• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan keperawatan pada pasien Goiter (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Asuhan keperawatan pada pasien Goiter (2)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Istilah Goiter berarti terjadinya pembesaran pada kelenjar tiroid, yang dikenal dengan goiter non toxik atau simpel goiter atau struma endemik, dengan dampak yang ditimbulkannya hanya bersifat local yaitu sejauh mana pembesaran tersebut mempengaruhi organ disekitarnya seperti pengaruhnya pada trachea dan

esophagus.

Goiter adalah salah satu cara mekanisme kompensasi tubuh terhadap kurangnya unsure yodium dalam makanan dan minuman. Asupan yodium dapat diperiksa secara langsung yaitu dengan cara menganalisis makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu yang mengidap goiter, sedangkan pemeriksaan secara tidak langsung dipakai berbagai cara antara lain : pemeriksaan kadar yodium dalam urine dan dengan studi kinetik yodium.

Berdasarkan kejadiannya atau penyebarannya ada yang disebut struma endemis dan sporadik. Secara sporadik dimana kasus-kasus struma ini dijumpai menyebar diberbagai tempat atau daerah. Bila dihubungkan dengan penyebab maka struma sporadik banyak disebabkan oleh faktor goitrogenik, anomali, penggunaan obat-obat anti tiroid, peradangan dan neoplasma, secara endemis, dimana kasus-kasus struma ini dijumpai pada sekelompok orang didaerah tertentu, sdihubungkan dengan penyakit defisiensi yodium.Pada umumnya goiter sering dijumpai pada daerah pegunungan, namun ada juga yang ditemukan di dataran rendah dan ditepi pantai.

1.2 Rumusan Masalah

Ada beberapa pokok permasalahan yang akan dibahas yakni: 1. Bagaimana konsep medis penyakit goiter?

2. Bagaimana asuhan keperawatan penyakit goiter?

(2)

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam pembahasan ini yaitu: 1. Untuk mengetahui konsep medis dari penyakit goiter, dan 2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan penyakit goiter.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Goiter

(3)

pembengkakan atau benjolan besar pada leher sebelah depan (pada tenggorokan) dan terjadi akibat pertumbuhan kelenjar tiroid yang tidak normal. Kelenjar tiroid yang membesar disebut goiter. Goiter dapat menyertai hipo maupun hiperfungsi tiroid. Bila secara klinik tidak ada tanda-tanda khas, disebut giter non-toksik

Gondok adalah suatu pembengkakan pada kelenjar tiroid yang abnormal dan penyebabnya bisa bermacam-macam, dimana kelenjar tiroid diperlukan untuk memproduksi hormon tiroid yang berfungsi mengontrol metabolisme tubuh, keseimbangan tubuh dan pertumbuhan perkembangan yang normal.

2.2 Etiologi Goiter

Berbagai faktor diidentifikasikan sebagai penyebab terjadinya hipertropi kelenjar tiroid termasuk didalamnya defisiensi yodium, goitrogenik glikosida agent (zat atau bahan ini dapat mensekresi hormon tiroid) seperti ubi kayu, jagung, lobak, kangkung, kubis bila dikonsumsi secara berlebihan, obat-obatan anti tiroid, anomali, peradangan dan tumor/neoplasma.

a. Auto-imun (dimana tubuh menghasilkan antibodi yang menyerang komponen spesifik pada jaringan tersebut).

Tiroiditis Hasimoto’s adalah kondisi autoimun di mana terdapat kerusakan kelenjar tiroid oleh sistem kekebalan tubuh sendiri. Sebagai kelenjar menjadi lebih rusak, kurang mampu membuat persediaan yang memadai hormon tiroid.Penyakit Graves. Sistem kekebalan menghasilkan satu protein, yang disebut tiroid stimulating imunoglobulin (TSI). Seperti dengan TSH, TSI

merangsang kelenjar tiroid untuk memperbesar memproduksi sebuah gondok. b. Defisiensi Yodium.

Yodium sendiri dibutuhkan untuk membentuk hormon tyroid yang nantinya akan diserap di usus dan disirkulasikan menuju bermacam-macam kelenjar. Kelenjar tersebut diantaranya Choroid, Ciliary body, Kelenjar susu, Plasenta, Kelenjar air ludah, Mukosa lambung, Intenstinum tenue, Kelenjar gondok. Sebagaian besar unsur yodium ini dimanfaatkan di kelenjar gondok. Jika kadar yodium di dalam kelenjar gondok kurang, dipastikan seseorang akan mengidap penyakit gondok. c. Obat-obatan tertentu yang dapat menekan produksi hormon tiroid.

(4)

e. Kerusakan genetik, yang lain terkait dengan luka atau infeksi di tiroid. Tiroiditis adalah peradangan dari kelenjar tiroid sendiri dapat mengakibatkan pembesaran kelenjar tiroid.

f. Beberapa disebabkan oleh tumor (Baik dan jinak tumor kanker). Multinodular Gondok. Individu dengan gangguan ini memiliki satu atau lebih nodul di dalam kelenjar tiroid yang menyebabkan pembesaran. Hal ini sering terdeteksi sebagai nodular pada kelenjar perasaan pemeriksaan fisik. Pasien dapat hadir dengan nodul tunggal yang besar dengan nodul kecil di kelenjar, atau mungkin tampil sebagai nodul beberapa ketika pertama kali terdeteksi.

g. Kanker Tiroid. Thyroid dapat ditemukan dalam nodul tiroid meskipun kurang dari 5% dari nodul adalah kanker. Sebuah gondok tanpa nodul bukan merupakan resiko terhadap kanker.

h. Kehamilan. Sebuah hormon yang disekresi selama kehamilan yaitu gonadotropin dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid.

(5)

Defisiensi

Yodium

Aktifitas utama kelenjar tiroid adalah untuk berkonsentrasi yodium dari darah untuk membuat hormon tiroid. Kelenjar tersebut tidak dapat membuat hormon tiroid cukup jika tidak memiliki cukup yodium. Oleh karena itu, dengan defisiensi yodium individu akan menjadi hipotiroid. Akibatnya, tingkat hormon tiroid terlalu rendah dan mengirim sinyal ke tiroid. Sinyal ini disebut thyroid stimulating hormone (TSH). Seperti namanya, hormon ini merangsang tiroid untuk menghasilkan hormon tiroid dan tumbuh dalam ukuran yang besar Pertumbuhan abnormal dalam ukuran menghasilkan apa yang disebut sebuah gondok

Kelenjar tiroid dikendalikan oleh thyroid stimulating hormone (TSH) yang juga dikenal sebagai thyrotropin. TSH disekresi dari kelenjar hipofisis, yang pada

(6)

mengatur produksi TSH. Interferensi dengan sumbu ini TRH hormon tiroid TSH menyebabkan perubahan fungsi dan struktur kelenjar tiroid. Stimulasi dari reseptor TSH dari tiroid oleh TSH, TSH reseptor antibodi, atau agonis reseptor TSH, seperti chorionic gonadotropin, dapat mengakibatkan gondok difus. Ketika sebuah kelompok kecil sel tiroid, sel inflamasi, atau sel ganas metastasis untuk tiroid terlibat, suatu nodul tiroid dapat berkembang.

Kekurangan dalam sintesis hormon tiroid atau asupan menyebabkan produksi TSH meningkat. Peningkatan TSH menyebabkan peningkatan cellularity dan

hiperplasia kelenjar tiroid dalam upaya untuk menormalkan kadar hormon tiroid. Jika proses ini berkelanjutan, maka akan mengakibatkan gondok. Penyebab kekurangan hormon tiroid termasuk kesalahan bawaan sintesis hormon tiroid, defisiensi yodium, dan goitrogens.

Gondok dapat juga terjadi hasil dari sejumlah agonis reseptor TSH. Pendorong reseptor TSH termasuk antibodi reseptor TSH, resistensi terhadap hormon tiroid hipofisis, adenoma kelenjar hipofisis hipotalamus atau, dan tumor memproduksi human chorionic gonadotropin.

Pemasukan iodium yang kurang, gangguan berbagai enzim dalam tubuh, hiposekresi TSH, glukosil goitrogenik (bahan yang dapat menekan sekresi hormone tiroid), gangguan pada kelenjar tiroid sendiri serta factor pengikat dalam plasma sangat menentukan adekuat tidaknya sekresi hormone tiroid. Bila kadar-kadar hormone tiroid kurang maka akan terjadi mekanisme umpan balik terhadap kelenjar tiroid sehingga aktifitas kelenjar meningkat dan terjadi pembesaran (hipertrofi).

Dampak goiter terhadap tubuh terletak pada pembesaran kelenjar tiroid yang dapat mempengaruhi kedudukan organ-organ lain di sekitarnya. Di bagian posterior medial kelenjar tiroid terdapat trakea dan esophagus. Goiter dapat mengarah ke dalam sehingga mendorong trakea, esophagus dan pita suara sehingga terjadi kesulitan bernapas dan disfagia yang akan berdampak terhadap gangguan

(7)

2.3 Klasifikasi Goiter

a. Goiter kongenital.

Hampir selalu ada pada bayi hipertiroid kongenital, biasanya tidak besar dan sering terjadi pada ibu yang memiliki riwayat penyakit graves.

b. Goiter endemik dan kretinisme.

Biasa terjadi pada daerah geografis dimana detistensi yodium berat,

dekompensasi dan hipotiroidisme dapat timbul karenanya, goiter endemik ini jarang terjadi pada populasi yang tinggal disepanjang laut.

c. Goiter sporadis.

Goiter yang terjadi oleh berbagai sebab diantaranya tiroiditis fositik yang terjadi lazim pada saudara kandung, dimulai pada awal kehidupan dan kemungkinan bersama dengan hipertiroidisme yang merupakan petunjuk penting untuk diagnosa.

d. Goiter yodium.

Goiter akibat pemberian yodium biasanya keras dan membesar secara difus, dan pada beberapa keadaan, hipotirodisme dapat berkembang.

e. Goiter sederhana (Goiter kollot).

Yang tidak diketahui asalnya. Pada pasien bistokgis tiroid tampak normal atau menunjukan berbagai ukuran follikel, koloid dan epitel pipih.

f. Goiter multinodular.

Goiter keras dengan permukaan berlobulasi dan tunggal atau banyak nodulus yang dapat diraba, mungkin terjadi perdarahan, perubahan kistik dan fibrosis. g. Goiter intratrakea.

Tiroid intralumen terletak dibawah mukosa trakhea dan sering berlanjut dengan tiroid ekstratrakea yang terletak secara normal.

h. Klasifikasi Goiter menurut WHO : 1) Stadium O – A : tidak ada goiter.

2) Stadium O – B : goiter terdeteksi dari palpasi tetapi tidak terlihat walaupun leher terekstensi penuh.

3) Stadium I : goiter palpasi dan terlihat hanya jika leher terekstensi penuh.

4) Stadium II : goiter terlihat pada leher dalam Potersi. 5) Stadium III : goiter yang besar terlihat dari Darun.

2.4 Manifiestasi Klinis Goiter

(8)

multi nodular pada pasien-pasien tersebut yang berbeda dengan pembesaran tiroid difus pada pasien penyakit Graves

Penderita goiter nodular toksik mungkin memperlihatkan tanda-tanda mata (melotot, pelebaran fisura palpebra, kedipan mata berkurang) akibat aktivitas simpatis yang berlebihan. Meskipun demikian, tidak ada manifestasi dramatis oftalmopati infiltrat seperti yang terlihat pada penyakit Graves. Gejala disfagia dan sesak napas mungkin dapat timbul. Beberapa goiter terletak di retrosternal .

Pada umumnya pasien struma nodosa datang berobat karena keluhan ketakutan akan keganasan. Sebagian kecil pasien, khususnya yang dengan struma nodosa besar, mengeluh adanya gejala mekanis, yaitu penekanan pada esophagus (disfagia) atau trakea (sesak napas). Gejala penekanan ini data juga oleh tiroiditis kronis karena konsistensinya yang keras. Biasanya tidak disertai rasa nyeri kecuali bila timbul perdarahan di dalam nodul

Keganasan tiroid yang infiltrasi nervus rekurens menyebabkan terjadinya suara parau. Kadang-kadang penderita datang dengan karena adanya benjolan pada leher sebelah lateral atas yang ternyata adalah metastase karsinoma tiroid pada kelenjar getah bening, sedangkan tumor primernya sendiri ukurannya masih kecil. Atau penderita datang karena benjolan di kepala yang ternyata suatu metastase karsinoma tiroid pada kranium. Gejala utama :

a. Peningkatan frekuensi denyut jantung

b. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap katekolamin

c. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran terhadap panas, keringat berlebihan.

d. Penurunan berat badan, peningkatan rasa lapar e. Mata melotot

f. Dapat terjadi eksoftalmus (penonjolan bola mata) Peningkatan frekuensi buang air besar

g. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid.

h. Pembengkakan, mulai dari ukuran sebuah nodul kecil untuk sebuah benjolan besar, di bagian depan leher tepat di bawah Adam’s apple.

i. Perasaan sesak di daerah tenggorokan.

j. Kesulitan bernapas (sesak napas), batuk, mengi (karena kompresi batang tenggorokan).

(9)

m. Distensi vena leher.

n. Pusing ketika lengan dibangkitkan di atas kepala o. Kelainan fisik (asimetris leher)

2.5 Komplikasi Goiter

f. Berkurangnya jumlah sperma g. Ginekomastia

h. Oftalmopati graves i. Dermopati graves

j. Infeksi karena agranulositosis pada pengobatan dengan obat antitiroid.

2.6 Pemeriksaan Diagnostik Goiter

a. Tes pengambilan RAI : meningkat pada penyakit graves dan toksik goiter noduler, menurun pada tiroiditis.

b. T4 dan T3 serum : meningkat c. T4 dan T3 bebas serum : meningkat

d. TSH : tertekan dan tidak berespon terhadap TRH (tiroid releasing hormon) e. Tiroglobulin : meningkat

f. Stimulasi TR : dikatakan hipertiroid jika TRHdari tidak ada sampai meningkat setelah pembetian TRH.

g. Ambilan tiroid 131 : meningkat h. Ikatan protein oidium : meningkat

i. Gula darah : meningkat ( seiring dengan kerusakan pada adrenal) j. Fosfat alkali dan kalsium serum : meningkat

k. Pemeriksaan fungsi hepar : abnormal

l. lElektrolit : hiponatemian yang mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau efek dilusi dalam terapi cairan pengganti. Hipokalsemia terjadi dengan sendirinya pada kehilangan melalui gastrointestinal dan diuresis.

m. Katekolamin serum : menurun n. Kreatinin urine : menurun

o. EKG : fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali.

2.7 Penatalaksanaan Goiter

(10)

a. Konservatif

1) Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis berlebih, pasien mengalami gejala hipotiroidisme.

Contoh obat adalah sebagai berikut : a) Thioamide

b) Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari

c) Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 - 600 mg/hari, dosis maksimal d) 2.000 mg/hari

e) Potassium Iodide f) Sodium Ipodate g) Anion Inhibitor

2) Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi gejala-gejala hipotiroidisme.

Contoh: Propanolol . Indikasi :

a) Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien muda dengan struma ringan sedang dan tiroktosikosis.

b) Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan atau sesudah pengobatan yodium radioaktif.

c) Persiapan tiroidektomi. d) Pasien hamil, usia lanjut . e) Krisis tiroid

Penyekat adinergik ß pada awal terapi diberikan, sementara menunggu pasien menjadi eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian anti tiroid. Propanolol dosis 40-200 mg dalam 4 dosis pada awal pengobatan, pasien kontrol setelah 4-8 minggu. Setelah eutiroid, pemantauan setiap 3-6 bulan sekali: memantau gejala dan tanda klinis, serta Lab.FT4/T4/T3 dan TSHs.

Setelah tercapai eutiroid, obat anti tiroid dikurangi dosisnya dan

dipertahankan dosis terkecil yang masih memberikan keadaan eutiroid selama 12-24 bulan. Kemudian pengobatan dihentikan , dan dinilai apakah tejadi remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1 tahun obat antitiroid di hentikan, pasien masih dalam keadaan eutiroid, walaupun kemudian hari dapat tetap eutiroid atau terjadi kolaps.

Obat antitiroid yang sering digunakan :

 Karbimazol 30-60 5-20  Metimazol 30-60 5-20

(11)

1) Radioaktif iodine. Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang hiperaktif.

2) Tiroidektomi. Tindakan pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang membesar.

Tiroidektomi subtotal efektif untuk mengatasi hipertiroidisme. Indikasi :

a) Pasien umur muda dengan struma besar serta tidak berespons terhadap obat antitiroid.

b) Pada wanita hamil (trimester kedua) yang memerlukan obat antitiroid dosis besar

c) Alergi terhadap obat antitiroid, pasien tidak dapat menerima yodium radioaktif

d) Adenoma toksik atau struma multinodular toksik

e) Pada penyakit Graves yang berhubungan dengan satu atau lebih nodul f) Multinodular

Banyak gondok, seperti gondok multinodular, terkait dengan tingkat normal hormon tiroid dalam darah. Gondok ini biasanya tidak memerlukan perawatan khusus setelah dibuat diagnosa yang tepat.

b. Radioaktif

Pengobatan dengan yodium radioaktif dengan Indikasi : 1) Pasien umur 35 tahun atau lebih

2) Hipertiroidisme yang kambuh

3) Gagal mencapai remisi sesudah pemberian obat antitiroid 4) Adenoma toksik, goiter multinodular toksik

c. Pengobatan Non Medis

Obat Penyakit Gondok Ace Maxs adalah pilihan solusi terbaiknya. Ace Maxs adalah Obat Penyakit Gondok herbal yang berbahan dasar dari kulit buah manggis dan daun buah sirsak, yang kemudian dipadukan dengan apel dan madu murni sebagai pemanis dan pengawet alaminya. Tidak terdapat sedikitpun zat kimiawi yang terkandung dalam Obat Penyakit Gondok herbal Ace Maxs ini, sehingga sangat aman dikonsumsi penderita penyakit gondok usia berapa saja tanpa akan menimbulkan efek samping.

(12)

serta efektif dalam mengontrol kadar berlebih seperti darah tinggi, kolesterol tinggi serta gula darah tinggi dalam tubuh. Nah itulah mengapa pengobatan penyakit gondok dengan Obat Penyakit Gondok herbal Ace Maxs lebih tepat, efektif, mujarab tanpa menimbulkan efek samping. Dan sebagai pengawetnya, obat penyakit gondok Ace Maxs menggunakan madu murni sebagai pengawet obat alami.

Obat Penyakit Gondok Ace maxs mengandung beberapa manfaat penting untuk pengobatan gondok, kandungan didalamnya mampu

mengembalikan kadar normal hormon tiroid secara bertahap dan efektif tanpa menimbulkan reaksi negatif terhadap tubuh yang mengkonsumsinya. Selain itu obat penyakit gondok yang terbuat dari kulit buah manggis dan daun buah sirsak mempunyai senyawa aktif yang bekerja sebagai pembersih tubuh,yaitu zat antioksidan xanthone penangkal radikal bebas mampu melancarkan peredaran darah dan memperlebar pembuluh darah sehingga tubuh menjadi lebih segar dan sehat. dari komposisi alami lainnya seperti anggur, apel, madu murni serta rosella hitam. Rosella hitam yang terkandung dalam obat penyakit gondok ace maxs berfungsi sebagai penghilang keasaman dilambung sehingga obat penyakit gondok ace maxs aman dikonsumsi oleh penderita gondok yang memiliki keluhan sakit Maag

2.8 Pencegahan Goiter

Penggunaan yodium yang cukup, makan makanan yang banyak mengandung yodium, seperti ikan laut, ganggang-ganggangan dan sayuran hijau. Untuk

penggunaan garam beryodium dalam masakan perlu diperhatikan. Garam yodium bisa ditambahkan setelah masakan matang, bukan saat sedang memasak sehingga yodium tidak rusak karena panas.

a. Pada ibu hamil dianjurkan agar tidak menggunakan obat-obatan yang beresiko untuk ketergantungan goiter kongenital.

(13)

Penyakit goiter dapat dicegah dengan pemberian senyawa yodium pada anak-anak dikawasan yang kandungan yodiumnya buruk. Hipertropi terjadi karena asupan rerata yodium kurang dari 40 mg/hari, WHO menganjurkan yodiosasi garam hingga mencapai konsentrasi satu bagian dalam 100.000 yang sudah cukup untuk pencegahan goiter. Pengenalan garam beryodium merupakan satu-satunya cara yang paling efektif untuk mencegah Penyakit goiter dalam masyarakat yang rentan.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN GOITER

3.1 Pengkajian Keperawatan Goiter

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan diagnosis status kesehatan klien. Dampak penurunan kadar hormon dalam tubuh sangat bervariasi, oleh karena itu lakukanlah pengkajian terhadap ha1-ha1 penting yang dapat menggali sebanyak mungkin informasi antara lain:

1. Riwayat kesehatan klien dan keluarga. Sejak kapan klien menderita penyakit tersebut dan apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit yang sama. 2. Kebiasaan hidup sehari-hari seperti .

a. Pola makan

b. Pola tidur (klien menghabiskan banyak waktu untuk tidur). c. Pola aktivitas.

3. Tempt tinggal klien sekarang dan pada waktu balita.

4. Keluhan utama klien, mencakup gangguan pada berbagai sistem tubuh; Keluhan klien :

a. Sesak nafas, apakah bertambah sesak bila beraktivitas. b. Sulit menelan

c. Leher bartambah besar d. Suara serak / parau

(14)

a. Penampilan secara umum; amati wajah klien terhadap adanya edema sekitar mata, wajah bulan dan ekspresi wajah kosong serta roman wajah kasar. Lidah tampak menebal dan gerak-gerik klien sangat lamban. Postur tubuh keen dan pendek. Kulit kasar, tebal dan berisik, dingin dan pucat.

b. Nadi lambat dan suhu tubuh menurun. c. Perbesaran jantung

d. Disritmia dan hipotensi

e. Parastesia dan reflek tendon menurun

6. Pengkajian psikososial klien sangat sulit membina hubungan sosial dengan lingkungannya, mengurung diri/bahkan mania. Keluarga mengeluh klien sangat malas beraktivitas, dan ingin tidur sepanjang hari. Kajilah bagaimana konsep diri klien mencakup kelima komponen konsep diri

7. Pemeriksaan penunjang mencakup; pemeriksaan kadar T3 dan T4 serum; pemeriksaan TSH (pada klien dengan hipotiroidisme primer akan terjadi peningkatan TSH serum, sedangkan pada yang sekunder kadar TSH dapat menurun atau normal).

8. Lakukan pengkajian lengkap dampak perubahan patologis diatas terhadap kemungkinan adanya gangguan pemenuhan oksigen, nutrisi, cairan dan elektrolit serta gangguan rasa aman dan perubahan konsep diri seperti :

a. Status pernafasan : frekwensi, pola dan teratur tidaknya, dan apakah klien menggunakan otot pernapasan tambahan seperti retraksi sternal dan cuping hidung.

b. Warna kulit apakah nampak pucat atau cianosis. c. Suhu kulit khususnya daerah akral.

d. KU / kesadaran, apakah klien tampak gelisah atau tidak berdaya e. Berat badan dan tinggi badan.

f. Kadar Hb

g. Kelembaban kulit dan teksturnya h. Porsi makan yang dihabiskan i. Turgor

j. Jumlah dan jenis cairan proral yang dikonsumsi k. Kondisi mukosa mulut

l. Kualitas suara

m. Bagaimana ekspresi wajah, cara berkomunikasi dan gaya berinteraksi klien dengan orang disekitarnya.

(15)

3.2 Diagnosa Keperawatan Goiter

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat diagnosa dan memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan, membatasi, mencegah, dan merubah .

Tujuan diagnosa keperawatan adalah mendiagnosa adanya masalah aktual yang berdasarkan kepada respon klien terhadap masalah atau penyakit, sehingga faktor-faktor yang berkontribusi atau penyebab yang menyebabkan adanya masalah, dari diagnosa inilah kita mampu untuk mencegah/ menghilangkan masalah yang terdapat pada klien.

1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi

2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrien kurang akibat kompresi/penekanan esophagus ditandai dengan kesulitan menelan makanan (disfagia).

3. Risti gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penekanan pita suara 4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan goiter

3.3 Intervensi Goiter

1. Diagnosa keperawatan. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi

Tujuan:

Perbaikan status respiratorius dan pemeliharaan pola napas yang normal. Intervensi:

a. Memantau frekuensi; kedalaman, pola pernapasan; oksimetri denyut nadi dan gas darah arterial.

Rasional : Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar untuk memantau perubahan selanjutnya dan mengevaluasi efektifitas intervensi. b. Mendorong pasien untuk napas dalam dan batuk.

Rasional : Mencegah aktifitas dan meningkatkan pernapasan yang adekuat. c. Memberikan obat (hipnotik dan sedatip) dengan hati-hati .

(16)

d. Memelihara saluran napas pasien dengan melakukan pengisapan dan dukungan ventilasijika diperlukan.

Rasional : Penggunaan saluran napas art

2. Diagnosa keperawatan. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan kompresi/penekanan esophagus ditandai dengan kesulitan menelan makanan (disfagia).

Tujuan :

Nutrisi klien dapat terpenuhi dalam waktu 1-2 minggu Intervensi:

a. Memberi makan lunak atau cair sesuai kondisi klien.

Rasional: makanan lunak dapat mengurangi kontraksi esophafgus dalam mendorong makanan kelambung, sehingga meningkatkan asupan nutrisi. b. Memantau masukan makanan setiap hari. Dan timbang berat badan setiap

hari serta laporkan adanya penurunan.

Rasional: memberikan informasi tentang keefektifan program terapi yang telah dilakukan.

c. Memberi makanan tambahan diantara jam makan.

Rasional: meningkatkan frekuensi asupan nutrisi untuk menyediaka nenergi yang cukup bagi pasien.

d. Menciptakan lingkungan yang menyenangkan menjelang jam makan. Rasional: linkungan yang menyenangkan dapat menciptakan suasana kenyamanan saat makandan meningkatkan asupan nutrisi.

e. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk memeberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat, dan vitamin

Rasional: Mungkin memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat-zat makanan yang adekuat, dan megidentifikasi makanan pengganti yang paling sesuai. Meningkatkan aktivitas metabolic dan menurunkan simpanan glikogen.

3. Diagnose Keperawatan. Risti gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan penekanan pita suara

Tujuan :

(17)

Intervensi:

a. Menkaji fungsi bicara secara periodik, anjurkan untuk tidak bicara terus menerus.

Rasional: suara serak dan parau akibat edema jaringan ataupembesaran kelenjartiroid (goiter) dapat menyebabkan terganggunya pita suara dan penekanan pada trakea.

b. Mempertahankan komunikasi yang sederhana, beri pertanyaan yang hanya memerlukan jawaban “ya” atau “tidak”.

Rasional: menurunkan kebutuhan berespon, mengurangi bicara.

c. Memberikan metode komunikasi alternatif yang sesuai, seperti papan tulis, kertas tulis/papan gambar.

Rasional: memfasilitasi ekspresi yang dibutuhkan.

d. Mengantisipasi kebutuhan sebaik mungkin, kunjungi klien secara teratur. Rasional: menurunkan ansietas dan kebutuhan pasien untuk berkomunikasi. e. Beritahu klien untuk terus membatasi bicara dan jawablah bel panggilan

dengan segera.

(18)

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Goiter adalah pembesaran pada kelenjar tiroid disebut juga struma adalah suatu pembengkakan pada leher oleh karena pembesaran kelenjar tiroid akibat kelainan glandula tiroid dapat berupa gangguan fungsi atau perubahan susunan kelenjar dan morfologinya. Hipotiroidisme dapat terjadi akibat malfungsi kelenjar tiroid, hipofisis, atau hipotalamus serta kekurangan yodium.

4.2 Saran

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Bruner & Suddarth, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta: EGC

Doenges Marilynn E, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC

Guyton Hall, 2007, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Edisi 11. Jakarta: EGC

http://www.google.co.id/#sclient=psy

http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=7&ved=0CDwQFjAG&url=http%3A

Referensi

Dokumen terkait

Olahraga diyakini mampu meminimalkan keluhan dismenore dengan beberapa cara yaitu dengan menekan produksi prostaglandin, memberikan respon dan adaptasi terhadap regulasi hormon,

Macam leukosit yang dihasilkan dari jaringan RES dan kelenjar limfe, bentuknya ada yang besar dan ada yang kecil, di dalam sitoplasmanya tidak terdapat granula dan intinya

SUPLAI OKSIGEN KE SEL BERKURANG GANGGUAN PERFUSI JARINGAN GANGGUAN METABOLISME

Meskipun dalam Kedokteran, sebagian besar golongan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) masih bermanfaat bagi pengobatan, pelayanan kesehatan

menurut Sjamsuhidayat (2004), Hernia Scrotalis adalah hernia yang melalui atau menekan area Scrotum yang terletak lateral dari pembuluh epigastrika inferior kemudian

✓ Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan OAT yang tepat mengandung minimal 4 macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi. ✓ Di berikan dalam dosis

 Nyeri  Nyeri akut akut berhubungan berhubungan dengan dengan iskemia iskemia dan dan infark infark jaringan jaringan miokard miokard ditandai ditandai dengan

Proses pengobatan untuk mencapai tujuan kesembuhan mempunyai cara pemberian obat yang beragam. Pemilihan rute pemberian obat tentu didasakan beberapa alasan yang