Koordinasi antar SKPD dalam Penanganan Pedagang Kaki Lima (PKL) yang mengganggu arus lalu lintas di Kota Makassar (dibimbing oleh Abdul Mahsyar dan Anwar Parawangi). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui koordinasi antar SKPD dalam menangani pedagang kaki lima (PKL) yang mengganggu arus lalu lintas di kota Makassar.
Rumusan Masalah
PKL itu ibarat gula dan semut, artinya di mana ada keramaian pasti ada PKL. Menurut (Sugiharsono dkk, 2000:45), pedagang adalah perantara yang kegiatannya membeli dan menjual kembali barang tanpa mengubah bentuk atas inisiatif sendiri dan tanggung jawab konsumen untuk membeli dan menjualnya dalam jumlah kecil atau satuan.
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Hasil Penelitian Terdahulu
20 Tahun 1990 dan Keputusan Walikota Makassar Nomor 44 Tahun 2002 yaitu hadirnya program pemerintah dalam hal pengelolaan PKL. 21 merupakan bahu jalan atau jalan setapak yang dialihfungsikan menjadi tempat lapak pedagang kaki lima.
Tinjauan Teori dan Konsep 1. Koordinasi
- Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Koordinasi
 - Tujuan Kordinasi
 - Organisasi
 - Prosedur Kerja
 - Pengertian Kemacetan a. kemacetan
 
Pandangan pihak berwenang terhadap permasalahan ini, penyerahan fungsi yang dilakukan oleh PKL dan juru parkir liar dinilai melanggar aturan ketertiban, termasuk lalu lintas. Hasibuan berpendapat bahwa: “Koordinasi adalah kegiatan mengarahkan, memadukan dan mengkoordinasikan unsur-unsur manajemen dan pekerjaan bawahan untuk mencapai tujuan organisasi.” Pedagang Kaki Lima atau yang biasa disingkat PKL merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut pedagang kaki lima yang menggunakan gerobak. Istilah ini sering diartikan demikian karena banyaknya penjual mempunyai lima kaki.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No. 41 Tahun 2012 tentang PKL Pasal 2 ayat 2 Gubernur dan bupati/walikota wajib menyelenggarakan dan mengesahkan PKL. Peraturan Daerah Kota Makassar No. 10 Tahun 1990 tentang Pembinaan PKL di Wilayah Kota Makassar. Gubernur provinsi menetapkan atau menata pekarangan yang dapat digunakan oleh para pedagang kaki lima secara perseorangan maupun berkelompok sebagai tempat berdagang atau berusaha.
Kemudian diperjelas dalam Keputusan Wali Kota Makassar Nomor 44 Tahun 2002 pada Pasal 2 Ayat (1) dan (2) dijelaskan bahwa PKL tidak boleh menempati trotoar atau jalan raya. Kemudian dalam peraturan daerah ini juga diatur bahwa sejumlah jalan besar sama sekali tidak boleh digunakan untuk perdagangan oleh pedagang kaki lima atau kawasan yang bersih atau bebas dari PKL, yaitu: sepanjang Jalan Gunung Bawakaraeng, sepanjang Jalan R.A Kartini , sepanjang Jalan Jendral Sudirman , Jalan. Padahal Perda K3 (Kebersihan, Keindahan dan Ketertiban) melarang pedagang kaki lima berjualan di trotoar, jalur hijau, jalan dan jalan setapak, serta di tempat yang tidak diperuntukkan bagi mereka.
47 Pedagang kaki lima merupakan suatu usaha yang memerlukan modal relatif sedikit dan aktif dalam produksi dan penjualan untuk memenuhi kebutuhan kelompok konsumen tertentu. Saleh Soeidy berjudul Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota dalam Penertiban PKL (Studi pada Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Makassar).
Kerangka Pikir
- Fokus Penelitian
 - Deskripsi Fokus
 
Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran dan analisis implementasi kebijakan pemerintah kota dalam penertiban PKL di Kota Makassar belum sesuai dengan maksud dan tujuan implementasi kebijakan tersebut. Perlu adanya suatu kebijakan yang dapat memberikan solusi menyeluruh terhadap permasalahan PKL, khususnya solusi terhadap keberadaan PKL di Kota Makassar. Jika kita melihat permasalahan kemacetan lalu lintas di Kota Makassar semakin tidak terkendali karena banyaknya pedagang kaki lima yang mendirikan lapak di sepanjang trotoar atau sepanjang jalan hingga badan jalan.
Oleh karena itu, diharapkan instansi atau SKPD terkait dalam hal ini sektor dan Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) dapat berkoordinasi untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di Kota Makassar. Oleh karena itu, tujuan utama penelitian ini adalah koordinasi dinas terkait yaitu Dinas Perhubungan, Polisi Lalu Lintas, Dinas Tata Ruang dan Percantik Kota serta Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di kota. Makasar. Menelaah bagaimana kebijakan pemerintah diterapkan dalam menangani PKL penyebab kemacetan di Kota Makassar.
Untuk mengatasi permasalahan PKL yang mengganggu arus lalu lintas di Kota Makassar, diperlukan koordinasi antar SKPD. Dinas yang terlibat dalam kasus ini adalah Dinas Lalu Lintas, Polisi Lalu Lintas, Dinas Penataan Ruang dan Kecantikan Kota, dan Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP), Dinas Perdagangan dan Perindustrian dalam penanganan kemacetan lalu lintas di Kota Makassar. Salah satu penyebab kemacetan lalu lintas di kota Makassar adalah banyaknya pedagang kaki lima yang berjualan di pinggir jalan dan menggunakan jalan tersebut sehingga menyebabkan kemacetan lalu lintas.
METODE PENELITIAN
- Waktu dan Lokasi Penelitian
 - Jenis dan Tipe Penelitian
 - Sumber Data dan Informan Penelitian 1. Sumber Data
 - Informan Penelitian
 - Teknik Pengumpulan Data
 - Teknik Analisis Data
 - Keabsahan Data
 
67 PKL mengganggu arus lalu lintas, apalagi dalam hal ini kurangnya koordinasi antara pemerintah kota Makassar akibat maraknya PKL yang berjualan dari pinggir jalan hingga pinggir jalan. Jenis penelitian ini adalah studi kasus untuk mengetahui koordinasi pemerintah kota dalam menangani PKL yang mengganggu arus lalu lintas di kota Makassar. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis data yang diperlukan untuk koordinasi antar SKPD dalam menangani PKL yang mengganggu arus lalu lintas di kota Makassar yaitu;
68 Penataan Ruang dan Tata Kota, dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di kota Makassar yang disebabkan oleh menjamurnya PKL pinggir jalan dan pinggir jalan. Data sekunder ini peneliti gunakan untuk memperkuat temuan dan melengkapi informasi mengenai Dinas Perhubungan, Polisi Lalu Lintas, Satuan Polisi Negara (Satpol PP) dan Dinas Tata Kota dan Tata Ruang dalam mengatasi kemacetan lalu lintas di kota Makassar yang disebabkan oleh menjamurnya lima pedagang yang mereka berjualan di pinggir jalan. Peneliti merupakan pelaku yang terjun langsung di lapangan untuk memberikan informasi mengenai keadaan koordinasi antar SKPD Kota Makassar dalam menangani PKL yang mengganggu arus lalu lintas di Kota Makassar.
70 Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung ke fasilitas penelitian mengenai koordinasi antar SKPD dalam menangani PKL yang menghambat arus lalu lintas di Kota Makassar. Wawancara yaitu pengumpulan data dengan melakukan kegiatan tanya jawab (In-Depth Interview) atau percakapan langsung dengan informan yang telah ditentukan mengenai koordinasi antar SKPD dalam menangani PKL yang menghambat arus lalu lintas di Kota Makassar. Penelitian ini menggambarkan atau menggambarkan bagaimana koordinasi antar SKPD Kota Makassar dalam menangani PKL yang menghambat arus lalu lintas di Kota Makassar.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Karakteristik Objek Penelitian
Struktur Organisasi Lalu Lintas Polrestabes Kota Makassar a. Kapolres
Secara umum pengaturan lalu lintas mencakup seluruh kegiatan aparat Polri, khususnya Polisi Lalu Lintas, sesuai dengan uraian tugasnya, dan peranannya secara khusus mengatur lalu lintas di jalan umum. Dimana pengaturan lalu lintas merupakan suatu tindakan polisi yang dilakukan sebagai peringatan kepada pengguna jalan mengenai bagaimana dan dimana harus bergerak dan berhenti, terutama pada saat kemacetan lalu lintas atau situasi darurat.
Koordinasi Antar SKPD Dalam Menanggulangi Pedagang Kaki Lima di Kota Makassar
87 PKL Berjualan di Jalan, Bikin Kemacetan Lalu Lintas di Kota Makassar. Namun di sisi lain, PKL dinilai mengganggu lalu lintas dan keindahan serta tata ruang kota sehingga perlu dibersihkan. Sementara itu, nasib pedagang kaki lima atau pedagang nonformal di pasar tradisional seperti kota Makassar tidak jauh berbeda dengan nasib pedagang kaki lima pada umumnya di kota-kota besar di Indonesia.
Untuk itu diperlukan koordinasi antar SKPD yang terlibat dalam menangani PKL yang berjualan di jalan. Menunjukan berbagai tempat di halaman yang tidak boleh digunakan PKL, sebagai berikut: Sepanjang Jalan G.Bawakaraeng, Sepanjang Jalan Jendral Sudirman, Jalan Dr. Permasalahan PKL sangat memerlukan sinergitas dari setiap instansi yang bertanggung jawab.
Proses pengembangan PKL berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 41 Tahun 2012, pada pasal 51 ayat 1 dan 2. Bupati/Walikota memberikan petunjuk pelaksanaan kegiatan penataan dan pemberdayaan PKL di Kabupaten/Kota. Berdasarkan hasil wawancara dengan DGG, penulis melihat banyak PKL yang sudah berjualan sejak lama.
Pembahasan
Saat ini istilah PKL juga digunakan untuk sekelompok pedagang yang menjual dagangannya di pinggir jalan umum dan trotoar yang jauh dari kata rapi dan bersih. Pada umumnya PKL bersifat wiraswasta, yaitu mayoritas PKL hanya terdiri dari satu orang pekerja. Keberadaan PKL merupakan salah satu bentuk usaha sektor informal, sebagai alternatif lapangan kerja bagi penduduk kota.
Semakin terbatasnya lapangan kerja juga mendukung semakin banyaknya masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang kaki lima. Stagnasi Pedagang Kaki Lima” mengatakan bahwa keterbelakangan Dunia Ketiga dapat dijelaskan melalui dua teori besar dalam ilmu sosial: Pertama, teori yang menjelaskan bahwa kemiskinan disebabkan oleh faktor-faktor. Para pedagang kaki lima biasanya melakukan aktivitasnya di trotoar, sehingga Trotoar kini bukan lagi tempat yang nyaman bagi pejalan kaki karena sudah berubah fungsinya.
Dari pengertian di atas, fungsi bahu jalan adalah sebagai tempat pemberhentian sementara dan pergerakan pejalan kaki, namun pada kenyataannya justru menjadi tempat para pedagang kaki lima melakukan aktivitasnya. Jenis dagangan PKL sangat dipengaruhi oleh aktivitas disekitar tempat dimana PKL tersebut beraktivitas. Sementara kisruhnya pedagang kaki lima di jalan umum merupakan hal yang sangat mendesak untuk ditangani pemerintah.
Saran
Berdasarkan temuan penelitian di Kota Makassar mengenai koordinasi antar SKPD dalam menangani PKL yang mengganggu arus lalu lintas di Kota Makassar. Instansi manapun yang terlibat dalam masalah kemacetan akibat semrawut PKL harus benar-benar memperhatikan masalah ini dengan mengadakan pertemuan secara berkala. Pedagang kaki lima harus bisa menaati peraturan yang berlaku jika ingin berdagang di wilayah yang tidak diperbolehkan berdagang karena akan menimbulkan kemacetan jika terus berdagang di wilayah tersebut.
Koordinasi yang telah dilakukan harus benar-benar dilakukan agar permasalahan PKL dapat segera teratasi dan tidak kembali menimbulkan kemacetan di kota Makassar.
DAFTAR PUSTAKA
Syaiful Cangara, “Stagnasi Eksistensi Pedagang Informal di Makassar”, Fakultas Ilmu Sosial dan Dikte Pemerintahan, Unhas.