• Tidak ada hasil yang ditemukan

smcp dalam berkomunikasi di atas kapal kmp. kalibodri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "smcp dalam berkomunikasi di atas kapal kmp. kalibodri"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

KARYA ILMIAH TERAPAN

SMCP DALAM BERKOMUNIKASI DI ATAS KAPAL KMP. KALIBODRI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III

ANGGER YASIN MALAYA NIT. 03.15.033.1.41/N AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA

TAHUN 2019

(2)

SMCP DALAM BERKOMUNIKASI DI ATAS KAPAL KMP. KALIBODRI

Disusun sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pendidikan dan Pelatihan Pelaut Diploma III

ANGGER YASIN MALAYA NIT. 03.15.033.1.41/N AHLI NAUTIKA TINGKAT III

PROGRAM DIPLOMA III PELAYARAN POLITEKNIK PELAYARAN SURABAYA

TAHUN 2019

i

(3)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Angger Yasin Malaya

NIT : 03.15.033.1.41/N

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III Menyatakan bahwa KIT yang saya tulis dengan judul :

SMCP DALAM BERKOMUNIKASI DIATAS KAPAL KMP. KALIBODRI Merupakan karya asli seluruh ide yang ada dalam KIT tersebut, kecuali tema yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide saya sendiri.

Jika pernyataan di atas tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Politeknik Pelayaran Surabaya.

SURABAYA………2019

ANGGER YASIN MALAYA NIT. 03.15.033.1.41/N

(4)

iii

PERSETUJUAN SEMINAR KARYA ILMIAH TERAPAN

Judul : SMCP DALAM BERKOMUNIKASI DIATAS KAPAL KMP. KALIBODRI

Nama Taruna : ANGGER YASIN MALAYA

NIT : 03.15.033.1.41/N

Program Diklat : Ahli Nautika Tingkat III

Dengan ini dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diseminarkan.

SURABAYA,...

...

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

A.A Istri Sri Wahyuni, S.Si,T., M.Adm. SDA Raditya Huda Pranowo, S.Pd., M.M.

Penata Tk.I (III/d ) Penata Muda Tk.I (III/b ) NIP.197812172005022001 NIP. 198809252010121007

Mengetahui:

Ketua Jurusan Nautika

Capt. Damoyanto Purba, S.Si,T., M,Pd.

Penata (III/c)

NIP. 19730919 201012 1 001

(5)

iv

PENGESAHAN KARYA ILMIAH TERAPAN

SMCP DALAM BERKOMUNIKASI DIATAS KAPAL KMP. KALIBODRI

Disusun oleh :

ANGGER YASIN MALAYA NIT. 03.15.033.1.41/N Ahli Nautika Tingkat III

Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Karya Ilmiah Terapan Politeknik Pelayaran Surabaya

Pada tanggal ………

Menyetujui:

Penguji I Penguji II Penguji III

Mengetahui:

Ketua Jurusan Nautika

Capt. Damoyanto Purba, S.Si,T., M,Pd Penata (III/c)

NIP. 19730919 201012 1 001

Raditya Huda P, S.Pd., M.M.

Penata Muda (III/c) NIP. 198809252010121007 A.A Istri Sri W, S.Sit M.Adm SDA

Penata TK.I (III/d) NIP. 197812172005022001 Capt. Tri Mulyatno Budhi H, S.Sit., M.Pd.

Penata Muda TK.I (III/b) NIP. 197511012009121002

(6)

v

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah Terapan yang berjudul “SMCP DALAM BERKOMUNIKASI DIATAS KAPAL KMP.KALIBODRI” dengan tepat waktu tanpa adanya hal-hal yang tidak di inginkan.

Penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu serta memberikan arahan, bimbingan, petunjuk dalam segala hal yang sangat berarti dan menunjang dalam penyelesaian proposal penelitian ini.

Perkenankanlah penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Direktur Politeknik Pelayaran Surabaya Capt. Heru Susanto., M.M.

2. Ketua Jurusan Nautika Capt. Damoyanto Purba, S.Si,T., M.Pd.

3. Pembimbing I Ibu Anak Agung Sri Wahyuni S.SiT M.Adm SDA 4. Pembimbing II Bapak Raditya Huda Pranowo, S.Pd., M.M.

5. Bapak/Ibu dosen Politeknik Pelayaran Surabaya, khususnya lingkungan program studi Nautika Politeknik Pelayaran Surabaya.

6. Kedua orang tua saya atas segala dukungannya dan doanya.

7. Serta rekan – rekan kelas Nautika B Diploma III yang telah membantu dalam proses penulisan Karya Ilmiah Terapan ini.

(7)

vi

Semoga kelak penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak, khususnya bagi pengembangan pengetahuan taruna – taruni Politeknik Pelayaran Surabaya, serta bermanfaat bagi dunia pelayaran pada umumnya

Penulis menyadari bahwa penulisan Karya Ilmiah Terapan ini masih jauh dari sempurna dan masih terdapat kekurangan dari segi isi maupun teknik penulisan, maka penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan ini.

Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan mohon maaf atas segala kekurangan.

Surabaya, ……..………….. 2019 Penulis

ANGGER YASIN MALAYA

(8)

vii

ABSTRAK

ANGGER YASIN MALAYA, 2019, Penerapan SMCP Dalam Berkomunikasi Menggunakan VHF saat Olah Gerak diatas Kapal KMP.

KALIBODRI. Di bimbing oleh Ibu A.A Istri Sri Wahyuni S.Sit., M.Adm., SDA. dan bapak Raditya Huda Pranowo, S.Pd., M.M.

Hal yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah perkembangan teknologi komunikasi yang semakin canggih, salah satu nya adalah Radio VHF ( Very High Frekuency) dan bagaimana penerapan berkomunikasi menggunakan SMCP. Oleh karena itu penulis mengangkat judul di atas dengan tujuan untuk lebih memahami dan dapat menerapkan pemaksimalan dalam hal menerapkan berkomunikasi menggunakan SMCP di radio VHF.

Metodologi yang digunakan penulis dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif dengan pendekatan observasional. Data yg digunakan adalah data primer dan data sekunder. Sumber data diperoleh adalah dengan cara penelitian dan wawancara dengan perwira kapal dan perwira radio (markonis) serta menggunakan metode pustaka dan membaca literature sebagai perlengkapan penelitian. Penelitian ini dilaksanakan dikapal niaga saat praktek berlayar. Sumber data diperoleh adalah dengan cara penelitian dan wawancara dengan perwira kapal serta menggunakan metode pustaka dengan membaca literature sebagai perlengkapan penelitian.

Penerapan SMCP di KMP.KALIBODRI belum sepenuhnya di terapkan sesuai standart yang di tetapkan. Hanya saja ketika kapal dalam situasi passing atau crossing dengan kapal asing, officer baru menerapkan komunikasi menggunakan SMCP. Itu pun masih berkendala karena kurang cakapnya abk maupun officer dalam menggunakan atau memahami SMCP.

SMCP tidak hanya di gunakan untuk berkomunikasi antar kapal, tetapi dapat pula untuk dokumentasi di kapal sendiri dan untuk surat menyurat, misal dalam penulisan OHN, Master Standing Order, Master Night Order.

Kata kunci : Radio VHF, komunikasi, SMCP, penerapan

(9)

viii ABSTRACT

ANGGER YASIN MALAYA, 2019, Application of SMCP In Using VHF when Moving Aboard in KMP. KALIBODRI. In the guidance by Mrs.Anak Agung Istri Sri Wahyuni S.Si.t.,M.Adm., SDA.and Mr. Raditya Huda Pranowo, S.Pd., M.M.

The background of this research is the development of increasingly sophisticated communication technology, one of which is Radio VHF (Very High Frequency) and how the application of communicating using SMCP.

The authors therefore raise the title above in order to better understand and apply maximization in terms of implementing communication using SMCP on VHF radio.

The methodology used by the authors in this study using descriptive qualitative with observational approach. Data used is primary data and secondary data. Sources of data obtained are by way of research and interviews with ship officers and radio officers (markonis) as well as using the literature method and reading the literature as research equipment. This study was conducted on a commercial vessel during practice sailing.

Sources of data obtained is by way of research and interviews with ship officers and using the literature method by reading the literature as research equipment.

The application of SMCP in KMP.KALIBODRI has not been fully implemented according to the standard set. It's just that when the ship is in a passing or crossing situation with a foreign ship, the new officer implements communication using SMCP. That is also still constrained because of the lack of ability of both ABK and officers to use or understand SMCP. SMCP is not only used to communicate between ships, but can also be used for documentation on the ship itself and for correspondence, for example in OHN writing, Master Standing Order, Master Night Order.

Keywords: VHF Radio, communication, SMCP,application

(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN SEMINAR ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK……….……….. vii

ABSTRACT……… viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 3

1.3. Batasan Masalah ... 3

1.4. Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Review Penelitian ... 5

2.2.Landasan Teori ... 7

a. SMCP( Standart Maritime Communication Phrases) ... 7

b. Pengertian Berkomunikasi ... 9

c. Pengertian Menggunakan ... 10

d. Radio VHF (Very High Frekuency)... 10

e. Komunikasi Antar Kapal... 13

2.3. Kerangka Penelitian ... 14

(11)

x BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 17

3.2 Waktu Dan Lokasi Penelitian ... 17

3.3 Jenis Dan Sumber Data ... 18

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 19

3.5 Pemilihan Informan ... 21

3.6 Teknik Analisis Data ... 21

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian... 24

4.2 Hasil Penelitian... 26

1 Penyajian Data... 26

2 Analisis Data... 29

4.3 Pembahasan... 31

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 34

5.2 Saran... 34

DAFTAR PUSTAKA ... 36

(12)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Review Penelitian Sebelumnya ... 5 Tabel 2. Sijil Kebakaran ... 25

(13)

1

BAB 1

PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

Seiring dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan, perkembangan dibidang teknologi maju pesat. Hal tersebut ditandai dengan ditemukannya alat-alat baru yang lebih bermanfaat, praktis, dan ekonomis.

Teknologi di berbagai bidang juga mengalami perkembangan, misalnya saja dibidang teknologi komunikasi.

Alat komunikasi sangat penting digunakan di atas kapal sebagai sarana komunikasi antar kapal, pelabuhan dan sebagai yang mampu membantu guna keselamatan pelayaran. Alat komunikasi yang digunakan salah satunya adalah VHF ( Very High Frekuency) .

Di dalam berkomunikasi di atas kapal, semua pelaut pasti sudah tidak asing dengan bahasa inggris, kusus nya bahasa inggris maritime yang di gunakan untuk berkomunikasi antar kapal, menyampaikan pesan maupun untuk bermanuver. Di dalam bahasa inggris maritime juga ada satu bahasa yang digunakan disaat situasi-situasi berbahya karena mudah di pahami dan mudah di mengerti, atau biasa di sebut SMCP.

SMCP (Standart Maritime Communication Phrases) percakapan maritime (sea speak) ialah bahasa yang di kontrol berdasarkan pada bahasa inggris, yang dirancang untuk memfasilitasi komunikasi antar kapal yang rata-rata mempunyai arti yang berbeda. Sekarang telah di resmikan standar kelautan

(14)

2

frase komunikasi sementara umumnya didasarkan pada bahasa inggris. Sea speak mempunyai kosa kata yang sangat kecil, dan akan menggabungkan kata-kata asing dimana bahasa inggris tidak memiliki kata yang cocok.

Standarisasi ini digunakan untuk memudahkan pelaut untuk berkomunikasi antar kapal lain dengan bahasa inggris yang simpel dan mudah dipahami, kenapa di buat sedemikian rupa karena bahasa yang simpel dan mudah di pahami akan mudah di tangkap oleh penerima pesan sehingga akan mempercepat pengambilan keputusan oleh nakhoda kapal.

Komunikasi antar kapal sangat lah penting. Kenapa di bilang sangat penting, karena dengan berkomunikasi di laut terutama dengan kapal lain yang berhadapan dengan kapal kita, apa kapal yang akan menyusul kapal kita itu merupakan suatu keharusan karena dengan berkomunikasi kita akan tahu maksut dan arah manuver kapal lain tersebut. Di dalam berkomunikasi di atas kapal juga mempunyai standar tersendiri, yaitu menggunakan bahasa inggris kusus nya SMCP bahasa inggris yang mudah di pahami.

Yang melatar belakangi penelitian ini adalah sebuah contoh kasus yang taruna ambil dari pengalaman taruna saat melaksanakan praktek laut. Pada saat pelayaran dari pelabuhan kendal menuju pelabuhan kumai tanggal 16 Maret 2018 taruna mengamati mualim jaga taruna pada saat berkomunikasi lewat radio VHF dengan kapal asing yang akan passing dengan kapal taruna.

Kurangnya kecakapan berkomunikasi menggunakan bahasa Inggris oleh awak kapal baik itu dari crew kapal maupun dari golongan officer yang kebanyakan masih belum sepenuhnya memahami bahasa Inggris saat berkomunikasi dengan sesama kapal dengan menggunakan radio VHF.

(15)

3

Terutama berkomunikasi dengan kapal berbendera asing, masih sering nya miss communication ketika kapal dalam kondisi passing maupun crossing sangat membahayakan jika mengingat bahaya tubrukan dapat mengancam jikalau salah mengambil keputusan atau kurang dapat memahami persetujuan didalam komunikasi dengan kapal lain. Kurang terampilnya abk kapal maupun officer dalam pengaplikasian SMCP untuk berkomunikasi saat kapal berolah gerak juga menjadi salah satu kasus yang penting untuk di pelajari agar mendapat jalan keluar untuk masalah tersebut.

Dan juga kegunaan SMCP tidak untuk komunikasi antar kapal saja, tapi masih banyak kegunaan untuk bisa di terapkan di kapal kita sendiri, misal seperti surat menyurat, OHN, Master Standing Order, Master Night Order, dan untuk percakapan antar crew kapal yang mayoritas dari berbagai negara.

Oleh sebab itu, berdasarkan permasalahan tersebut penulis menuangkannya ke dalam bentuk penelitian dan mengambil judul penelitian sebagai berikut SMCP DALAM BERKOMUNIKASI DI ATAS KAPAL KMP.KALIBODRI”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dengan demikian dapat diambil rumusan masalah : Bagaimana penerapan SMCP di atas kapal KMP.KALIBODRI?

1.3 BATASAN MASALAH

Penulis hanya membatasi masalah pada penerapan SMCP di kapal KMP.KALIBODRI.

(16)

4

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan yang ingin dicapai oleh penulis setelah penelitian ini adalah mengetahui dan menganalisa tentang penerapan SMCP oleh crew maupun officer kapal di KMP.KALIBODRI.

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat yang ingin dicapai oleh penulis adalah:

a. Manfaat secara teoritis

Untuk memberi pengetahuan bagi pembaca, pelaut, maupun kalangan umum tentang bagaimana penerapan SMCP untuk komunikasi di kapal KMP.KALIBODRI.

b. Manfaat secara praktis

Sebagai kontribusi atau masukan kepada crew kapal yang bermanfaat dalam hal menerapkan tentang berkomunikasi menggunakan SMCP untuk mempermudah pemahaman ketika berkomunikasi antar kapal maupun di kapal itu sendiri.

(17)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Review Penelitian

Literature review merupakan sebuah sintesis dari berbagai macam hasil penelitian terdahulu sehingga dalam sebuah literature review harus ada banyak kajian dari riset sebelumnya. Penggunaan dari literature review pada dasarnya penting untuk dilakukan dalam mengawali sebuah penelitian, mengingat sangat memungkinkan bidang yang akan kita kaji memiliki kedekatan atau kesamaan dengan bidang lain yang tengah diteliti sebelumnya.

Berdasarkan literature review yang sudah dibaca dan dikaji oleh penulis bahwa penelitian yang dibuat oleh penulis memiliki kesamaan dalam segi komunikasi berbahasa inggris, namun berbeda dalam segi keseluruhan dari judul, masalah, isi dan penyajiannya.

(Tabel 1)

Review Penelitian Sebelumnya No

. Penulis Judul Penelitian Hasil Penelitian 1. Kamal

syarif, achmad affandi, Djoko

Analisa Kinerja Ad-Hoc On Demand Distance Vector (AODV) Pada Komunikasi

Analisa Kinerja Ad-Hoc On Demand Distance Vector (Aodv) PadaKomunikasi VMeS” dilatar belakangi dengan

pengembangan VMeS sebagai sarana komunikasi bagi nelayan untuk

(18)

6

suprajitno r. VMeS berkomunikasi antar nelayan dengan biaya yang terjangkau. VMeS merupakan sistem komunikasi data antar kapal nelayan yang memiliki kelebihan tidak hanya

melaporkan informasi posisi kapal tetapi juga informasi berbagai pesan yang dikirimkan ke pusat kendali sehingga membantu nelayan memperoleh informasi dengan biaya yang terjangkau dan sistem yang lebih sederhana. Sebuah routing protocol sangat diperlukan pada proses komunikasi antara beberapa node untuk mengirimkan paket data melalui satu atau beberapa node, protokol routing

menentukan rute perjalanan paket data tersebut menuju alamat yang dituju.

Dikutip dari : Analisa Kinerja Ad-Hoc On Demand Distance Vector (AODV) Pada Komunikasi VMeS. Available from:

https://www.researchgate.net/publication/26 7844208_Analisa_Kinerja_Ad-

Hoc_On_Demand_Distance_Vector_AODV_Pa da_Komunikasi_VMeS [accessed Jul 18, 2017].

(19)

7

2.2 Landasan Teori

Pada landasan teori ini tentang sumber teori yang kemudian akan menjadi dasar penelitian. Hal ini penting karena pembaca akan dapat memahami mengapa masalah atau tema yang di angkat dalam penelitian ini. Di samping itu landasan teori bermaksud untuk menunjukan bagaimana masalah dapat dikaitkan dengan hasil penelitian. Pada landasan teori ini penulis memaparkan penerapan SMCP saat berkomunikasi menggunakan VHF.

a) SMCP (Standart Maritime Communication Phrases)

Untuk menjadi seorang pelaut internasional yang bekerja di kapal- kapal berbendera Eropa, Amerika atau Australia, maka seorang pelaut harus memahami Standard Marine Commmunication Phrases (Kalimat- Kalimat Baku Komunikasi Laut) atau yang lebih dikenal dengan SMCP. Berdasarkan Konvensi Internasional STCW 1978 (revisi 1995) SMCP menjadi syarat bagi para perwira meskipun hanya beroperasi di kapal nasional yang bertugas melaksanakan pengawasan navigasi kapal diatas 500GT. Pembuatan draft awal SMCP sebenarnya sudah dimulai sejak 10 Juni1997. Dan sebelum adanya SMCP, maka para pelaut internasional menggunakan Standard Marine Navigational Vocabulary (Kosakata Baku Navigasi Laut) atau yang dikenal sebagai SMNV.

SMNV terakhir disetujui oleh IMO pada 1985. SMCP adalah wujud pengembangan dari SMNV sehingga terdapat tambahan dan penyempurnaan terhadap SMNV. Baik SMNV dan SMCP memiliki 2 tujuan yang sama yaitu:

(20)

8

- membantu secara penuh keselamatan navigasi dan arah kapal - menjadi bahasa baku yang digunakan dalam komunikasi navigasi di laut, pelabuhan, perairan dan kapal dengan kru multi bahasa Tetapi SMCP memliki satu lagi tujuan yang tidak terdapat pada SMNV yaitu:

- membantu lembaga pelatihan maritim untuk mencapai tujuan-tujuan di atas.

Standar Standar Penggunaan SMCP:

Artinya setiap orang dapat berkomunikasi menggunakan SMCP untuk:

1. Komunikasi dari kapal ke darat 2. Komunikasi dari darat ke kapal 3. Komunikasi kapal ke kapal 4. Komunikasi di kapal itu sendiri SMCP penting untuk:

1. Membantu keamanan yang lebih besar untuk navigasi dan tindakan kapal

2. Standarisasi bahasa yang digunakan dalam komunikasi untuk navigasi di laut.

Penggunaan Standarisasi bahasa dalam komunikasi dilakukan ketika:

1. Kapal sudah mendekati pelabuhan 2. Di alur pelayaran

3. Di pelabuhan

4. Di atas kapal dengan crew dari berbagai negara

(21)

9

SMCP signal:

1. MAYDAY: sinyal ini digunakan ketika situasi bahaya 2. PAN-PAN: sinyal ini digunakan ketika situasi mendesak 3. SECURITE: sinyal ini digunakan ketika keadaan aman

Contoh percakapan dalam penerapan SMCP ketika kapal menggalami tubrukan yang penulis ambil atau di kutip dari buku IMO SMCP:

I have/ MV.... has coliided

With MV...

With unknow vessel/ object/...

With....(name) light vessel

With seamark...(charted name)

With iceberg/...

Report damage

I have / MV... has damage above / bellow waterline I am / MV... not under command

I / MV...cannot establish damage

I / MV... can only proceed at slow speed What kind of assistance is required?

I required / MV... requires ascort / tug assistance/....

b) Pengertian Berkomunikasi

Berkomunikasi adalah "suatu proses dalam mana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat menciptakan, dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan orang lain. Pada umumnya, komunikasi dilakukan

(22)

10

secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

Apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal

c) Pengertian Menggunakan

Menggunakan (bahasa Inggris: usability) adalah suatu istilah yang menunjukkan kemudahan manusia untuk menggunakan suatu alat atau objek buatan manusia lainnya untuk mencapai tujuan tertentu.

Kebergunaan juga dapat merujuk pada metode pengukuran kebergunaan dan kajian prinsip di balik persepsi efisiensi dan keluwesan suatu objek. Dalam interaksi manusia komputer dan ilmu komputer, kebergunaan biasanya merujuk pada keluwesan dan kejelasan interaksi dengan hasil rancangan suatu program komputer atau situs web. Istilah ini juga sering digunakan dalam konteks produk elektronika konsumen, atau pada bidang komunikasi, serta objek alih pengetahuan (misalnya buku masak atau dokumen). Kebergunaan dapat pula merujuk pada desain efisien suatu objek mekanis seperti suatu gagang pintu atau palu.

d) Radio VHF (Very High Frekuency)

VHF atau radio yang mempunyai frekuensi sangat tinggi adalah frekuensi radio yangberkisar dari 30 MHz – 300 MHz. Frekuensi langsung di bawah VHF ditandai frekuensi tinggi atau High Frekuency

(23)

11

(HF), dan frekuensi yang lebih tinggi berikutnya dikenal sebagai frekuensi ultra tinggi atau Ultra Hihg Frekuency (UHF). Penamaan tersebut mengacu pada penggunaan frekuensi tingkat tinggi berasal dari pertengahan abad ke-20, ketika layanan radio biasa digunakan MF (medium frekuency), lebih dikenal sebagai ‘’AM’’ di Amerika Serikat, di bawah HF. Saat ini VHF berada di urutan terbawah frekuensi penggunaan praktis, sistem baru cenderung menggunakan frekuensi dalam SHF (Super High Frekuency) dan EHF (Extremely High Frekuency) di atas jangkauan UHF. Radio VHF laut mengacu pada rentang frekuensi radio antara 156,0 dan 174 MHz, inklusif. VHF menandakan frekuensi yang sangat tinggi dari jangkauan. Dalam bahasa resmi Perhimpunan Telekomunikasi Internasional, band ini disebut pita mobile maritim VHF. Di beberapa negara saluran tambahan digunakan, seperti saluran L dan F untuk kapal rekreasi dan kapal penangkap ikan di negara-negara Nordik (pada 155.5-155.825 MHz).

Peralatan radio Marine VHF dipasang pada semua kapal besar dan kerajinan kecil seagoing. Hal ini juga digunakan, dengan peraturan yang sedikit berbeda, di sungai dan danau. Ini digunakan untuk berbagai tujuan, termasuk memanggil layanan penyelamat dan berkomunikasi dengan pelabuhan, kunci, jembatan dan marina. Sebuah set VHF laut adalah pemancar dan penerima gabungan dan hanya beroperasi pada frekuensi standar dan internasional yang dikenal sebagai saluran. Saluran 16 (156,8 MHz) adalah saluran panggilan dan marabahaya internasional. Daya transmisi berkisar antara 1 dan 25 watt,

(24)

12

memberikan jangkauan maksimum hingga sekitar 60 mil laut (111 km) antara antena yang terpasang di kapal dan bukit tinggi, dan 5 mil laut (9 km; 6 mil) antara antena yang terpasang pada kapal kecil. Di permukaan laut. Frekuensi modulasi (FM) digunakan, dengan polarisasi vertikal, artinya antena harus vertikal agar memiliki penerimaan yang baik. Radio VHF laut modern menawarkan tidak hanya mengirim dan menerima kemampuan dasar. Radio VHF laut yang terpasang secara permanen pada kapal-kapal laut diperlukan untuk mendapatkan sertifikasi dari beberapa tingkat kemampuan "Digital Selective Calling"

(DSC), untuk memungkinkan sinyal bahaya dikirim dengan sekali tekan tombol.

Marine VHF kebanyakan menggunakan transmisi "simpleks", dimana komunikasi hanya bisa berlangsung dalam satu arah pada satu waktu.

Tombol kirim pada himpunan atau mikrofon menentukan apakah ia beroperasi sebagai pemancar atau penerima. Beberapa saluran, bagaimanapun, adalah saluran transmisi "dupleks" dimana komunikasi dapat berlangsung di kedua arah secara bersamaan saat peralatan di

(25)

13

kedua ujungnya memungkinkannya (full duplex), jika tidak "semi- dupleks" digunakan. Setiap saluran dupleks memiliki dua tugas frekuensi. Saluran dupleks dapat digunakan untuk menempatkan panggilan pada sistem telepon umum untuk biaya melalui operator kelautan. Saat full duplex digunakan, panggilan serupa dengan yang menggunakan telepon seluler atau telepon rumah. Saat semi-dupleks digunakan, suara hanya dilakukan satu arah setiap saat dan pesta di atas kapal harus menekan tombol kirim hanya saat berbicara. Fasilitas ini masih tersedia di beberapa daerah, meski penggunaannya sebagian besar telah padam dengan munculnya ponsel dan telepon satelit. Radio VHF laut juga dapat menerima siaran radio cuaca, di mana tersedia.

Para pelaut saat ini dihadapkan dengan banyak pilihan alat komunikasi untuk kapal-ke-kapal dan kapal ke pantai. VHF, ponsel, Singlesidebands, dan komunikasi satelit.

e) Komunikasi antar kapal

Sistem komunikasi di Kapal tidak hanya mempergunakan kode-kode internasional saja seperti kode morse, kode bendera (Sympahore) dan lampu-lampu navigasi yang hanya dipergunakan pada saat tertentu saja.

Saat ini, komunikasi di Kapal, antar kapal, maupun antara kapal dengan stasiun pemancar di darat mempergunakan radio. Radio komunikasi yang dipergunakan di Kapal tidak berbeda dengan di daratan. Sinyal yang dipancarkan oleh transmitter, kemudian dipantulkan oleh salah satu lapisan atmosfir bumi yang memantulkannya ke pesawat penerima/

receiver. Dalam era modern ini, peranan dari atmosfir dapat digantikan

(26)

14

oleh satelit komunikasi yang menangkap sinyal yang dipancarkan oleh transmitter untuk kemudian dipancarkan ulang kembali menuju ke pesawat penerima. Penggunaan satelit ini sangat efisien, karena satelit tidak dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang tidak menentu. Untuk memudahkan pemakaian jasa satelit dalam komunikasi pelayaran, dibuat penyeragaman kode-kode pada keadaan bahaya dan yang penting berhubungan dengan keselamatan pada saat berlayar (Safety Of Life at Sea/ SOLAS Code) dengan menggunakan International Maritime Satelite Organization (INMAR-SAT).

Adapun beberapa macam komunikasi mempergunakan radio, sebagai berikut :

1. Komunikasi Pasif ; Dimana pesawat radio yang digunakan hanya terdiri dari pesawat penerima/ receiver saja. Hal ini mengakibatkan radio hanya dapat difungsikan untuk mendengarkan laporan cuaca dari stasiun pemancar di sekitar kawasan itu.

2. Komunikasi Aktif ; Dimana pesawat radio yang digunakan selain dilengkapi dengan receiver, juga dilengkapi dengan transmitter. Hal ini memungkinkan untuk berkomunikasi dua arah dengan stasiun pemancar maupun dalam berkomunikasi antar kapal serta mengirimkan keadaan bahaya (S.O.S)

2.3 Kerangka Penelitian

Alat komunikasi di atas kapal sangat di perlukan salah satunya adalah radio VHF ( very high frekuency). Beberapa dari pelaut telah menerapkan cara berkomunikasi kusus nya dengan kapal lain, mau

(27)

15

pun ke pelabuhan sudah menggunakan bahasa inggris yang sudah di standar kan oleh IMO yaitu SMCP. Secara garis besar SMCP adalah bahasa inggris maritime yang sudah di standarisasi oleh IMO agar menyatukan bahasa inggris pelaut dari seluruh dunia agar lebih simpel dan mudah di pahami oleh lawan berbicara atau komunikasi. Oleh karena itu penulis mengangkat judul dari peristiwa itu ialah ‘SMCP DALAM BERKOMUNIKASI DIATAS KAPAL KMP.

KALIBODRI.’’

(28)

16

KERANGKA PEMIKIRAN

Penerapa SMCP saat berkomunikasi menggunakan VHF

Pelaut yang menerapkan SMCP ketika berkomunikasi menggunakan VHF di atas kapal

Maka pelaut tersebut telah melaksanakan standar yang dibuat oleh IMO tentang standarisasi bahasa komunikasi menggunakan SMCP agar lebih mudah di pahami oleh pelaut

lain atau lawan berkomunikasi

Hal tersebut akan membuat kegiatan olah gerak kapal semakin aman dan jauh dari resiko tubrukan

(29)

17

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Penelitian merupakan suatu proses dari suatu rangkaian langkah- langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis, guna mendapatkan pemecahan masalah atau jawaban terhadap pernyataan-pernyataan tertentu.

Proposal ini menggunakan jenis penelitian Kualitatif. Menurut Suryabrata (2006), Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain. Sehingga metode penelitian berisi pengetahuan yang mengkaji ketentuan mengenai metode- metode yang digunakan dalam penelitian. Pada umumnya penelitian merupakan refleksi keinginan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan yang merupakan kebutuhan dasar manusia sehingga menjadi motivasi untuk melakukan penelitian. Jenis metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode kualitatif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk memecahkan masalah-masalah aktual yang dihadapi serta mengumpulkan data atau informasi untuk disusun, dijelaskan dan selanjutnya dianalisis.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian 1. Waktu Penelitian

Penulis telah melaksanakan penelitian pada saat melaksakan praktek laut dari tanggal 05 Oktobet 2017 sampai dengan tanggal 10 Oktober 2018.

(30)

18

2. Tempat Penelitian

Penulis melaksanakan penelitian di kapal KMP. KALIBODRI milik dari perusahaan ASDP Indonesia Ferry (persero) yang berlayar dari kendal jawa tengah menuju kumai kalimantan tengah.

3.3 Jenis dan Sumber Data

Data yang dikumpulkan dan digunakan dalam penyusunan proposal ini adalah data yang merupakan informasi yang diperoleh penulis melalui pengamatan langsung dan wawancara. Dari sumber-sumber ini diperoleh data sebagai berikut .

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama melalui prosedur dan dicatat. Dalam hal ini penulis memperoleh data primer dengan cara langsung dari hasil wawancara dengan pihak terkait, yang mengetahui tentang permasalahan yang akan penulis angkat.

Penulis memperoleh dari hasil wawancara atau berdiskusi dengan mualim, yang bertanggung jawab untuk keselamatan kerja, dan perwira lain yang lebih tahu tentang permasalahan ini di kapal. (Jonathan Sarwono,2006:129).

2. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber tidak langsung yang biasanya berupa data dokumentasi dan arsip-arsip resmi, yang diusahakan sendiri pengumpulannya oleh penulis, selain dari sumbernya yang diteliti. Data ini diperoleh dari buku-buku dan internet yang berkaitan dengan obyek penelitian proposal atau yang berhubungan dengan permasalahan yang

(31)

19

akan dibahas, yang diperlukan sebagai pedoman teoritis dan ketentuan formal dari keadaan nyata dalam observasi. Serta dari informasi lain yang telah disampaikan pada saat kuliah (Jonathan Sarwono, 2006:129).

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang penulis lakukan sebelumnya, maka dalam penyusun proposal ini dibutuhkan suatu pengamatan. Sehingga mampu mendapatkan data yang benar, agar tujuan penulisan dapat tercapai dan sesuai dengan judul yang penulis ambil. Disini penulis menggunakan beberapa metode dalam penulisan proposal ini. Adapun metode pengumpulan data yang penulis pergunakan yaitu :

3.4 Metode Pengumpulan Data 1. Metode Observasi

Dengan buku yang berjudul Metodologi Penelitian & Teknik Penyusunan Skripsi dalam halaman 104. Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau perilaku objek sasaran. Metode ini dilakukan melalui pengamatan langsung pada obyek, dalam hal ini yaitu. Keselamatan kesehatan dan kerja Baik pengetahuan, cara pencegahan dan akibat dari masalah tersebut, serta permasalahan yang sering terjadi dan cara penanganannya.Tujuan penulis mengadakan observasi adalah agar mengerti bagaimana penerapan SMCP oleh perwira atau markonis saat berkomunikasi menggunakan VHF saat kapal berolah gerak.

(32)

20

2. Metode Wawancara (INTERVIEW)

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu yaitu kepada perwira kapal dan markonis atau perwira radio. Teknik ini digunakan untuk mengetahui kegunaan berkomunikasi dengan SMCP melalui VHF saat olah gerak kapal. Berikut ini kutipan hasil wawancara taruna yang dilakukan pada tanggal 16 Maret 2018, berhubung di kapal taruna tidak ada markonis selaku pemegang kendali alat komunikasi termasuk radio VHF, jadi taruna mewawancarai mualim2 yang bertanggung jawab dengan semua alat navigasi kapal.

• Cadet: second saya mau tanya, bagaimana dampaknya kalau ketika kita berkomunikasi dengan kapal asing tapi kita tidak paham dengan maksut dan tujuan lawan bicara kita?

• 2/o : dampak nya bisa merugikan kapal kita det, misal kita salah menangkap maksut kapal lain yang akan passing dengan kapal kita, kita bisa salah merubah haluan atau salah untuk manuver yang mengakibatkan kapal bisa tubrukan.

• Cadet: lalu perlukah kita menggunakan bahasa Inggris SMCP untuk percakapan dengan kapal asing second?

• 2/o : tentunya perlu untuk di terapkan det, karena SMCP itu merupakan dasar untuk percakapan Inggris maritim. Di dalam SMCP juga di fungsikan untuk komunikasi sesama pelaut agar mempermudah komunikasi agar saling mengerti tujuan satu sama lain.

(33)

21

• Cadet : saya juga melihat di kapal ini masih kurang tentang penerapan SMCP nya second. Saya mengamati dari setiap saya jaga dan melihat ABK atau perwira lain nya masih kurang memahami percakapan atau persetujuan ketika akan passing dengan kapal asing. Bagaimana menurut second sendiri?

• 2/o : menurut saya juga seperti itu, untuk penerapan SMCP ketika berkomunikasi menggunakan radio VHF masih sangat kurang di kapal kita. Bukan saja di kapal kita tapi hampir setiap kapal di nusantara jarang memakai nya, karena hanya beberapa officer saja yang biasa menerapkan nya, beberapa dari orang-orang tersebut pastilah orang yang disiplin dalam pekerjaannya. Maka dari itu kamu sebagai calon perwira harus belajar dengan rajin dan harus bisa menerapkan bekomunikasi yang baik dan benar. Contoh lah yang baik dan tinggalkan yang buruk.

• Cadet : siap terimakasih second atas pelajarannya.

3. Metode Studi Pustaka

Studi pustaka bertujuan mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan macam-macam material referensi yang berupa buku majalah, naskah, catatan-catatan, kisah sejarah dan dokumen.

Manfaat yang diperoleh dari metode studi pustaka adalah :

1). Untuk menggali teori-teori dasar dan konsep yang telah dikemukakan penulis terdahulu.

2) Untuk mengikuti perkembangan penulisan dalam bidang yang akan diteliti.

(34)

22

3). Untuk memperoleh orientasi yang luas mengenai topik yang akan dipilih.

4). Agar dapat mengetahui buah duplikasi penulisan dan dipelajari bagaimana mengungkapkan buah pikiran secara sistimatis, krisis dan ekonomis.

4. Metode Dokumentasi

Metode ini dilakukun dengan cara training pada saat penulis melakukan PRALA sehingga penulis dapat mengetahui penerapan SMCP saat berkomunikasi menggunakan VHF.

3.5 Pemilihan Informan

Dalam penelitian ini subjek penulis atau informan merupakan awak kapal sehari-hari yang bersinggungan dengan masalah penerapan SMCP untuk komunikasi di kapal KMP.KALIBODRI.

3.6 Teknik Analisis Data

Penyajian untuk penulisan proposal ini adalah menggunakan metode Deskriptif. Yaitu penulisan yang berisi paparan dan uraian mengenai suatu obyek permasalahan yang timbul pada saat tertentu.

Metode ini digunakan untuk memaparkan secara rinci dengan tujuan memberikan informasi mengenai masalah yang timbul dan berhubungan dengan materi pembahasan proposal ini.

Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2010), menyatakan bahwa aktivitas dalam pengolahan dan analisis data meliputi data reduction, data display, conclusion drawing/verification. Langkah-langkah tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

(35)

23

1. Data collecting

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Instrumen pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Instumen sebagi alat bantu dalam menggunakan methode pengumpulan data merupakan sarana yang dapat diwujudkan dalam benda, misalnya angket, perangkat tes, pedoman wawancara, pedoman observasi, skala dan sebaginya.

Instrumen penelitian merupakan sesuatu yang amat penting dan strategi kedudukannya didalam keseluruhan kegiatan penelitian. Dengan instrumen akan diperoleh data yang merupakan bahan penting untuk menjawab permasalahan, mencari sesuatu yang akan digunakan untuk mencapi tujuan. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.

2. Data Reduction

Melakukan reduksi data dapat diartikan sebagai upaya merangkum dan memilih hal-hal pokok serta mefokuskan diri pada data yang relevan dengan permasalahan yang dikaji. Pada kenyataannya, data temuan di lapangan bisa sangat beragam dan heterogen, sehingga perlu dilakukan pemilahan dan penyusunan secara sistematis agar diperoleh data yang dibutuhkan.

(36)

24

3. Data Display and Verification

Setelah data di reduksi, tahap berikutnya adalah melakukan display atau penyajian data sehingga temuan dapat digambarkan secara utuh, menyeluruh, sehingga bagian-bagian pokoknya terlihat jelas untuk memudahkan pemaknaan. Sugiyono (2010) menyatakan bahwa penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan melalui uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Berdasarkan reduksi dan display data temuan penelitian, peneliti dapat menarik kesimpulan. Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif, pada dasarnya masih bersifat sementara, karena data hasil temuan harus diverifikasi dan dicek keabsahannya melalui berbagai teknik. Verifikasi yang dilakukan bertujuan untuk mempertajam pemaknaan temuan.

(37)

43

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsismi. (1998). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.PT Rineka Cipta. Jakarta

Hamid Patilima (1999) Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:ALFABETA.

IMO SMCP English version

Politeknik Pelayaran Surabaya (2012 ). English maritime

Ridwan, (1999) Proposal Penelitian. Bandung:ALFABETA.

Sedarmayanti, (2001) Metodologi Penelitian. Mandar Maju, Bandung.

SOLAS Chapter II-2 Regs. 15 (Fire Training Manual) and 16 (Fire Safety Operations) https://id.wikipedia.org/wiki/Alur_pelayaran .[ Diakses pada tanggal 12 Juni 2017]

http://calonrajakapal.blogspot.co.id/2013/10/smcp-standart-maritime- communcation.html. [ Diakses pada tanggal 12 Juni 2017]

http://syaratpelaut.blogspot.co.id/2017/02/smcp-standard-marine-commmunication.html.

[Diakses pada tanggal 12 Juni 2017]

Luthfiyah Fitwi (2011). Metode Penelitian Kualitatif(Sistematika Penelitian Kualitatif), (Online),http://wordpress.com/teknologi-pendidikan/metode-penelitian-kualitatif-

sistematika-penelitian-kualitatif. [ Diakses pada tanggal 12 Juni 2017]

http://captheriansyah.blogspot.co.id/2017/02/standar-komunikasi-imo-smcp.html. [Diakses pada tanggal 9 Februari 2019]

https://www.researchgate.net/publication/267844208_Analisa_Kinerja_AdHoc_On_Dema nd_Distance_Vector_AODV_Pada_Komunikasi_VMeS. [ Diakses pada tanggal 9 Februari 2019]

Referensi

Dokumen terkait

Dalam berkomunikasi, para kaskuser menggunakan ragam bahasa tertentu yang berbeda dengan bahasa sehari-hari, Ragam bahasa ini merupakan campuran dari berbagai

Jam kerja dan jam istirahat, Para perwira dan rating yang melaksanakan tugas jaga navigasi atau jaga kamar mesin, atau anak buah kapal lainnya yang diberi

dimaksud, oleh sebab itu didalam mengemban tugas - tugasnya seorang Nakhoda kapal harus memahami dan menerapkan Collision Regulation 1972 secara utuh, begitu juga dengan

Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman awak kapal dalam menggunakan alat navigasi terutama GPS Global Positioning System dengan standart pedoman pada SOLAS 1974, agar dalam pelaksanaan

Sehingga perhitungan bahan bakar akan dapat dengan mudah diolah, juga dengan penggunaan aplikasi ini bisa digunakan dengan laporan diatas kapal, maka penulis tertarik untuk mengadakan

33 Dengan penerapan standart waktu istirahat di atas kapal sesuai STCW 1978 Amandement 2010 yang berjalan dengan baik dan sangat berpengaruh dengan kinerja seluruh anak buah kapal

Waktu Penelitian Penelitian akan dilaksanakan ketika penulis melaksanakan praktek layar di atas kapal kurang lebih 1 tahun, dengan tujuan bisa menjawab dan melakukan observasi,

Pencemaran tersebut tentunya dapat merusak habitat flora dan fauna di laut, sampah- sampah seperti ini banyak disebabkan oleh kurangnya kepedulian awak kapal terhadap pencemaran laut,