• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pangkalan Pendaratan Ikan

N/A
N/A
Brian Rahadyan

Academic year: 2024

Membagikan "Makalah Pangkalan Pendaratan Ikan"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI)

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pelabuhan Semester 2 Pada Program Studi Teknik Sipil

Disusun Oleh :

1. Antonanza 22410104125

2. Brian Rizki Rahadyan 22410104127 3.

. Nurwanto 22410104143

KELAS C SEMESTER II

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS WIJAYAKUSUMA PURWOKERTO

2023

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Makalah Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Sholawat serta salam senantiasa kami curahkan kepada Nabi Muhammad Shalallaahu Alaihi Wassalaam, keluarga dan sahabat–sahabatnya yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju alam yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.

Melalui kata pengantar ini, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu selama pengerjaan Tugas Struktur ini, sehingga Tugas ini dapat saya selesaikan tepat pada waktunya.

Penyusun menyadari bahwa Tugas ini tidak lepas dari kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun agar dalam pembuatan Tugas berikutnya Penyusun dapat berbuat lebih baik dari yang semula.

Penyusun berharap semoga Tugas ini bermanfaat khususnya bagi penyusun sendiri.

.

ii

Purwokerto, Juli 2023

Ttd.

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI...iii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1.Latar Belakang...1

1.2.Rumusan Penelitian...2

1.3.Tujuan Penelitian...2

BAB II PEMBAHASAN...3

2.1.Pengertian Pelabuhan Perikanan...3

2.2.Klasifikasi Pelabuhan Perikanan...3

2.3.Karakteristik Pelabuhan Perikanan...5

2.4.Fungsi Dan Peranan Pelabuhan Perikanan...6

2.5.Fasilitas Pelabuhan Perikanan...6

2.6.Pengertian Pangkalan Pendaratan Ikan...8

BAB III KESIMPULAN...11

4.1.Kesimpulan...11

4.2.Saran ...11

DAFTAR PUSTAKA...12

LAMPIRAN DOKUMENTASI...13

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki pelabuhan perikanan yang tersebar di seluruh penjuru tanah air sebagai salah satu elemen penting dan strategis dalam pengembangan sub-sektor perikanan tangkap. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 45 Tahun 2009 tentang Pelabuhan Perikanan, fungsi pelabuhan perikanan adalah sebagai pusat pelayanan masyarakat dalam kaitannya dengan tambat labuh perikanan, pendaratan ikan, pemasaran distribusi ikan, pelaksanaan pembinaan mutu, memperlancar kegiatan operasional perikanan, dan pelaksanaan kesyahbandaran

Dengan panjang garis pantai yang mencapai 95.181 km dan besarnya sumberdaya ikan yang dimiliki, idealnya Indonesia membutuhkan tidak kurang dari 3.000 pelabuhan perikanan, atau 30 km terdapat satu pelabuhan perikanan atau pangkalan pendaratan ikan. dengan rasio ideal tersebut, setidaknya Indonesia mendekati Jepang yang memiliki rasio satu pelabuhan perikanan setiap 11 km, atau melebihi Thailand yang memiliki rasio satu pelabuhan perikanan setiap 50 km. Namun pemerintah terkendala oleh keterbatasan anggaran untuk membiayai pembangunan pelabuhan perikanan dan pangkalan pendaratan ikan. Karena itu, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap mendorong sektor swasta untuk berpartisipasi dalam pembangunan pelabuhan perikanan.

Pelabuhan perikanan juga menyediakan BBM untuk keperluan para nelayan. Subsidi yang selama ini diberikan tetap dipertahankan. Dengan jatah 25 kilo liter saat ini, kebutuhan nelayan kecil sudah tercukupi. Bagi nelayan besar, kekurangannya harus dipenuhi dengan harga industri. Aktivitas pengolahan secara moderen maupun tradisional di pelabuhan perikanan dilakukan untuk menghasilkan nilai tambah produk dan sekaligus mencegah ikan menjadi rusak/busuk. Sedangkan aktivitas pemasaran dilakukan dengan mengumpulkan hasil tangkapan dari berbagai tempat untuk selanjutnya didistribusikan ke pasar-pasar. Pelabuhan perikanan juga memfasilitasi ekspor ikan bernilai ekonomi tinggi ke beberbagai negara. Di samping kegiatan produksi dan kegiatan hilir lainnya, kegiatan pelabuhan perikanan juga menyangkut penawaran dan pengadaan input (kegiatan hulu).

Pelabuhan perikanan menyediakan faktor masukan yang diperlukan nelayan, termasuk kapal penangkap ikan beserta peralatannya, umpan dan bahan-bahan lain untuk kegiatan penangkapan ikan. pengembangan pelabuahan perikanan beserta fasilitas pendukungnya merupakan aktivitas hulu dalam produksi perikanan. Untuk mendukung dan membuat industri perikanan lebih menguntungkan, kegiatan hulu dan hilir harus dipadukan. Pejabat pemerintah

(5)

yang ditempatkan secara khusus di pelabuhan perikanan untuk pengurusan administrative dan menjalankan fungsi menjaga keselamatan pelayaran. Keselamatan Pelayaran adalah rangkaian tindakan pemeriksaan terhadap kelaiklautan kapal, laik tangkap dan laik simpan yang dinyatakan dengan dokumen kapal.

1.2. Rumusan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apa yang dimaksud pelabuhan perikanan?

2. Bagaimana klasifikasi pelabuhan perikanan?

3. Bagaimana karakteristik pelabuhan perikanan?

4. Apa fungsi dan peranan pelabuhan perikanan?

5. Apa fasilitas pelabuhan perikanan?

6. Apa yang dimaksud dengan pangkalan pendaratan ikan?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan diadakan penelitian ini untuk mengetahui sebagai berikut : 1. Pengertian pelabuhan perikanan

2. Klasifikasi pelabuhan perikanan 3. Karakteristik pelabuhan perikanan 4. Fungsi dan peranan pelabuhan perikanan 5. Fasilitas pelabuhan perikanan

6. Pengertian pangkalan pendaratan ikan

(6)

BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan dapat diartikan sebagai suatu paduan dari wilayah perairan, wilayah daratan dan sarana-sarana yang ada di basis penangkapan baik alamiah maupun buatan, dan merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan baik dilihat dari aspek produksi, pengolahan maupun pemasarannya (Hamim, 1983).

Dalam peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 16/Men/2006 Pelabuhan Perikanan adalah tempat yang terdiri dari daratan dan perairan disekitarnya dengan batas- batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan. Pelabuhan perikanan mempunyai fungsi ganda yakni disamping memberikan perlindungan bagi kapal – kapal yang berangkat maupun mendaratkan serta berlabuh, membongkar hasil tangkapan, pengolahan dan pemasaran, juga sebagai tempat istirahat para nelayan (Murdiyanto, 1982).

Kesimpulannya pelabuhan perikanan adalah merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran, baik berskala lokal, nasional maupun internasional (Lubis, 2005).

2. Klasifikasi Pelabuhan Perikanan

Sesuai dengan keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. Kep.10/MEN/2004, pelabuhan perikanan diklasifikasikan menjadi empat kelas, atas dasar bobot dan beban pelayanan, jangkauan operasi kapal serta orientasi pasar sebagai berikut :

1. Pelabuhan Perikanan Samudera ( Kelas A )

a.Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah laut teritorial, ZEEI dan perairan internasional

b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang kurangnya 60 GT

c.Panjang dermaga sekurang-kurangnya 300 m, dengan kedalaman kolam sekurang- kurangnya minus 3 m

d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 100 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 6000 GT kapal perikanan sekaligus

e.Jumlah ikan yang didaratkan rata-rata 60 ton/hari f. Memiliki lahan sekurang-kurangnya seluas 30 Ha 2. Pelabuhan Perikanan Nusantara ( Kelas B )

3

(7)

a.Melayani kapal perikanan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan di wilayah teritorial dan wilayah ZEEI

b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurang kurangnya 30 GT

c.Panjang dermaga sekurang-kurangnya 150 m, dengan kedalaman kolam sekurang- kurangnya minus 3 m

d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 75 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 2.250 GT kapal perikanan sekaligus

e.Jumlah ikan yang didaratkan rata-rata 30 ton/hari f. Memiliki lahan sekurang-kurangnya seluas 15 Ha 3. Pelabuhan Perikanan Pantai ( Kelas C )

a.Melayani kapal perikanan yang mencakup kegiatan perikanan diwilayah perairan pedalaman, kepulauan, laut teritorial dan wilayah ZEEI

b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 10 GT

c.Panjang dermaga sekurang-kurangnya 100 m, dengan kedalaman kolam sekurang- kurangnya minus 2 m

d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 300 GT kapal perikanan sekaligus

e.Memiliki lahan sekuang-kurangnya seluas 5 Ha.

4. Pangkalan Pendaratan Ikan ( Kelas D )

a.Melayani kapal perikanan yang mencakup kegiatan perikanan diwilayah pedalaman dan kepulauan

b. Memiliki fasilitas tambat labuh untuk kapal perikanan berukuran sekurangkurangnya 3 GT

c.Panjang dermaga sekurang-kurangnya 50 m, dengan kedalaman kolam sekurang – kurangnya minus 2 m

d. Mampu menampung sekurang-kurangnya 30 kapal perikanan atau jumlah keseluruhan sekurang-kurangnya 90 GT kapal perikanan sekaligus

e.Memiliki lahan sekurang-kurangnya seluas 2 Ha

Sedangkan menurut Kramadibrata dalam Rahardjo (2008), berdasarkan lokasinya pelabuhan perikanan dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Pelabuhan teluk, adalah tempat berlabuhnya kapal yang dilindungi oleh pulau agar dapat digunakan sebagai tempat untuk berlabuh, diperlukan dasar perairan yang dapat menahan jangkar kapal. Dasar perairan yang memenuhi syarat ini adalah lumpur padat,

(8)

tanah liat dan pasir, sedangkan lumpur lembek dan batu masif yang licin tidak memenuhi syarat;

2. Pelabuhan muara, adalah pelabuhan yang letaknya di muara sungai yang merupakan gerbang keluar masuk kapal dan muara tersebut cukup besar sehingga kapal dapat bersilang dengan aman;

3. Pelabuhan luar, adalah jenis pelabuhan yang langsung berhadapan dengan perairan bebas. Pelabuhan tersebut akan mengalami hempasan gelombang secara langsung;

4. Pelabuhan dalam, adalah pelabuhan yang letaknya tidak berhadapan langsung dengan perairan bebas;

5. Pelabuhan pantai pasir, adalah pelabuhan yang dasar perairannya terdiri dari pasir dan pecahan batu karang. Bahan ini berasal dari erosi pantai atau dibawa arus pantai;

6. Pelabuhan pantai berlumpur, adalah pelabuhan yang dasar perairannya terdiri dari lumpur. Dasar periran landai, sehingga untuk mencapai kedalaman air yang diperlukan harus membuat kanal yang panjang;

7. Pelabuhan sungai, dibagi menjadi dua macam :

a.Pelabuhan sungai (daerah hilir), adalah pelabuhan yang batasnya berada ditempat pengaruh gerakan pasang surut;

b. Pelabuan sungai (daerah hulu), adalah pelabuhan yang letaknya disungai yang dalam dan lebar sehingga kapal bisa masuk sampai ke hulu.

3. Karakteristik Pelabuhan Perikanan

Pelabuhan perikanan ideal harus mempunyai sifat dan fasilitas-fasilitas sehingga pelabuhan tersebut dapat berfungsi dengan baik. Beberapa sifat alami harus dimiliki agar pembangunan pelabuhan dapat dilakukan dengan biaya yang relatif kecil. Menurut Bjurke (dalam Ayodhyoa, 1987), pelabuhan perikanan yang ideal memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. jarak tidak terlalu jauh dari fishing ground dan berhubungan dengan daerah pemasaran ikan,

2. memiliki daerah yang luas untuk pendaratan ikan dan industri penunjang lainnya serta tidak menyulitkan pengembangan pelabuhan

3. tempatnya menarik untuk tempat tinggal nelayan, penjual ikan dan pengusaha ikan, aman secara alami dan buatan bagi kapal yang berlabuh dari segala cuaca waktu,

4. biaya masuk akal untuk mendapatkan kedalaman air yang memadai pada alur pelabuhan dan pangkalan pelabuhan,

5

(9)

5. daerah cocok untuk membangun pemecah gelombang, pangkalan pelabuhan, dan sarana di pantai menjadi satu unit yang disesuaikan dengan perencanaan terpadu,

4. Fungsi Dan Peranan Pelabuhan Perikanan

Fungsi dan peranan pelabuhan perikanan mengacu pada Keputusan Menteri Perikanan dan Perundangan yang berlaku. Selain harus mengacu pada peraturan yang berlaku, fungsi pelabuhan perikanan juga harus disesuaikan dengan keadaan pelabuhan serta potensi yang ada. Menurut Lubis (2005) fungsi pelabuhan perikanan dapat dikelompokkan berdasarkan pendekatan kepentingan, sebagai berikut:

1. fungsi maritim (tempat kontak nelayan dengan pemilik kapal),

2. fungsi komersial (menjadi tempat awaln untuk mempersiapkan distribusi produksi perikanan melalui transaksi pelelangan ikan),

3. fungsi jasa (jasa pendaratan ikan, jasa kapal penangkap ikan, jasa penanganan mutu ikan).

5. Fasilitas Pelabuhan Perikanan

Peraturan menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 16/MEN/2006 menyatakan bahwa pelabuhan harus dapat berfungsi dengan baik, yaitu dapat melindungi kapal yang berlabuh dan beraktivitas di dalam areal pelabuhan. Agar dapat memenuhi fungsinya maka pelabuhan perlu dilengkapi dengan berbagai fasilitas. Fasilitas pada pelabuhan perikanan dapat kita kelompokkan menjadi sebagai berikut:

1. Fasilitas Pokok

Menurut Rahardjo (2008) Fasilitas pokok atau juga dikatakan infrastruktur adalah fasilitas dasar yang diperlukan dalam kegiatan disuatu pelabuhan. Fasilitas ini berfungsi untuk menjamin keamanan dan kelancaran kapal baik sewaktu berlayar keluar masuk pelabuhan maupun sewaktu berlabuh di pelabuhan. Faslitas-fasilitas pokok tersebut antara lain terdiri dari :

a.Dermaga

Dermaga adalah suatu bangunan kelautan yang berfungsi sebagai tempat labuh, bertambatnya kapal, bongkar muat hasil tangkapan dan mengisi bahan perbekalan untuk menangkap ikan di laut. Sedangkan kegiatan perikanan di dermaga adalah untuk bongkar muatan (unloading), mengisi perbekalan (out fitting), dan berlabuh (idle berthing). Karena kegiatan tersebut tidak dilakukan secara berkesinambungan, sehingga kegiatan tersebut dipisah pada masingmasing tempat demi effisiensi kerja di pelabuhan.

b. Kolam Pelabuhan

(10)

Kolam pelabuhan adalah wilayah perairan yang menampung kegiatan kapal perikanan untuk bongkar muat, berlabuh, mengisi perbekalan dan memutar kapal.

Meskipun batas lokasi kolam pelabuhan sulit ditentukan secara tepat, akan tetapi biasanya dibatasi oleh daratan, penahan gelombang atau batas administratif pelabuhan.

Ukuran tepat untuk kolam putar berbentuk suatu areal melingkar dengan kondisi tertentu, dan memiliki diameter sekurang-kurangnya dua kali Panjang kapal terbesar.

Untuk kelancaran aktifitas kapal, maka gelombang di dalam areal pelabuhan tidak boleh lebih tinggi dari 0,2 sampai 0,3 meter. Sedangkan menurut Elfandi dalam Rahardjo (2008), ada beberapa syarat yang harus dipenuhi untuk sebuah kolam pelabuhan yaitu :

Cukup luas sehingga dapat menampung semua kapal berlabuh dan masih dapat bergerak dengan bebas;

Cukup lebar sehingga kapal dapat berputar dengan bebas, kalau bisa merupakan gerak melingkar yang tidak terputus;

Cukup dalam sehingga kapal ukuran terbesar masih bisa masuk ke kolam pelabuhan pada saat air surut;

Terlindung dari angin, gelombang dan arus yang berbahaya.

c.Alat bantu Navigasi

Alat bantu navigasi adalah alat bantu yang berfungsi :

Memberikan peringatan atau tanda-tanda terhadap bahaya yang tersembunyi misalnya batu karang disuatu perairan

Memberikan petunjuk/bimbingan agar kapal dapat berlayar dengan aman disepanjang pantai, sungai dan perairan lainnya

Memberikan petunjuk dan bimbingan pada waktu kapal akan keluar masuk pelabuhan atau ketika kapal akan merapat dan membuang jangkar.

d. Breakwater atau Pemecah Gelombang

Pemecah gelombang adalah suatu struktur bangunan kelautan yang berfungsi khusus untuk melindungi pantai atau daerah disekitar pantai terhadap pengaruh gelombang laut.

2. Fasilitas Fungsional

Menurut Lubis (2005), fasilitas fungsional dikatakan juga supra struktur adalah fasilitas yang berfungsi meninggikan nilai guna dari fasilitas pokok dengan cara memberikan pelayanan yang dapat menunjang aktifitas di pelabuhan. Fasilitas-fasilitas

7

(11)

ini diantaranya tidak harus ada disuatu pelabuhan namun fasilitas ini disediakan sesuai dengan kebutuhan operasional Pelabuhan perikanan tersebut.

Fasilitas tersebut terdiri atas berbagai fasilitas pelayanan kebutuhan lain di areal pelabuhan seperti bantuan navigasi, layanan transportasi, persediaan kebutuhan bahan bakar, penanganan dan pengolahan ikan, perbaikan jaring, bengkel, komunikasi, dan sejenisnya.

3. Fasilitas Penunjang:

Fasilitas penunjang adalah fasilitas yang secara tidak langsung meningkatkan peranan pelabuhan atau para pelaku untuk mendapatkan kenyamanan dalam melakukan aktifitas di pelabuhan. Fasilitas penunjang terdiri dari fasilitas kesejahteraan (MCK, poliklinik, warung, musholla) dan fasilitas administrasi (kantor pengelola, syahbandar, bea cukai).

6. Pengertian Pangkalan Pendaratan Ikan

Pangkalan Pendaratan Ikan adalah pelabuhan khusus yang merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan, baik dilihat dari aspek produksinya maupun aspek pemasarannya. Dengan demikian maka pangkalan pendaratan ikan merupakan prasarana ekonomi yang berfungsi sebagai penunjang bagi perkembangan usaha perikanan laut maupun pelayaran. Pangkalan pendaratan ikan merupakan tempat para nelayan mendaratkan ikan hasil tangkapannya dan menurut statusnya menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) daerah (Ikhsan, 2005).

Sedangkan menurut Peraturan Daerah Sulawesi Selatan No. 7 Tahun 1996 Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) adalah tempat berlabuh atau bertambatnya kapala perikanan guna mendaratkan ikan, memuat perbekalan kapal dan awak kapal, sebagai pusat kegiatan produksi, pengolahan, pemasaran ikan dan pembinaan masyarakat perikanan. Menurut Ikhsan (2005) Pangkalan Pendaratan Ikan berfungsi memberikan pelayanan yang optimal terhadap segenap aktifitas ekonomi perikanan yang didalam implementasinya bersifat ganda yaitu :

1. Pelayanan terhadap kapal perikanan sebagai sarana produksi. Pelayanan ini meliputi a.Sebagai tempat pemusatan (home base) armada perikanan

b. Menjamin kelancaran bongkar muat ikan hasil tangkapan

c.Menyediakan suplai logistik kapal-kapal perikanan berupa es, air tawar dan BBM.

2. Pelayanan terhadap nelayan sebagai unsur tenaga dalam faktor produksi. Pelayanan ini meliputi :

a.Aspek pengolahan b. Aspek pemasaran

c.Aspek pembinaan masyarakat nelayan

(12)

Menurut Direktorat Jenderal Perikanan 1996/1997 secara umum fungsi Pangkalan Pendaratan Ikan sebagai berikut:

1. Sebagai tempat pengembangan masyarakat nelayan 2. Pusat pelayanan tambat labuh kapal/perahu perikanan 3. Tempat pendaratan ikan hasil tangkapan

4. Tempat pelayanan kegiatan operasional kapal/perahu perikanan 5. Tempat pemasaran dan distribusi hasil perikanan

6. Tempat pengembangan industri dan pelayanan ekspor perikanan

7. Tempat pelaksanaan pengawasan (MCS), penyuluhan dan pengumpulan data perikanan

Menurut Syahril adalm Rahardjo (2008) pola kegiatan operasionil di pangkalan pendaratan ikan (PP/PPI) dibagi menjadi dua kegiatan yaitu, kegiatan operasionil di laut/sungai dan kegiatan operasionil di darat.

1. Kegiatan operasionil di laut/sungai

Kegiatan operasionil di laut/sungai meliputi siklus kegiatan-kegiatan sebagai berikut : a.Penangkapan ikan (fishing)

Penangkapan ikan di laut (fishing ground) yang dilakukan oleh nelayan tradisionil yang menangkap ikan diperairan pantai dengan menggunakan kapal kecil (< 5 GT) atau sedang (> 5 - 20 GT), maupun nelayan yang beroperasi diperairan lepas pantai dan ZEEI dengan menggunakan kapalkapal berukuran besar (> 20 GT). Dalam kegiatan penangkapan ikan ini, sudah termasuk proses penangannya (handling).

b. Pendaratan di dermaga bongkar

Kegiatan pendaratan kapal penangkap ikan di dermaga mencakup bongkar ikan (unloading),penyortiran dan pembersihan dan pengangkutan ikan ke TPI.

c.Pelayanan di dermaga muat

Kapal-kapal yang sudah selesai membongkar hasil tangkapannya, kemudian menuju ke dermaga pelayanan (service berth) untuk memuat perbekalan.

d. Perawatan dan perbaikan (Maintenance and Repairs)

Kegiatan ini mencakup perbaikan bagi kapal-kapal yang rusak berat/ringan, penggantian suku cadang, maupun perawatan rutin sebelum melaut.

e.Tambat labuh dan istirahat (Berthing)

Kegiatan dalam rangka menunggu operasi penangkapan berikutnya.

2. Kegiatan operasionil di darat

Kegiatan operasionil di darat meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut : 9

(13)

a.Pelelangan hasil tangkapan (Auctioning)

Kegiatan pelelangan ikan hasil tangkapan ini merupakan kegiatan utama dan dilakukan di Tempat Pelelangan Ikan (TPI).

b. Penyortiran dan pengepakan (Sorting and Packing)

Ikan hasil tangkapan yang sudah dilelang, kemudian disortir dan dipak untuk kemudian dipasarkan atau diolah lebih lanjut.

c.Pengolahan (Processing)

Kegiatan ini meliputi pendinginan, pembekuan, penggaraman, pengalengan, dll.

d. Pengangkutan (Transportation)

Pengangkutan hasil produksi ini merupakan penghubung mata rantai kegiatan perikanan yang sangat penting. Pengangkutan hasil produksi perikanan (ikan segar maupun olahan) dari pelabuhan ke kota-kota tujuan pemasaran dalam negeri maupun luar negeri, merupakan komponen penting yang mempengaruhi harga penjualan.

Kegiatan pengangkutan ini melibatkan sarana dan prasarana tranportasi darat, laut dan udara.

e.Pemasaran (Marketing)

Kegiatan pemasaran meliputi pemasaran lokal, antar pulau dan ekspor.

Kegiatan ini melibatkan para pedagang dan pengecer yang memasarkan/menjual ikan di sekitar lokasi, pedagang antar pulau, maupun para eksportir.

a.

(14)

BAB III KESIMPULAN

1. Kesimpulan

Pelabuhan perikanan adalah merupakan pusat pengembangan ekonomi perikanan ditinjau dari aspek produksi, pengolahan dan pemasaran, baik berskala lokal, nasional maupun internasional. Pelabuhan perikanan diklasifikasikan menjadi empat kelas, atas dasar bobot dan beban pelayanan, jangkauan operasi kapal serta orientasi pasar sebagai berikut :

1. Pelabuhan Perikanan Samudera ( Kelas A ) 2. Pelabuhan Perikanan Nusantara ( Kelas B ) 3. Pelabuhan Perikanan Pantai ( Kelas C ) 4. Pangkalan Pendaratan Ikan ( Kelas D )

Pelabuhan perikanan yang ideal memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. jarak tidak terlalu jauh dari fishing ground dan berhubungan dengan daerah pemasaran ikan,

2. memiliki daerah yang luas untuk pendaratan ikan dan industri penunjang lainnya serta tidak menyulitkan pengembangan pelabuhan

3. tempatnya menarik untuk tempat tinggal nelayan, penjual ikan dan pengusaha ikan, aman secara alami dan buatan bagi kapal yang berlabuh dari segala cuaca waktu,

4. biaya masuk akal untuk mendapatkan kedalaman air yang memadai pada alur pelabuhan dan pangkalan pelabuhan,

5. daerah cocok untuk membangun pemecah gelombang, pangkalan pelabuhan, dan sarana di pantai menjadi satu unit yang disesuaikan dengan perencanaan terpadu,

2. Saran

Hal yang harus diperhatikan dalam menunjang kegiatan- kegiatan di suatu pelabuhan seperti minimnya persediaan peralatan di beberapa pelabuhan yang ada di Indonesia sehingga tidak dapat menunjang kinerja kegiatan- kegiatan pelabuhan yang sebenarnya sangat memerlukan alat- alat yang bersifat mekanis daripadatenaga manusia yang mempunyai sifat terbatas.

11

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Ayodhyoa, AU. 1987. Pelabuhan Perikanan Buletin Jurusan pemanfaatan Sumber Daya Perikanan Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Direktorat Jenderal Perikanan. 1996 / 1997. Buku Petunjuk Pelaksanaan Struktur

Organisasi dan Manajemen Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI). Direktorat Bina Prasarana. Jakarta

Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. 2001. Departemen Kelautan Dan Perikanan.

Direktorat Bina Prasarana. Jakarta

Fitriah, R. 2012. Studi Revitalisasi Pangkalan Pendaratan Ikan Di Kelurahan Banggae Kecamatan Banggae Kabupaten Majene. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan.

Universitas Hasanudin. Makasar.

Hamin. 1983. Pelabuhan Perikanan Indonesia Buletin Warta Mina No. 4. 1983. Direktorat Jenderal Perikanan. Jakarta.

Ikhsan, M. 2005. Kajian Pengembangan Fasilitas Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Jetis di Kabupaten Cilacap. Fakultas Teknik. Universitas Semarang. Semarang.

Lubis. 2005. Pengantar Pelabuhan Perikanan. Laboratorium Pelabuhan Perikanan Jurusan Pemanfatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nurwinda, R. 2023. Revitalisasi Pangkalan Pendaratan Ikan Cikidang sebagai Identitas Kawasan Wisata Nelayan Pangandaran dengan pendekatan Kearifan Lokal. Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan.Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Rahardjo, B. 2008. Evaluasi Daya Dukung Pangkalan Pendaratan Ikan Klidang Lor Kabupaten Batang Untuk Pengembangan Perikanan Tangkap. Universitas Diponegoro. Semarang.

(16)

LAMPIRAN DOKUMENTASI

13

(17)
(18)

15

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu kulinari dasar yang diberikan dosen yang bersangkutan serta memberitahukan dan

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Teori Belajar dan TPACK Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Literasi Digital Kitab

Makalah tentang filsafat kedokteran disusun oleh mahasiswa kedokteran gigi untuk memenuhi tugas mata kuliah

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Bahasa dan Sastra

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas UAS mata kuliah Studi

Makalah ini membahas tentang Bussines Model Canvas (BMC) untuk memenuhi tugas mata kuliah

Makalah ini membahas tentang Qurban dan Akikah yang dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah