PRODI S1 KESEHATAN MASYARAKAT INSTITUT KESEHATAN PAYUNG NEGERI
PEKANBARU 2023
MODUL PRAKTIKUM Epidemiologi K3
Dosen Pembimbing: Dr. Winda Parlin, M.Kes
1
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadiran Allah SWT. Atau berkat dan rahmat-Nya lah sehingga Modul Praktikum Epidemiologi K3 ini dapat kami selesaikan.
Modul Praktikum Epidemiologi K3 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Payung Negeri Pekanbaru ini dirasa sangat perlu untuk diterbitkan sebagai pedoman bagi mahasiswa dan dosen dalam proses pembelajaran.
Akhirnya kami mempersembahkan Modul Praktikum Epidemiologi K3 ini dengan harapan semoga bermanfaat dan dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya.
Pekanbaru,
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman judul Kata PengantarDaftar Isi BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang B. Tujuan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Epidemiologi
B. Konsep Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) C. Tujuan Penerapan K3
D. Konsep Kecelakaan Kerja E. Konsep Penyakit Akibat Kerja
F. Potensi Bahaya dan Risiko terhadap KesehatandanKeselamatan Kerja
G. Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja H. Hari Kerja Hilang Akibat PAK
BAB III DAFTAR TILIK
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Kehidupan manusia tidak pernah lepas dari pekerjaan. Setiap pekerjaan dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhansehari-hari, mulai dari pekerjaan yang memiliki risiko rendah sampai pada pekerjaan yang memiliki risiko tinggi. Di samping itu faktor kesehatan dan keselamatan dalam bekerja masih belum menjadi perhatian yang optimal. Padahal dalam melakukan pekerjaan, faktor kesehatan dan keselamatan bagi pekerja menjadi suatu faktor yang sangat penting dan harus menjadi perhatian agar pekerjaan tersebut dapat berjalan dengan baik.
Dalam upaya peningkatan pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Kementerian Ketenagakerjaan (Kemanaker) RI mengembangkan sejumlah upaya diantaranya penyempurnaan peraturan perundang-undangan serta standaryang dijadikan pedoman sehingga dapat diimplementasikan.
Berdasarkan data BPJS Ketenagakerjaan pada tahun 2016 menggambarkan adanya penurunan angka kecelakan kerja dari 110.285 kasus di 16.082 perusahaan dari 296.271 perusahaan yangterdaftar dengan korban meninggal dunia 530 pada tahun 2015 menjadi 101.369 kasus dari 17.069 perusahaan dari total 359.724 perusahaan yang terdaftar dengan korban meninggal dunia sebanyak 2.382 orang. Hal ini berarti masih menjadi permasalahan kesehatan bagi para pekerja. Penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja adalah masih rendahnya kesadaran akan pentingnya penerapan K3 di kalangan industri.Masih banyaknya angka kejadian kecelakaan kerja yang mengganggu kesehatan pekerja maka diperlukan berbagai upa untuk melakukan pencegahan antara lain mencegah timbulnya penyakit akibat kerja dan masalah-masalah kesehatan lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Epidemiologi
Epidemiologi adalah ilmu tentang distribusi dan determinan- determinan dari kejadian yang berhubungan dengan kesehatan dalam suatu populasi tertentu. Epidemiologi kerja adalah studi tentang faktor-faktor lingkungan kerja yang mempengaruhi distribusi dan determinan penyakit pada pekerja.
B. Konsep Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3)
Pengertian dari kesehatan kerja adalah kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan para pekerja (Simanjuntak, 1994). Keselamatan kerja adalah suatu kondisi yang bebas dari risiko kecelakaan atau kerusakan atau dengan risiko relatif sangat kecil di bawah tingkat tertentu (Simanjuntak, 1994). Kondisi kerja yang aman/ selamat perlu dukungan dari sarana dan prasarana keselamatan yang berupa peralatan keselamatan, alat perlindungan diri dan rambu-rambu. Alat-alat yang tergolong sebagai penunjang keselamatan kerja tersebut.
Filosofi K3 adalah melindungi kesehatan dan keselamatan para pekerja dalam menjalankan pekerjaannya, melalui upaya- upaya pengendalian semua bentuk potensi bahaya yang ada di lingkungan tempat kerjanya.
C. Tujuan Penerapan K3
Tujuan penerapan K3 berdasarkan Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja yaitu :
1. Melindungi dan menjamin keselamatan setiap tenaga kerja danorang lain di tempat kerja.
2. Menjamin setiap sumber produksi dapat digunakan secaraaman dan efisien
3. Meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas nasional
D. Konsep Kecelakaan Kerja
Kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidak terkendali akibat dari suatu atau reaksi suatu objek, bahan, orang, atau radiasi yang mengakibatkan cedera atau kemungkinan akibat lainnya (Heinrich et al, 1980)
E. Konsep Penyakit Akibat Kerja
Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Dengan kata lain, penyakit akibat kerja merupakan man made disease (akibat dari perbuatan manusia itu sendiri).
F. Potensi Bahaya dan Risiko terhadap Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Potensi bahaya adalah sesuatu yang berpotensi untukterjadinya insiden yang berakibat pada kerugian. Risiko adalah kombinasi dan konsekuensi suatu kejadianyang berbahaya dan peluang terjadinya kejadian tersebut.
Risiko yang ditimbulkan dapat berupa berbagai konsekuensi dan dapat dibagi menjadi empat kategori besar:
\
Potensi Bahaya
Kategori A Kategori B Kategori C Kategori D Potensi bahaya
yang
menimbulkan risiko dampak jangka panjang pada
Kesehatan
Potensi bahaya yang
menimbulkan risiko langsung pada
keselamatan
Risiko terhadap kesejahteraan atau kesehatan sehari-hari
Potensi bahaya yang
menimbulkan risiko pribadi dan psikologis
Bahaya faktor kimia (debu, uap, logam)
Bahaya faktor biologi (penyakit
dan gangguan oleh virus, bakteri, binatang, dsb)
Bahaya faktor fisik (bising, penerangan, getaran, iklim kerja)
Faktor ergonomis (posisi bangku
Kebakaran
Listrik
Potensi bahaya mekanikal (tidak adanya pelindung mesin)
House keeping (peralatan buruk pada perlatan)
Air minum
Toilet dan
fasilitas mencuci
P3K di tempat kerja
Transportasi
Pelecehan, intimidasi
Terinfeksi HIV/AIDS
Kekerasan di tempat kerja
Stress
Narkoba di
tempat kerja
kerja, pekerjaan berulang- ulang)
Potensi bahaya lingkungan yang
disebabkan oleh polusi pada
perusahaan di masyarakat
Sumber : Keselamatan dan Kesehatan Kerja Sarana untukProduktivitas, 2013
G. Faktor Penyebab Penyakit Akibat Kerja 1. Faktor Fisik
Faktor fisik adalah faktor yang ada di lingkungan kerja yang bersifat fisika antara lain kebisingan, penerangan, getaran, iklim kerja, gelombang mikro, dan sinar ultra violet.
a. Kebisingan
Kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat kerja yang pada kondisi tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.
Kebisingan ditetapkan dengan nilai ambang batas sebesar 85 Db selama 8 jam.
b. Penerangan
Penerangan merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan di lingkungan kerja. Salah satu contohnya pekerjaan perakitan benda kecil membutuhkan
tingkat penerangan yang lebih tinggi. Jika penerangan tidak memenuhi syarat maka pekerja akan mencoba memfokuskan penglihatannya, dengan cara membungkukkan badan sehingga pekerja menjadi tidak nyaman.
c. Getaran
Getaran merupakan gerak bolak-balik cepat, memantul ke atas dan ke bawah atau ke depan dan ke belakang.
Batasan getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung pada lengan dan tangan ditetapkan sebesar 4m/detik2.
d. Iklim Kerja
Iklim kerja merupakan hasil perpaduan antara suhu, kelembabang, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya. Temperatur atau suhu tinggi dapat menyebabkan hiperpireksi, miliaria, heat cramp, heat exhaustion, heat stroke. Agar tubuh manusia berfungsi secara efisien selama bekerja maka perlu berada dalam kisaran suhu normal.
e. Radiasi tidak mengion
Sinar elektromagnetik yang bersal dari radiasi tidak mengion antara lain gelombang mikro dan sinar ultra violet. Gelombang mikro digunakan antara lain untuk gelombang radiasi, televisi, radar, dan telepon. Sinar infra merah dapat menyebabkan katarak. Radiasi sinar ultraviolet dapat berasal dari sinar matahari, las listrik, laboratorium. Sinar ultraviolet dapat menyebabkan konjungtivitis.
2. Faktor Kimia
Risiko kesehatan dapat timbul dari berbagai pajanan bahan kimia. Bahan kimia yang bersifat racun dapat masuk ke melalui aliran darah sehingga menyebabkan kerusakan pada sistem tubuh dan organ lainnya. Bahan kimia tersebut dapat berbentuk debu, asap, padat, cairan, uap, gas. Asal bahan kimia tersebut seperti bahan baku, bahan tambahan, hasil sementara, sisa produksi atau bahan buangan. Bahan kimia tersebut dapat masuk melalui tubuh dengan tiga cara utama antara lain:
a. Inhalasi (menghirup) yaitu bahan kimia dapat masuk melalui mulut atau hidung/ melalui saluran pernapasan, zat beracun tersebut dapat sampai ke paru-paru.
b. Pencernaan yaitu bahan kimia dapat masuk ke tubuh melalui makanan yang terkontaminasi.
c. Penyerapan ke dalam kulit atau kontak invasif.
3. Faktor Biologi
Faktor biologi sangat beragam jenisnya. Penyebabnya antara lain virus (rabies, hepatitis dll), Bakteri (TB Paru, Leptospirosis dll), Parasit (Schistosomiasis).
4. Faktor Ergonomi/Fisiologi
Sebagai akibat dari cara kerja yang salah, lingkungan kerja yang salah, dan konstruksi yang salah. Efek : kelelahan fisik, nyeri otot, perubahan bentuk, dislokasi.
Perhitungan Hari Kerja Hilang Karena PAK Akibat Kecelakaan
Kepdirjen 185 Th 2019 Hal 32-38
Pemegang IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan/atau Pemurnian, dan IPR menyusun, menetapkan, menerapkan, dan mendokumentasikan prosedur penyelidikan kecelakaan dan Kejadian Berbahaya.
Prosedur tersebut paling sedikit terdiri dari:
1) pelaporan awal;
2) pengamanan lokasi dan barang bukti di tempat kejadian;
3) pembentukan tim penyelidikan; dan
4) tahapan penyelidikan.
Dalam hal kepentingan penyelidikan kecelakaan atau Kejadian Berbahaya maka KTT atau PTL:
1) tidak mengubah keadaan tempat atau kondisi perbaikan sarana, prasarana, instalasi dan peralatan Pertambangan akibat kecelakaan atau Kejadian Berbahaya, kecuali untuk memberikan pertolongan pertama korban dari kecelakaan.
2) dalam hal dianggap perlu untuk kepentingan keberlangsungan pekerjaan, keadaan di tempat kecelakaan hanya dapat diubah dengan persetujuan KaIT atau Kepala Dinas atas nama KaIT sesuai dengan kewenangannya
Ketentuan perhitungan hari kerja hilang
Akibat kecelakaan tambang diatur sebagai berikut.
1) jumlah hari kerja hilang dihitung berdasarkan jumlah hari korban tidak mampu bekerja seperti semula akibat kecelakaan, termasuk hari libur.
2) dalam hal korban tidak mampu bekerja seperti semula akibat kecelakaan, dan selanjutnya kontrak kerjanya habis, maka hari kerja hilang tetap dihitung berdasarkan
lamanya waktu yang dibutuhkan untuk korban bekerja pada posisi semula, berdasarkan pertimbangan medis yang dibuktikan oleh Surat Keterangan Dokter.
3) penentuan hari kerja hilang adalah sebagai berikut:
a) cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan Pekerja cacat tetap (invalid)
b) cidera akibat kecelakaan tambang yang menyebabkan:
(1) keretakan tengkorak, tulang punggung, pinggul, lengan bawah sampai ruas jari, lengan atas, paha sampai ruas jari kaki, dan lepasnya tengkorak bagian wajah;
(2) pendarahan di dalam ata pingsan disebabkan kekurangan oksigen;
(3) luka berat atau luka terbuka/terkoyak yang dapat mengakibatkan ketidakmampuan tetap; atau
(4) persendian yang lepas dimana sebelumnya tidak pernah terjadi, hari kerja hilangnya dihitung berdasarkan Pekerja yang mengalami cidera tersebut di atas dapat kembali melakukan pekerjaan semula.
Kriteria Kejadian Berbahaya
Apabila memenuhi 4 (empat) unsur, terdiri dari:
1) benar-benar terjadi, yaitu tidak diinginkan, tidak direncanakan, dan tidak ada unsur kesengajaan;
2) berpotensi mengakibatkan kematian atau terhentinya kegiatan lebih dari 24 (dua puluh empat) jam;
3) akibat kegiatan usaha ,pengolahan dan/ atau pemurnian, kegiatan penunjang lainnya, kegagalan teknis sarana, prasarana, instalasi dan peralatan, atau kegagalan dalam mengantisipasi faktor alam yang berada di wilayah kegiatan usaha atau pengolahan dan/ atau ,atau wilayah proyek; dan
4) terjadi di wilayah kegiatan usaha atau pengolahan dan/ atau ,atau wilayah proyek.
Tahap penyelidikan kecelakaan atau Kejadian Berbahaya,
Meliputi:
1) Tahap persiapan
a) pembentukan dan penetapan tim investigasi tim investigasi dibentuk dan ditetapkan oleh Kepala sesuai kewenangannya.
b) persiapan peralatan ukur atau uji mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk penyelidikan kecelakaan atau Kejadian Berbahaya.
c) pengumpulan data dan dokumen mengumpulkan data dan dokumen terkait yang diperlukan untuk penyelidikan kecelakaan atau Kejadian Berbahaya, antara lain: sketsa, foto, surat keterangan dokter, buku tambang, buku daftar kecelakaan, dan lain-lain.
2) Tahap pelaksanaan
a) tim investigasi bersama penanggung jawab area yang ditunjuk menuju ke lokasi terjadinya kecelakaan atau Kejadian Berbahaya;
b) tim investigasi melakukan penyelidikan antara lain terhadap lokasi, sarana, prasarana, peralatan, dan/ atau instalasi yang diduga berhubungan dengan kecelakaan atau Kejadian Berbahaya;
c) tim investigasi melakukan wawancara terhadap saksi langsung maupun tidak langsung terkait dengan kecelakaan atau Kejadian Berbahaya;
d) tim investigasi bersama saksi melakukan rekonstruksi jika diperlukan dan apabila rekonstruksi dilakukan, maka rekonstruksi tersebut dilakukan dengan aman;
e) pada saat pelaksanaan penyelidikan, apabila ditemukan potensi kecelakaan atau Kejadian Berbahaya susulan atau kecelakaan atau Kejadian Berbahaya serupa yang dapat terjadi di area lain, tim investigasi segera mengambil tindakan pengamanan dan pencegahan termasuk menghentikan kegiatan apabila diperlukan;
f) tim investigasi membuat analisis penyebab terjadinya kecelakaan atau Kejadian Berbahaya, kesimpulan, dan rencana tindakan koreksi; dan
g) tindakan koreksi yang diberikan terhadap hasil analisis berdasarkan data dan fakta yang telah diverifikasi sehingga tindakan koreksi tepat sasaran.
Tindakan koreksi diberikan untuk setiap penyebab kecelakaan atau Kejadian Berbahaya dengan mengacu kepada hierarki pengendalian risiko. Tindakan
koreksi yang telah diberikan ditindaklanjuti sesuai dengan jangka waktu yang disepakati.
3) Tahap pelaporan
a) pembuatan berita acara hasil penyelidikan kecelakaan atau Kejadian Berbahaya;
b) penyampaian laporan hasil penyelidikan kecelakaan atau Kejadian Berbahaya kepada Kepala Bag/cab untuk diteruskan kepada kepala pusat sesuai kewenangannya; dan
c) hasil penyelidikan kecelakaan atau Kejadian Berbahaya dan pelaksanaan tindakan koreksi dibuat atau dimasukkan ke dalam suatu sistem pelaporan sehingga dapat terdokumentasi dengan baik dan hasil laporan tersebut disosialisasikan kepada seluruh Pekerja sebagai bentuk edukasi.
4) Pemantauan pelaksanaan tindakan koreksi
Pelaksanaan dari setiap tindakan koreksi dipantau untuk memastikan tindakan koreksi telah ditindaklanjuti dengan baik dan tepat waktu.
5) Evaluasi penyelidikan kecelakaan atau Kejadian Berbahaya
Evaluasi dilakukan secara menyeluruh terhadap setiap tahap penyelidikan dan hasil dari pelaksanaan tindakan koreksi.
BAB III
DAFTAR TILIK PRAKTIKUM EPIDEMIOLOGI K3
1. Praktikum Analisis Data Hazard/Potensi Bahaya
Nama Mahasiswa :
NIM :
Tingkat :
Nilailah setiap kinerja dengan membubuhkan tanda ceklist (√) dalam kolom penilaian kinerja setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala penilaian sebagai berikut :
1 : Langkah kerja tidak dilakukan
2 : Langkah kerja tidak dilakukan dengan benar 3 : Langkah kerja dilakukan tetapi dengan bantuan
4 : Langkah kerja dilakukan sendiri dengan benar (mahir)
No Prosedur yang Dilaksanakan
Praktikum
Tgl………...…..
Score
1 2 3 4
A. Persiapan
a. Ruangan Kegiatan
b. Modul Praktikum Epidemiologi K3 B. Pelaksanaan
1. Melakukan penilaian hazard Kategori A dengan tepat 2. Melakukan penilaian hazard Kategori B dengan tepat 3. Melakukan penilaian hazard Kategori C dengan tepat 4. Melakukan penilaian hazard Kategori D dengan tepat
Jumlah
Nilai = Jumlah / 20 x 100 Paraf Dosen
Contoh kasus :
1. Melakukan penilaian hazard Kategori A dengan tepat 36
Jawab :
- bekerja +- 8 jam perhari didepan layar komputer mempengaruih potensi hazard pencahayaan yang dapat mengganggu mata
- faktor ergonomis posisi bangku dapat menjadi potensi hazard
- resiko ergonomi pada tim gudang dalam mengangkat dan memindahkan barang cukup berpotensi
2. Melakukan penilaian hazard Kategori B dengan tepat
Jawab : tidak adanya APAR, jika terjadi kebakaran di area gudang barang maka hal ini dapat menjadi masalah, dan aliran listrik sudah cukup baik.
3. Melakukan penilaian hazard Kategori C dengan tepat Jawab :
- tidak adanya kotak p3k di bagian perkantoran - Adanya kotak p3k di area gudang barang
- Toilet kurang bersih, hal ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan dalam bekerja 4. Melakukan penilaian hazard Kategori D dengan tepat
Jawab :
- Dalam hal mewujudkan target perusahaan sesuai yang diharapkan dapat menimbulkan stress kerja
- Tekanan dalam bekerja juga dapat menimbulkan stress kerja - Beban kerja yang cukup berat dapat menimbulkan kelelahan fisik
2. Praktikum Analisis Risiko Penyakit Akibat Kerja/PAK
Nama Mahasiswa :
NIM :
Tingkat :
Nilailah setiap kinerja dengan membubuhkan tanda ceklist (√) dalam kolom penilaian kinerja setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala penilaian sebagai berikut :
1 : Langkah kerja tidak dilakukan
2 : Langkah kerja tidak dilakukan dengan benar 3 : Langkah kerja dilakukan tetapi dengan bantuan
4 : Langkah kerja dilakukan sendiri dengan benar (mahir)
No Prosedur yang Dilaksanakan
Praktikum
Tgl………...…..
Score
1 2 3 4
36
Persiapan
A a. Ruangan Kegiatan
b. Modul Praktikum Epidemiologi K3 B. Pelaksanaan
1. Melakukan penilaian risiko hazard fisik dengan tepat 2. Melakukan penilaian risiko hazard kimia dengan tepat 3. Melakukan penilaian risiko hazard biologi dengan tepat 4. Melakukan penilaian risiko hazard ergonomi dengan tepat 5. Melakukan penilaian risiko hazard psikologi dengan tepat 6. Melakukan penilaian risiko hazard mekanik dengan tepat Jumlah
Nilai = Jumlah / 28 x 100 Paraf Dosen
Contoh kasus :
1. Melakukan penilaian risiko hazard fisik dengan tepat Jawab :
pencahayaan dalam proses kerja +- 8 jam perhari dapat menimbulkan hazard bagi
matakebisingan yang terjadi pada posisi daerah perkantoran yang berada di tepi jl lintas maka menimbulkan bising yang cukup mengganggu fokus dalam bekerja
2. Melakukan penilaian risiko hazard kimia dengan tepat Jawab :
Area kantor : tidak ada resiko kimia yang ditimbulkan
Area gudang : dari peralatan/bahan yang digunakan dalam kegiatan di area gudang, 3. Melakukan penilaian risiko hazard biologi dengan tepat
Jawab :
Area kantor : penggunaan AC yang baik agar sirkulasi udara tetap terjaga
Area gudang : diperlukan fentilasi yang cukup agar sirkulasi udara bersih tetap masuk 4. Melakukan penilaian risiko hazard ergonomi dengan tepat
Jawab :
Terdapat faktor kelelahan pada area pundak
Terdapat faktor kelelahan pada area panggul hingga tulang ekor, dikarenakan lama jam kerja serta ergonomi yang kurang fleksibel
Terdapat kelelahan pada area leher
5. Melakukan penilaian risiko hazard psikologi dengan tepat 36
Jawab :
Hazard psikososial merupakan factor dan situasi yang berkaitan dengan tempat kerja yang dapat memicu stress, ketegangan emosional, dan masalah interpersonal. Hal-hal yang berpotensi yang dapat membahayakan pekerja dari hazard psikososial ini diantaranya seperti kerja shift, tekanan di tempat kerja, penyalahgunaan narkoba dan alkohol, gangguan seksual, dan lain-lain. Bahaya psikososial ini secara langsung atau tidak akan berpengaruh terhadap konflik fisik dan karyawan sehari-hari, jika seorang karyawan tidak dapat mengatasi beban bahaya ini dengan baik maka karyawan tersebut akan jatuh dalam kondisi bosan, jenuh, stress dan akan mengalami gangguan serta keluhan penyakit serta menurunkan produktivitas kerja keryawan.
6. Melakukan penilaian risiko hazard mekanik dengan tepat Jawab :
potensi bahaya yang berasal dari benda atau proses yang bergerak yang dapat menimbulkan dampak seperti benturan, terpotong, tertusuk, tersayat, tergores, jatuh, terjepit.
Bahaya Mekanik, disebabkan oleh mesin atau alat kerja mekanik seperti tersayat, terjatuh, tertindih dan terpeleset. Merupakan jenis bahaya yang berdampak pada kesehatan, menyebabkan gangguan kesehatan dan penyakit akibat kerja.
36
3. Praktikum Perhitungan Konversi Hari Kerja Hilang
Nama Mahasiswa :
NIM :
Tingkat :
Nilailah setiap kinerja dengan membubuhkan tanda ceklist (√) dalam kolom penilaian kinerja setiap langkah yang diamati dengan menggunakan skala penilaian sebagai berikut :
1 : Langkah kerja tidak dilakukan
2 : Langkah kerja tidak dilakukan dengan benar 3 : Langkah kerja dilakukan tetapi dengan bantuan
4 : Langkah kerja dilakukan sendiri dengan benar (mahir)
No Prosedur yang Dilaksanakan
Praktikum
Tgl………...…..
Score
1 2 3 4
A. Persiapan
a. Ruangan Kegiatan
b. Modul Praktikum Epidemiologi K3 B. Pelaksanaan
1. Melakukan penilaian konversi hari kerja hilang akibat Cacat Tangan dengan tepat
2. Melakukan penilaian konversi hari kerja hilang akibat Cacat Kaki dengan tepat
3. Melakukan penilaian konversi hari kerja hilang akibat Cacat Lengan dengan tepat
4. Melakukan penilaian konversi hari kerja hilang akibat Cacat Tungkai dengan tepat
5. Melakukan penilaian konversi hari kerja hilang akibat Kehilangan fungsi mata dan telinga dengan tepat
6. Melakukan penilaian konversi hari kerja hilang akibat Cacat Lumpuih Total dengan tepat
Jumlah
Nilai = Jumlah / 28 x 100 Paraf Dosen
Contoh kasus :
1. Melakukan penilaian konversi hari kerja hilang akibat Cacat Tangan dengan tepat
Jawab : terdapat kasusn cacat tangan pada ruas ujung ibu jari, maka nilai hari kerja yg hilang adalah 300hk
2. Melakukan penilaian konversi hari kerja hilang akibat Cacat Kaki dengan tepat
Jawab : terdapat kasus pada salah satu karyawan yang jatuh lalu terpeleset , mengalami keretakan pada kaki sampai pergelangan, maka didapatkan hari kerja yang hilang sebanyak 3000 hari
3. Melakukan penilaian konversi hari kerja hilang akibat Cacat Lengan dengan tepat
Jawab : terdapat kasus pada tim gudang yang mengalami kesakitan pada pergelangan tangan-siku maka didapatkan hari kerja yang hilang sebanyak 3600 hari
4. Melakukan penilaian konversi hari kerja hilang akibat Cacat Tungkai dengan tepat Jawab : tidak ada kasus yang terjadi
5. Melakukan penilaian konversi hari kerja hilang akibat Kehilangan fungsi mata dan telinga dengan tepat
Jawab : tidak ada kasus yang terjadi
6. Melakukan penilaian konversi hari kerja hilang akibat Cacat Lumpuih Total dengan tepat jawab : tidak ada kasus yang terjadi