• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Permukiman Berkelanjutan

N/A
N/A
Muhamad Pamungkas

Academic year: 2024

Membagikan "Makalah Permukiman Berkelanjutan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

TEKNIK LINGKUNGAN

“PERMUKIMAN BERKELANJUTAN”

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teknik Lingkungan

Diampu oleh Rhahmasari Ismet, S.Si., M.Sc.

Disusun oleh :

AHMAD SOLIKHAN 221010950018

PROGRAM PENDIDIKAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS PAMULANG 2024

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam yang telah melimpahkan rahmat dan inayah kepada kita semua sehingga pada kesempatan kali ini penulis mampu menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Pemikiman Berkelanjutan”. Makalah ini merupakan salah satu hasil penyelesaian dari tugas mata kuliah Teknik Lingkungan. Pemanfaatan makalah ini diharapkan mampu menjadi landasan dalam melakukan proses pembelajaran mata kuliah terkait.

Makalah ini telah penulis susun sebaik mungkin dengan mengumpulkan referensi dari beberapa sumber. Sehingga pada kesempatan kali ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang secara tidak langsung terlibat dalam proses pembuatan makalah ini.

Dengan menyadari berbagai macam keterbatasan yang ada, penulis meminta maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat beberapa kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu penulis sangat terbuka apabila ada kritik dan saran yang dapat menyempurnakan penulisan makalah ini. Harapan penulis adalah makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan berkontribusi dalam pengembangan ilmu teknik.

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...1

DAFTAR ISI... 2

PENDAHULUAN... 3

A. Latar Belakang... 3

B. Rumusan Masalah...4

C. Tujuan...4

PEMBAHASAN... 5

A. Permukiman... 5

B. Permukiman sebagai Kebutuhan Dasar Manusia...5

C. Kriteria Permukiman Layak Huni...6

D. Hubungan Permukiman dengan Kepadatan Penduduk...7

E. Kota dan Pertumbuhannya...7

F. Permukiman Berkelanjutan...9

PENUTUP... 10

A. Kesimpulan...10

DAFTAR PUSTAKA...11

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kota adalah pusat ide, perdagangan, budaya, ilmu pengetahuan, produktivitas, pembangunan sosial, manusia dan ekonomi. Perencanaan kota, sistem transportasi, air, sanitasi, pengelolaan limbah, pengurangan risiko bencana, akses terhadap informasi, pendidikan dan peningkatan kapasitas merupakan isu-isu yang relevan dengan pembangunan perkotaan berkelanjutan.

Pada tahun 2008, untuk pertama kalinya dalam sejarah, jumlah penduduk perkotaan secara global melebihi jumlah penduduk pedesaan. Tonggak sejarah ini menandai dimulainya 'milenium perkotaan' baru dan, pada tahun 2050, diperkirakan dua pertiga penduduk dunia akan tinggal di wilayah perkotaan. Dengan lebih dari separuh umat manusia tinggal di perkotaan dan jumlah penduduk perkotaan yang bertambah hampir 73 juta setiap tahunnya, diperkirakan bahwa wilayah perkotaan menyumbang 70 persen produk domestik bruto dunia dan oleh karena itu telah menghasilkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan bagi banyak orang.

Mengingat pentingnya topik ini bagi upaya pembangunan global, gerakan- gerakan terkini yang mendorong penanganan pembangunan berkelanjutan dari perspektif perkotaan telah terjadi di seluruh dunia. Hasil dari gerakan ini dapat dilihat dengan dimasukkannya tujuan tersendiri mengenai kota dan pembangunan perkotaan dalam Agenda 2030, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 11, “menjadikan kota dan permukiman inklusif, aman, berketahanan dan berkelanjutan”. Ada juga pengakuan terhadap isu-isu perkotaan yang bersifat lintas sektoral, yang berdampak pada sejumlah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan lainnya, termasuk SDGs 1, 6, 7, 8, 9, 12, 15, dan 17. Agenda Perkotaan Baru UN-Habitat yang saling melengkapi, yang diadopsi sebagai dokumen hasil Konferensi Habitat III pada tahun 2016, berupaya menawarkan pedoman nasional dan lokal mengenai pertumbuhan dan perkembangan kota hingga tahun 2036..

Pembangunan permukiman berkelanjutan juga dibahas pada sesi kedua dan ketiga Komisi Pembangunan Berkelanjutan. “Mempromosikan pembangunan permukiman yang berkelanjutan” merupakan pokok bahasan Bab 7 Agenda 21, yang menyerukan 1) menyediakan hunian yang memadai bagi semua orang; 2) perbaikan pengelolaan permukiman; 3) mendorong perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan yang berkelanjutan; 4) mendorong penyediaan infrastruktur lingkungan yang terpadu: air, sanitasi, drainase dan pengelolaan limbah padat; 5) mempromosikan sistem energi dan transportasi berkelanjutan di permukiman; 6) mendorong perencanaan dan pengelolaan permukiman di kawasan rawan bencana; 7) mendorong kegiatan industri konstruksi berkelanjutan; dan 8) mendorong pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan kapasitas pembangunan permukiman.

memfasilitasi proses “bottom-up” dan inklusif, serta pembentukan kemitraan multi-pemangku kepentingan.

(5)

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah yang ada dapat dirumuskam permasalahan sebagai berikut:

1. Komponen dalam permukiman berkelanjutan 2. Permukiman sebagai kebutuhan dasar manusia 3. Wilayah kota dan pertumbuhannya.

C. Tujuan

1. Memahami pengertian permukiman secara umum 2. Memahami peran penting permukiman bagi manusia

3. Memahami terkait wilayah perkotaan serta pertumbuhannya

4. Memahami pentingnya permukiman berkelanjutan bagi kelangsungan hidup manusia

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Permukiman

Tempat tinggal atau shelter merupakan salah satu dari 4 kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi agar dapat melakukan aktivitas apapun. Saat ini banyak pengembang yang mengutamakan kebutuhan pelanggan , dan banyak pengembang yang menawarkan rumah dan rumah dengan harga terjangkau, atau menawarkan tanpa skema pinjaman uang muka.

Meskipun perumahan dan akomodasi yang layak merupakan kebutuhan terpenting seluruh masyarakat Indonesia, pemerintah lupa bahwa masih banyak masyarakat yang belum memiliki tempat tinggal yang layak. Rumah dan kawasan permukiman merupakan sistem satuan. Hal ini tidak dapat dipisahkan dan terdiri dari pembinaan, pengadaan pembangunan perumahan, pengadaan pembangunan perumahan, pemeliharaan rumah susun dan permukiman, perbaikan rumah susun dan permukiman, pencegahan dan peningkatan mutu perumahan dan permukiman, penyediaan lahan untuk perumahan dan permukiman, pembiayaan, dan peran serta masyarakat.

Rumah merupakan kumpulan bangunan tempat tinggal sebagai bagian dari permukiman perkotaan dan pedesaan dilengkapi dengan sarana, prasarana, dan pekerjaan umum yang memenuhi standar perumahan layak huni, kondisi tempat tinggal, atau lingkungan tempat tinggal dan tempat tinggal serta tempat kegiatan.

Permukiman adalah suatu kawasan yang terdiri dari beberapa rumah dengan sarana dan prasarana yang menunjang kualitas penduduknya. Dalam hal ini permukiman adalah suatu kawasan yang digunakan untuk membangun beberapa rumah dengan fungsi lain di suatu kawasan perkotaan atau pedesaan.

B. Permukiman sebagai Kebutuhan Dasar Manusia

Permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia yang tak terpisahkan dari kehidupan, sejalan dengan kebutuhan akan pangan, air, dan udara. Permukiman menyediakan tempat berlindung, keamanan, dan ruang untuk berkembang bagi individu dan keluarga. Keberadaannya tidak hanya menjamin kelangsungan hidup, tetapi juga berperan penting dalam membentuk identitas, sosial, budaya, dan perkembangan manusia.

Berikut beberapa alasan mengapa permukiman merupakan kebutuhan dasar manusia:

1. Tempat berlindung dan keamanan

Permukiman memberikan perlindungan dari cuaca ekstrem, ancaman dari hewan liar, dan serangan dari orang lain. Sebuah rumah yang aman memberikan rasa tenang dan nyaman bagi penghuninya, memungkinkan mereka untuk beristirahat, tidur, dan merasa terlindungi.

2. Ruang untuk berkembang

Permukiman menyediakan ruang bagi manusia untuk beraktivitas, bekerja, belajar, bermain, dan bersosialisasi. Rumah menjadi tempat bagi keluarga untuk menghabiskan waktu bersama, membina hubungan, dan mengembangkan potensi diri.

(7)

3. Basis untuk kehidupan sosial

Permukiman merupakan pusat kehidupan sosial bagi manusia. Interaksi antartetangga, komunitas, dan kelompok masyarakat terjadi di sekitar tempat tinggal. Permukiman memfasilitasi pembentukan jaringan sosial yang penting bagi kesejahteraan dan dukungan emosional.

4. Akses terhadap kebutuhan dasar

Permukiman yang layak memberikan akses terhadap air bersih, sanitasi, energi, dan transportasi. Akses terhadap kebutuhan dasar ini menjamin kesehatan, keselamatan, dan kesejahteraan penduduk.

5. Identitas dan kebudayaan

Permukiman tidak hanya merupakan tempat tinggal, tetapi juga merefleksikan identitas dan kebudayaan penghuninya. Arsitektur, seni, dan budaya lokal dapat terlihat dalam desain dan aransemen permukiman.

6. Perkembangan ekonomi

Permukiman yang aman dan nyaman dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di sekitar wilayah tersebut. Meningkatkan akses terhadap pekerjaan, peluang usaha, dan pendidikan.

7. Berkelanjutan dan berwawasan lingkungan

Permukiman yang berkelanjutan harus mempertimbangkan dampak terhadap lingkungan dan kelestarian sumber daya. Membangun pembukiman yang ramah lingkungan sangat penting untuk melindungi bumi dan memastikan keberlanjutan kehidupan bagi generasi mendatang.

Permukiman yang layak merupakan hak dasar setiap manusia. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk membangun dan memelihara permukiman yang aman, nyaman, dan berkelanjutan bagi semua orang.

C. Kriteria Permukiman Layak Huni

Tolak ukur atau standar penilaian perumahan yang sehat dan ramah lingkungan dapat digunakan untuk mengetahui kualitas dan kondisi permukiman, khususnya pada permukiman padat penduduk, guna meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Menurut Christa (2009: 2), ada tolok ukur atau kriteria evaluasi yang dapat digunakan dalam membangun rumah sehat dan ramah lingkungan sebagai berikut:

1. Menciptakan ruang hijau antar kawasan maju sebagai paru-paru hijau.

2. Pertimbangkan rantai material dan gunakan material bangunan alami.

3. Gunakan ventilasi alami untuk mendinginkan udara di dalam gedung.

4. Mencegah penetrasi kelembaban tanah ke dalam struktur bangunan.

5. Pilih lapisan permukaan dinding dan langit-langit yang transparan terhadap uap air.

6. Menjamin kelestarian bangunan sebagai hubungan antara masa pakai bahan bangunan dengan struktur bangunan.

(8)

9. Menurut Tim Edukasi TPB (2010: 109), permukiman yang layak pada dasarnya terdiri dari empat unsur penting:

a. Wisma Wisma adalah suatu rumah atau bangunan lain yang dibutuhkan seseorang untuk tinggal dan melakukan aktivitas lainnya.

b. Marga Marga adalah sarana dan prasarana sosial yang diperlukan masyarakat untuk mencari penghidupan dan mengembangkan kehidupan sosial ekonomi dan budaya.

c. Karya Karya Kesempatan kerja untuk menghasilkan pendapatan dan mengembangkan bakat dalam kehidupan masyarakat dan masyarakat setempat.

d. Suka Suka Sarana dan prasarana rekreasi yang dapat mendorong pengembangan kebudayaan manusia dalam arti luas.

D. Hubungan Permukiman dengan Kepadatan Penduduk

Jumlah penduduk yang semakin bertambah mengakibatkan bertambahnya jumlah tempat untuk bermukim (pemukiman). Pertumbuhan pemukiman yang sangat pesat sedangkan luas lahan yang tersedia terbatas maka menyebabkan tumbuhnya permukiman padat penduduk di pusat kota, selain itu kurangnya ketersediaan ruang tersebut mengakibatkan pertumbuhan kawasan permukiman yang tidak tertata dan tidak terkendali sehingga terkesan kumuh dan tidak layak huni (Wasis, 2010: 1).

Menurut Anonim (2010: 1) beberapa hal yang mempengaruhi kepadatan penduduk, diantaranya yaitu:

1. Kelahiran atau natalitas, kepadatan penduduk akan bertambah. Angka kelahiran diperoleh dengan cara menghitung jumlah kelahiran hidup tiap 1000 penduduk per tahun.

2. Kematian atau mortalitas, kepadatan penduduk akan berkurang. Angka kematian diperoleh dengan cara menghitung jumlah kematian tiap 1000 penduduk per tahun.

3. Imigrasi, adanya penduduk yang datang akan menambah kepadatan penduduk.

4. Emigrasi, adanya penduduk yang pindah atau pergi akan mengurangi kepadatan penduduk.

Kepadatan penduduk juga dapat mempengaruhi kualitas penduduk itu sendiri, terlebih lagi jika wilayah pemukiman tersebut tidak mampu memberikan daya dukung baik bagi penghuninya. Permasalahan yang dihadapi oleh pemukiman padat penduduk adalah masalah yang berhubungan dengan ketersediaan air bersih, udara bersih, bahan pangan, lahan, lingkungan, sosial ekonomi, kesehatan dan ruang gerak.

E. Kota dan Pertumbuhannya

Kota merupakan kawasan pemukiman dengan jumlah penduduk yang relatif besar dan kepadatan penduduk yang tinggi. Selain itu, pemukiman yang ada bersifat tetap dan dihuni oleh masyarakat heterogen. Pembentukan kota merupakan hasil dari perkembangan desa dalam perluasan pemukiman dan peningkatan jumlah penduduk.

Kota berfungsi sebagai pusat pemukiman dan aktivitas manusia sehingga keberadaannya menjadi sangat penting bagi wilayah di sekitarnya dalam kegiatan perdagangan, pemerintahan, industri dan kebudayaan.

(9)

Kota dan pertumbuhannya diibaratkan dua sisi mata uang, ada sisi positifnya dan ada sisi negatifnya. Sisi positif pertumbuhan kota:

1. Peningkatan Ekonomi

Pertumbuhan kota biasanya diikuti dengan meningkatnya aktivitas ekonomi, menciptakan lapangan kerja dan mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

2. Perkembangan Teknologi

Kota menjadi pusat inovasi dan teknologi, menarik para ilmuwan, teknisi, dan pengusaha untuk berkumpul dan mengembangkan ide-ide baru.

3. Peningkatan Kualitas Hidup

Perkembangan kota biasanya diikuti dengan peningkatan fasilitas umum, seperti transportasi, kesehatan, pendidikan, dan hiburan, yang meningkatkan kualitas hidup penduduk.

4. Pusat Kebudayaan dan Seni

Kota menjadi pusat kebudayaan dan seni, menarik seniman, musisi, dan budayawan untuk berkarya dan berkumpul.

5. Keragaman Budaya

Pertumbuhan kota menarik orang dari berbagai latar belakang budaya, menciptakan keragaman budaya yang memperkaya kehidupan sosial.

Selain sisi positif, terdapat juga sisi negatif pertumbuhan kota:

1. Polusi

Meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas industri di kota dapat menyebabkan polusi udara, air, dan tanah.

2. Kemacetan

Pertumbuhan penduduk dan kendaraan bermotor di kota dapat menyebabkan kemacetan lalu lintas yang parah.

3. Ketidakseimbangan Sosial

Pertumbuhan kota yang tidak terencana dapat menyebabkan kesenjangan sosial, kemiskinan, dan kejahatan.

4. Kerusakan Lingkungan

Pertumbuhan kota yang tidak terkontrol dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, seperti penggundulan hutan, hilangnya lahan hijau, dan degradasi tanah.

5. Peningkatan Biaya Hidup

Pertumbuhan kota biasanya diikuti dengan peningkatan biaya hidup, seperti biaya perumahan, transportasi, dan makanan.

Terdapat beberapa upaya untuk mengurangi dampak buruk dari pertumbuhan kota:

1. Perencanaan Kota

Perencanaan kota yang terintegrasi dan berkelanjutan sangat penting untuk mengantisipasi pertumbuhan dan mencegah dampak negatif.

2. Transportasi Umum

(10)

3. Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan yang berfokus pada lingkungan, sosial, dan ekonomi sangat penting untuk menjaga keseimbangan dan keberlanjutan kota.

4. Pendidikan dan Kesadaran

Pendidikan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pembangunan berkelanjutan dapat mendorong perilaku yang lebih ramah lingkungan.

F. Permukiman Berkelanjutan

Permukiman berkelanjutan adalah suatu wilayah permukiman yang dirancang dan dikelola dengan mempertimbangkan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi secara seimbang, sehingga mampu memenuhi kebutuhan generasi sekarang tanpa mengorbankan kebutuhan generasi mendatang.

Hal ini bukan hanya tentang rumah yang nyaman, tetapi juga tentang membangun lingkungan hidup yang ramah dan berkelanjutan dengan fokus pada beberapa aspek penting:

1. Lingkungan:

a. Penghematan Energi: Menerapkan teknologi hemat energi di rumah, menggunakan energi terbarukan, dan meningkatkan efisiensi bangunan.

b. Pengelolaan Air: Menggunakan air secara efisien, mendaur ulang air limbah, dan mengelola sistem drainase dengan baik.

c. Pengelolaan Sampah: Menerapkan sistem pengumpulan dan pengolahan sampah yang ramah lingkungan, dan mengurangi sampah.

d. Lahan Hijau: Melestarikan dan meningkatkan lahan hijau, seperti taman dan hutan kota, untuk menjaga kualitas udara dan air, serta sebagai ruang terbuka hijau.

2. Sosial:

a. Keadilan Sosial: Menjamin akses yang adil dan merata terhadap sumber daya, fasilitas, dan peluang bagi semua warga.

b. Komunitas yang Kuat: Mendorong partisipasi warga dalam pengambilan keputusan dan pembangunan, serta membangun komunitas yang solid.

c. Kesehatan dan Pendidikan: Menjamin akses yang mudah terhadap fasilitas kesehatan dan pendidikan berkualitas.

d. Kesenian dan Budaya: Menciptakan ruang untuk kegiatan seni dan budaya, serta melestarikan warisan budaya lokal.

3. Ekonomi:

a. Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan: Mendorong pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, dengan menciptakan lapangan kerja dan peluang usaha.

b. Pengelolaan Sumber Daya Alam: Menggunakan sumber daya alam secara berkelanjutan dan efisien, serta mengurangi pemborosan.

c. Investasi di Energi Terbarukan: Mendorong investasi di energi terbarukan, seperti tenaga surya dan angin, untuk mengurangi ketergantungan pada energi fosil.

(11)

Adapun manfaat dari sistem permukiman berkelanjutan adalah sebagai berikut.

1. Kualitas hidup yang lebih baik berupa lingkungan yang bersih, sehat, dan nyaman meningkatkan kualitas hidup bagi semua warga.

2. Ketahanan terhadap bencana dengan pembangunan yang memperhatikan lingkungan dan sosial meningkatkan ketahanan terhadap bencana alam.

3. Keberlanjutan lingkungan dengan melindungi lingkungan dan sumber daya alam untuk generasi mendatang.

4. Kesejahteraan ekonomi yaitu karena pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan menciptakan lapangan kerja dan peluang usaha yang lebih banyak.

(12)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Secara keseluruhan dalam makalah ini membahas terkait konsep permukiman berkelanjutan yang mencakup peran permukiman sebagai kebutuhan dasar manusia serta wilayah kota dan pembangunannya. Konsep pemukiman berkelanjutan sangat penting untuk ditinjau lebih lanjut mengingat akan dampak yang diberikan terhadap kelangsungan hidup manusia di masa sekarang dan juga masa depan.

(13)

REFERENSI

Sharma. (2013). Sustainable Urban Development. A Review of Concepts, Principles and Approaches.

soetomo, s. (2002). Dari Urbanisasi ke Morfologi Kota, Mencari Konsep Pembangunan Tata Ruang Kota yang Beragam. semarang: Badan Penerbit Universitas Dipenogoro.

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan makalah ini dilakukan dengan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Kesehatan Masyarakat yang berjudul “Peran Bidan di Pelayanan Obstetri Neonatal

makalah pemenuhan tugas akhir mata kuliah pendidikan agama

Makalah tugas kuliah berjudul "Lingkungan

Makalah ini berjudul "Kekerasan dalam Rumah Tangga" yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hak Asasi

Makalah "Sunan Giri" disusun untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Atlas

Makalah ini membahas tentang korupsi sebagai tugas mata kuliah Anti

Makalah ini membahas tentang teks akademik yang disusun oleh mahasiswa Teknik Kimia Politeknik Negeri Sriwijaya sebagai tugas mata kuliah Bahasa

Makalah ini membahas tentang materi pembelajaran senam II, khususnya teknik roll kip, sebagai tugas mata kuliah di bidang pendidikan olahraga dan