• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR SEMESTER konseling religius

N/A
N/A
RINDIKA TRIWULANDARI

Academic year: 2024

Membagikan "TUGAS AKHIR SEMESTER konseling religius"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR SEMESTER

KONSELING RELIGIUS Dosen Pengampu:

M. Andri Setiawan, M.Pd Dr. Ali Rachman, M.Pd

Disusun Oleh:

Rindika Triwulandari

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM S-1 PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BANJARMASIN 2022

(2)

1 BAB I

PENDAHULUAN Rumusan Masalah

1. Apa saja contoh dan bukti diperlukannya agama dalam konseling?

2. Bagaimana prosedur pelaksanaan asesmen layanan konseling dalam kurikulum merdeka dalam menelaah aspek religi peserta didik?

3. Bagaimana bentuk kolaborasi yang sangat menentukan antara guru BK dengan guru agama, guru pendidikan pancasila dalam menyelesaikan permasalahan peserta didik?

(3)

2 BAB II

PEMBAHASAN 1. Pentingnya Agama dalam Konseling

Landasan religius atau agama merupakan unsur yang erat hubungannya dengan hakikat, keberadaan dan peri kehidupan kemanusiaan(Afnilaswati, 2021). Artinya, manusia tidak bisa dipisahkan dari agama, karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk beragama dan punya potensi untuk mengembangkan fitrah beragamanya. Adanya unsur agama dalam konseling ini sangat diperlukan untuk menghadapi klien yang kuat memegang nilai-nilai ajaran agamanya. Selain itu, religi/agama ini juga merupakan sumber nilai, kepercayaan dan pola- pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti, tujuan dan kestablian hidup umat manusia (Afnilaswati, 2021).

Dalam tinjauan psikologis, konseling religius ini memiliki dampak spiritual yang besar, yaitu bisa menambah rasa keimanan, pengabdian, kejujuran, ketabahan, dan ketenangan dalam hidup (Kuswatun & Maemoenah dalam (Afnilaswati, 2021)).

Dalam (Fuad Anwar, 2019) dijelaskan bahwa dalam sejarah agama bisa kita saksikan manusia berusaha mencari perlindungan dalam agama tertentu untuk mencari ketenteraman jiwa yaitu suatu usaha untuk memperbaiki kesehatan mentalnya. Kesehatan mental bisa diraih dengan cara mempercayai tentang ajaran agama, keteguhan dalam mengindahkan norma- norma sosial, hukum, moral dsb. Hal yang menentukan ketenangan dan kebahagiaan hidup adalah kesehatan mental. Orang dengan mental yang sehat tidak akan mudah merasa putus asa, pesimis, apatis, karena ia dapat menghadapi semua rintangan/kegagalan dalam hidup dengan tenang dan wajar serta menerima kegagalan itu sebagai suatu pelajaran yang akan membawanya ke arah kesuksesan nanti.

Menurut Al Qur’an dalam surat Ar rum 30:30 bahwa kerisauan-kerisauan itu bersumber dari dalam diri manusia sendiri, yaitu mempunyai sifat suka lupa. Sehingga perlu diingatkan melalui bimbingan, pembinaan dan pembiasaan untuk mewujudkan potensi-potensi intelektualnya, keikhlasan pada diri sendiri dan nilai-nilai spiritual manusia. Bagi kita sebagai makhluk yang beragama, kebutuhan rohani, spiritual ini bisa didapatkan melalui bimbingan agama.

(4)

3 Selain itu, dalam (Naser, 2019) dijelaskan bahwa pendekatan bimbingan dan konseling yang terintegrasi di dalam dimensi agama, ternyata sangat disukai oleh masyarakat Amerika.

Kondisi ini didasarkan pada hasil polling Gallup pada tahun 1992 yang menunjukkan:

a. Sebanyak 66% masyarakat menyenangi konselor yang profesional, yang memiliki nilai-nilai keyakinan dan spiritual.

b. Sebanyak 81% masyarakat menyenangi proses konseling yang memperhatikan nilai- nilai keyakinan (agama).

Agama mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan mental individu.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa individu tidak akan mencapai atau memiliki mental yang sehat tanpa agama.

Peran agama dalam upaya pemuliaan manusia menduduki tempat yang amat penting dan strategis. Dalam UUD 1945 menempatkan agama dalam sistem pendidikan nasional.

Pentingnya peran agama yang dicerminkan dalam rumusan tujuan yang hendak dicapai oleh tujuan pendidikan dalam UU No 2/1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu menyangkut manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kaitannya dalam pelaksanaan bimbingan dan konseling yang juga merupakan salah satu upaya pemuliaan kemanusiaan, juga diperankan kaidah-kaidah agama yang berkenaan dengan hakikat sasaran layanan (peserta didik), serta konteks sosial budayanya.

2. Prosedur Pelaksanaan Asesmen Layanan Konseling dalam Kurikulum Merdeka dalam Menelaah Aspek Religi Peserta Didik

Menurut Morrison langkah-langkah need assessment sebagai berikut:

a. Perencanaan: yang perlu dilakukan; membuat klasifikasi siswa, siapa yang akan terlibat dalam kegiatan dan cara pengumpulannya.

b. Pengumpulan data: perlu mempertimbangkan besar kecilnya sampel dalam penyebarannya (distribusi).

c. Analisa data: setelah data terkumpul kemudian data dianalisis dengan pertimbangan: ekonomi, rangking, frequensi dan kebutuhan.

d. Membuat laporan akhir : dalam sebuah laporan analisa kebutuhan mencakup empat bagian; analisa tujuan, analisa proses, analisa hasil dengan table dan penjelasan singkat, rekomendasi yang terkait dengan data.

Analisis kebutuhan merupakan alat yang konstruktif dan positif untuk melakukan perubahan. Perubahan yang didasarkan atas logika yang bersifat rasional, perubahan

(5)

4 fungsional yang dapat memenuhi kebutuhan kelompok dan individu. Perubahan ini menunjukkan upaya formal yang sistematis menentukan dan mendekatkan jarak kesenjangan antara “seperti apa yang ada” dengan “bagaimana seharusnya”.

3. Kolaborasi Antara Guru BK dengan Guru Agama, Guru Pendidikan Pancasila dalam Menyelesaikan Permasalahan Peserta Didik

Kolaborasi yang dilakukan oleh guru BK merupakan salah satu kompetensi sosial dari seorang guru BK yaitu mengimplementasikan kolaborasi intern di tempat kerja. Dalam (Rahmawati dkk., 2020) berdasarkan hasil wawancara, guru BK dan guru PAI (Pendidikan Agama Islam) melakukan kolaborasi dengan sangat intensif. Kolaborasi tersebut dilakukan untuk memberdayakan dan mengembangkan potensi peserta didik untuk mencapai tahap perkembangannya. Selain itu, kolaborasi dilakukan guna menggali data dan menangani permasalahan siswa.

Tujuan kolaborasi yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling dengan guru Pendidikan Agama Islam di SMAN 3 adalah untuk mengetahui karakter individual siswa secara lebih mendalam. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana keadaan kehidupan siswa karena setiap siswa berasal dari budaya, lingkungan, ekonomi yang berbeda. Selain itu, tujuan kolaborasi adalah terselesaikannya masalah yang dihadapi siswa baik permasalahan keluarga maupun berkaitan dengan akhlaknya.

Permasalah-permasalahan yang ditemukan di SMAN 3 Kediri yang berkaitan dengan aspek landasan hidup religius antara lain: (1) pacaran berlebihan, (2) datang terlambat, (3) membolos, dan (4) tidak melaksanakan sholat dhuhur berjamaah. Guru Pendidikan Agama Islam di SMAN 3 berperan memberikan informasi kepada guru Bimbingan dan Konseling apabila ada permasalahan yang dirasa membutuhkan kolaborasi, begitu juga sebaliknya. Hal ini termasuk dalam bentuk usaha informal, di mana kegiatan yang diselenggarakan tidak diatur akan tetapi dilaksanakan dan terus dikembangkan. Usaha formal juga dilaksanakan dan tertuang dalam program tahunan yang sudah dibuat oleh guru Bimbingan dan Konseling.

Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan cara bimbingan sebagai tindakan preventif, maupun konselin untuk tindakan kuratif atau penyembuhan.

Di SMAN 3 Kediri, beberapa siswa ditemukan bergandengan tangan di area sekolah.

Selain itu, mereka sering duduk bersama ketika sebagian besar siswa sudah ada di rumah atau ketika beberapa siswa tiba di sekolah. Pacaran di usia remaja membawa banyak dampak negatif

(6)

5 seperti menurunnya prestasi akademik, menurunnya semangat belajar, kekerasan dalam berpacaran/ menjalin hubungan, seks pra nikah dan berujung pada kehamilan tidak diinginkan diiringi dengan putus sekolah. Hal-hal tersebut yang diwaspadai oleh pihak sekolah, sehingga guru Bimbingan dan Konseling dan guru Pendidikan Agama Islam berkolaborasi untuk meminimalisir dampak dari pacaran yang berlebihan.

Berdasarkan temuan tersebut, guru Pendidikan Agama Islam lebih intens dalam menyampaikan materi terkait larangan mendekati zina dalam Islam, etika sosial dan interaksi dengan lawan jenis dalam Islam. Guru Pendidikan Agama Islam menyajikan materi secara atraktif dengan menambahkan film pendek, film atau bermain peran. Metode yang diterapkan guru Pendidikan Agama Islam di SMAN 3 Kediri ini sesuai dengan penelitian Fahyuni di tahun 2019.

Guna meminimalisir dampak negatif dari pacaran, guru Bimbingan dan Konseling SMAN 3 Kediri setiap tahunnya membuat program berkaitan dengan kesehatan reproduksi di mana hal ini bekerjasama dengan Dinas Kesehatan, pengenalan GenRe (generasi berencana) bekerjasama dengan BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional).

Tidak hanya itu, guru Bimbingan dan Konseling mengadakan bimbingan kelompok sebagai tindakan preventif dan konseling individual sebagai layanan responsif. Guru Bimbingan dan Konseling dan guru Pendidikan Agama Islam juga berkolaborasi dalam menurunkan tingkat keterlambatan siswa dan ketidakhadiran di sekolah maupun pada mata pelajaran tertentu.

Berdasarkan Standar Kompetensi Kemandirian Peserta Didik (SKKPD), siswa SMA sudah seharusnya mengembangkan pemikiran kehidupan beragama. Guru Bimbingan dan Konseling memberikan layanan konseling bagi siswa yang terlambat dan membolos berdasarkan informasi dari tim tata tertib atau wali kelas. Dari konseling diharapkan konselor mengetahui penyebab timbulnya masalah sehingga dapat memberikan treatment yang tepat. Sedangkan guru Pendidikan Agama Islam memberikan materi-materi yang diambil dari sifat-sifat Nabi Muhammad SAW serta para sahabatnya.

Siswa SMA sudah seharusnya melaksanakan sholat 5 waktu. Guru Pendidikan Agama Islam memang tidak dapat memantau apakah siswa melaksanakan sholat 5 waktu. Siswa yang ketahuan tidak melaksanakan sholat dhuhur berjamaah dan memang tidak sedang berhalangan (menstruasi), di referal ke konselor dan guru Pendidikan Agama Islam. Dengan diberlakukan sholat dhuhur berjamaah di sekolah, diharapkan dapat melatih siswa untuk lebih disiplin dan

(7)

6 tepat waktu. Konsep positif disiplin sama dengan pendidikan dan bimbingan. Jika siswa semakin terbiasa sholat berjamaah maka semakin tinggi tingkat kedisiplinan siswa.

Guru Bimbingan dan Konseling serta guru Pendidikan Agama Islam memberikan contoh dengan mengikuti sholat berjamaah di masjid. Guru Pendidikan Agama Islam juga memberikan motivasi dan contoh-contoh sifat Nabi Muhammad SAW., beserta sahabatnya dengan harapan siswa dapat meneladai sifat tersebut. Pembelajaran materi seputar Fiqih juga dapat membantu menanamkan kedisiplinan dalam sholat 5 waktu 20. Konselor juga membuat layanan bimbingan kelompok tentang pentingnya menjalankan sholat bagi umat Islam.

Kolaborasi lain yang dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling dan guru Pendidikan Agama Islam antara lain meningkatkan kecerdasan spiritual siswa. Apabila siswa kurang begitu memahami agama Islam secara komprehensif, maka guru Bimbingan dan Konseling akan berkolaborasi dengan guru Pendidikan Agama Islam untuk meningkatkan spiritual siswa tersebut. Siswa harus memahami agamanya dengan baik, karena tugas untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik terkait agamanya bukan hanya tugas guru Pendidikan Agama Islam saja melainkan juga tugas seorang guru Bimbingan dan Konseling.

Hal ini sesuai dengan tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh peserta didik. Tugas perkembangan merupakan salah satu aspek yang harus dipahami oleh seorang guru Bimbingan dan Konseling / konselor, karena tugas perkembangan merupakan sasaran layanan dari bimbingan dan konseling.

Sementara pada penelitian dalam (Ary dkk., 2022) ditemukan bahwa di luar kelas guru PPKn bekerja sama dengan guru BK dalam memotivasi peserta didik dalam bentuk peran guru sebagai pembimbing peserta didik. Sebagai contoh jika ada peserta didik yang bermasalah, guru PPKn pada awalnya akan membantu peserta didik terlebih dahulu, dalam bentuk menyemangati dan membantu mencari solusi atas permasalahannya, setelah itu guru PPKn menghubungi guru BK guna membantu memecahkan masalah secara lebih spesifik. Guru BK membantu para peserta didik yang bermasalah dengan cara mengajaknya berbicara berdua di tempat atau ruangan yang hanya ada mereka berdua, disinilah guru BK mendengarkan semua keluh kesah dari peserta didik, pada saat peserta didik selesai menceritakan semua masalah yang di alami nya barulah guru BK merespon dengan memotivasi dan memberikan peserta didik solusi atas permasalahan yang di alami.

Berdasarkan hasil penelitian itu dapat disimpulkan bahwa peran guru PPKn dalam memotivasi siswa dalam penerapan norma kesopanan di SMPN 3 Sanggau sudah sangat baik,

(8)

7 karena tugas guru dalam memotivasi bukan hanya di lakukan dalam kelas saja, akan tetapi di lakukannya di luar kelas juga. Didalam kelas guru bertugas sebagai fasilitator, teladan dan sebagai penasihat guna memotivasi peserta didik. Sedangkan di luar kelas guru PPKn bekerja sama dengan guru BK dalam memecahkan masalah serta memotivasi peserta didik yang sedang mengalami masalah. Hal ini tentunya merupakan sebuah kolaborasi yang baik antara guru PPKn dan guru BK dalam membina peserta didik.

(9)

8 DAFTAR PUSTAKA

Afnilaswati, M. & A. (2021). Konsep Aplikasi Landasan dan Pendekatan Religius dalam Pelayanan Konseling. Jurnal Al-Taujih: Bingkai Bimbingan Dan Konseling Islami, 7(2), 128–134.

Ary, N., Sulistyarini, & Atmaja, T. S. (2022). PEMBINAAN PENERAPAN NORMA KESOPANAN MELALUI PERAN GURU PPKN DI SMP NEGERI 3 SANGGAU.

Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran Khatulistiwa (JPPK), 11(6), 498–507.

https://doi.org/10.26418/jppk.v11i7.55981

Fuad Anwar, M. (2019). DAKWAH SEBAGAI MEDIA KONSELING SPIRITUAL Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Syekh Nurjati Cirebon. Orasi: Jurnal Dakwah Dan Komunikasi, 10(1).

Naser, M. N. (2019). KONSELOR DALAM PENGUATAN NILAI DAN MORAL:

STRATEGI MEMBENTUK GENERASI RELIGIUS. JURNAL ILMIAH SYIAR: Kajian Dakwah Dan Wacana Islam, 19(01). http://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/syiar Rahmawati, N. R., Izazi, S. Z., Muna, N., Ni’mah, U., & Fawzi, T. (2020). BENTUK

KOLABORASI GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN GURU MATA PELAJARAN DALAM MENGATASI PERMASALAHAN PESERTA DIDIK. Al- Tazkiah, 9(2).

Abdul Muiz: TUJUAN DAN PROSEDUR PENYUSUNAN ANALISIS KEBUTUHAN (NEEDS ASSESSMENT) (abdulmuizedu.blogspot.com)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti dari guru BK berdasarkan buku catatan kasus (permasalahan- permasalahan yang dialami peserta didik dalam belajar) yaitu masih

3.1 Guru BK mengajak peserta didik melakukan refleksi atas kegiatan yang telah dilakukan 3.2 Guru BK mengajak peserta didik agar dapat bergaul dengan menjunjung tinggi etika

Guru BK memberikan tugas individual kepada masing-masing peserta didik untuk membuat jurnal sedekah dengan menuliskan kebaikan-kebaikan yang sudah dilakukan setiap hari

Guru BK memberikan arahan pada peserta didik untuk mengemukakan pendapat tentang Cara belajar efektif dan efisien sesuai gaya belajar2. Guru BK meminta peserta didik mengisi

“ Persepsi Peserta Didik Tentang Kepribadian Guru BK Dalam Pelaksanaan Konseling Perorangan ( Studi Terhadap Peserta Didik Kelas VIII dan IX di SMP Negeri

Jurnal Pendidikan Tambusai 3831 Peran Guru Pendidikan Agama Islam Melaksanakan Penanaman Karakter Religius Peserta Didik Noni Putri1, Rengga Satria2 Program Studi Ilmu Agama Islam,

Guru mata pelajaran memiliki peran dalam membantu mengidentifikasi peserta didik yang memerlukan bimbingan konseling, mengalihtangankan peserta didik yang memerlukan layanan bk,

Sebagai seorang guru profesional, saya bertugas menuntun peserta didik dan mengatasi permasalahan mereka agar menjadi mandiri, terampil, dan berkarakter sesuai nilai-nilai