Terapi Gizi pada Luka Bakar
D h u h a I t s n a n i s a A d i
Pengertian Luka Bakar
Luka bakar adalah hasil dari
cedera jaringan yang
disebabkan oleh paparan panas,
bahan kimia, radiasi, atau listrik
dan kerusakan dapat meluas ke
otot dan tulang.
Penyebab Luka Bakar
Paparan Panas
• Kontak langsung dengan sumber panas seperti air panas atau api
• Jenis luka bakar yang paling umum
Paparan Listrik
• Terjadi ketika arus listrik bergerak melalui jaringan atau tulang.
• Tingkat keparahan akan berkorelasi dengan jumlah tegangan, lokasi, berapa lama paparan berlanjut
Paparan Bahan Kimia
• Terjadi ketika tubuh terkena asam atau alkali seperti asam baterai, pembersih saluran pembuangan, atau sumber lingkungan lainnya
Manifestasi Klinis
o Tanda dan gejala ditentukan oleh kedalaman dan luas permukaan tubuh yang terkena.
1. Superfisial: lapisan atas epidermis memerah, nyeri, sembuh dengan mudah dan cepat.
2. Superficial partial thickness: luka terbuka yang sangat menyakitkan
3. Deep partial thickness : kerusakan epidemis dan dermis
4. Full thickness : merusak semua lapisan kulit dan dapat melibatkan otot, organ, dan tulang di bawahnya.
Karakteristik Luka Bakar Berdasarkan
Kedalamannya
Tingkat Keparahan Luka Bakar
“Rules of Nine” to Estimate BSA (Body Surface Area)
Rule of Nines Digunakan untuk membuat estimasi BSA yang terbakar dengan cepat
Tubuh dibagi menjadi bagian-bagian dengan nilai atau turunan dari sembilan.
Estimasi BSA yang terkena membantu dalam penilaian tingkat cedera
Membantu memberikan dasar untuk meresepkan cairan dan obat-obatan.
“Rules of Nine” to Estimate BSA
LUND AND
BROWDER CHART
Reapon Fisiologis
Hipermetabolisme
Stress Metabolik
Katobolisme Perubahan respon imun dan hormonal
Komplikasi Pernapasan
Menghirup asap/toksin
Komplikasi sekunder dari rasa sakit, peradangan,
dll.
Proses Inflamasi
Pergeseran dan akumulasi cairan yang
cepat kehilangan cairan dari luka
EFFECTS OF BURN ON THE BODY
Extensive inflammatory response
Rapid fluid shifts and accumulation.
Hypermetabolic state
Muscle protein catabolism
Decrease cardiac output because of increased capillary permeability and vasodilation.
Heat loss
Increased blood glucose levels
Burn Shock
PATOFISOLOGI
1. Respon Lokal
Segera setelah kontak permukaan kulit dengan
sumber panas, terjadi nekrosis kulit yang terkena.
Zona Koagulasi
Menggambarkan area yang terkena kontak erat dengan sumber panas.
Sel pada area ini mengalami nekrosis koagulasi dan tidak membaik.
Pada zona ini terjadi kehilangan jaringan yang ireversibel.
Zona Statis
Area konsentris yang kerusakan jaringannya lebih sedikit, ditandai dengan penurunan perfusi jaringan.
Jaringan pada zona ini berpotensi untuk diselamatkan.
Zona Hipremis
Zona terluar dimana perfusi jaringan meningkat.
Sel pada area ini mengalami trauma minimal, dan pada sebagian besar kasus akan membaik dalam 7-10 hari
PATOFISOLOGI
2. Respon Sistemik
Respon metabolik tergantung pada luasnya luka bakar. Bila luas luka bakar melebihi 20% total permukaan tubuh, maka akan terjadi respon sistemik
Terdapat dua fase: Fase Ebb dan fase Flow
Fase Ebb terjadi 24 jam pertama
Ebb Phase Periode segera setelah cedera (2 – 48 jam)
• Hipovolemia
• Hipotermia
• Menurunkan konsumsi oksigen hipoperfusi, hipoksia jaringan
• Menurunkan tekanan darah
• Penurunan curah jantung
• Tingkat metabolisme yang lebih rendah
Tujuan : memulihkan aliran darah ke organ, mempertahankan oksigenasi semua jaringan, dan
menghentikan semua perdarahan
Flow Phase Dimulai ketika pasien stabil secara hemodinamik (5-7 hari pasca cedera)
Tanda dan gejala klasik stres metabolik : hipermetabolisme, katabolisme, dan
perubahan respon imun dan hormonal.
• Peningkatan konsentrasi hormon katabolic
• Peningkatan denyut jantung, suhu tubuh, konsumsi kalori dan oksigen, proteolisis dan neoglikogenesis
• Pelepasan sitokin, mediator lipid
• Produksi protein fase akut
• Penggunaan bahan bakar yang terganggu
FASE RESOLUSI
o Fase adaptasi akhir dari fase pemulihan
o Menunjukkan resolusi stres dengan kembalinya anabolisme dan tingkat metabolisme normal.
o Fase anabolik:
o Respon hormonal secara bertahap berkurang o Penurunan laju hipermetabolik
o Terkait dengan pemulihan\
o Potensi untuk pemulihan protein tubuh
o Penyembuhan luka sebagian tergantung pada asupan nutrisi
o Tidak ada penurunan berat badan, asupan nutrisi dapat kembali ke tingkat normal
o Kebutuhan untuk sintesis massa tubuh tanpa lemak mungkin memerlukan vitamin dan mineral
MINOR BURN INJURIES
Tidak memerlukan resusitasi dengan cairan intravena
REE hanya sedikit meningkat
Pertahankan berat badan dengan protein tinggi, diet energi tinggi; dilengkapi dengan
minuman berenergi tinggi dan/atau berprotein tinggi
Diet oral dan cairan harus didorong sesegera
mungkin
LUKA BAKAR YANG MEMERLUKAN PERAWATAN DAN PENGOBATAN
1. Luka bakar drajat II dengan luas luka bakar > 15%
2. Luka bakar drajat III dengan luas luka bakar >
20%
3. Luka bakar pada daerah genitel dan anus
4. Luka bakar yang disertai trauma berat, trauma
pada jalan nafas, tulang dan alat tubuh dalam
rongga perut.
PENGOBATAN
Antibiotik Analgetik
Antasida
PENGOBATAN
TUJUAN DIET PADA LUKA BAKAR
1. Mempercepat penyembuhan
2. Mencegah terjadinya gangguan metabolik
3. Mempertahankan status gizi scr optimal slm proses penyembuhan
1. Mengusahakan dan mempercepat penyembuhan jaringan yang rusak
2. Mencegah terjadinya keseimbangan Nitrogen yg negatif 3. Memperkecil terjadinya hiperglikemia dan
hipergliseridemia
4. Mencegah terjadinya gejala-gejala kekurangan zat gizi mikro
TUJUAN DIET DICAPAI DENGAN CARA:
SYARAT DIET
1. Memberikan makanan dalam bentuk cair sedini mungkin atau Nutrisi Enteral Dini (NED)
2. Kebutuhan Energi dihitung dgn pertimbangan kedalaman dan luas luka bakar
3. Protein tinggi, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total 4. Lemak Sedang,yaitu 15-20% dari kebutuhan energi total.
5. Karbohidrat sedang yaitu 50 – 60 % dari kebutuhan energi total
6. Vitamin diberikan diatas Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan
7. Mineral tinggi, terutama zat besi, seng, natrium, kalium, kalsium, fosfor, danvmagnesium.
8. Cairan tinggi.
Tabel Kebutuhan Energi yang dihitung dengan
pertimbangan kedalam dan luas luka bakar
CURRERI
(25 x kg body weight) + (40 kcal x %TBSAB)
Kelebihan
• formula yang terkenal dan umum digunakan
• Praktis untuk digunakan dalam pengaturan klinis
Kekurangan
• Overestimasi
• Tidak mempertimbangkan usia
• Dikembangkan pada pasien dengan 40-70% pasien luka bakar TBSA dan dengan demikian tidak digunakan pada pasien dengan % TBSAB yang lebih kecil
DIET LUKA BAKAR I
Diberikan berupa cairan Air Gula Garam Soda (AGGS) dan Makanan Cair Penuh dengan pengaturan sebagai berikut :
o 0-8 jam pertama sampai residu lambung kosong, diberi AGGS dan
Makanan Cair Penuh ½ kkal/ml, dengan cara drip dengan kecepatan 50 ml/jam.
o 8-16 jam kemudian, jumlah energi per ml ditingkatkan menjadi 1 kkal/ml dengan kecepatan yang sama,
o 16-24 jam kemudian, apabila tidak kembung dan muntah, energi ditingkatkan menjadi 1 kkal/ml dengan kecepatan 50-75 ml/menit.
o Di atas 24 jam bila tidak ada keluhan, kecepatan pemberian makanan dinaikkan sampai dengan 100ml/menit.
o Apabila ada keluhan kembung dan mual, AAGS dan Makanan Cair Penuh diberikan dalam keadaan dingin. Apabila muntah, pemberian makanan dihentikan selama 2 jam.
Komposisi cairan AGGS
Air
Gula
Garam Dapur
Soda Kue
200 ml
30 ml
2 gram
1 gram
DIET LUKA BAKAR II
diberikan segera setelah pasien mampu menerima cairan AGGS dan Makanan Cair Penuh dengan nilai energi 1 kkal/ml, serta sirkulasi cairan tubuh normal.
Cara pemberiannya sebagai berikut :
Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan pasien, dapat berbentuk cair, saring, lumat, lunak atau biasa,
Cairan AGGS diberikan tidak terbatas.
Bila diberikan dalam bentuk cair, frekuensi pemberian 8 kali sehari, volume setiap kali pemberian disesuikan dengan
kemampuan pasien, maksimal 350 ml.
Bila diberikan dalam bentuk saring, frekuensi pemberian 3-4 kali sehari dan dapat dikombinasikan dengan Makanan Cair Penuh
untuk memenuhi kebutuhan gizi.
Bila diberikan dalam bentuk lunak atau biasa, frekuensi
disesuaikan dengan kemampuan pasien hingga asupan zat gizi terpenuhi.
Bahan Makanan yang dianjurkan
• Nasi lunak, daging yang tidak
berlemak dan berurat banyak, tempe atau tahu yang direbus dan dikukus, buah – buahan dan
sayuran yang
tidak mengandung gas, sirup dan teh
Bahan Makanan yang tidak Dianjurkan
• Makanan yang diolah dengan
teknik deep frying, sayuran mentah, bumbu yang
merangsang seperti cabe,
merica, minuman yang mengandung alkohol dan soda.
STUDI KASUS
Ny. A, umur 68 tahun TB = 150 cm, BB 40 kg,
Hasil pemeriksaan fisik dan klinis; TD = 140/60 mmHg nadi;
85x/menit, suhu 36°C
Pekerjaan Ny A adalah pensunan PNS
Mengalami luka bakar pada bagian dada akibat terkena air panas saat hendak memasuk air untuk keperluan mandi.
Keluhan yang dirasakan nyeri pada luka bakar dan susah BAB
Diagnosis dokter: Nn A mengalami luka bakar 18%
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar hemoglobin dan hematokrit rendah, leukosit tinggi, Na dan Cl rendah, Kalium normal, Albumin rendah
Terapi medis yang diberikan adalah ceftriaxone, ketrolak dan invus RL
Kebiasaan makan sehari-hari: pagi; nasi putih, tempe bacem dan sayur sawi. Siang; nasi, sayur asam, ikan goreng, tempe bacem Malam; nasi putih, sayur bening kelor, tempe goreng
Tn A. tidak memiliki pantangan terhadap makanan.
Thank You
d h u h a . I t s n a n i s a @ u n e j . a c . i d