PENDAHULUAN
Identifikasi Masalah
Permasalahan ini juga akan menimbulkan permasalahan dalam pengajaran pendidikan agama Islam yang diberikan oleh pendidik. Dalam artian, jika keluarga siswa mempunyai tingkat keagamaan yang baik, maka secara langsung perkembangan pendidikan agama anak akan baik. Marimba yang dikutip Museum dalam bukunya Pengantar Filsafat Pendidikan Islam mengatakan bahwa: Pendidikan agama Islam adalah pengajaran jasmani dan rohani yang berdasarkan hukum-hukum.
45 Saprin Efendi, Permasalahan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SD Negeri 064025 Kecamatan Medan Tuntungan, (Jurnal: UIN Sumatera Utara, 2018). Simpanan penulis berdasarkan penjelasan di atas menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Islam (PAI) merupakan mata pelajaran atau bidang yang wajib diajarkan dalam setiap kurikulum, jenis, jalur dan jenjang pendidikan, sehingga sudah menjadi keputusan sistemik di Indonesia bahwa Agama Islam Pendidikan (PAI) di sekolah negeri merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional karena sudah terdapat ketentuan hukum yang secara tegas menjamin dan mewajibkan Pendidikan Agama Islam (PAI) pada setiap jalur dan jenjang pendidikan. Keberadaan Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah untuk masyarakat umum sangat kuat dan prospek Pendidikan Agama Islam (PAI) ke depan sangat cerah. R Farhaferiza (Skripsi Permasalahan Pendidikan Agama Islam di SMP Pasudan 4 Bandung.” Hasil penelitian ini dilatarbelakangi oleh kepedulian penulis terhadap pembelajaran pendidikan agama Islam.
Pendidikan agama Islam merupakan upaya membina dan mendidik peserta didik agar selalu memahami ajaran Islam secara utuh. Penelitian ini digunakan untuk mendeskripsikan dan memperoleh data terkait pembelajaran pendidikan agama (Masalah dan Solusi Guru Pendidikan Agama Dasar dan Agama Islam SD N 42 Seluma). Data penelitian ini harus direduksi dengan memasukkan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi yang berisi tentang implementasi pendidikan agama Islam dalam membentuk karakter Islami di SD N 42 Seluma.
Selain itu, rendahnya minat peserta didik dalam mempelajari bidang studi pendidikan agama Islam disebabkan oleh kurangnya motivasi dari para pendidik. Untuk selalu memberikan bimbingan dan motivasi kepada guru agar tidak timbul permasalahan seperti yang terjadi dalam pengajaran pendidikan agama Islam.
Fokus Masalah
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
LANDASAN TEORI
Pengertian Problematika Pembelajaran
Prosesnya diawali dengan perencanaan pembelajaran, dilanjutkan dengan pelaksanaan pembelajaran dan diakhiri dengan penilaian pembelajaran. Pembelajaran diartikan sebagai suatu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam suatu lingkungan belajar. Menurut pengertiannya, belajar adalah bantuan yang diberikan oleh pendidik agar terjadi proses perolehan pengetahuan dan pemahaman, penguasaan, keterampilan dan karakter, serta pembentukan sikap dan keyakinan pada diri peserta didik. proses. untuk membantu siswa belajar dengan baik. 13.
Pembelajaran pada hakikatnya adalah suatu proses yang dilakukan oleh pendidik sebagai penyampai dan peserta didik sebagai penerima. Kedua, keterampilan proses sebagai kegiatan belajar yang esensial dengan menggunakan teori belajar yang berbeda, strategi pembelajaran dan metode pembelajaran yang berbeda dengan tujuan mencapai pembelajaran dengan tujuan mencapai pembelajaran yang ditetapkan berdasarkan indikator. Ketiga, menutup keterampilan dengan post test dengan tujuan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang telah ditentukan telah tercapai atau belum.
Kedua, pembelajaran dipandang sebagai suatu proses, jadi pembelajaran merupakan serangkaian usaha atau kegiatan guru untuk menjadikan siswa belajar. Persiapan mengajar juga mencakup kegiatan guru membaca buku atau media tertulis lainnya yang akan disajikan kepada siswa dan memeriksa jumlah serta fungsi alat pengajaran yang akan digunakan. Pada tahap pelaksanaan pengajaran ini, struktur dan situasi pembelajaran yang diwujudkan oleh guru akan sangat dipengaruhi oleh pendekatan, strategi dan metode pembelajaran yang telah dipilih dan dirancang untuk pelaksanaannya, serta oleh filosofi kerja dan komitmen guru. ., persepsi dan sikapnya terhadap siswa.
Seperti pengayaan atau bisa juga berupa pemberian layanan pengajaran remedial kepada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Menurut Skinmner yang dikutip oleh Umar, belajar adalah suatu proses penyesuaian atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Faktor-faktor Problematika Pembelajaran
Keempat, dengan munculnya ancaman di era abad 21 yang dipengaruhi oleh faktor perubahan sosial, maka prinsip dasar ilmu agama akan menjadi permasalahan dalam pembelajaran pendidikan agama Islam. Bahwa anak yang terlahir berakhlak mulia kemudian bergantung pada pendidikan lanjutan, apabila mendapat pendidikan agama yang baik maka ia akan menjadi orang yang taat beragama, begitu pula sebaliknya apabila benih-benih agama yang dibawanya tidak dibina dan dirawat dengan baik maka anak tersebut akan menjadi orang yang taat beragama. menjadi orang yang tidak beragam.23 2) Siswa dengan tingkat kecerdasan (IQ) berbeda yang mempunyai tingkat kecerdasan lebih tinggi akan lebih mudah menerima pelajaran agama dibandingkan siswa yang tingkat kecerdasannya lebih rendah. Maksudnya, para pelajar tersebut belajar agama bukan untuk membekali dirinya dengan ilmu agama sebagai sarana beribadah kepada Allah SWT, melainkan belajar agama hanya untuk mendapatkan nilai.
Dengan kata lain pendidik adalah orang yang lebih matang yang mampu membawa peserta didik pada kedewasaan. Penulis berpendapat bahwa pendidik merupakan salah satu faktor penting dalam proses pembelajaran, namun idealnya suatu kurikulum tidak didukung oleh kemampuan guru dalam melaksanakannya, sehingga kurikulum tidak akan bermakna sebagai alat pendidikan. Alat bantu pendidikan adalah sesuatu yang tidak hanya menciptakan kondisi yang memungkinkan terlaksananya pekerjaan pendidikan, tetapi juga sebagai langkah atau situasi yang membantu tercapainya tujuan pendidikan.
30Kasinyo Harto, Model Pengembangan Pendidikan Agama Islam Berbasis Multikultural, (Jakarta: Rajawali Press, 2014), hal. 34. Menghukum agar anak tidak mengulangi perbuatan yang buruk menurut norma. Alat pengajaran preventif adalah alat untuk mencegah anak melakukan sesuatu yang tidak benar, misalnya peringatan atau larangan. Sumber belajar yang menyenangkan merupakan sarana yang digunakan untuk membuat siswa senang, misalnya dengan hadiah atau reward.
Misalnya pada siang hari saat udara sedang panas, pelajaran yang mengagetkan kurang pantas diberikan kepada siswa. Lingkungan tersebut dapat berupa lingkungan fisik/alam dan lingkungan sosial.Lingkungan sosial memegang peranan penting dalam berhasil tidaknya pendidikan agama karena perkembangan jiwa peserta didik sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya.
Konsep Pendidikan Agama Islam
Secara khusus pendidikan Islam yang bersumber dari nilai-nilai agama Islam, selain mendidik atau membentuk sikap hidup yang dijiwai nilai-nilai tersebut, juga mengembangkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Hal senada juga diungkapkan oleh Muhammad Amin yang dikutip oleh Muzayyin dalam bukunya Pengantar Pendidikan Islam, beliau menyatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah segala upaya yang berupa pengajaran, pengasuhan dan bimbingan kepada anak agar kelak setelah menempuh pendidikan mereka dapat memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran agamanya dan menjadikannya sebagai pedoman hidup sehari-hari, baik dalam kehidupan pribadi maupun bermasyarakat. Maka dengan adanya beberapa pengertian pendidikan agama Islam di atas, jelaslah bahwa pendidikan agama Islam yang dimaksud adalah upaya sadar generasi tua (pendidik) untuk mengarahkan pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan kemampuan kepada generasi muda (peserta didik). ), agar kelak mereka menjadi umat Islam yang bertakwa. SWT, berbudi luhur, berkepribadian sempurna, yang langsung memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari, dari beberapa penjelasan di atas penulis menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu upaya sistematis dan pragmatis untuk membimbing dan mengembangkan sifat-sifat keagamaan yang ada. pada orang, dengan tujuan untuk peserta
Adapun landasan atau landasan pendidikan Islam, tentunya tidak lepas dari sumber hukum ketatanegaraan yaitu UUD. Penyelenggaraan pendidikan agama bermula dari peraturan perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pedoman dalam menyelenggarakan pendidikan agama formal di sekolah. Ketentuan MPR Np II/MPR/1983, diperkuat dengan Ketetapan MPR No. II/MPR/1988 dan Ketetapan MPR No. II/MPR/1993 tentang GBHN, yang secara efektif menyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan agama langsung dimasukkan dalam kurikulum pendidikan formal. sekolah, mulai dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi dan Undang-Undang Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 20, Sistem Pendidikan Nasional.44. Keimanan dan ketakwaan pada sila pertama pembangunan nasional dan tujuan pendidikan nasional di atas menunjukkan bahwa keimanan dan ketakwaan merupakan ciri utama kualitas manusia Indonesia, diantara sifat kualitas lainnya hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia tidak menerima keberadaannya dapat mengingkari. Islam.
Oleh karena itu, Pendidikan Agama Islam (PAI) hendaknya bertujuan untuk mencapai keselarasan dan keseimbangan dalam pertumbuhan pribadi seutuhnya melalui berbagai latihan yang berkaitan dengan psikologi, akal, akal, perasaan dan panca indra. Mendefinisikan dalam Peraturan Menteri Agama tentang Penyelenggaraan Pendidikan Agama di Sekolah pada Pasal 1 ayat (1) bahwa pendidikan agama adalah pendidikan yang menanamkan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan pembelajaran agamanya, yang dilaksanakan paling sedikit melalui mata pelajaran pada semua kelas, jenjang, dan jenis pendidikan. Pasal 3 ayat 1 dan 2 menegaskan bahwa setiap sekolah wajib menyelenggarakan pendidikan agama dan setiap peserta didik di sekolah berhak memperoleh pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama.
Umat Islam selalu sepakat bahwa pendidikan akhlak merupakan hakikat pendidikan Islam dan bahwa pencapaian akhlak yang sempurna merupakan tujuan pendidikan yang sebenarnya. 50 Rika Sa'diyah dkk, Permasalahan Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Mengajar Anak Disabilitas Mental Di Sekolah Dasar Awal, (Universitas Muhammadiyah Jakarta1, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, 2017), h. 1. dan pertukangan atau keahlian tertentu sebagaimana diuraikan di atas.
Penelitian Terdahulu
Tujuan penelitian ini adalah menerapkan model pembelajaran Tematik Integratif pada Tema Benda Hewan dan Tumbuhan, metode dalam penelitian ini adalah menggunakan metode kualitatif. Rochmatun Naili (disertasi, 2014), “Pengaruh persepsi siswa terhadap pendidikan agama di keluarga terhadap disiplin agama siswa kelas VII SMP 3 N Pegandon Kendal Ajaran Ketuhanan Hasil penelitian ini berupa penilaian nilai rata-rata Pendidikan Agama dan Pengaruh Persepsi Siswa Terhadap Pembelajaran Pendidikan Agama Tujuan penelitian ini adalah agar siswa terbiasa beribadah dengan disiplin, metode yang digunakan adalah metode kuantitatif.
Pengaruh persepsi siswa terhadap pendidikan agama di keluarga terhadap disiplin agama siswa kelas VII SMP 3 N Pegandon Kendal Dewa Ajaran.
Kerangka Berpikir
METODE PENELITIAN
Tempat Penelitian
Subyek dan Informan Data