Teori dan Pengobatan gagal jantung dan stroke
Apt. Anna Maria Manullang, S.Farm., M.Clin.Pharm
Definisi
Gagal Jantung adalah kondisi saat otot jantung cukup melemah. Akibat dari kondisi ini, organ ini tidak mampu lagi memompa cukup darah ke seluruh tubuh pada tekanan yang seharusnya.
Sering terjadi pada orang yang berusia lanjut.
harus segera mendapatkan penanganan medis.
Penanganan yang cepat akan menurunkan risiko terjadinya komplikasi berbahaya.
Gagal jantung → abnormalitas dari struktur jantung atau fungsi yang menyebabkan kegagalan dari jantung untuk mendistribusikan oksigen ke seluruh tubuh.
Secara klinis, gagal jantung merupakan kumpulan gejala yang kompleks
dimana seseorang memiliki tampilan berupa: gejala gagal jantung; tanda khas gagal jantung dan adanya bukti obyektif dari gangguan struktur atau fungsi jantung saat istrahat
Klasifikasi
Terdapat 2 kategori → kelainan struktural jantung atau berdasarkan gejala yang berkaitan dengan kapasitas fungsional dari New York Heart Association (NYHA).
Gagal jantung serimg jugs diklasifikasikan sbg gagal jantung dengan penurunan fungsi sistolik (fraksi ejeksi) dan gangguan fungsi diastolik saja namun fungsi sistolik (fraksi ejeksi) yang normal, yang selanjutnya akan disebut sebagai Heart Failure with Reduced Ejection Fraction (HFREF) dan Heart Failure with Preserved Ejection Fraction (HFPEF).
Selain itu, myocardial remodeling juga akan berlanjut dan menimbulkan sindrom klinis gagal jantung
Diagnosis gagal jantung
Uji diagnostik biasanya paling sensitif pada pasien gagal jantung dengan fraksi ejeksi rendah, sedangkan pada pasien dengan fraksi ejeksi normal, uji
diagnostik menjadi kurang sensitive.
Ekokardiografi merupakan metode paling berguna dalam melakukan evaluasi disfungsi sistolik dan diastolic.
TATALAKSANA NON-FARMAKOLOGI
Manajemen Perawatan Mandiri
Menjaga stabilitas fisik, menghindari perilaku yang dapat memperburuk kondisi dan mendeteksi gejala awal perburukan gagal jantung.
Manajemen perawatan mandiri mempunyai peran penting dalam keberhasilan pengobatan gagal jantung dan dapat memberi dampak bermakna untuk
perbaikan gejala gagal jantung, kapasitas fungsional, kualitas hidup, morbiditas, dan prognosis
Pemantauan berat badan mandiri
Pasien harus memantau berat badan rutin setap hari, jika terdapat kenaikan berat badan > 2 kg dalam 3 hari, pasien harus menaikan dosis diuretik atas pertimbangan dokter (kelas rekomendasi I, tingkatan bukti C)
Asupan cairan
Restriksi cairan 900 ml–1,2 liter/hari (sesuai berat badan) dipertimbangkan terutama pada pasien dengan gejala berat yang disertai hiponatremia. Restriksi cairan rutin pada semua pasien dengan gejala ringan sampai sedang tidak memberikan keuntungan klinis
Pengurangan berat badan
Pengurangan berat badan pasien obesitas dengan gagal jantung dipertimbangkan untuk mencegah perburukan gagal jantung, mengurangi gejala dan meningkatkan kualitas hidup
TATA LAKSANA FARMAKOLOGI
Tujuan diagnosis dan terapi gagal jantung yaitu untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas
Tindakan pencegahan perburukan penyakit jantung tetap merupakan bagian penting dalam tata laksana penyakit jantung.
strategi pengobatan mengunakan obat dan alat pada pasien HFREF. Selain itu, penting untuk mendeteksi dan mempertimbangkan pengobatan terhadap
kormorbid kardiovaskular dan non kardiovaskular yang menyertai
ANGIOTENSIN-CONVERTING ENZYME INHIBITORS (ACE-I)
ACE-I harus diberikan pada semua pasien gagal jantung simtomatik dan fraksi ejeksi ventrikel kiri < sama dengan 40% kecuali ada kontraindikasi. ACE-I memperbaiki fungsi ventrikel dan kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung, dan meningkatkan angka kelangsungan hidup
ACE-I terkadang menyebabkan perburukan fungsi ginjal, hiperkalemia, hipotensi simtomatik, batuk, dan angioedema (jarang).
Indikasi pemberian ACE-I ‡
Fraksi ejeksi ventrikel kiri < sama dengan 40% dengan atau tanpa gejala
Fraksi ejeksi ventrikel kiri > 40 % dengan tanda dan gejala gagal jantung
Penyekat resptor Beta
ANTAGONIS ALDOSTERON
Definisi Stroke
Stroke merupakan gangguan fungsi otak yang terjadi mendadak akibat gangguan peredaran darah otak.
Stroke ada 2 macam, yaitu stroke sumbatan dan stroke perdarahan.
Stroke adalah kondisi yang terjadi ketika sebagaian sel – sel otak mengalami kematian akibat gangguan aliran darah karena sumbatan atau pecahnya
pembuluh darah di otak.
Aliran darah yang berhenti membuat suplai oksigen dan zat makanan ke otak juga berhenti, sehingga sebagaian otak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya
Penyakit stroke termasuk penyakit pembuluh darah otak (cerebrovaskuler) yang ditandai dengan kematian jaringan otak (infark serebral) yang
disebabkan berkurangnya aliran darah dan oksigen di otak.
Berkurangnya aliran darah dan oksigen ini bisa disebabkan adanya sumbatan, penyempitan, atau pecahnya pembuluh darah sehingga mengakibatkan
serangkaian reaksi biokimia yang dapat merusak atau mematikan sel – sel otak
Klasifikasi Penyakit Stroke
Berdasarkan penyebabnya stroke dibagi menjadi dua jenis, yaitu stroke iskemik dan stroke hemorragik.
Stroke Iskemik
Stroke iskemik terjadi pada sel – sel otak yang mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi yang disebabkan penyempitan atau penyumbatan pada pembuluh darah (ateriosklerosis).
Arteriosklerosis terjadi akibat timbunan lemak pada arteri yang menyebabkan luka pada dinding arteri. Luka ini menimbulkan gumpalan darah (thrombus) yang mempersempit arteri.
Gumpalan ini dapat juga terbawa aliran darah dan menyangkut di pembuluh darah yang lebih kecil dan menyebabkan penyumbatan. Hampir sebagaian besar pasien atau sebesar 83% pasien stroke mengalami stroke iskemik.
Stroke iskemik menyebabkan aliran darah ke sebagaian atau keseluruhan otak menjadi terhenti
Stroke Hemorragik
Stroke hemorragik adalah stroke perdarahan yang terjadi akibat pecahnya pembuluh darah di otak.
Darah yang keluar dari pembuluh darah yang pecah mengenai dan merusak sel – sel otak di sekitarnya. Selain itu, sel otak juga mengalami kematian karena aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi terhenti.
Stroke jenis ini terjadi sekitar 20% dari seluruh pasien stroke. Namun, 80%
dari orang yang terkena stroke hemorragik mengalami kematian dan hampir 70% kasus stroke hemorragik terjadi pada penderita hipertensi
Gejala Penyakit Stroke
Berikut beberapa gejala awal terjadinya stroke :
a. Nyeri kepala disertai penurunan kesadaran, bahkan bisa mengalami koma (perdarahan otak).
b. Kelemahan atau kelumpuhan pada lengan, tungkai, atau salah satu sisi tubuh.
c. Mendadak seluruh badan lemas dan terkulai tanpa hilang kesadaran (drop attack) atau disertai hilang kesadaran sejenak (sinkop).
d. Gangguan penglihatan (mata kabur) pada satu atau dua mata.
e. Gangguan keseimbangan berupa vertigo dan sempoyongan (ataksia).
Penyebab atau Faktor Risiko
Terhambatnya aliran darah ke otak beberapa detik saja dapat menyebabkan seseorang pingsan. Apalagi penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak, bisa menyebabkan sel – sel saraf di otak menjadi rusak dan
mengakibatkan kelumpuhan.
Berbagai factor yang bisa menyebabkan serangan stroke, seperti factor keturunan, gaya hidup, dam komplikasi penyakit (Agromedia, 2009).
Orang – orang yang memiliki satu atau lebih factor risiko di bawah ini digolongkan ke dalam stroke prone person, yaitu orang yang memiliki
kemungkinan lebih besar mengalami serangan stroke daripada orang normal suatu saat selama perjalanan hidupnya apabila tidak dikendalikan.
penatalaksanaan stroke iskemik
Fibrinolitik/trombolitik (rtPA/ recombinant tissue plasminogen activator) intravena
Golongan obat ini digunakan sebagai terapi reperfusi untuk mengembalikan
perfusi darah yang terhambat pada serangan stroke akut. Jenis obat golongan ini adalah alteplase, tenecteplase dan reteplase, namun yang tersedia di Indonesia hingga saat ini hanya alteplase.
Kriteria pasien yang dapat menggunakan obat ini berdasarkan rentang waktu dari onset gejala stroke (onset gejala < 3 jam dan onset 3-4.5 jam).
Antikoagulan
Low Molecular weight heparin (LMWH) termasuk dalam golongan obat ini.
Obat golongan ini seringkali juga diresepkan untuk pasien stroke dengan harapan dapat mencegah terjadinya kembali stroke emboli, namun hingga saat ini literatur yang mendukung pemberian antikoagulan untuk pasien stroke iskemik masih terbatas dan belum kuat.
Salah satu meta-analisis yang membandingkan LMWH dan aspirin
menunjukkan LMWH dapat menurunkan risiko terjadinya tromboembolisme vena dan peningkatan risiko perdarahan, namun memiliki efek yang tidak signifikan