• Tidak ada hasil yang ditemukan

upaya guru pendidikan agama islam dalam - Repository UMJ

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "upaya guru pendidikan agama islam dalam - Repository UMJ"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHAFAL AL-QUR'AN DI MAN 1 TANGERANG SELATAN

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi Strata Satu (S1) Pendidikan Agama Islam

Disusun Oleh:

Nama : LUTHFI AWALUDDIN LINUWIH NPM : 2016510039

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

1442 H/2020 M

(2)

i

Nama : Luthfi Awaluddin Linuwih NPM : 2016510039

Program Studi : Pendidikan Agama Islam Fakultas : Fakultas Agama Islam

Judul Skripsi : Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur'an di MAN 1 Tangerang Selatan

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi berjudul di atas secara keseluruhan adalah hasil penilitian saya sendiri kecuali pada bagian-bagian yang menjadi sumber rujukan. Apabila ternyata dikemudian hari terbukti skripsi saya merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya tulis orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus menerima sanksi berdasarkan ketentuan undang-undang dan aturan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Jakarta ini.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan tidak ada paksaan.

Jakarta, 20 Muharram 1442 H 08 September 2020 M Yang Menyatakan,

Luthfi Awaluddin Linuwih

(3)

ii

Skripsi Yang berjudul “Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur'an di MAN 1 Tangerang Selatan” yang disusun oleh Luthfi Awaluddin Linuwih, Nomor Pokok Mahasiswa: 2016510039 Program Studi Pendidikan Agama Islam disetujui untuk diajukan pada Sidang Skripsi Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta.

Jakarta, 20 Muharram 1442 H 08 September 2020 M Pembimbing,

Dr. Jusuf Mudzakir, M.SI.

(4)

iii

Selatan”, disusun oleh Luthfi Awaluddin Linuwih, Nomor Pokok Mahasiswa:

2016510039. Telah diajukan pada hari/tanggal: Selasa 08 September 2020. Telah diterima dan disahkan dalam sidang skripsi (Munaqasyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta untuk memenuhi peryaratan mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Pendidikan Agama Islam.

FAKULTAS AGAMA ISLAM Dekan,

Dr. Sopa M,Ag.

Nama Tanda Tanggal

Dr. Sopa, M.Ag.

Ketua

Drs. Tajudin, MA ... ...

Sekretaris

Dr. Jusuf Mudzakkir, M.Si ... ...

Dosen Pembimbing

Dr. Sudirman Tamin, MA ... ...

Anggota Penguji I

Sa'diyah, MA ... ...

Anggota Penguji II

(5)

iv 2016510039

Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur'an di MAN 1 Tangerang Selatan

iv + 129 halaman + 5 lampiran

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan 1) Untuk mengetahui upaya yang dilakukan sekolah dalam membantu program hafalan Al-Qur'an di MAN 1 Tangerang Selatan, 2) Untuk mengetahui upaya guru PAI dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an di MAN 1 Tangerang Selatan, dan 3) Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam menghafal Al-Qur'an.

Penelitian ini dilaksanakan di MAN 1 Tangerang Selatan, kecamatan Setu, kota Tangerang Selatan. Adapun waktu penelitian ini dilakukan pada semester ganjil tahun ajaran 2019-2020. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan metode deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi.

Hasil penelitian mengungkapkan bahwa: 1) Program/kegiatan yang membantu dalam menghafal Al-Qur'an adalah diadakannya kegiatan pagi yakni sholat dhuha, tadarus, muroja'ah dan ekstrakurikuler tahfidz. 2) Ada beberapa upaya yang dilakukan guru PAI dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al- Qur’an adalah memberikan motivasi kepada siswa, Membetulkan bacaan, Menggunakan metode yang bervariasi, Melakukan kegiatan-kegiatan sekolah, Memberikan hadiah kepada siswa, dan Memberikan tugas dan hukuman kepada siswa.melakukan sholat dhuha dan muraja'ah, memberikan tugas dan hadiah kepada siswa. 3) Faktor pendukung program tahfidz adalah: motivasi siswa yang sangat tinggi, sarana dan prasarana penunjang yang tersedia sesuai dengan kebutuhan, Hubungan dan pertemuan antara guru dan siswa yang intensif, dan mempunyai tanggung jawab yang kuat. Sedangkan faktor penghambat adalah kemampuan tidak sama, alokasi waktu, dan adanya rasa malas.

Kata Kunci : Guru PAI, Kemampuan, Menghafal Al-Qur'an

(6)

v

2. Vokal Pendek 3. Vokal Panjang

a Â

i Î

u Û

4. Diftong 5. Pembauran

--- au al- …

--- ai al-sy …

wa al- …

, TH

B ZH

T

TS GH

J F

H Q

KH K

D L

DZ M

R N

Z W

S H

SY Y

SH H

DL

(7)

vi

Nya serta nikmat sehat kepada penulis, sehingga proposal penelitian ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad Saw., beserta keluarganya, sahabat-sahabatnya dan kepada seluruh umat islam.

Skripsi ini ditulis dalam upaya memenuhi salah satu tugas akhir dalam memperoleh gelar Strata Satu (S1) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta, tahun 2020.

Tidak sedikit kendala yang penulis hadapi dalam penyelesaian skripsi ini, namun karena bimbingan, arahan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga kendala itu menjadi tidak terlalu berarti bagi penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, memberikan dorongan dan penghargaan kepada pihak-pihak berikut:

1. Kepada kedua orangtua tercinta, Ayahanda Bona Giri Suseno dan Ibunda Rohyati, yang telah memberikan kasih sayang, dorongan moril dan dukungan materil, serta tak pernah berhenti untuk mendoakan anaknya sehingga memperlancar penulis dalam keberhasilan studi.

(8)

vii

3. Penguji I Bapak Dr. Sudirman Tamin, MA., penguji II Ibu Sa'diyah, MA., yang telah memberikan semangat dan dukungan pada penulis.

4. Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta, Bapak Busahdiar, MA., yang telah memberikan arahan, nasehat serta bimbingan kepada penulis sehingga penulis bersemangat untuk menyelesaikan skripsi.

5. Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta, Bapak Dr.

Sopa, M.Ag, yang telah membimbing mahasiswa sehingga dapat menuntaskan studi di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammdiyah Jakarta.

6. Kepala Sekolah MAN 1 Tangerang Selatan Bapak H. Ridwan Fahmi Lubis, S.Ag, yang telah membantu memberi izin tempat penelitian dan memberikan dukungan data.

7. Seluruh dewan guru MAN 1 Tangerang Selatan, terutama Bapak Nurdin dan Ibu Mas‘ani, S.Ag yang telah membantu dalam proses penelitian skripsi ini.

8. Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta, Bapak Prof. Dr. Syaiful Bakhri, S.H. M.H.

(9)

viii

10. Seluruh keluarga besar PAI B 2016, teman-teman Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta angkatan 2016 dan seluruh kerabat- kerabat saya, semoga selalu terjalin silaturahmi dan sukses dalam pekerjaan apapun.

Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih banyak kekurangan dan keterbatasan, namun diharapkan karya yang sederhana ini banyak memberikan manfaat untuk orang lain. Semoga berkat rahmat illahi melimpahi perjuangan kami. Aamiin.

Jakarta, 20 Muharram 1442 H 08 September 2020 M

Luthfi Awaluddin Linuwih

(10)

ix

LEMBAR PERNYATAAN ... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI ... iii

ABSTRAK ... iv

LEMBAR TRANSLITERASI ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus dan Sub Fokus Penelitian ... 10

C. Perumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Kegunaan Hasil Penelitian ... 11

F. Sitematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus... 13

1. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam ... 13

(11)

x

1) Kedudukan Guru Pendidikan Agama Islam ... 21

2) Peran Guru Pendidikan Agama Islam ... 23

3) Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 30

4) Syarat Guru Pendidikan Agama Islam ... 31

5) Tugas Guru Pendidikan Agama Islam ... 33

2. Kemampuan Menghafal Al-Qur'an ... 38

a) Pengertian Kemampuan... 38

b) Pengertian Menghafal Al-Qur'an ... 40

c) Hukum Menghafal Al-Qur'an ... 44

d) Syarat-syarat Menghafal Al-Qur'an ... 46

e) Metode Menghafal Al-Qur'an ... 49

f) Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Menghafal ... 53

g) Faktor Pendukung dan Penghambat Menghafal Al-Qur'an ... 56

B. Penelitian Yang Relevan ... 64

C. Kerangka Berfikir... 68

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian ... 70

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 70

C. Lattar Penelitian ... 70

D. Metode dan Prosedur Penelitian... 71

(12)

xi

H. Validitas Data ... 79 BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum tentang Latar Penelitian ... 82 B. Temuan Penelitian ... 94 C. Pembahasan Temuan Penelitian ... 114 BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan ... 128 B. Saran ... 129 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(13)

xii

Tabel 4.1 Daftar Kepala Sekolah MAN 1 Kota Tangerang Selatan

Tabel 4.2 Daftar Nama Tenaga Pendidik MAN 1 Kota Tangerang Selatan Table 4.3 Daftar Nama Tenaga Kependidikan MAN 1 Kota Tangerang Selatan Table 4.4 Rekap Jumlah Siswa Tahun Ajaran 2019/2020

Table 4.5 Daftar Sarana MAN 1 Kota Tangerang Selatan Table 4.6 Daftar Prasarana MAN 1 Kota Tangerang Selatan Table 4.7 Daftar Kegiatan Ekstrakurikuler Siswa

(14)

xiii Lampiran 1: Pedoman Wawancara

Lampiran 2: Surat Bimbingan Skripsi Lampiran 3: Surat Permohonan Penelitian Lampiran 4: Kartu Bimbingan Skripsi Lampiran 5: Dokumentasi

(15)

1 A. Latar Belakang Masalah

Al Qur’an secara harfiah berarti “bacaan yang sempurna”, merupakan satu nama pilihan Allah yang sangat tepat karena tidak ada satu bacaan pun sejak manusia mengenal baca tulis 5.000 tahun lalu yang dapat menandingi Al Qur’an Al-Karim, bacaan yang sempurna lagi mulia itu.1

Al-Qur’an adalah kalamullah yang merupakan mu’jizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, membaca dan menghafalnya merupakan suatu ibadah. Al-Qur’an menempati posisi sebagai sumber pertama dan utama dari seluruh ajaran Islam, juga berfungsi sebagai petunjuk atau pedoman bagi umat manusia dalam mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

Pada masa Nabi Muhammad saw ini bangsa Arab sebagian besar buta huruf. Mereka belum banyak mengenal kertas sebagai alat tulis seperti sekarang. Oleh karena itu setiap Nabi menerima wahyu selalu dihafalnya, kemudian beliau di sampaikan kepada para sahabat dan diperintahkannya untuk menghafalkannya dan menuliskan di batu-batu, pelepah kurma, kulit- kulit binatang dan apa saja yang bisa dipakai untuk menulisnya.2

1 Quraisy Shihab, Wawasan Al Qur’an: Tafsir Maudlui atas Pelbagai Persoalan Umat, cet.

Ke 11 (Bandung: Mizan, 2005), h. 3.

2 Muhaimin Zen, Tata Cara/Problematika Menghafal Al-Qur’an dan Petunjuk Petunjuknya, (Jakarta: PT Maha Grafindo, 1985), h. 5-6

(16)

Menghafalkan Al-Qur’an merupakan salah satu bentuk interaksi umat Islam dengan Al-Qur’an yang telah berlangsung secara turun- menurun sejak Al-Qur’an pertama kali turun kepada Nabi Muhammad SAW. hingga sekarang dan masa yang akan datang. Allah SWT. telah memudahkan Al- Qur’an untuk dihafalkan, baik oleh umat Islam yang berasal dari Arab maupun selain Arab yang tidak mengerti arti kata-kata dalam al-Qur’an yang menggunakan bahasa Arab.3

Al-Qur’an merupakan panduan utama dalam mendidik dan mentarbiyahkan manusia dalam segala aspek kehidupan agar menjadi hamba Allah SWT yang sebenar-benarnya. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Ali-Imran ayat 138:

نلِّل ٌناَيَ ب اَذََٰه ٌةَظِعْوَمَو ىًدُهَو ِسا

َنيِق تُمْلِّل

Artinya:

Inilah (Al-Qur’an) adalah suatu keterangan yang jelas untuk semua manusia, dan menjadi petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertaqwa.4

Al-Qur’an menjadi sumber dalam pendidikan agama Islam. Agar dapat memahami dan mempelajari isi kandungannya maka orang muslim harus mampu membacanya terlebih dahulu. Dalam pendidikan agama Islam yang

3 Abdul Jalil, “Metode Menghafal al-Qur’an” dalam Suryadi, dkk, Meraih Prestasi di Perguruan Tinggi (Yogyakarta: Jurusan Tafsir Hadis Fakultas Ushuluddin, Studi Agama dan Pemikiran Islam bekerjasama dengan Penerbit PD Pontren Kemenag RI, 2011), h. 150.

4 Q.S. Ali-Imran (3) ayat 138

(17)

pertama kali disyariatkan adalah perintah membaca. Karenanya setiap orang muslim harus banyak membaca terutama membaca Al-Qur’an. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Al-A’laq ayat 1-5:

( َقَلَخ ىِذ لٱ َكِّبَر ِمْسٱِب ْأَرْ قٱ ( ٍقَلَع ْنِم َنََٰسنِْلْٱ َقَلَخ ) ١

ُمَرْكَْلْٱ َكُّبَرَو ْأَرْ قٱ ) ٢

( ٣ ( ِمَلَقْلٱِب َم لَع ىِذ لٱ ) ( ْمَلْعَ ي ْمَل اَم َنََٰسنِْلْٱ َم لَع ) ٤

٥ )

Artinya:

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2.

Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.5

Allah telah memudahkan lafadz Al-Qur’an sehingga mudah untuk dibaca, dihafal, dipahami maknanya, ditadabburi atau dihayati bagi siapa saja yang hendak mengambil pelajaran darinya. Hal ini ditegaskan sebanyak empat kali melalui firman Allah SWT dalam Q.S.Al-Qamar ayat 17, 22, 32, dan 40 sebagai berikut:

5 Q.S. Al-Alaq (96) ayat 1-5

(18)

ٍرِك دُّم نِم ْلَهَ ف ِرْكِّذلِل َناَءْرُقْلٱ اَنْر سَي ْدَقَلَو

Artinya:

Dan sungguh, telah Kami mudahkan Al-Qur’an untuk peringatan, maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran?6

Kemuliaan bagi seorang penghafal Quran, yaitu diberi nikmat berupa mahkota kemuliaan, perhiasan kemuliaan, serta keridaan Allah kepadanya, di samping itu, pada setiap ayat itu terkandung satu kebaikan yang akan menambah derajatnya. Di surga nanti, ia akan diangkat derajatnya sesuai dengan jumlah ayat Al Quran yang dibaca dan dihafalnya.7

Menurut Quraish Shihab “Hidup di bawah naungan Al-Qur’an adalah nikmat yang tidak dapat diketahui kecuali oleh orang yang merasakannya.

Tiada bacaan seperti Al- Qur’an yang dipelajari bukan hanya susunan redaksi dan pemilihan kosakatanya, tetapi juga kandungannya yang tersurat, tersirat bahkan sampai kepada kesan yang ditimbulkannya. Semua dituangkan dalam jutaan jilid buku, generasi demi generasi. Kemudian apa yang dituangkan dari sumber yang tak pernah kering itu, berbeda-beda sesuai dengan perbedaan kemampuan dan kecenderungan. Al-Qur’an layaknya sebuah permata yang memancarkan cahaya yang berbeda-beda sesuai dengan sudut pandang masing-masing.”8

Sejak Al-Qur'an diturunkan sampai sekarang, sudah terjadi banyak peristiwa besar, bencana, peperangan dan permusuhanan antar umat manusia.

6 Q.S. Al-Qamar (54) ayat 17, 22, 32 dan 40

7 Salafuddin Abu Sayyid, Balita pun Hafal Al-Qur’an, (Solo: Tinta Medina, 2012), h. 138.

8 Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 2003), h. 3.

(19)

Al-Qur‟an juga melewati suatu masa di mana umat Islam sendiri seringkali terjadi perpecahan. Namun apapun yang telah terjadi, Al-Qur'an tetap utuh sejak diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. Karena keaslian dan kemurniannya selalu dijaga oleh Allah SWT hingga hari akhir nanti.

Sebagaimana ditegaskan dalam firman-Nya:

ُهَل ا نِإَو َرْكِّذلٱ اَنْل زَ ن ُنْحَن ا نِإ َنوُظِفََٰحَل ۥ

Artinya:

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya”9

Ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah SWT akan senantiasa menjaga keaslian dan kemurnian Al-Qur'an baik dalam setiap ayatnya, setiap kalimatnya, bahkan setiap hurufnya, serta segala isi yang terkandung di dalamnya. Dengan demikian, umat Islam memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk menjaga kemurniannya dari tangan-tangan jahil dan musuh Islam yang tidak pernah lelah untuk berusaha mengotori dan memalsukana ayat-ayat Al-Qur'an.

Menurut Yusuf Qardhawi “Salah satu usaha nyata seorang hamba (umat Islam) dalam proses pemeliharaan kemurnian Al-Qur‟an adalah dengan menghafalkannya (Tahfizhul Qur'an) pada setiap generasi umat Islam sehingga dapat mencetak generasi muslim yang Qur'ani.”10

9 Q.S. Al-Hijr (15) ayat 9

10 Yusuf Qardawi, Berinteraksi Dengan Al-Qur'an, Jakarta: Gema Insani Press 1999, h.

189.

(20)

Selain menghafal Al-Qur'an, kewajiban seorang hamba (umat Islam) harus bisa mempelajari, memahami, dan mengamalkan dalam kehidupan sehari-sehari atas apa yang terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu, beruntunglah bagi orang-orang yang dapat mempelajari, memahami, mengamalkan, sekaligus menghafalkannya. Sesuai dalam kitab Shahihnya, Imam Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Hajjaj bin Minhal dari Syu’bah dari Alqamah bin Martsad dari Sa’ad bin Ubaidah dari Abu Abdirrahman As-Sulami dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

ُهَم لَعَو َنآْرُقْلا َم لَعَ ت ْنَم ْمُكُرْ يَخ .

Artinya:

Telah menceritakan kepada kami Hajjaj bin Minhal, telah menceritakan kepada kami Syu'bah ia berkata, telah mengabarkan kepadaku 'Alqamah bin Martsad aku mendengar Sa'd bin Ubaidah dari Abu Abdurrahman As Sulami dari Utsman r.a. dari Nabi SAW, beliau bersabda:

“Orang yang paling baik di antara kalian adalah seorang yang belajar Al Qur`an dan mengajarkannya.” (HR. Bukhori, Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah).

Masih dalam hadits riwayat Al-Bukhari dari Utsman bin Affan, tetapi dalam redaksi yang agak berbeda, disebutkan bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,

(21)

ُهَم لَعَو َنآْرُقْلا َم لَعَ ت ْنَم ْمُكَلَضْفَأ نِإ

“Sesungguhnya orang yang paling utama di antara kalian adalah yang belajar Al-Qur`an dan mengajarkannya.”

Pelajaran Alquran perlu diberikan kepada anak sejak usia balita, kanak- kanak, remaja bahkan dewasa sekalipun karena Alquran adalah suatu kitab yang bersifat universal yang akan menjelaskan secara tersirat dan tersurat makna didalamnya. Maka secara individu wajib mengimani Alquran sebagai kitab ummat Islam. Dari itu pembelajaran Alquran menjadi sebuah keharusan bagi semua pihak baik di lingkungan formal, informal, maupun non formal.

Untuk mampu memahami Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup yang benar maka sebagai orang Islam mereka harus mampu untuk membaca Al- Qur’an terlebih dahulu. Kemampuan membaca dan menghafal Al-Qur’an dipengaruhi oleh faktor dari luar, misalnya faktor orang tua, faktor pendidikan di sekolah yang mendukung akan pendidikan Al-Qur’an terhadap anak. Cara orangtua mendidik anaknya sangat besar pengaruhnya terhadap belajar anak. Karena sebagaimana yang telah dijelaskan keluaraga merupakan lingkuangan pendidikan pertama dan yang utama bagi anak.

Dalam menghafal Al-Qur'an, kemampuan seseorang berbeda-beda. Ada orang yang sangat mudah, sebaliknya ada orang yang sulit menghafal, dan ada juga yang kemampuan menghafalnya biasa-biasa saja. Untuk itu dibutuhkan strategi dan cara yang pantas dan cocok, sehingga tercapai tujuan

(22)

yang diinginkan. Demikian pula dengan pelaksanaan menghafal, memerlukan suatu metode dan teknik yang dapat memudahkan usaha-usaha tersebut, sehingga dapat berhasil dengan baik. Oleh karena itu, metode merupakan salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan dalam menghafal Al- Qur'an.

Adapun tujuan belajar Al-Qur'an adalah bisa membaca dan mengahafal Al-Quran dengan fasih (baik dan benar sesuai dengan kaedah Qiraah dan tajwidnya). Apabila membaca dan menghafal Al-Qur'an salah harokatnya saja akan mengubah arti dalam ayat Al-quran itu sendiri, maka sangat penting sekali belajar membaca dan menghafal Al-Quran agar dalam membaca maupun menghafal tidak mengalami kesalahan.

Proses menghafal Al-Qur'an lebih mudah dari pada memeliharanya.

Banyak penghafal Al-Qur'an yang mengeluh karena semula hafalannya baik dan lancar, tetapi pada suatu saat hafalan tersebut hilang dari ingatannya. Hal ini dapat terjadi karena tidak ada pemeliharaan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan hafalan Al-Qur’an harus mempunyai cara- cara yang tepat, sehingga hafalan Al-Qur’an tersebut akan bertambah lebih baik.

Hal ini juga sejalan dengan adanya bimbingan guru, karena tidak dapat dipungkiri lagi di dalam menghafal Al-Qur'an, sosok guru sangat dibutuhkan dalam rangka membetulkan dan meluruskan bacaan baik dari makhrorijul huruf maupun panjang pendeknya bacaan atau yang lebih dikenal dengan ilmu tajwid.

(23)

Seorang guru dalam membimbing hafalan tentunya tidaklah mudah, guru harus mempunyai strategi dan metode tersendiri dalam mengajar agar siswa mudah memahami materi yang disampaikan. Strategi pembelajaran merupakan komponen penting dalam sistem pembelajaran. Strategi pembelajaran terkait materi yang disiapkan dan metode terbaik untuk menyampaikan materi pembelajaran tersebut dan bagaimana bentuk evaluasi yang tepat digunakan untuk mendapatkan umpan balik pembelajaran.

Guru merupakan orang tua kedua di sekolah, maka dari itu banyak guru mengupayakan siswanya agar bisa membaca Al-Qur’an bahkan untuk menghafalkannya. Hal tersebut dilakukan agar dapat mencetak lulusan yang bagus dan dapat membaca Al-Qur’an serta dapat menghafal Al-Qur’an sesuai tajwid dan mencapai target hafalan yang telah ditentukan.

Karena berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan (MAN 1 Tangsel), semakin tinggi jenjang pendidikannya semakin banyak dan sulit hafalan yang akan diberikan. Maka siswa harus pandai-pandai membagi waktu antara mengerjakan tugas sekolah, dan mengulang hafalan guna menjaga kelancaran hafalannya.

Secara praktiknya, pelajaran menghafal Al-Qur’an di Madrasah Aliyah Negeri merupakan suatu program tambahan yang dilaksanakan pada sekolah berbasis Islam, karena pada umumnya tidak semua sekolah menerapkan program tersebut.

Dari hasil observasi, yang dilaksanakan di MAN 1 Tangsel dapat ditemukan beberapa siswa yang kemampuan menghafalnya lambat, ada juga

(24)

sebagian siswa yang kesulitan ketika melafadzkan dengan benar hafalan ayatnya dikarenakan bacaan Al-Qur’an yang belum lancar. Data tersebut didukung dengan dokumentasi yang Penulis lihat melalui data siswa dalam menghafal. Rata-rata perolehan hafalan siswa masih terukur dari segi banyaknya hafalan.

Berdasarkan masalah di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berkaitan dengan bagaimana upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kemampuan menghafal siswa dan untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam upaya meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an siswa. Oleh karena itu, Skripsi yang diberi judul “Upaya Guru Pendidikan Agam Islam dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur’an Siswa Di MAN 1 Tangerang Selatan”, penulis tertarik untuk menindak lanjuti bagaimana upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an siswa.

B. Fokus dan Sub Fokus Penelitian

1. Fokus Penelitian : Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al-Qur'an Di MAN 1 Tangerang Selatan

2. Sub Fokus Penelitian

a. Upaya sekolah dalam membantu program hafalan Al-Qur'an di MAN 1 Tangsel.

(25)

b. Upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an di MAN 1 Tangsel.

c. Faktor pendukung dan penghambat dalam menghafal Al-Qur'an.

C. Rumusan Masalah

Dengan mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka dapat penulis rumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Apa saja upaya yang dilakukan sekolah dalam membantu program hafalan Al-Qur'an di MAN 1 Tangsel?

2. Apa saja upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an di MAN 1 Tangsel?

3. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam menghafal Al-Qur'an

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan sekolah dalam membantu program hafalan Al-Qur'an di MAN 1 Tangsel

2. Untuk mengetahui upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kemampuan menghafal Al-Qur’an di MAN 1 Tangsel 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam menghafal

Al-Qur'an

(26)

E. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna dan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis:

1. Secara Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah keilmuan tentang upaya guru Pendidikan Agama Islam dalam meningkatkan kemampuan menghafal siswa.

2. Secara Praktis

a. Sebagai pembelajaran bagi siswa untuk dapat meningkatkan kemampuan menghafal Alquran dengan baik sesuai dengan hukum tajwid.

b. Sebagai bahan masukan bagi guru-guru dalam meningkatkan kemampuan siswa menghafal Alquran, khususnya kepada guru-guru.

c. Sekolah dapat meningkatkan mutu proses maupun mutu hasil pembelajaran di sekolah. Dan meningkatkan kualitas dan tujuan pendidikan sekolah.

E. Sistematika Penulisan

Penelitian ini akan ditulis secara sistematika dalam lima bab, pada tiap bab dibagi menjadi beberapa sub bab, yaitu :

BAB I: Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Fokus dan Subfokus Penelitian, Perumusan Masalah, Kegunaan Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

(27)

BAB II: Tinjauan Pustaka, terdiri dari Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus Penelitian tentang beberapa hal yang mengkaji tentang Upaya Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Meningkatkan Kemampuan Menghafal Al- Qur'an serta terdapat Hasil Penelitian yang Relevan.

BAB III: Metodelogi Penelitian, terdiri dari Tujuan Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian, Latar Penelitian, Metode dan Prosedur Penelitian, Data dan Sumber Data, Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data, dan Validitas Data (Kredibilitas, Transferabilitas, Dependabilitas, Konfirmabilitas).

BAB IV: Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri dari Gambaran Umum tentang Latar Penelitian, Temuan Penelitian, dan Pembahasan Temuan Penelitian.

BAB V: Kesimpulan dan Saran, terdiri dari kesimpulan yang berupa temuan, dan saran yang berupa rekomendasi.

(28)

13

A. Deskripsi Konseptual Fokus dan Subfokus Penelitian 1. Upaya Guru Pendidikan Agama Islam

a. Pengertian Upaya

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi baru pengertian upaya adalah usaha, syarat untuk menyampaikan sesuatu maksud, akal, ikhtiar, daya.11 Jadi upaya yaitu suatu usaha untuk menyampaikan maksud, akal dan ikhtiar, upaya merupakan segala sesuatu yang bersifat mengusahakan terhadap sesuatu hal supaya dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna sesuai dengan maksud, tujuan dan fungsi serta manfaat suatu hal tersebut dilaksanakan.

Sedangkan menurut istilah “upaya adalah usaha sungguh- sungguh dari seseorang dalam melakukan sesuatu kegiatan untuk mencapai tujuan tertentu”.12 Jadi yang dimaksud dengan upaya yakni sebuah usaha sungguh-sungguh yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok dengan maksud mencari jalan keluar dari suatu masalah yang dihadapi.

Berdasarkan pengertian di atas dapat diperjelas bahwa upaya adalah salah satu tugas guru dalam pendidikan agar tujuan yang telah

11 Tim Pustaka Phoenix, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Baru, (Jakarta Barat: Media Pustaka Phoenix, 2012), h. 924.

12 Balnadi Sutadipura, Aneka Problema Keguruan, (Bandung: Angkasa, 1998), h. 17

(29)

direncanakan dengan mengerahkan pikiran dan tenaga sesuai yang diharapkan.

b. Pengertian Guru

Kata guru berasal dari Bahasa Indonesia yang berarti mengajar.

Dalam Bahasa Inggris teacher yang berarti pengajar. Dengan demikian guru adalah “Orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasaran peserta didik”.13 Sedangkan guru menurut UU RI No.14 Bab I Pasal 1 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen adalah:

Pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan dasar dan pendidikan menengah.”14

Untuk itu, guru adalah seseorang yang bertanggung jawab terhadap anak didik dalam membantu perkembangannya dan mempunyai tugas utama yaitu mendidik, membimbing, melatih, menilai, mengevaluasi, untuk mewujudkan tujuan kehidupan secara optimal. Jadi, guru adalah semua orang yang berusaha mempengaruhi perkembangan seseorang serta memberi suri tauladan dalam membentuk kepribadian anak didik dalam bidang ibadah, inteletual,

13Abuddin Nata. Perspektif Islam tentang Pola hubungan Guru-Murid. (Jakarta: PT.

Gaja Grafindo Persada. 2001) h. 41

14 UU RI No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: PT. Asa Mandiri, 2006), h. 1

(30)

jasmani dan rohani yang dapat dipertanggung jawabkan kepada orang tua, masyarakat serta kepada Allah SWT.

Guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid, baik secara individu maupun klasikal, baik disekolah maupun di luar sekolah.15

Guru adalah pekerja profesional yang secara khusus disiapkan untuk mendidik anak-anak yang telah diamanatkan orang tua untuk dapat mendidik anaknya disekolah.16 Beberapa pendapat para ahli mendefinisikan guru diantaranya:

1) Ahmad Tafsir berpendapat bahwa pengertian guru yakni siapa saja yang bertangung jawab terhadap perkembangan siswa baik potensi pada psikomotorik, kognitif dan afektif.17

2) Zakiah Daradjat mengungkapkan guru merupakan pendidik profesional, karena secara implisit ia telah mengiklaskan dirinya menerima dan mengemban tanggung jawab pendidikan yang dipikul oleh orang tua.18

Dari rumusan pengertian guru diatas dapat disimpulkan bahwa guru adalah orang yang memberikan pendidikan atau ilmu pengetahuan kepada peserta didik dengan tujuan agar peserta didik

15 Akmal Hawi, Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), h. 9.

16 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, Jakarta: Bumi Aksara, 2004. h, 4

17 Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014. h. 74

18 Zakiah Daradjat, dkk, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta. PT Bumi Aksara 2012. h. 39

(31)

mampu memahami dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari- hari.

Guru merupakan unsur dalam pendidikan yang harus berperan aktif dan menempatkan kedudukannya sebagai tenaga atau pendidik profesional. Untuk bisa menjadi guru yang profesional, harus mempunyai kemampuan dasar yaitu kompetensi keguruan. Dengan kompetensi ini guru dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik. Kompetensi- kompetensi tersebut adalah sebagai berikut:

1) Kompetensi Pedagogi, yaitu kemampuan guru yang berkaitan dengan Ilmu Didaktik / Ilmu mengajar. Kompetensi Paedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.19

2) Kompetensi Kerpibadian, artinya Kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa dan menjadi teladan bagi peserta didik serta berakhlak mulia.20

19 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (PT Remaja Rosdakarya Bandung, 2005) h. 68

20 Ibid h. 172

(32)

Dilihat dari aspek psikologi kompetensi pendidik guru menunjukkan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian:

a) Mantap dan stabil, yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukum, norma sosial, dan etika yang berlaku;

b) Dewasa yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru;

c) Arif dan bijaksana yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat dengan menunjukkan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak;

d) Berwibawa, yaitu prilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh positif terhadap peserta didik; dan

e) Memiliki akhlak mulia dan memiliki prilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik, bertindak sesuai norma religius, jujur, ikhlas dan suka menolong. Nilai kompetensi kepribadian dapat digunakan sebagai sumber kekuatan, imspirasi, motivasi dan inovasi bagi peserta didiknya.

3) Kompetensi Profesional, artinya kompetensi penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan

(33)

substansi keilmuan yang menaungi materinya. Kompetensi ini juga disebut dengan penguasaan sumber bahan ajar atau sering disebut dengan bidang studi keahlian.21

Kompetensi Profesional memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Memahami mata pelajaran yang telah dipersiapkan untuk mengajar

b) Memahami standar kompetensi dan standar isi mata pelajaran

c) Memahami struktur, konsep, dan metode keilmuan yang menaungi materi ajar

d) Memahami hubungan konsep antar matapelajaran terkait e) Menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan

sehari-hari

4) Kompetensi Sosal, artinya kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga pendidikan, orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar.

Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial guru berprilaku santun, mampu berkomunikasi

21 Sukanto, Muhammad, Pengembangan Kompetensi Guru, (PT. Ikapi. Bandung. 2011) h.

58.

(34)

dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai rasa empati terhadap orang lain. Kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan menarik peserta didik, sesama pendidik dan tenaga pendidikan, orang tua dan wali peserta didik, masyarakat sekitar sekolah dan sekitar dimana pendidik itu tinggal, dan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan sekolah. Kondidi objektif ini menggambarkan bahwa kemampuan sosial guru tampak ketika bergaul dan melakukan interaksi sebagai profesi maupun sebagai masyarakat, dan kemampuan mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.22

c. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Pengertian guru dalam Islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didiknya dengan upaya mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif (cipta), maupun psikomotorik (karsa).23

Guru agama adalah seseorang yang mengajar dan mendidik agama Islam dengan membimbing, menuntun, memberi tauladan dan membantu mengantarkan anak didiknya ke arah kedewasaan jasmani dan rohani. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan agama yang

22 Uzer Usman, Mochammad, Menjadi guru profesional, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya Bandung 2011) h. 32

23 Abdul Mujib, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2006), h. 87.

(35)

hendak di capai yaitu membimbing anak agar menjadi seorang muslim yang sejati, beriman, teguh, beramal sholeh dan berakhlak mulia, serta berguna bagi masyarakat, agama dan Negara.24

Jadi, guru Pendidikan Agama Islam adalah guru yang mengajar bidang studi Pendidikan Agama Islam yang mempunyai peranan mendidik serta bertanggung jawab terhadap perkembangan potensi peserta didik sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam. Maka dengan adanya berbagai istilah diatas menunjukkan seorang pendidik dalam ajaran islam memiliki peran dan fungsi yang amat luas sesuai dengan tujuan yang di kehendaki.

Dari pengertian guru Pendidikan Agama Islam tersebut dapat diambil suatu kesimpulan bahwa guru Pendidikan Agama Islam adalah orang yang memiliki profesionalitas dalam tenaga kependidikan Islam yang bertanggung jawab memberikan pengetahuan, bimbingan, serta bantuan kepada peserta didik dalam mengembangkan kedewasaanya baik dalam ranah kognitif, afektif maupun psikomotorik sesuai dengan ajaran agama Islam yaitu menaati Allah Swt dan Rasul Nya serta menjauhi apa-apa yang dilarang oleh agamanya.

24 Zuhairini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Aksara, 1994), h. 45.

(36)

1.) Kedudukan Guru Pendidikan Agama Islam

Penyebutan ulama bagi seorang guru oleh Hasan Langgulung bermaksud ingin memberikan kedudukan yang sama antara guru dengan ulama atau bisa dikatakan satu tingkat di bawah para rasul.25 Pendapat Hasan Langgulung tentang kedudukan seorang guru yang sejajar dengan ulama sebenarnya tidak terlepas dari ajaran Islam, Islam juga memberikan kedudukan guru setingkat di bawah nabi dan rasul. Hal ini karena guru selalu terkait dengan ilmu pengetahuan, sedangkan Islam sangat menghargai pengetahuan.

Kedudukan guru dalam Islam sangat istimewa. Banyak dalil naqli yang menunjukkan hal tersebut. Misalnya Hadits yang diriwayatkan Abi Umamah berikut :

لاق يلهابلا ةمامأ يبأ نع هيلع للهاا ىلص للهاا لوسر لاق ...

يف ةلمنلا ىتح نيضرلأاو تاومسلا لهأو هتكئلامو للهاا نإ ملسو هاور( .ريخلا سانلا ملعم ىلع نولصيل توحلا ىتحو اهرجح

26

)يذمرتلا

25 Hasan Langgulung, Peralihan Paradigma dalam Pendidikan Islam dan Sains (Jakarta:

Gaya Media Pratama, 2002), h. 46

26 Al-Mubârakfûrî, Tuhfah al-Ahwâdzî Syarh Jâmi’ al-Tirmidhî, Juz 7 (Beirut : Dâr alFikr, 1979), al-Kitâb : al-‘Ilm ‘an Rasûl Allâh; al-Bâb : Mâ Jâ’a fî Fadl al-Fiqh ‘Alâ al-‘Ibâdah.; Nomor hadits:

2825, h. 456-457.

(37)

“Sesungguhnya Allah, para malaikat, dan semua makhluk yang ada di langit dan di bumi, sampai semut yang ada di liangnya dan juga ikan besar, semuanya bersalawat kepada mu’allim yang mengajarkan kebaikan kepada manusia (HR. Tirmidzi).”27

Kedudukan guru yang istimewa, ternyata berimbang dengan tugas dan tanggung jawabnya yang tidak ringan. Seorang guru agama bukan hanya sekedar sebagai tenaga pengajar, tetapi sekaligus sebagai pendidik. Dengan kedudukan sebagai pendidik, guru berkewajiban untuk mewujudkan tujuan pendidikan Islam, yaitu mengembangkan seluruh potensi peserta didik agar menjadi muslim sempurna.28 Untuk mencapai tujuan ini, guru harus berupaya melalui beragam cara seperti; mengajar, melatih, membiasakan, memberi contoh, memberi dorongan, memuji, menghukum, dan bahkan mendoakan. Cara-cara tersebut harus dilakukan secara sungguh-sungguh dan konsisten. Suatu tugas yang sangat berat

27 Fudail ibn ‘Iyadh menyatakan bahwa mu’allim yang akan mendapat karunia sebagaimana disebut hadits di atas adalah orang yang ‘âlim, ‘âmil, dan mu’allim. Artinya harus orang yang pandai dalam ilmu agama, mampu mengamalkan ilmunya, dan mampu mengajarkan pada orang lain. Ibid

28 Hasan Langgulung, Kreativitas dan Pendidikan Islam; Analisis Psikologi dan Falsafah (Jakarta : Pusataka l-Husna, 1991), h. 358-367.

(38)

2.) Peran Guru Pendidikan Agama Islam

Menurut Syaiful Bahri Djamarah mengatakan bahwa sehubungan dengan peranan guru sebagai “Pengajar”, “Pendidik”

dan “Pembimbing”, juga masih ada berbagai peranan guru lainnya.

Dan peranan guru ini senantiasa akan menggambarkan pola tingkah laku yang diharapkan dalam berbagai interaksinya, baik dengan siswa, guru maupun dengan staf yang lain. Dari berbagai kegiatan interaksi belajar mengajar, dapat dipandang guru sebagai sentral bagi peranannya. Sebab baik disadari atau tidak bahwa sebagian dari waktu dan perhatian guru banyak di curahkan untuk menggarap proses belajar mengajar dan berinteraksi dengan siswanya.29

Menurut Syaiful Bahri Djamarah dalam bukunya “Guru Dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,” menyebutkan peranan guru agama Islam adalah seperti diuraikan di bawah ini:30

a.) Korektor

Sebagai korektor, guru harus bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai yang buruk. Kedua nilai yang berbeda itu harus betul-betul dipahami dalam kehidupan di masyarakat. Kedua nilai ini mungkin telah anak didik miliki dan mungkin pula telah mempengaruhinya sebelum anak didik

29 Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak…, h. 37.

30 Ibid h. 43-48.

(39)

masuk sekolah. Latar belakang kehidupan anak didik yang berbeda-beda sesuai dengan sosio-kultural masyarakat dimana anak didik tinggal akan mewarnai kehidupannya.

Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Bila guru membiarkannya, berarti guru telah mengabaikan peranannya sebagai seorang korektor, yang menilai dan mengoreksi semua sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didik. Koreksi yang harus guru lakukan terhadap sikap dan sifat anak didik tidak hanya disekolah, tetapi diluar sekolah pun harus dilakukan.

b.) Inspirator

Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik.

Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori- teori belajar, dari pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan teorinya, tetapi bagaimana melepaskan masalah yang dihadapi anak didik.

(40)

c.) Informator

Sebagai informatory, guru harus bisa memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah diprogramkan dalam kurikulum. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan informasi adalah racun bagi anak didik. Untuk menjadi informatory yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah sebagai kuncin, ditopang dengan penguasaan bahan yang akan diberikan kepada anak didik. Informator yang baik adalah guru yang mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.

d.) Organisator

Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah, menyusun kalender akademik, dan sebagainya. Semua diorganisasikan sehingga dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri anak didik.

e.) Motivator

Sebagai motivator guru hendaklah dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motiv-motiv

(41)

yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada diantara anak didik yang malas belajar dan sebagainya.

Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak didik. Penganekaragaman cara belajar memberikan penguatan dan sebagainya, juga dapat memberikan motivasi pada anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar. Peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi diri.31

Guru sebagai motivator hendaknya dapat mendorong agar siswa mau melakukan kegiatan belajar, guru harus menciptakan kondisi kelas yang merangsang siswa melakukan kegiatan belajar, baik kegiatan individual maupun kelompok.

Stimulasi atau rangsangan belajar para siswa bisa ditumbuhkan dari dalam diri siswa dan bisa ditumbuhkan dari luar diri siswa.

31 Westy Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 205.

(42)

f.) Inisiator

Dalam peranannya sebagai inisiator guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan dan pengajaran. Proses interaksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan. Kompetensi guru harus diperbaiki, keterampilan penggunaan media pendidikan dan pengajaran harus diperbaharui sesuai kemajuan media komunikasi dan informasi abad ini. Guru harus menjadikan dunia pendidikan, khususnya interaksi edukatif agar lebih baik dari dulu. Bukan mengikuti terus tanpa mencetuskan ide-ide inovasi bagi kemajuan pendidikan dan pengajaran.

g.) Fasilitator

Sebagai fasilitator guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik. Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena itu menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan anak didik.

(43)

h.) Pembimbing

Peranan guru yang tidak kalah pentingnya dari semua peran yang telah disebutkan di atas, adalah sebagai pembimbing. Peranan yang harus lebih di pentingkan, karena kehadiran guru di sekolah adalah untuk membimbing anak didik menjadi manusia dewasa susila yang cakap. Tanpa bimbingan, anak didik akan mengalami kesulitan dalam menghadapi perkembangan dirinya. Kekurangmampuan anak didik menyebabkan lebih banyak tergantung pada bantuan guru. Tetapi semakin dewasa, ketergantungan anak didik semakin berkurang. Jadi, bagaimanapun juga bimbingan dari guru sangat diperlukan pada saat anak didik belum mampu berdiri sendiri (mandiri).

i.) Pengelola Kelas

Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan guru dalam rangka menerima bahan pelajaran dari guru. Kelas yang dikelola dengan baik akan menunjang jalannya interaksi edukatif. Sebaliknya, kelas yang tidak dikelola dengan baik akan menghambat kegiatan pengajaran. Anak didik tidak mustahil akan merasa bosan untuk tinggal lebih lama di kelas. Hal ini akan berakibat mengganggu jalannya proses interaksi edukatif. Kelas yang

(44)

terlalu padat dengan anak didik, pertukaran udara kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak tidak menguntungkan bagi terlaksananya unteraksi edukatif yang optimal.

Hal ini tidak sejalan dengan tujuan umum dari pengelolaan kelas, yaitu menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik dan optimal.

Berdasaerkan kondisi demikian sangat diperlukan motivasi dari guru.

j.) Evaluator

Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan intrinsik. Penilaian terhadap aspek intrinsik lebih menyentuh pada aspek kepribadian anak didik. Oleh karena itu guru harus bisa memberikan penilaian dalam dimensi yang luas. Jadi penilaian itu pada hakikatnya diarahkan pada perubahan kepribadian anak didik agar menjadi manusia susila dan cakap.

Sebagai evaluator, guru tidak hanya menilai produk (hasil pengajaran), tetapi juga menilai proses (jalannya pengajaran). Dari kedua kegiatan ini akan mendapatkan umpan balik (feedback) tentang pelaksanaan interaksi edukatif yang telah dilakukan.

(45)

3.) Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pendidikan Agama Islam dilakukan untuk mempersiapkan peserta didik meyakini, memahami dan mengamalkan ajaran Islam. Pendidikan tersebut melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa:

"Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."32

Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu bidang studi yang harus dipelajari oleh peserta didik di madrasah adalah pendidikan agama Islam, karena pendidikan agama mempunyai misi utama dalam menanamkan nilai dasar keimanan, ibadah dan akhlak. Menurut Muhammad Alim, tujuan pendidikan agama Islam adalah membantu terbinanya siswa yang beriman, berilmu dan beramal sesuai dengan ajaran Islam.33

32 Undang-undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3

33 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam..., h. 3-7.

(46)

Dari beberapa pendapat di atas, jelaslah Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, dan bertakwa kepada Allah Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan demikian, manusia yang berkemampuan tinggi dalam kehidupan jasmaniyah dan rohaniyah akan menjadi masyarakat yang dapat berkembang secara harmonis dalam bidang fisik maupun mental, baik dalam hubungan antar manusia secara horizontal maupun vertikal dengan maha Penciptanya. Manusia yang mencapai tujuan pendidikan agama islam akan dapat menikmati kebahagiaan di dunia dan akhirat.

4.) Syarat Guru Pendidikan Agama Islam

Untuk menjadi guru agama Islam haruslah memenuhi beberapa syarat. Adapun syarat menjadi guru diantaranya adalah:

a) Takwa kepada Allah SWT

Sesuai dengan tujuan ilmu pendidikan islam, tidak mungkin mendidik anak agar bertaqwa kepada allah. Jika ia sendiri tidak bertaqwa kepada allah. Maka sejauh mana seorang guru mampu memberikan teladan yang baik kepada murid- muridnya sejauh itu pulalah ia diperkirakan akan

(47)

berhasil mendidik mereka agar menjadi generasi penerus bangsa yang baik dan mulia.

b) Berilmu

Berilmu merupakan syarat yang penting untuk menjadi guru PAI. Dengan ilmu yang di tempuh melalui lembaga baik formal maupun non formal. Ijasah sebagai bukti bahwa study yang di lakukan seorang guru telah selesai dan berhasil. Maka seorang guru perlu memiliki ijasah agar terbukti keilmuan dan pengetahuannya. kualifikasi akademik (minimum D- IV atau S1) dan kompetensi (pedagogik, kepribadian, profesional dan sosial). Bagi seorang yang tidak memiliki ijasah atau sertifikat keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat kembali menjadi pendidik setelah melewati uji kelayakan dan kesetaraan.

c) Sehat jasmani

Kesehatan jasmani kerapkali dijadikan salah satu syarat bagi mereka yang melamar untuk menjadi guru. Guru yang memiliki penyakit yang menular sangat membahayakan kesehatan peserta didik.

d) Berbudi pekerti baik

Budi pekerti guru sangat penting dalam pendidikan watak murid. Guru harus menjadi suri tauladan, karena anak- anak bersifat suka meniru. Yang di maksud akhlak yang baik

(48)

dalam ilmu pendidikan islam adalah akhlak yang sesuai dengan ajaran islam.34

Dari pendapat di atas dapat penulis pahami bahwa syarat untuk menjadi guru agama adalah bertaqwa kepada Allah SWT kemudian mempunyai ilmu pengetahuan. Karena seorang guru akan mentranfer ilmu pengetahuan tersebut kepada anak didiknya. Sehat jasmani juga merupakan salah satu syarat untuk menjadi seorang guru artinya guru tidak boleh cacat fisiknya.

Selain itu guru juga harus berkelakuan baik artinya seorang guru harus memberikan contoh teladan bagi anak didiknya.

Jadi, untuk menjadi seorang guru agama Islam itu tidaklah mudah, berbagai syarat yang harus dipenuhi supaya proses pembelajaran dapat terlaksana dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Apabila seorang guru agama Islam tidak memenuhi persyaratan tersebut maka tujuan yang ditetapkan tidak akan tercapai dengan baik.

5.) Tugas Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, tugas guru yang terpenting adalah mengajar, tetapi sesungguhnya tugas guru tidak hanya mengajar, dia juga bertugas untuk membimbing dalam rangka menemukan pembawaan yang ada pada anak

34 M.Sudiyono, Ilmu Pendidikan Islam. (Jakarta: rineka cipta. 2009) h. 118.

(49)

didiknya. Selanjutnya tugas guru adalah menolongnya untuk mengembangkan pembawaan tersebut. Tugas guru berikutnya adalah, mengevaluasi perkembangan anak didiknya apakah berjalan baik atau buruk. Serta memberikan bimbingan pada saat siswa menemukan kesulitan dalam mengembangkan potensinya.

Hal tersebut merupakan tugas guru pada umumnya. Adapun tugas pendidik agama:

a) Mengajaran ilmu pengetahuan Agama Islam b) Menanamkan keimanan dalam jiwa sang anak c) Mendidik anak agar taat menjalankan agama d) Mendidik anak agar berbudi pekerti yang luhur35

Tanggung jawab pendidik diselenggarakan dengan kewajiban mendidik dengan cara membantu anak didik melalui bantuan atau bimbingan dilakukan dalam pergaulan antara anak didik.

Menurut Peters yang dikutip Nana Sudjana, ada tiga tugas dan tanggung jawab pokok profesi guru, yaitu:

a) Guru sebagai pengajar

Guru adalah pendidik yang memiliki tanggung jawab utuh terhadap hasil yang dicapai peserta didik dalam semua aspek. Guru juga sebagai figure yang bisa menjadi teladan bagi

35 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001) hlm. 127-133

(50)

peserta didiknya dan lingkungannya. Guru harus memahami nilai-nilai, norma-moral social, serta berusaha berprilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut.

b) Guru sebagai pembimbing

Guru sebagai pembimbing diibaratkan seperti guide yang sedang menemani para wisatawan dalam perjalanannya, guru membimbing berdasar pengetahuan dan pengalamannya yang bertanggung jawab. Guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

c) Guru sebagai administrator kelas36

Seperti Guru-Guru mata pelajaran yang lainnya, tidak bisa dipungkiri Guru juga harus mampu memahami tugas administrasinya seperti harus bisa dalam membuat silabus, atau perencanaan pembelajaran, penilaian proses pembelajaran, analisis hasil ulangan, menyususn dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan, membuat dan mengisi daftar nilai, membuat dan mengisi absensi,

36 Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. (Bandung: Sinar Baru, 1989) h.

15.

(51)

membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar dan lain- lainnya.

Adapun tugas guru menurut perspektif Al-Quran adalah sebagai berikut: Pertama dan terpenting adalah pengajar (murabbiy, mu' allim). Firman Allah dalam surat Ar- Rahman ayat 2 – 4:

َناَيَ بْلا ُهَمَّلَع . َناَسْنِْلْا َقَلَخ . َنآْرُقْلا َمَّلَع

Artinya:

“Yang telah mengajarkan Al Quran. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara”.37

Kedua adalah sebagai pembimbing atau penyuluh. Hal ini digambarkan dalam firman Allah surat An-Nahl ayat 43:

ْمِهْيَلِإ يِحوُن الَّاَجِر َّلَِّإ َكِلْبَ ق ْنِم اَنْلَسْرَأ اَمَو اوُلَأْساَف ۚ

َلْهَأ ِرْكِّذل ا ْنِإ

ْمُتْنُك َلَّ

َنوُمَلْعَ ت

Artinya:

“Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang- orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; Maka

37 Departemen Agama RI Al-Quran Terjemah dan Tajwid. (Jawa Barat: Sygma, 2014), h.

597

(52)

bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui”.38

Tugas ketiga seorang guru adalah sebagai penjaga. Firman Allah SWT dalam surat At-Tahrim ayat 6:

ُةَراَجِْلْٱَو ُساَّنلٱ اَهُدوُقَو ااراَن ْمُكيِلْهَأَو

مُكَسُفنَأ ۟ا َٰٓوُق ۟اوُنَماَء َنيِذَّلٱ اَهُّيَأَٰٓ َي

َنوُر َمْؤُ ي اَم َنوُلَعْفَ يَو ْمُهَرَمَأ

َٰٓاَم

َهَّللٱ َنوُصْعَ ي َّلَّ داَدِش ظ َلَِغ

ةَكِئَٰٓ َلَم

اَهْ يَلَع

Artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”39.

Keempat adalah sebagai penuntun dan pemberi pengarahan.

Hal itu, dikisahkan oleh Allah dalam firmannya Surat Al-Kahfi ayat 66-70:

اًدْشُر َتْمِّلُع اَّمِم ِنَمِّلَعُ ت ْنَأ ىَلَع َكُعِبَّتَأ ْلَه ىَسوُم ُهَل َلاَق{

َلاَق .

َكَّنِإ اًرْ بَص َيِعَم َعيِطَتْسَت ْنَل َلَع ُرِبْصَت َفْيَكَو .

ِهِب ْطِحُت ْمَل اَم ى

اًرْ بُخ ْمَأ َكَل يِصْعَأ لاَو اًرِباَص ُهَّللا َءاَش ْنِإ يِنُدِجَتَس َلاَق . ًر ا

َلاَق .

َّتَح ٍءْيَش ْنَع يِنْلَأْسَت لاَف يِنَتْعَ بَّ تا ِنِإَف ْحُأ ى

اًرْكِِ ُهْنِم َكَل ََِد .

}

38 Ibid., h. 272

39 Ibid h. 560.

(53)

Artinya:

“Musa berkata kepada Khidhr: "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?"Dia menjawab:

"Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku. dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?"

Musa berkata: "Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun". Dia berkata: "Jika kamu mengikutiku, Maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu”40

2. Kemampuan Menghafal Al-Qur'an a.) Pengertian Kemampuan

Kemampuan berasal dari kata dasar “mampu” yang mempunyai arti sanggup melakukan sesuatu41. Sanggup melakukan sesuatu yang mempunyai susunan atau urutan yang benar-benar harus dilakukan oleh kita, sedangkan awalan “ke” artinya menuju arah tertentu. 42 Kemampuan menuju kesanggupan agar dapat melakukan sesuatu.

40 Ibid h. 301

41 Bambang Sarwiji, Kamus Pelajar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Ganeca Exact, 2006), h. 404

42 Ibid, h. 404

(54)

Kemampuan adalah suatu yang harus bisa dipertanggung jawabkan. Kemampuan itu bisa jadi sesuatu yang abstrak tapi ia merupakan sesuatu yang nyata dalam diri kita.

Kemampuan juga bisa disebut dengan kompetensi.

Kata kompetensi berasal dari bahasa Inggris “competence” yang berarti ability, power, authority, skill, knowledge, dan kecakapan, kemampuan serta wewenang. Jadi kata kompetensi dari kata competent yang berarti memiliki kemampuan dan keterampilan dalam bidangnya sehingga ia mempunyai kewenangan atau atoritas untuk melakukan sesuatu dalam batas ilmunya tersebut.

Kompetensi merupakan perpaduan dari tiga domain pendidikan yang meliputi ranah pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang terbentuk dalam pola berpikir dan bertindak dalam kehidupan sehari- hari. Atas dasar ini, kompetensi dapat berarti pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga ia dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya.43

Pengertian-pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan (ability) adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil

43 Suja’I, Inovasi Pembelajaran Bahasa Arab, (Semarang: Walisongo Press, 2008), h. 14- 15.

Referensi

Dokumen terkait

Sayidatul Adawiyah,2018, Skripsi yang berjudul Upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam Meningkatkan Kedisiplinan Shalat Berjamaah dan Kemampuan Shalat Siswa di SMP Al Hikmah

Upaya-upaya yang dilakukan oleh guru dalam meningkatkan pengajaran Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Benteng Kabupaten Kepulauan Selayar Dalam penulisan skripsi