PRINGGARTA TAHUN PEMBELAJARAN 2018
Oleh:
HANAPI NIM. 151.141.222
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2018
ii
PRINGGARTA TAHUN PEMBELAJARAN 2018 Skripsi
diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai
gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
HANAPI NIM. 151.141.222
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN (FITK) UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MATARAM
2018
vii
MOTTO
Artinya:
“ Sesungguhnya Allah tidak merubah Keadaan sesuatu kaum sebelum mereka merubah keadaan diri mereka sendiri. ”
1
1QS. Ar-Ra’d [13]: 11. At-Thayyib, Al-Qur’an Transliterasi Per Kata dan Terjemah Per Kata, (Bekasi:
Cipta Bagus Segara, 2012), h. 250.
viii
“PERSEMBAHAN”
Sebagai salah satu syukurku kepada Allah SWT. skripsi ini kupersembahkan untuk Alm. Ayahanda tercinta ( Kamaludin) dan kedua Orang Tuaku Bapak Murdah dan Ibu Saonah. Kakek, Nenek dan Adikku tercinta Ahmad Syafi’I, Sahabat-sahabati perjuangan bendera kuning PMII, LDMI AL-Fajr dan Teman seperjuangan kelas E PAI , dan Almamaterku yang kubanggakan
“TERIMAKASIH”
x
kekuatan dan kesabaran untuk menyelesaikan skripsi ini meskipun peneliti mengakui bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Shalawat dan salam semoga tetap dilimpahkan kepada Rasulullah SAW. Keluarganya, para sahabat dan semua penganut ajarannya. Skripsi yang peneliti susun, merupakan syarat akhir studi untuk mendapatkan gelar Sarjana (S1) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram.
Selama proses penulisan skripsi ini, peneliti sangat menyadari bahwa dalam proses tersebut tidaklah lepas dari segala bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak oleh karenanya, melalui kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih yang sebanyak-banyakanya kepada:
1. Dr.Abdul Quddus, MA selaku dosen pembimbing I dan H.M.Taisir, M. Ag selaku dosen pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk membimbing dan mengarahkan peneliti dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr. Saparudin, M.Ag. selaku Ketua Jurusan S1 PAI UIN Mataram;
3. Ibu Dr. Hj.Lubna, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram;
4. Bapak Prof. Dr. H. Mutawali, M.Ag. selaku Rektor UIN Mataram
x
6. Bapak H. Ahmad Suyadi, S.Pd.I selaku Kepala Madrasah Aliyah Al-Ma’arif Qamarul Huda yang telah memberikan izin pelaksanaan penelitian.
7. Bapak Salinah, S.Pd.I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian.
8. Segenap guru, staf dan siswa MA Al-Ma’arif Qamarul Huda yang telah memberikan bantuan dan dukungan demi lancarnya penelitian.
9. Almamaterku tercinta UIN Mataram;
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna baik dari segi ilmu ataupun penulisannya, oleh karena itu peneliti berharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari dosen pembimbing dan pembaca dalam usaha penyempurnaan penulisan skripsi ini.
Akhirnya dengan segala kekurangan dan kelebihan, semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan mendapatkan ridho dari Allah SWT. Amin.
Mataram, Peneliti
HANAPI
NIM : 15.11.41.222
xi
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
NOTA DINAS PEMBIMBING ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v
PENGESAHAN DEWAN PENGUJI... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN... xv
ABSTRAK ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 8
C. Tujuan dan Manfaat ... 9
D. Ruang lingkup dan Setting Penelitian ... 10
E. Telaah Pustaka ... 10
F. Kerangka Teori ... 13
1. Tinjauan tentang Guru ... 13
a. Upaya guru ... 13
b. Pengertian Guru ... 14
c. Syarat-syarat Guru ... 17
d. Kompetensi Guru ... 18
e. Tugas dan Peran Guru ... 20
2. Tinjauan tentang Pembelajaran Fiqih ... 21
a. Pengertian Pembelajaran Fiqih ... 21
b. Tujuan Pembelajaran Fiqih ... 23
c. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih ... 24
d. Metode Pembelajaran Fiqih ... 25
xi
e. Indikator Peningkatan Prestasi Belajar……….. 36
G. Metode Penelitian……….. 38
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... 48
A. Profil Umum MA Al-Ma’arif Qamarul Huda ... 48
1. Sejarah Berdiri MA Al-Ma’arif Qamarul Huda. ... 48
2. Letak Geografis MA Al-Ma’arif Qamarul Huda ... 49
3. Keadaan sarana dan prasarana ... 50
4. Keadaan Guru MA Al-Ma’arif Qamarul Huda ... 51
5. Data siswa MA Al-Ma’arif Qamarul Huda……… 53
6. Struktur Organisasi Pendidikan MA Al-Ma’arif Qamarul Huda... 54
B. Upaya Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi Belajar ……… 56
1. Memberikan motivasi pada peserta didik ... 56
2. Menggunakan metode pembelajaran yang variatif... 57
3. Menggunakan media pembelajaran yang menarik sesuai dengan materi pembelajaran... 60
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Guru Fiqh dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Peserta didik……….. 62
BAB III PEMBAHASAN ... 66
A.Upaya guru Fiqh dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik MA Al-Ma’arif Qamarul Huda……….. 66
B.Faktor pendukung dan penghambat upaya guru Fiqh dalam meningkatkan prestasi belajar peserta didik di MA Al-Ma’arif Qamarul Huda………. 69
BAB IV PENUTUP……… 73
A. Kesimpulan……….. 73
B. Saran……… 73
DAFTAR PUSTAKA……… 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xv
Tabel 1 Keadaan Sarana dan Prasarana
Tabel 2 Nama-nama guru MA Al-Ma’arif Qamarul Huda Tabel 3 Keadaan siswa MA Al-Ma’arif Qamarul Huda
xv
Gambar 1 Struktur Organisasi MA Al-Ma’arif Qamarul Huda
xv
Lampiran 1 Surat Rekomendasi Dari Kampus
Lampiran 2 Surat Rekomendasi Dari Bangkes Poldagri Mataram
Lampiran 3 Surat Rekomendasi Dari Bangkes Poldagri Lombok Tengah Lampiran 4 Surat Izin penelitian dari MA Al-Ma’arif Qamarul Huda Lampiran 5 Pedoman Observasi
Lampiran 6 Pedoman Wawancara Lampiran 7 Pedoman Dokumentasi Lampiran 8 Photo-Photo
xvi
TAHUN PEMBELAJARAN 2018 Oleh:
Hanapi NIM : 15.1.14.1.222
ABSTRAK
Guru mempunyai pengaruh yang besar bukan hanya pada prestasi pendidikan anak, tetapi juga pada sikap anak disekolah, dalam proses belajar siswa diharapkan memiliki kemampuan seperti kemampuan intelektual (kongnitif), sikap (Afektif), dan kemampuan bertindak (psikomotorik). Oleh karena itu penting bagi guru untuk mengembangkan kreatifitas siswa sehingga dapat mendukung tingkat prestasi belajar siswa. Berangkat dari permasalahan tersebut maka fokus masalah yang diambil dalam penelitian ini adalah : 1) bagaimana upaya guru fiqih dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fiqih Kelas X MA Al-Ma’arif Qamarul Huda, 2) Apa faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam meningkatkan prestasi belajar belajar siswa dalam pembelajaran fiqih Kelas X MA Al-Ma’arif Qamarul Huda.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis fenamenalogis, dalam hal ini berusaha memahami arti pristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang- orang biasa dalam situasi-situasi tertentu. Kaitannya dengan hal ini maka peneliti berusaha memahami dan mengetahui mengenai upaya guru fiqih kelas X MA Al- Ma’arif Qamarul huda. Tekhnik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Sedangkan analisis data digunakan dengan langkah- langkah reduksi data, penyajian data dan verivikasi data serta trianggulasi.
Adapun upaya guru fiqih dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran fiqih kelas X MA Al-Ma’arif Qamarul Huda menunjukkan bahwa : 1) Memberikan motivasi pada peserta didik, 2) Menggunakan strategi pembelajaran yang variatif, 3) Menggunakan metode pembelajaran yang menarik dan tidak menoton, 4) Menggunakan media pembelajaran yang menarik sesuai dengan materi pembelajaran.
Adapun faktor pendukungnya: 1) Metode pengajaran yang sesuai, 2) Lingkungan sekolah, dan 3) Penggunaan media Adapun faktor penghambatnya: 1) Kurangnya jam pelajaran, 2) , 2) Kurangnya motivasi dari orang tua, 3) Kurangnya kontrol orang tua terhadap pembelajaran anak dirumah 4) ) kebanyakan infut dari sekolah umum.
Kata kunci : Upaya Guru, Prestasi Belajar, Pembelajaran fiqih
BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian
Pembangunan nasional di bidang pendidikan merupakan usaha mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur. Hal ini sejalan dengan rumusan tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 3 yang menyebutkan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1
Pendidikan merupakan kegiatan yang kompleks, meliputi berbagai komponen yang berkaitan satu dengan yang lain. Jika pendidikan ingin dilaksanakan secara terencana dan teratur, maka berbagai elemen yang terlibat dalam pendidikan perlu dikenali dan mempunyai tujuan.2
Istilah pendidikan dikalangan pemikir pendidikan didefinisikan secara berbeda. Menurut Marimba, Pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian utama. Sedangkan menurut Ahmad Tafsir, Pendidikan didefinisikan sebagai bimbingan yang diberikan oleh
1 Undang-Undang SISDIKNAS RI No.20 Tahun 2003.
2 Hamalik Oemar, Proses belajar mengajar (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2009), hlm.79.
seseorang kepada orang lain agar ia berkembang secara maximal dengan materi ajaran Islam atau bimbingan terhadap seseorang agar ia menjadi muslim semaksimal mungkin. Oleh sebab itu, tujuan pendidikan menurut Ahmad Tafsir adalah untuk membentuk manusia yang berkerpribadian.3 Pendidikan merupakan proses penamaan etika yang dimulai pada jiwa seseorang yang tumbuh dengan cara memberi petunjuk dan nasehat, sehingga seseorang memiliki potensi dan kompetensi jiwa, yang menumbuhkan sifat bijak, baik serta berguna bagi tanah air.4
Pendidikan secara umum kian dipertanyakan tentang mutu dan perkembangannya. Di karenakan pendidikan Indonesia masih jauh dari harapan, melihat data statistik Menurut laporan PISA (Program International Student Asesment) 2015, program yang mengurutkan kualitas sistem pendidikan di 72 negara, Indonesia menduduki peringkat 62. PISA membuat peringkat tersebut dengan cara menguji pelajar usia 15 tahun untuk mengetahui apakah mereka memiliki kemampuan dan pengetahuan dibidang ilmu pengetahuan alam, dan matematika, yang diperlukan agar bisa berpartisipasi penuh dalam masyarakat modern. PISA berlandaskan asumsi bahwa seseorang bisa sukses di ekonomi modern bukan karena apa yang mereka tahu, tetapi apa yang bisa mereka lakukan dengan apa yang mereka tahu. Pada Agustus 2015, di Konferensi Internasional tentang Praktik Pengembangan dan kebijakan terbaik yang diselenggarakan Kementerian Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Indonesia, ahli perkembangan sosial World Bank Michael Woolcock
3 Baharudin, Sosiologi pendidikan, (Mataram: Perum puri Bunga Amanah, 2016), hlm.3.
4 Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga, 2011), hlm.144.
menyatakan Indonesia telah membangun sekolah, membuat kebijakan dan peraturan utama, merekrut banyak guru serta mengumpulkan dan menganalisis data. Namun, Indonesia belum memiliki cetak biru atau solusi kunci atas permasalahan-permasalahan ini.5 Salah satu di antara masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak diperbincangkan adalah rendahnya rata-rata prestasi belajar.
Optimalisasi guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran sangat tergantung bagaimana seorang guru menyadari bahwa tujuan khusus yang akan dicapainya. Meski demikian dalam rangka peningkatan prestasi belajar siswa, seorang guru tidak semata-mata mengajar, melainkan juga harus mengerjakan berbagai hal yang bersangkut-paut dengan pendidikan murid dan menjalankan profesionalismenya sebagai seorang guru.6
Merujuk pada UU guru dan dosen nomor 14 tahun 2005, ada enam komponen yang membentuk profesionalisme guru,7 antara lain:
1. Menjadi sumber penghasilan kehidupan,
Sebuah profesi harus menjadi sumber penghasilan penghidupan.
Menjalankan tugas pokok sebagai guru, dapat diposisikan sebagai tugas pokok atau tugas sampingan. Tetapi bila pekerjaan itu diposisikan sebagai sumber penghasilan, artinya bukan hobi, maka pekerjaan itu dapat diartikan sebagai sebuah profesi.
5https://www.thejakartapost.com/academia/indonesias-pisa-results-showneed-to-use-
education-resources-more-efficiently.html.senin 15/09/2018 jam 08.47
6 E.Mulyasa, Menjadi guru professional, (Yogyakarta, CV.Rosda, 2014), hlm.35.
7 Momon sudarma, Profesi guru: dipuji, dikritisi, dan di caci, (Depok: PT.Raja Grafindo prsada, 2013), hlm. 29-33.
2. Memerlukan keahlian,
Komponen yang kedua ini merupakan sebuah kompetensi intelektual dan fungsional. Orang yang ahli atau memiliki keahlian adalah orang yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan dalam menjalankan tugas profesinya. Untuk memudahkannya standar keahlian ini mengacu pada ijazah pendidikan.
3. Memerlukan kemahiran,
Mahir dalam bahasa Indonesia, diartikan sangat terlatih (dalam mengerjakan sesuatu) cakap (pandai) dan terampil. Dengan kata lain, seorang dapat disebut memiliki profesionalisme yang baik bila kinerjanya itu adalah dapat dilakukakan secara rutin, dengan kualitas tetap baik dan lebih baik sebagai wujud dari terlatihnya kemampuan guru tersebut.
4. Memerlukan kecakapan,
Kemampuan diri untuk menjalankan tugas profesinya. Orang yang cakap adalah orang yang memiliki kesanggupan dan kemampuan untuk menjalankan tugas profesinya.
5. Adanya standar mutu atau norma tertentu
Untuk standar mutu, pekerjaan seseorang diatur dengan berbagai peraturan perundangan yang mengatur profesinya, bahkan kelayakan profesionalisme pun diawasi, salah satu diantaranya adalah dengan di berlakukannya sertifikasi profesi dan uji kompetensi guru (UKG).
6. Memerlukan pendidikan profesi.
Seorang calon guru wajib memiliki sertifikat profesi, untuk mendapatkan sertifikat profesi ini bisa dilakukan melalui pendidikan dan latihan guru.
Menurut Syaodih, betapapun bagusnya sebuah kurikulum, hasilnya sangat bergantung pada apa yang dilakukan oleh guru di dalam maupun di luar kelas. Di samping itu sikap dan kreaifitas untuk memilih dan melaksanakan berbagai pendekatan dan model pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus menumbuhkan dan mengembangkan sikap kreatifnya dalam mengelola pembelajaran dengan memilih dan menetapkan berbagai pendekatan, metode, dan media pembelajaran yang relevan dengan kondisi siswa dan pencapaian kompetensi.8 Selain itu, faktor siswa dalam pengelolaan belajar-mengajar juga sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Fungsi siswa dalam interaksi belajar mengajar adalah sebagai subjek dan objek. Sebagai subjek, karena siswa menentukan hasil belajar dan sebagai objek, karena siswalah yang menerima pelajaran dari guru. 9
Oleh karena itu, saat ini yang mendesak adalah bagaimana usaha-usaha yang harus dilakukan oleh para guru untuk mengembangkan metode pembelajaran yang dapat memperluas pemahaman siswa mengenai ajaran- ajaran agamanya, mendorong mereka untuk mengamalkan dan sekaligus dapat membentuk akhlak dan kepribadian, sehingga tercapai prestasi peningkatan belajar siswa di sekolah.
8 Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama, (Jakarta erlangga 2011), hlm. 166.
9 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 268.
Seorang guru perlu mengetahui sekaligus menguasai berbagai metode dan strategi belajar mengajar yang digunakan didalam kegiatan belajar mengajar. Posisi guru sangat signifikan di dalam pendidikan sebagai fasilitator dan pembimbing, maka guru memiliki tugas yang lebih berat, tidak hanya memegang fungsi transfer pengetahuan, tetapi guru harus lebih mampu memfasilitasi dalam menerpa dan mengembangkan dirinya. Apalagi pada saat sekarang orientasi pendidikan yang telah diubah dari teacher centered menjadi student centered disertai dengan bimbingan intensif. Oleh karenanya guru dituntut untuk lebih kreatif, efektif, selektif, proaktif dalam mengakomodir kebutuhan peserta didik. Guru juga lebih peka terhadap karakter fisik maupun psikis peserta didik. Dalam keseluruhan kegiatan pendidikan ditingkat operasional, guru merupakan penentu keberhasilan melalui kinerjanya pada tingkat operasional, institusional dan instruksional.10 Disinilah peran penting guru dalam pendidikan. Semua itu dilakukan dengan tujuan agar peserta didik menangkap materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Hal ini tentunya diperlukan pada setiap materi pelajaran. Materi fiqih misalnya, pengajaran fiqih di Madrasah Aliyah (MA) bertujuan untuk memberikan kemampuan- kemampuan lanjutan kepada peserta didik dalam mendalami dan mengamalkan pelajaran Fiqih. Permasalahan yang seringkali dijumpai dalam proses pembelajaran, khususnya pembelajaran mata Pelajaran Fiqih adalah bagaimana cara menyajikan materi kepada peserta didik secara baik sehingga diperoleh hasil yang efektif dan efisien.
10 Muhammad Surya, Percikan Perjuangan Guru, (Semarang: Aneka Ilmu, 2009), hlm.223.
Suatu kegiatan belajar dapat dikatakan berhasil jika prestasi yang diinginkan tercapai dengan hasil yang memuaskan dan efisien (hemat waktu, biaya dan tenaga). Adapun salah satu cara untuk mengetahui hasil proses belajar tersebut adalah dari (KKM) nilai yang diberikan oleh pendidik ke peserta didik.11
Berdasarkan observasi awal di MA Al Ma’arif Qamarul Huda kelas X memiliki siswa 14 orang diantaranya 7 laki-laki dan 7 perempuan. Dari 14 siswa ada 9 siswa yang mencapai nilai 70 sesuai dengan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran Fiqih yang ditetapkan oleh pihak sekolah, sedangkan 5 orang siswa yang tidak memenuhi KKM harus diberi tugas atau remedial oleh guru untuk mencapai KKM tersebut. Dengan diberikannya tugas atau remedial kepada siswa diharapkan bisa meningkatkan hasil belajarnya. prestasi belajar siswa pada bidang studi fiqih ini masih perlu untuk ditingkatkan lagi, agar nantinya siswa memiliki pengetahuan dan mampu melaksanakan hukum-hukum Islam dengan baik dan sesuai dalam kehidupan sehari-hari. Data terlampir12
Dalam proses belajar mengajar, guru Fiqih berharap agar anak didiknya mendapatkan hasil atau prestasi yang baik. Apabila guru fiqih merasa belum mencapai apa yang diharapkan dari anak didiknya, maka guru fiqih berusaha semaksimal mungkin agar apa yang diharapkan dapat berhasil, yakni mutu prestasi belajar siswa yang optimal. Oleh karena kemampuan siswanya yang
11Salinah, Wawancara, 26 Februari 2018
12 Observasi awal,15 Februari 2018 di MA Al Ma’arif Qamarul Huda
berbeda-beda satu dengan lainnya, maka prestasi belajar siswa-siswi tersebut dalam mata pelajaran fiqih berbeda yakni ada yang baik, cukup, dan kurang.
Seorang guru fiqih yang hebat adalah guru yang mampu membentuk dan membangun kepribadian pesera didik menjadi anak yang berprestasi dan tertentunya berguna bagi agama, nusa, dan bangsa. 13
Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk lebih mendalami tentang “Upaya Guru Mata Pelajaran Fiqih Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Fiqih di Kelas X MA Al Ma’arif Qamarul Huda Montong Are Menemeng Kecamatan Peringgarata Tahun Pembelajaran 2018”
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, serta demi terwujudnya pembahasan yang sesuai dengan harapan, maka peneliti memaparkan Fokus Penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya Guru Fiqih Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Fiqih di Kelas X MA Al Ma’arif Qamarul Huda Montong Are Menemeng Kecamatan Pringgarata Tahun Pembelajaran 2018?
2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat upaya Guru Mata Pelajaran Fiqih dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Fiqih di Kelas X MA Al Ma’arif Qamarul Huda Montong Are Menemeng Kecamatan Peringgarata Tahun Pembelajaran 2018?
13 Maimun, Kiat sukses menjadi guru halal, (LEPPIM IAIN Mataram,2015), hlm.7.
C. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan
a. Untuk mengetahui upaya apa saja yang dilakukan guru mata pelajaran fiqih dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran fiqih di kelas X Al Ma’arif Qamarul Huda Montong Are Menemeng Kecamatan Peringgarata.
b. Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat Guru mata pelajaran fiqih dalam meningkatkan prestasi belajar siswa pada pembelajaran fiqih di kelas X MA Al Ma’arif Qamarul Huda Montong Are Menemeng Kecamatan Peringgarata.
2. Manfaat
a. Aspek teoritis
Pada tataran teoritis, penelitian ini diharapkan menjadi sumbangan pemikiran untuk pengelolaan pembelajaran Fiqih yang efektif sehingga siswa dan siswi menjadi berprestasi.
b. Aspek Praktis
Pada tataran praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1) Kepala sekolah atau Waka kesiswaan, dapat dijadikan bahan masukan dalam melakukan pembenahan sehingga menjadikan siswa berprestasi.
2) Bagi Guru, dapat memberikan pengalaman lansung tentang prestasi belajar siswa dari materi yang disampaikan, sehingga kedepannya bisa menjadikan siswa lebih berprestasi.
3) Bagi siswa, dapat dijadikan tolak ukur belajar siswa dalam pelajaran fiqih yang tidak hanya memahami dan mengingat materi yang disampaikan tapi juga dengan praktek dan harus dilakukan dikehidupan sehari-hari. Oleh karena itu diharapkan prestasi belajar mereka dapat meningkat dengan melakukan materi yang telah disampaikan.
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian 1. Ruang lingkup penelitian
Agar masalah dalam penelitian ini tidak menyimpang dari apa yang diteliti, maka peneliti membatasi penelitian ini pada masalah: Upaya guru, Prestasi belajar, dan bidang study Fiqih.
2. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MA Al Ma’arif Qamarul Huda Montong Are Kecamatan Pringgarata tahun pembelajaran 2018. Hal ini didasarkan pada output yang ditunjukan oleh siswa MA Al Ma’arif Qamarul Huda begitu baik dimasyarakat, walaupun tidak semuanya, sehingga guru harus mempertahakan prestasi siswanya demi terwujudnya cita-cita pendidikan dan menjadikan siswanya lebih berprestasi lagi tanpa adanya gangguan dan halangan. Sehingga kedepannya visi dan misi MA Al Ma’arif Qamarul Huda bisa terealisai dengan baik.
E. Telaah Pustaka
Kajian pustaka merupakan bagian yang mengungkapkan tentang teori yang relevan dengan masalah yang diteliti, dalam penelitian ini masalah yang diteliti adalah. “Upaya Guru Fiqh Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa
Pada Pembelajaran Fiqih di Kelas X MA Al Ma’rif Qamarul Huda Montong Are Menemeng Kecamatan Peringgarata Tahun Pembelajaran 2018”. Terkait dengan judul ini, peneliti berusaha secara maksimal mencari teori-teori, konsep-konsep sebagai bahan yang akan dijadikan kajian pustaka berkenaan dengan objek pembahasan.
Pertama, penelitian yang dilakukan Eva Sukreni, yang berjudul “Upaya guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dalam bidang study Fiqh di Madrasah Aliyah Manaratul Islam tahun pelajaran 2015”.14 Skripsi ini menjelaskan tentang bagaimana upaya guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa melalui pendekatan kitab kuning, dan pada upaya kegiatan tindak lanjut yang dilakukan oleh guru tersebut dari hasil evaluasi yang dilakukan adalah bimbingan belajar pada proses belajar mengajar dikelas. Sehingga mendapatkan hasil yang cukup baik dari segi prestasi.
Adapun penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian Eva terdapat persamaan dan perbedaan. Adapun persamaannya ialah sama-sama meneliti tentang peningkatan prestasi belajar siswa yang dilakukan oleh guru fiqih dan sama-sama menggunakan metode kualitatif. Sedangkan perbedaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian Eva selain terletak pada lokasi dan waktu penelitian juga terletak pada studi kasus penelitian. Penelitian yang peneliti buat lebih memfokuskan tentang bagaimana upaya guru fiqih dalam meningkat prestasi belajar siswa. yang ada di MA Qamarul Huda. Sedangkan
14 Eva Sukreni, “Upaya guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa dalam bidang
study Fiqh di Madrasah Aliyah Manaratul Islam 2015”. Skripsi Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
penelitian Eva lebih membahas tentang bagaimana bidang studi fiqih dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Kedua, penelitian yang dilakukan Nurul Muhtaromaini, yang berjudul
“Upaya guru Fiqih dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di MAN 2 Tulungagung tahun pelajaran 2014/2015”.15 Penelitian ini membahas tentang hasil prestasi belajar siswa yang mempunyai pengaruh kuat dengan dilihat dari hasil nilai rata-rata rapot.
Adapun persamaan penelitian yang peneliti lakukan dengan Nurul yaitu guru Fiqih yang sama-sama berperan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di sekolah. Sedangkan perbedaan penelitian yang dilakukan peneliti dengan penelitian milik Nurul, pada tempat penelitian dan pendekatan yang dilakukan. Penelitian yang peneliti lakukan menggunakan pendekatan kualitatif. Sedangkan pendekatan yang penelitian Nurul lakukan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan hasil yang signifikan.
Ketiga, penelitian yang dilakukan Asna Zulfatul Laila, yang berjudul
“Strategi Guru Fiqih Dalam Memotivasi Siswa Guna Meningkatkan Prestasi
Belajar Siswa di MTs. Nurul Huda Pele Trenggalek tahun pelajaran 2012”.16 Penelitian ini menjelaskan tentang strategi guru dalam meningkatkan prestasi belajar siswa menggunakan motivasi dan lebih menekankan pada motivasi intrinsik.
15Nurul Muhtaromaini, “Upaya guru Fiqih dalam meningkatkan prestasi belajar siswa di
MAN 2 Tulungagung tahun pelajaran 2014/2015”, jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, IAIN Tulungagung.
16Asna Zulfatul Laila, “Strategi Guru Fiqih dalam Memotivasi Siswa Guna Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di MTs Nurul Huda Pele Trenggalek Tahun 2012”, Program study Pendidikan Agama Islam jurusan Tarbiyah dan Keguruan, STAIN Tulungagung.
Adapun persamaan penelitian yang peneliti lakukan dengan penelitian Asna yaitu sama-sama membahas tentang motivasi belajar untuk meningkatkan prestasi siswa yang dilakukan oleh guru fiqih di sekolah. Sedangkan perbedaannya yaitu studi kasus dan pendekatan penelitian. Penelitian yang peneliti buat lebih membahas tentang bagaimana upaya guru fiqih dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Sedangkan penelitian Asna lebih membahas tentang bagaimana strategi guru fiqih dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Berdasarkan beberapa kajian pustaka diatas, persamaan yang akan dilakukan peniliti adalah sama-sama membahas tentang meningkatkan prestasi belajar. Sedangkan perbedaanya terletak pada setting dan pendekatan penelitian.
F. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Guru a. Upaya Guru
Upaya menurut kamus besar bahasa Indonesia ( KBBI ) diartikan sebagai usaha kegiatan yang mengarahkan tenaga, pikiran untuk mencapai suatu tujuan. Upaya juga berarti usaha, akal, ikhtiar untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan mencari jalan keluar. 17
Berdasarkan pengertian diatas dapat diperjelas bahwa upaya adalah bagian dari peranan yang harus dilakukan oleh guru dalam peningkatan prestasi belajar siswa.
17 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 1250
Pada umumnya guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya di depan kelas. Di samping itu guru merupakan orang yang telah memberikan bimbingan pengajaran yaitu berkenaan dengan pengetahuan yang bersifat kongnitif, afektif, dan psikomotor. Guru disebut juga pendidik dan pengajar, tetapi kita tidak tahu tidak semua pendidik adalah guru, sebab guru adalah jabatan profesional yang pada hakikatnya memerlukan persyaratan ketrampilaan tekhnis dan sikap kepribadian tertentu yang kesemuanya itu dapat diperoleh melalui proses belajar mengajar dan latihan. Seorang pendidik yang profesional adalah seorang yang memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap profesional yang mampu dan setia mengembangkan profesinya, menjadi anggota organisasi profesional pendidikan memegang teguh kode etik profesinya.18
b. Pengertian Guru
Guru adalah sosok yang rela mencurahkan sebagian besar waktu nya untuk mengajar dan mendidik siswa, sementara penghargaan dan sisi material misalnya, sangat jauh dari harapan.19 Adapun definisi dari para ahli sebagai berikut:
1) Aris shoimin, mengatakan bahwa guru yaitu orang yang memiliki tugas untuk mengembangkan potensi dan kemampuan siswa secara
18 Roestiyah NK, Masalah-masalah Ilmu Keguuruan, (Jakarta: Bina Aksara, 2006), hlm.
175
19Ngainun Naim, Menjadi Guru Inspiratif, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), hlm. 1.
optimal, melalui lembaga pendidikan sekolah, baik yang didirikan oleh pemerintah maupun oleh swasta atau masyarakat.20
2) H. Oemar Hamalik, guru ialah titik sentral, yaitu sebagai ujung tombak di lapangan dalam mengembangkan kurikulum. Keberhasilan belajar mengajar antara lain ditentukan oleh kemampuan profesional guru dan pribadi guru.21
3) Zakiah Drajat, guru adalah pendidik yang profesional karena secara eksplisit ia telah merelakan dirinya untuk menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul di pundak orang tua.22
Jadi, guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya, serta memberikan bimbingan dan memberikan motivasi terhadap peserta didik agar dapat menumbuhkan minat belajar peserta didik. Dan dapat di simpulkan bahwa guru merupakan salah satu penentu keberhasilan dalam pendidikan. Untuk itu setiap adanya inofasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya pendidikan harus bermuara pada guru.
Adapun Guru yang termasuk dalam proses kegiatan belajar mengajar harus memiliki kemampuan dan pengalaman yang dapat
20Aris Shoimin, Guru berkarakter untuk implementasi pendidikan karakter, (Yogyakarata:
Gava Media, 2014), hlm.8.
21Oemar Hamalik, Dasar-dasar Pengembangan kurikulum, (Bandung: Rosdakarya, 2011), hlm.231.
22 Zakiah Drajat, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta :Bumi Aksara, 2009), hlm.39.
memudahkan dalam melaksanakan tugasnya dan juga guru harus memiliki kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, kompetensi personal, dan kemampuan sosial secara seimbang dan terpadu.23 Karena guru betul-betul dituntut untuk selalu meningkatkan kompetensinya sesuai dengan perkembangan kurikulum, perkembangan IPTEK, perkembangan masyarakat, perkembangan psikologi belajar, dan perkembangan pendidikan.
Untuk menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional yang harus menguasai pendidikan dan pengajaran berbagai ilmu pengetahuan lainnya yang perlu dibina dan dikembangkan melalui masa pendidikan tertentu.24 Menjadi seorang guru itu merupakan pekerjaan yang sangat mulia, karena seorang guru tidak hanya menjadi pengajar tapi juga sebagai pendidik. Guru yang mengajarkan ilmu pengetahuan, dari seorang guru kita bisa tahu apa yang tidak kita ketahui, dan dari apa yang kita tidak mengerti menjadi mengerti. Dan karena itulah, pekerjaan guru sangat mulia. Sedangkan Fiqih adalah kumpulan hukum alamiyah (sifatnya diamalkan) yang di syariatkan Islam.
Berdasarkan uraian diatas bisa disimpulkan bahwa guru Fiqih adalah sosok seorang yang rela mencurahkan sebagian besar waktunya
23 Zainal Arifin, Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 15.
24 Moh. Uzer Usman, Manajemen Guru Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 5.
untuk mengajar dan mendidik siswa sesuai hukum alamiah yang sudah disyariatkan Islam.
c. Syarat-Syarat Guru
Untuk menjadi guru maka seseorang harus memiliki syarat-syarat tertentu karena seorang guru itu memiliki tugas yang berat terhadap maju mundurnya suatu bangsa, oleh karena itu membutuhkan seperangkat keahlian tertentu sebagai bekal untuk melaksanakan tugas yang berat tersebut.
Djamarah menyebutkan, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi menjadi seorang guru: 1) Tawakkal kepada Allah SWT, 2) Berilmu, 3) Sehat jasmani, dan 4) Berkelakuan baik. 25
Syarat-syarat diatas tentunya sangat diperlukan pada setiap guru mata pelajaran, termasuk guru fiqih. Dikarenakan guru fiqih bertujuan untuk memberikan kemampuan-kemampuan lanjutan kepada peserta didik dalam mendalami dan mengamalkan pelajaran Fiqih.
Sebagaimana juga dijelaskan oleh Ramayulis bahwa: Dalam Pendidikan Islam guru tidak hanya mengajarkan seorang anak didik tentang ilmu saja, tetapi juga harus membina sikapnya terhadap agama, tekun beribadat, mematuhi peraturan agama, serta menghayati dan mengamalkan nilai luhur agama dalam kehidupan sehari-hari, agar fungsi tersebut dapat terlaksana dengan baik
25 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik, (Bandung: Humniora, 2010), hlm. 33-
34.
seorang pendidik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1) Cakap, 2) Ikhlas, 3) Takwa,
4) Berkepribadian, dan
5) Memiliki kompetensi keguruan. 26 d. Kompetensi Guru
Standar kompetensi guru adalah untuk mendapatkan guru yang baik dan profesional, yang memiliki kompetensi untuk melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah khususnya, serta tujuan pendidikan pada umumnya, sesuai kebutuhan masyarakat dan tuntutan zaman.27
Kompetensi guru Fiqih adalah kemampuan serta kewenangan yang harus dimiliki guru Fiqih dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai pengajar dan pendidik Fiqih disekolah. Dalam mentransfer pengetahuan kepada peserta didik diperlukan pengetahuan ilmu dan kecakapan atau ketrampilan sebagai guru, tanpa itu semua tidak mungkin proses interaksi belajar mengajar dapat berjalan dengan kondusif. Disinilah kompetensi dalam arti kemampuan, mutlak diperlukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik.28
26Ramayulis, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), hlm.
19-23.
27E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung, Remaja Rosdakarya, 2007), hlm.17.
28Asrof Syafi’i dan Agus Purwowidodo, Kompetensi Dasar Guru Profesional dalam Mengembangkan Potensi Akademik, (Tulungagung: STAIN Tulungagung Press, 2008), hlm. 22- 23.
Kompetensi guru merupakan perpaduan antara kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang secara (kalifah) membentuk kompetensi standar profesi guru, yang mencakup penguasaan materi, pemahaman terhadap peserta didik, pembelajaran yang mendidik pengembangan pribadi dan profesionalisme. 29
Mengacu pada pengertian kompetensi diatas, maka dalam hal ini kompetensi guru dapat dimaknai sebagai gambaran tentang apa yang seyogyanya dapat dilakukan seseorang guru dalam melaksanakan pekerjaanya, baik berupa kegiatan, berperilaku maupun hasil maupun yang dapat ditunjukan. Ada tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, yaitu:
1) Kompetensi profesional, memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi yang diajarkanya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses belajar mengajar yang diselenggarakannya.
2) Kompetensi kemasyarakatan, mampu berkomunikasi, baik dengan peserta didik, sesama guru, maupun masyarakat luas.
3) Kompetensi personal, yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladani.30 Sehingga mendapatkan sertifikasi guru dari pemerintah.
Berdasarkan Paparan diatas, dapat di peroleh gambaran secara fundamental tentang pentingnya kompetensi guru.
29E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru…, hlm. 26.
30Asrof Syafi’i, ESQ dan Kompetensi Guru PAI…, hlm. 28.
e. Tugas dan Peran guru
Dalam hal ini, seorang guru mempunyai tugas-tugas, sebab keberhasilan lembaga pendidikan (sekolah) dalam menghasilkan siswa- siswa yang berprestasi tidak terlepas dari seorang guru yang menjalankan tugasnya dengan baik dan professional. Oleh krena itu, tugas guru adalah mengajar, membimbing, dan atau melatih peserta didik secara formal atau non formal. Tugas guru dalam proses pembelajaran secara berurutan adalah:
1) Menguasai materi pelajaran
2) Menggunakan metode pembelajaran agar peserta didik menerima dan memahami pelajaran.
3) Melakukan evaluasi pendidikan 4) Menindak lanjuti hasil evaluasinya.31
Tugas seperti ini secara keilmuan mengharuskan guru fiqih menguasai ilmu-ilmu yang dibutuhkan seperti pelajaran umum lainnya.
Disamping itu perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan sosial budaya yang berlangsung dengan cepat telah memberikan tantangan kepada setiap individu. Siswa siswa kini dapat belajar dari berbagai sumber dan media seperti radio, televisi, internet dan sebagainya. Ia pun dapat belajar dalam berbagai kesempatan dan kegiatan di luar sekolah. Guru hanya merupakan salah satu di antara
31 Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 45.
berbagai sumber dan media belajar. Maka dengan demikian peranan guru dalam belajar menjadi lebih luas dan lebih mengarah kepada peningkatan motivasi belajar siswa- siswa. Melalui peranannya sebagai pengajar, guru diharapkan mampu mendorong untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber dan media.
Dari paparan diatas bisa disimpulkan bahwa tugas dan peran guru adalah sebagai innovator, motivator, dan juga sebagai evaluator (yakni melakukan penilaian tentang kebutuhan siswa).
2. Tinjauan tentang pembelajaran Fiqih a. pengertian pembelajaran Fiqih
Pembelajaran Fiqih merupakan salah satu bidang keilmuan dalam syariah Islam yang secara khusus membahas persoalan hukum atau aturan yang terkait dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik menyangkut individu, masyarakat, maupun hubungan manusia dengan penciptanya.32
Pembelajaran Fiqih merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan disaat pendidikan berciri khas Islam. Di lihat dari sudut bahasa, fiqih berasal dari kata “faqaha” yang berarti “memahami dan mengerti”. Dalam peristilahan syar’i, ilmu fiqih adalah ilmu yang berbicara tentang hukum- hukum syar’i amali (praktis) yang penetapannya diupayakan melalui pemahaman yang mendalam terhadap dalil-dalilnya yang terperinci dalam nash (Al-Qur’an dan Hadist). 33 Menurut Al-Amidi Fiqih adalah ilmu
32 Kementrian Agama RI, Fikih, (Jakarta: Kementrian Agama, 2014), hlm.6.
33 Alaidin Koto, Pengantar Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqh, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2006), hlm.2
tentang seperangkat hukum-hukum syara’ yang bersifat furu’iyah (cabang), berhasil didapatkan melalui penalaran atau istidlal”.
Sejalan dengan pendapat diatas Amir Syarifuddin mengatakan bahwa, kata fiqih secara arti bahasa berarti paham yang mendalam, Semua kata
“fuqaha” yang terdapat dalam Al-Qur’an mengandung arti ini. Umpamanya dalam surat At-taubah (ayat 122):
رفن َ ۡولف ۚ ةَفٓاك ْا رفنيل ونم ۡ ۡلٱ اك ام ۞ نيِ لٱ يف ْاو َقفتيِل ٞةفئٓاط ۡم ۡنِم ٖةق ۡرف ِلك نم
ۡحي ۡم َلعل ۡم ۡيل ْآوعج ا ۡم م ۡوق ْا نيل
Artinya:
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya.
Bila “Paham” dapat digunakan untuk hal-hal yang brsifat lahiriyah, maka fiqih berarti paham yang menyampaikan ilmu dzahir kepada ilmu batin.34 Lebih lanjut lagi Al-Ghazali dan tokoh-tokoh madzhab Syafi’I dalam Djazuli mendefenisikan” Ilmu Fiqih adalah mengetahui dan memahami, akan tetapi dalam tradisi para ulama’, Fiqih diartikan dengan sesuatu ilmu tentang hukum-hukum syara’ yang tertentu bagi perbuatan para mukallaf, seperti: wajib, sunah, haram, makruh, mubah, syah, batal, ada’an dan yang sejenisnya.35
34 Amir Syarifuddin, Garis-Garis Besar Fiqih, (Bogor: Prenada Medi, 2003), hlm.4-5.
35 Dzajuli, Ilmu fiqih….,hlm.6
Berdasarkan pemaparan para ahli diatas dapat dipahami bahwa fiqih adalah hukum syariat yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia, sehingga fiqih merupakan ilmu yang mempelajari tentang hukum dan syari’at yang berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
b. Tujuan Pembelajaran Fiqih
Pembelajaran Fiqh diarahkan untuk mengantarkan peserta didik dapat memahami pokok-pokok hukum Islam dan tata cara pelaksanaannya untuk diaplikasikankan dalam kehidupan sehingga menjadi muslim yang selalu taat menjalankan syariat Islam secara kaaffah (sempurna).
Secara spesifik mata pelajaran Fiqih Madrasah Aliyah, bertujuan untuk membekali peserta didik agar dapat:
1) Mengetahui dan memahami pokok-pokok hukum Islam dalam mengatur ketentuan dan tata cara menjalankan hubungan manusia dengan Allah yang diatur dalam fiqih ibadah, dan hubungan manusia dengan manusia.
2) Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum islam dengan benar dalam melaksanakan ibadah.
Pengalaman tersebut diharapkan menumbuhkan ketaatan menjalankan hukum Islam, disiplin dan bertanggung jawab sosial yang tinggi dalam kehidupan pribadi manusia.36 Dengan demikian dapat diketahui bahwa tujuan pembelajaran Fiqih yaitu memberikan bekal kemampuan dan pengetahuan didalam pendidikan Agama Islam serta memperdalam
36 Ibid.hlm.7
pengetahuan tentang Syariat atau hukum Islam yang ada kaitannya dengan segala aspek dalam kehidupan.
c. Ruang lingkup pembelajaran Fiqih
Ruang lingkup yang terdapat pada ilmu Fiqih adalah semua hukum yang berbentuk amaliyah untuk diamalkan oleh setiap mukallaf, (mukallaf artinya orang yang sudah dibebani atau diberi tanggung jawab melaksanakan ajaran syariat islam). Hukum yang diatur dalam Fiqih Islam itu terdiri dari hukum wajib, sunah, mubah, makruh, dan haram. Disamping itu ada pula yang lain seperti sah, batal, mani’ dan sebagainya. Adapun ruang lingkup pembelajaran fiqih, yaitu :
1) Hukum yang bertalian dengan hubungan manusia dengan Allah.
2) Hukum yang bertalian dengan muammalah yaitu hukum yang mengatur hubungan manusia dengan sesamanya baik pribadi atau kelompok.37 3) Adapun materi pembelajaran fiqih di X Madrasah Aliyah membahas
tentang prinsip-prinsip ibadah dan syari’at Islam, zakat, haji, qurban dan aqiqah, pengurusan jenazah, memahami tentang kepemilikan, memahami konsep perekonomian data islam, dan memahami riba, bank dan asuransi.
Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup pembelajaran fiqih madrasah Aliyah membahas tentang bagaimana siswa melakukan ibadah yang sifatnya vertical sesuai dengan tuntuan syari’at.
37 Model Kurikulum,,.hlm.9
d. Metode pembelajaran Fiqih
1) Pengertian metode Pembelajaran Fiqih
Kata ‘metode’ berasal dari bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan”.didalam bahasa inggris disebut method dan bahasa arab menterjemahkannya dengan thariqoh dan manhaj. Didalam bahasa Indonesia kata tersebut mengandung arti cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai maksud atau cara kerja yang sitematis untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuian yang telah ditentukan. Jadi metode adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik yang digunakan untuk memberikan pelajaran kepada peserta didik.38
Metode berarti cara, yakni cara mencapai sesuatu tujuan.
Metode mengajar berarti cara mencapai tujuan mengajar, yaitu tujuan- tujuan yang diharapkan tercapai oleh murid dalam kegiatan belajar.
Tujuan belajar yang dimaksud ialah dalam bentuk perubahan tigkah laku yang diharapkan terjadi pada diri murid setelah melakukan kegiatan belajar dari segi ini jelas bahwa peranan metode mengajar sangat menentukan.39
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat
38 Erwati, Aziz, Prinsip-prinsip pendidikan islam, (Solo: Tiga Serangkai, 2003), hlm.79.
39 Oemar Hamalik, Pengajaran Unit Pendekatan Sistem, (Bandung: Mandar Maju, 1989), hlm.98.
terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.40
Dalam proses interaksi belajar mengajar, guru tidak harus terpaku dengan menggunakan metode yang bervariasi agar jalan pengajaran tidak membosankan, tetapi menarik perhatian peserta didik. Meski penggunaan metode yang bervariasi tidak akan menguntungkan proses interaksi belajar mengajar bila penggunaan metode tidak tepat dengan situasi yang mendukungnya. Disinilah kompetensi guru diperlukan dalam pemilihan metode yang tepat.
Oleh karena itu, pemilihan dan penggunaan metode yang bervariasi tidak selamanya menguntungkan bila guru mengabaikan situasi pengajaran yang sedang berlansung. Hal ini berarti guru dituntut tidak hanya meguasai satu metode, melainkan banyak metode agar memudahkan memilih metode bila metode yang dipergunakan tidak sesuai lagi dengan situasi dan keadaan psikologi anak didik.
Dengan demikian, Pengantian metode disesuaikan dengan situasi, fasilitas, dan tingkat kecerdasan peserta didik.41
2) Fungsi Metode
Fungsi metode secara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara sebaik mungkin bagi pelaksana
40http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran.diambil kamis: 27 september 2018, jam 11.43 WITA.
41 Syaiful Bahri Djamarah, Prestasi Belajar,,,.hlm.71.
operasionalnya dari ilmu pengetahuan tersebut. Dalam menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa perlu ditetapkan metode yang didasarkan kepada pandangan dan persepsi dalam menghadapi manusia sesuai dengan unsur penciptanya, yaitu jasmani, akal, dan jiwa yang diarahkan menjadi orang yang sempurna. Dengan demikian, jelaslah bahwa metode amat berfungsi dalam menyampaikan materi pendidikan.42
3) Macam-macam Metode
Metode yang tepat sangat mempengaruhi berhasil tidaknya suatu pembelajaran. Oleh karena itu seorang guru harus memilih metode yang tepat sesuai dengan kondisi, mata pelajaran dan materi yang akan disampaikan. Beberapa metode yang dapat diterapkan dalam pembelajran fiqih, diantaranya:
a) Metode Ceramah Adalah cara penyampain materi pelajaran yang dilakukan secara lisan kepada peserta didiknya. Menurut Zuhairini, metode ceramah adalah suatu metode di dalam pendidikan di mana cara penyampaian materi pelajaran kepada siswanya dengan cara penuturan secara lisan.43 Peran dari seorang murid di sini adalah sebagai pendengar, menerima pesan, memperhatikan dan mencatat keterangan atau informasi yang diucapkan oleh gurunya.44
42Abuddin Nata, Filsafat pendidikan Islami (Jakarta: Gaya Pratama, 2005),hlm.143.
43 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Ciputat Pers, Jakarta, 2002), hlm 136.
44 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran Agama Islam, (Ciputat Pers,Jakarta,2001), hlm 3.
b) Metode Diskusi adalah suatu proses yang melibatkan dua orang atau lebih untuk saling bertukar informasi dan memecahkan masalah secara bersama-sama. Sedangkan metode diskusi dalam suatu pembelajaran adalah sebuah cara yang dilakukan dalam mempelajari bahan atau menyampaikan materi dengan jalan berdiskusi.45 Cara seperti itu dapat dimaksudkan untuk merangsang pola pikir siswa supaya bisa berpikir secara kritis dan mengeluarkan pendapatnya secara rasional dan objektif dalam pemecahan masalah. 46
c) Metode Demonstrasi adalah sebuah metode mengajar yang menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu kepada peserta didik. Dalam hal ini seorang guru harus memberikan contoh terlebih dahulu setelah itu baru diikuti oleh muridnya.47 Metode ini dapat digunakan pada materi thaharah, shalat, mengurus jenazah, dan lain sebagainya.
d) Metode Simulasi adalah perbuatan yang hanya berpura-pura saja atau seolah-olah melakukannya. Tujuan dari metode simulasi ini adalah untuk melatih ketrampilan tertentu, untuk memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip dan untuk
45 Armai Arief,Op.Cit.,hlm 145.
46 M. Basyiruddin Usman, Metodologi Pembelajaran,,,,,hlm36.
47Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan, Pembelajaran Aktif, Kreatif, Inovatif, Efektif Dan Menyenangkan (Paikem), (TP, Depok:2010), hlm 7.
memecahkan masalah.48 Metode ini dapat digunakan misalnya saja ketika sedang mempelajari materi haji dan umroh. Siswa melakukan rukun-rukun yang ada ketika sedang melakukan haji dengan cara membuat miniatur ka’bah, bukit shafa marwah, dan lain sebagainya.
e) Metode Tanya Jawab adalah penyampaian pesan pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa memberikan jawaban atau sebaliknya siswa diberi kesempatan untuk bertanya. Dalam kegiatan melalui tanya jawab, guru dapat memberikan memberikan kesempatan-kesempatan tersebut ketika sedang memulai pelajaran, ditengah-tengah pelajaran dan diakhir pelajaran.49
3. Tinjauan Prestasi Belajar a. Pengertian prestasi belajar
Definisi prestasi belajar menurut para ahli, diantaranya: Menurut Hamalik, prestasi belajar adalah perubahan sikap dan tingkah laku setelah menerima pelajaran atau setelah mempelajari sesuatu. 50
Menurut Abu Ahmadi, prestasi belajar adalah secara teori bila sesuatu kegiatan dapat memuaskan suatu kebutuhan, maka ada kecendrungan besar untk mengulanginya. Sumber penguat belajar dapat secara instriensik (nilai, pengakuan, dan penghargaan) dan dapat secara
48 J.J. Hasibuan dan Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (PT Remaja Rosdakarya, Bandung,2009), hlm 27.
49 Armai Arief, Pengantar Ilmu,,,. hlm 43.
50 Hamalik Oemar, Proses belajar mengajar, (Bandung, PT. Bumi aksara), 2001. hlm.29.
ekstrensik, (kegairahan untuk menyelidiki dan mengartikan situasi).
Disamping itu siswa memerlukan dan harus menerima umpan balik secara langsung dan sukses dalam melaksanakan tugas.
Dari pengertian para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah usaha belajar yang menunjukan ukuran kecakapan yang dicapai dalam bentuk nilai. Dengan demikian dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh berupa perkembangan dan kemajuan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu itu sendiri dalam berintarksi dengan lingkungannya.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Secara umum prestasi belajar yang dicapai siswa dapat di pengaruhi oleh dua faktor, yakni: 51
1) Faktor Interen yakni faktor yang berasal dari dalam diri individu atau siswa itu sendiri.Faktor ini ada dua aspek yaitu :
a) Aspek psikologi (umumnya kondisi sangat berpengaruh terhadap belajar seseorang, karena bila keadaan jasmani anak baik maka belajarnya penuh dengan semangat dan sebaliknya).
b) Aspek psikologis (banyak faktor yang mempengaruhi kuantitas perolehan pembelajaran siswa termasuk keadaan dan fungsi psikologis). Namun diantaranya faktor-faktor rohani siswa pada umumnya yakni salah satunya adalah upaya guru untuk
51Muhibbin syah, Psikologi belajar, (Jakarta: Grafindo persada, 2003), Hlm.144-151.
menumbuhkan motivasi siswa terhadap mata pelajaran sehingga bisa mencentak siswa yang berprestasi.
2) Faktor Eksteren yakni faktor yang berasal dari luar siswa-siswi itu sendiri. Faktor ini ada dua aspek yakni:
a) Aspek lingkungan sosial merupakan factor manusia atau sesama manusia, baik manusia itu ada secara lansung atau tidak lansung seperti cara orang tua mendidik, hubungan orang tua dengan anak, suasana keluarga, teman bergaul, lingkungan tetangga, aktivitas dalam masyarakat dan lainnya.
b) Aspek lingkungan non sosial seperti sekolah yang meliputi metode mengajar kurikulum, hubungan guru dengan siswa, alat pelajaran, kondisi gedung dan metode belajar.
Dari kedua faktor diatas dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi prestasi belajar adalah kesadaran dan kemauan serta bersemangat dalam belajar.
c. Upaya guru dalam meningkatkan prestasi belajar
Pendidikan agama diorientasikan untuk menciptakan perilaku peserta didik yang sesuai dengan ajaran agama. Penekanan kompetensi berbasis agama ini juga mengandaikan pendidikan agama dilaksanakan dengan menyeimbangkan tiga aspek sekaligis, yakni: aspek Iman, aspek Ilmu, dan aspek Amal.
Berpijak pada prinsip di atas, seorang peserta didik dianggap telah mengalami perkembangan moralitas positif dalam beragama jika ia telah
memiliki kesadaran yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan, Serta hal-hal yang etis dan tidak etis.
Ada tiga langkah yang masih perlu dilakukan dalam membenahi kualitas pembelajaran fiqih, yaitu:
1) Memperkaya materi fiqih yang berorientasi pada pengembangan proses batin peserta didik sehingga dapat menembus volisi dan konasi.
Singkatnya, bahwa materi fiqih mampu membentuk kebijakan anak dan dapat mengilhami anak-anak untuk melakukan sesuatu yang besar. Dengan ungkapan lain, pengajaran yang berlangsung di sekolah benar-benar mampu sebagai inspiring teaching (pengajaran yang menginspirasi).
2) Pembelajaran fiqih sudah saatnya diorientasikan untuk memberdayakan hati nurani peserta didik. Pemberdayaan hati nurani ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan kemampuan hati nurani atau kesadaran moralnya agar ia mampu menilai dan membedakan kebaikan dan kejahatan moral dari perbuatan-perbuatannya secara personal.52 Dengan hati nurani yang berkembang, peserta didik tidak menilai kebaikan dan kejahatan perbuatannya hanya berdasarkan umpan balik dari orang lain seperti kritikan dan teguran maupun pujian dan penghargaan, namun lebih berdasarkan kesadaran kompetensi beragamanya sendiri.
52Purwa Hadiwardoyo, Hal-hal Pokok Sekitar Pendidikan Pada Segi Moral, (Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma, 2004), hlm. 2.
3) Perlu kesadaran bersama dari orang tua, para guru dan seluruh warga masyarakat untuk mengajarkan nilai-nilai agama. Alasannya, manusia dalam memahami perbedaan antara kebaikan dan kejahatan moral tidak hanya cukup secara personal dengan menggunakan hati nuraninya. Akan tetapi ia juga membutuhkan pemahaman terhadap nilai-nilai moral secara sosial atau diberi tahu oleh sesama warga masyarakat.
d. Pendekatan Dalam Meningkatkan Kualitas Prestasi Belajar
Secara teoritis, keberhasilan proses pendidikan dalam meningkatkan kualitas prestasi belajar peserta didik antara lain dipengaruhi oleh ketepatan seorang guru dalam memilih dan mengaplikasikan metode-metode penanaman nilai-nilai agama.53
Efektivitas proses penanaman nilai-nilai agama sangat dipengaruhi oleh ketepatan pendekatan yang dipilih guru dalam mengajarkan materi tersebut. Pada konteks ini, setidak-tidaknya ada tiga pendekatan yang dapat digunakan dalam meningkatkan kompetensi peserta didik, yaitu : 1) Pendekatan penanaman nilai (Inculcation approach)
Pendekatan ini adalah suatu pedekatan yang memberi penekanan pada penanaman nilai-nilai sosial dalam diri peserta didik karena nilai- nilai sosial berfungsi sebagai acuan tingkah laku dalam berinteraksi dengan sesama sehingga keberadaannya dapat diterima masyarakat.
53Maman Rachman, “Reposisi, Re-Evaluasi, dan Redefinisi Pendidilan Nilai Bagi Generasi Muda Bangsa” dalam Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, (Jakarta: Balitbang Depdiknas, 2001), hlm. 4.
Nilai-nilai sosial ditanamkan pada diri peserta didik karena menjadi fondasi penting bagi pembangunan bangsa. Nilai-nilai sosial memberikan pedoman bagi peserta didik untuk hidup berkasih sayang dengan sesama manusia, hidup harmonis, hidup disiplin, dan hidup bertanggung jawab. Sebaliknya tanpa nilai-nilai sosial, peserta didik tidak akan memperoleh kehidupan yang harmonis.
2) Pendekatan perkembangan Kognitif
Dikatakan pendekatan perkembangan kognitif karena karateristiknya memberikan penekanan pada aspek kognitif dan perkembangannya. Pendekatan ini mendorong peserta didik untuk berfikir aktif tentang masalah-masalah moral dan dalam membuat keputusan-keputusan moral. Perkembangan moral menurut pendekatan ini dilihat sebagai perkembangan tingkat berfikir dalam membuat pertimbangan moral dari tingkat yang lebih rendah menuju tingkat yang lebih tinggi.54
Tujuan yang ingin dicapai oleh pendekatan ini ada dua hal yang utama.Pertama, membantu peserta didik dalam membuat pertimbangan moral yang lebih kompleks berdasarkan nilai yang lebih tinggi. Kedua, mendorong peserta didik untuk mendiskusikan alasan- alasannya ketika memilih nilai dan posisinya dalam suatu masalah moral.
54 M. Chabib Thoha, Pendidikan Nilai…, hlm. 36.
3) Pendekatan Klarifikasi Nilai
Pendekatan klarifikasi ini memberi tekanan pada usaha membantu peserta didik dalam mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri untuk meningkatkan kesadaran mereka tentang nilai-nilai mereka sendiri.
Tujuan dari pendekatan klarifikasi nilai ini dalam proses pembelajaran khususnya pelajaran pendidikan agama adalah membantu peserta didik untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai- nilai spiritual mereka sendiri serta membantu peserta didik supaya mereka mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur terhadap orang lain. Selain itu juga, tujuan pendekatan klarifikasi nilai yaitu membantu peserta didik supaya mereka mampu menggunakan secara bersama-sama kemampuan berfikir rasional dan kesadaran emosional untuk memahami perasaan, nilai dan pola tingkah laku mereka sendiri.55
Berdasarkan Pendekatan diatas dapat disimpulkan pendekatan ini bertujuan agar peserta didik diarahkan untuk melaksanakan secara riil nilai-nilai agama dalam suatu kehidupan dimana ia berada. Seperti dalam materi fiqih, bahwa setiap muslim diwajibkan untuk selalu ingat kepada Allah dimana ia berada.
55 Dwi Hastuti Martianto, “Pendidikan Karakter Paradigma Baru dalam Pembentukan Manusia Berkualitas”, Makalah Filsafat Sains, (Bandung: Pascasarjan, 2002), hlm.
8.