelenjar tiroid, kemudian TSI meniru aksi Thyroid Stimulating Hormon (TSH) dan akan menstumulus kelenjar tiroid untuk membuat banyak hormon tiroid (T3, T4 atau keduanya). Sekresi hormon tiroid yang berlebihan menyebabkan terjadinya keadaan tirotoksikosis. Penyakit ini ditandai dengan remisi dan eksaserbasi dengan atau tanpa pengobtan yang dapat menyebabkan jaringan tiroid menjadi rusak dan menyebabkan keadaan hipotiroidisme.

2. Nodul Tiroid

Jenis hipertiroidisme lainnya adalah nodul tiroid ditandai dengan satu atau lebih nodul (benjolan) seiring waktu bertambah besar dan menjadi sangat aktif sehingga menghasilkan sekresi hormone tiroid yang berlebihan, nodul tiroid, disebut

(8)

juga adenoma. Nodul muncul karena adanya replikasi sel klonogenik, sering menyebabkan mutasi reseptor TSH aktivasi somatik. Nodul tunggal disebut, adenoma toksik (penyakit Plummer). Beberapa nodul yang terlalu aktif disebut juga goiter multinodular toksik, bertambah besar dan meningkatkan aktivitas sehingga total sekresi hormon tiroid ke dalam darah menjadi lebih banyak dari biasanya.

3. Tiroiditis

Tiroiditis adalah peradangan yang terjadi pada kelenjar tiroid, sehingga hormon tiroid yang tersimpan mengalami kebocoran dan keluar dari kelenjar tiroid.

Keluarnya hormon tiroid menyebabkan peningkatan kadar hormon tiroid dalam darah (hipertiroidisme) dan keadaan ini akan berlangsung selama 1 atau 2 bulan.

Kebanyakan orang mengalami keadaan hipotiroidisme, karena kadar hormon tiroid terlalu rendah, sebelum akhirnya kelenjar tiroid sembuh total.

Berikut adalah jenis-jenis tiroiditis dapat menyebabkan hipertiroidisme yang diikuti oleh hipotiroidisme:

a) Tiroiditis subakut. Terjadi peradangan, menimbulkan rasa sakit dan pembesaran kelenjar tiroid, yang disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri. Tiroiditis subakut biasanya hilang dengan sendirinya dalam beberapa bulan.

b) Tiroiditis postpartum. Terjadi "destruktif" autoimun pada seorang wanita pada tahun pertama paska melahirkan. Kasus hipotiroidisme permanen dini hanya terjadi pada sebagian kecil wanita, sebagian besar positif antibodi dan mengalami disfungsi tiroid jangka panjang. Kemungkinan tiroiditis postpartum berulang pada kehamilan berikutnya sebesar 70%.

c) Tiroiditis silent. Jenis tiroiditis disebut "silent" karena tidak menimbulkan rasa sakit, namun terjadi pembesaran kelenjar tiroid; kondisi autoimun dan kadang berkembang menjadi hipotiroidisme yang permanen.

4. Asupan yodium berlebihan

Yodium adalah bahan baku yang diperlukan kelenjar tiroid untuk membuat hormon tiroid, sehingga asupan yodium akan memengaruhi produksi hormon yang dihasilkan kelenjar tiroid, sehingga asupan yodium berlebihan akan menyebabkan hopertiroidisme. Sejumlah obat- obatan memiliki kandungan yodium yang tinggi, seperti: amiodarone (untuk mengobati gangguan pada jantung), suplemen yang mengandung rumput laut, dan beberapa jenis obat batuk sirup mengandung yodium dalam jumlah yang besar.

5. Pengobatan hormon tiroid sintetis berlebihan

Pada kasus hipotiroidisme, pengobatan menggunakan hormon tiroid sintetis yang mungkin dikonsumsi secara berlebihan, dapat menyebabkan terjeadinya hipertiroidisme. Oleh sebab itu dianjurkan bagi orang yang menggunakan hormon tiroid sintetis untuk menemui dokter atau penyedia kesehatan lain setidaknya sekali setahun untuk memeriksa kadar hormon tiroid untuk mengikuti petunjuk dosis hormon tiroid sintetis yang tepat. Penggunaan obat lain juga perlu diketahui oleh dokter mengingat kemungkinan terjadi interaksi dengan hormon tiroid.

(9)

E. GEJALA ( PENYEBAB DAN GEJALA HIPERTIROID)

Hipertiroid disebabkan oleh kelenjar tiroid yang tidak normal. Tiroid adalah kelenjar di dalam tubuh yang berfungsi memproduksi hormon yang mengatur metabolisme tubuh. Apabila kelenjar tersebut memproduksi hormon metabolisme dan jumlah yang tidak sesuai dengan kebutuhan tubuh, gejala ini disebut dengan hipertiroid (gondok). Secara umum kelainan tiroid terbagi menjadi dua yakni hipertiroid dan hipotiroid. Disebut hipertiroid apabila kelenjar tiroid memproduksi hormon secara berlebihan.

Beberapa gejala umum yang ditimbulkan penderita hipertiroidisme : a) Gugup, sangat emosional, mudah tersinggung dan gelisah.

b) Palpitasi, denyut nadi sangat cepat baik sedang istirahat atau beraktivitas.

c) Intoleransi panas, mudah berkeringat, kulit hangat, lembab, tapi ada juga yang mengalami pruritus difus dan kulit kering.

d) Exophthalmos (bola mata menonjol, biasanya bilateral), menyebabkan ekspresi wajah yang terkejut. Exophthalmos terjadi karena peningkatan timbunan lemak dan cairan (edema) pada jaringan orbital dan otot mata, peningkatan tekanan memaksa bola mata keluar. Perubahan dalam otot orbital menghasilkan kelemahan otot, sehinggamenyebabkan diplopia.

e) Napsu makan meningkat.

f) Penurunan berat badan.

g) Kelelahan, kelemahan.

h) Amenore, yaitu suatu keadaan saat Wanita tidak mengalami menstruasi secara normal

i) Perubahan fungsi usus.

j) Fibrilasi atrium, yaitu denyut jantung yang tidak teratur dan cepat, terjadi pada 15% pasien dewasa tua yang pertama kali mengalami hipertiroidisme.

k) Takikardia, disritmia, takipnea (kemungkinan karena meningkatnya sensitivitas terhadap katekolamin atau adanya perubahan pergantian neurotransmiter). Hipertropi miokard dan gagal jantung dapat terjadi bila keadaan hipertiroidisme parah dan tidak diobati.

F. DIAGNOSIS PENYAKIT

Pemeriksaan fisik pada kelenjar tiroid untuk mendiagnostik hipertiroidisme mengandalkan pengamatan dan perabaan untuk memastikan apakah ada benjolan di leher sambil memastikan apabila ada gejala lain yang muncul.

Setelah pemeriksaan tersebut, akan dibutuhkan tes lanjutan untuk menunjang diagnosa. Ada beragam jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis penyakit tiroid, diantaranya :

a) Tes darah, dalam mendiagnosis penyakit tiroid, salah satu pemeriksaan yang bisa dilakukan adalah tes darah. Tujuannya untuk mengamati dan mengevaluasi fungsi kelenjar tiroid. Tes ini bisa membantu mengukur kadar hormon tiroid dan TSH (Tiroid Stimulating Hormone). Selain itu, pemeriksaan darah juga bisa membantu mengetahui seseorang mengalami hipertiroidisme atau hipotiroidisme.

b) Tes pencitraan, bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang jelas dari leher dan area kelenjar tiroid. Alat yang sering digunakan antara lain USG, CT-scan, dan MRI. Selain berfungsi sebagai alat diagnostik, USG tiroid juga mempunyai peran

(10)

dalam terapeutik, yakni sebagai panduan untuk melakukan pungsi nodul tiroid atau injeksi obat ke dalam lesi tiroid.

c) Tes Biopsi, dilakukan jika penyakit tiroid yang muncul dicurigai sebagai kanker tiroid. Biopsi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan mengambil sampel jaringan tiroid dan dianalisis di laboratorium.

Pemeriksaan pendukung yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa hipertiroidisme adalah :

1. TSH serum, pada pemeriksaan ini ditemukan serum TSH menurun dan terjadi peningkatan tiroksin bebas (T4 bebas).

2. Total T3, T4 (biasanya meningkat), total T3 dan T4 untuk menentukan tingkat hormon bebas dan terikat (pada protein).

3. Pemeriksaan Thyroid-Stimulating Immunoglobulin (TSI), disebut juga pemeriksaan tes antibodi stimulus tiroid, untuk mengukur kadar TSI dalam darah. Pada umumnya pasien penyakit Graves memiliki antibodi ini, tapi orang yang memiliki hipertiroidisme karena kasus lain tidak memilikinya.

4. Tes yodium radioaktif dengan memancarkan sinar radiasi yang dapat dideteksi dengan alat khusus. Pemeriksaan ini menggunakan yodium dengan berat atom 131, sehingga disebut I-131. Pada pemeriksaan ini, pasien diberikan kapsul atau cairan mengandung I-131 untuk diminum, setelah 4-24 jam kemudian dilakukan pemeriksaan berapa bagian yang terserap dan tersimpan di kelenjar tiroid. Pada hipertiroidisme, uptake tinggi, umumnya melebihi 30%. Pada pasien tiroiditis menunjukkan uptake kurang dari 2%. Orang dengan goiternodular memiliki uptake normal tinggi.

5. TRAb (antibody reseptor tirotropin), pemeriksaan ini dilakukan apabila pemindaian dan uptake tiroid tidak tersedia atau adanya kontraindiaksi, misalnya: kehamilan dan menyusui.

6. Ultrasonografi (USG), pemeriksaan ini untuk mendeteksi lobus tiroid atau lesi kecil berukuran 2 mm, membedakan nodul padat atau kista. Pemeriskaan USG dapat memperkirakan ukuran kelenjar tiroid, kepadatan jaringan, menunjukkan aliran vascular serta kecepatan dalam membantu menempatkan jarum untuk tujuan diagnostic.

7. Elektrokardiografi (EKG), biasanya menunjukkan takikardia, temuan lain menunjukkan adanya atrial fibrilasi, disritmia dan berubahan bentuk gelompag P dan T.

8. X-ray scan, CAT scan, MRI scan (untuk mendeteksi adanya tumor).

9. Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB), pada penyakit Graves, pemeriksaan FNAB diperlukan bila menemukan nodul dalam kelenjar tiroid, untuk membedakan nodul jinak atau ganas yang mungkin terjadi, direkomendasikan FNAB dipandu dengan USG.

G. KOMPLIKASI

Komplikasi jangka panjang yang dapat ditimbulkan dari keadaan hipertiroidisme :

1. Ateroklerosis

(11)

Aterosklerosis adalah penebalan dinding arteri sebelah dalam karena endapan plak (lemak, kolesterol dan buangan sel lainnya) sehingga menghambat dan menyumbat pasokan darah ke sel-sel otot. Aterosklerosis dapat terjadi di seluruh bagian tubuh. Terdapat beberapa mekanisme yang mendasari pembentukan plak aterosklerosis pada hipertiroidisme, antara lain peningkatan molekul adhesi sel pembuluh darah, jalur pembekuan darah, jalur peradangan, jalur metabolisme lemak dan berkurangnya kepekaan sel-sel tubuh terhadap hormon insulin (resistensi insulin).

2. Infark miokard

Hipertiroidisme dapat menyebabkan infark miokard akut melalui efek metabolik langsung dari hormon tiroid yang dapat menyebabkan gangguan irama jantung atau aritmia berupa takikardia supraventrikular, fibrilasi atrial atau flutter atrial. Selain itu juga dapat melalui efek hormon tiroid pada sistem koagulasi darah yang mengakibatkan terbentuknya trombus pada pembuluh darah jantung. Infark miokard akut dapat mengakibatkan syok kardiogenik karena otot jantung tidak mendapatkan suplai darah yang cukup sehingga otot jantung tersebut mati atau nekrosis.

H. PENGOBATAN

Terapi / Pengobatan Gangguan Sistem Endokrin : Hipertiroid 1. Propylthiouracil (PTU)

Golongan obat : Antitiroid tiourasil

Dosis : 50-300 mg per oral setiap 8 jam

Mekanisme kerja utama obat Pripythiouracil (PTU) adalah bekerja dengan dua efek yaitu efek intratiroid dan ekstratiroid. Mekanisme aksi pada intratiroid yaitu dengan menghambat oksidasi dan organifikasi iodine melalui inhibisi enzim tiroid peroksidase dan menghambat proses coupling iodotirosin menjadi T4 dan T3.

Sedangkan, mekanisme aksi pada ekstratiroid yaitu dengan menghambat atau mengurangi konversi T4 menjadi T3 di jaringan perifer. Oleh karena itu, PTU menjadi obat terapi pilihan untuk tirotoksikosis atau disebut badai tiroid.

2. Methimazole

Golongan obat : Antitiroid imidazol

Dosis : 5-120 mg per oral setiap 1 hari

Mekanisme kerja utama dari obat ini adalah untuk menghambat penggunaan iodine oleh kelenjar tiroid sehingga kemudian mencegah biosintesis hormone tiroid. Selain itu, obat ini juga memiliki efek imunosupresif yang dapat mengakibatkan penurunan konsentrasi TSAb. Methimazole dapat digunakan jika PTU tidak tersedia atau pasien tidak dapat mentoleransi efek samping dari PTU.

3. Propranolol

Golongan obat : Beta-blocker

Dosis : 10-40 mg per oral setiap 8 jam.

Mekanisme kerja obat Propranolol pada penderita hipertiroidisme yaitu bekerja dengan menghambat konversi T3 (triiodotironin) menjadi T4 (tiroksin) sehingga membantu kontrol takikardi dan tremor. Golongan obat beta-blocker ini

(12)

tidak mempengaruhi sintesis hormone tiroid, tetapi bekerja dengan membantu menurunkan denyut jantung dan mengontrol gejala seperti palpitasi dan aritmia.

Propranolol hanya berkhasiat mengurangi gejala yang ditimbulkan dari hipertiroid. Oleh karena itu, penggunaan obat golongan ini utamanya untuk pasien hipertiroidisme dengan komplikasi kardiovakular.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipertiroidisme adalah kelainan atau gangguan pada system endokrin yang terjadi akibat keadaan tirotoksikosis yang disebabkan oleh sintesis atau sekresi hormon tiroid endogen atau eksogen yang dikeluarkan oleh kelenjar tiroid.

Hipertiroidisme disebabkan oleh beberapa keadaan, seperti: penyakit Graves, nodul tiroid, tiroiditis (peradangan kelenjar tiroid), asupan yodium berlebihan, pengobatan dengan menggunakan terapi hormon tiroid sintetis yang berlebihan untuk mengobati tiroid yang kurang aktif. Hipertiroidisme ditandai dengan kehilangan pengontrolan normal sekresi hormon tiroid (TH). Metabolisme yang sangat meningkat

mengakibatkan keseimbangan nitrogen negatif, penipisan lemak, dan hasil akhir defisiensi nutrisi. Dalam kasus hipertiroid, hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid melebihi kapasitas metabolisme tubuh sehingga semua makanan yang dimakan langsung tercerna dengan sangat cepat. Akibatnya, makanan tidak sempat terserap oleh tubuh. Terapi pengobatan yang biasanya digunakan untuk penderita Hipertiroid diantaranya Propylthiouracil (PTU), Methimazole, dan Propranolol.

B. Saran

Makalah ini masih terdapat beberapa kekurangan, di harapkan kepada para pembaca, untuk memberikan saran, krik serta masukan agar makalah kami kedepannya dapat menjadi lebih baik lagi.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, R., dan Tjahya, A., 2022, Manajemen Hipertiroid pada Kehamilan, Jurnal Anestesi

Obstetri Indonesia, Vol. 5 (2).

Ariani, D., 2016, Ny. Z Usia 47 Tahun dengan Penyakit Graves, Jurnal Medula Unila, Vol.

4(3).

Harmanto, N., 2004. Mahkota Dewa Panglima Penakluk Kanker : Sehat dengan Ramuan Tradisional. Agromedia : Jakarta Selatan.

Jainurakhma J., Dheni K., Edi S., Sanny F., Zulia P.P., Zuliani, Budiono, Novi M., Gilny A.J.R., Veroneka Y.W., Herin M., Jeanny R., Achmad S., Yunus E., dan Andi Y., 2021, Dasar-Dasar Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam dengan Pendekatan Klinis, Penerbit Yayasan Kita Menulis : Yogyakarta.

Noor, W.H., dan Made R.S., 2021. Terapi Penyakit Graves Dengan Sodium Iodida-131.

Jurnal

UNUD. Vol 7(3).

Rumahorbo, H., 1997. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Endokrin.

Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta.

Sari, M.S., Cahaya, N., dan Susilo, Y.H., 2020, Studi Penggunaan Obat Golongan Beta- Blocker pada Pasien Rawat Inap Rumah Sakit Ansari Saleh Banjarmasin, Jurnal Farmasi Udayana, Vol. 9(2)

Setiawati, R., 2022. Buku Saku Manajemen Dan Deteksi Dini Penyakit Tiroid. Airlangga University Press: Surabaya.

Suharto, I.P.S., dan Satria, E.N., 2020. Fisiologi Sistem Endokrin. Penerbit UNIK Press : Kediri.

(14)

Utomo, D W., Suprapto, dan Nurul, H., 2017, Pemodelan Sistem Pakar Diagnosis Penyakit pada Sistem Endokrin Manusia dengan Metode Dempster-Shafer, Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer, Vol. 1(9).

Referensi

Dokumen terkait

Antibodi terhadap Yersinia enterocolitica terbukti dapat bereaksi silang dengan TSH-R antibodi pada membran sel tiroid yang dapat mencetuskan episode akut penyakit

8ika kadar hormon tiroid tinggi dan kadar hormon !H rendah, hal ini mengindikasikan kelenjar tiroid terlalu aktif yang disebabkan oleh adanya suatu penyakit.. 1isa

Terapi dengan Iodium radioaktif(I- 1 3 I ) dilakukan pada nodul tiroid autonom atau nodul panas (fungsional) baik yang dalam keadaan eutiroid maupun hipertiroid. Terapi

Pilihan terapi pada pasien krisis tiroid adalah sama dengan pengobatan yang diberikan pada pasien dengan hipertiroidisme hanya saja obat yang diberikan lebih tinggi dosis dan selang

Pilihan terapi pada pasien krisis tiroid adalah sama dengan pengobatan yang diberikan pada pasien dengan hipertiroidisme hanya saja obat yang diberikan lebih tinggi dosis dan

Hipertiroidisme pada penyakit Graves’ disebabkan oleh aktivasi reseptor tiroid oleh thyroid stimulating hormone receptor antibodies yang dihasilkan

Penyakit Graves (goiter difusa toksika) dipercaya disebabkan oleh suatu antibodi yang merangsang tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid yang

Pada pasien Graves disease, ditemukan TSH receptor antibody yang terus menerus memicu kelenjar tiroid untuk memproduksi hormon tiroid hingga terjadi hipertiroidisme.. Kelebihan hormon