• Tidak ada hasil yang ditemukan

Acraea violae Fabricius (LEPIDOPTERA: NYMPHALDAE)

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Biologi USU 2014 (Halaman 75-79)

Dahelmi, Siti Salmah dan Tristia Andrianti

Jurusan Biologi, FMIPA Universitas Andalas, Padang 25163 E-mail:

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama lama stadia pradewasa kupu-kupu A. violae yang dipelihara pada tumbuhan inang Passiflora foetida dan parasitoid yang menyerangnya. Penelitian telah dilaksanakan dari bulan November 2011 sampai Maret 2012. Pemeliharaan larva dilakukan dalam kondisi laboratorium. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa larva kupu-kupu A. violae memiliki lima instar. Stadia telur berlangsung selama 4 hari, larva berkisar 14-17 hari (15,35±0,99) dan stadium pupa berkisar 4-6 hari (5,25±0,64). Jenis parasitoid yang ditemukan yaitu Brachymeria sp., dimana pupa merupakan stadium yang sesuai terhadap parasitoid. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lama stadia pradewasa kupu-kupu A. violae dari telur sampai muncul serangga dewasa berkisar antara 23-28 hari (25,60±1,14). Parasitoid Brachymeria sp., menyerang stadium pupa dengan Index of Larval and Pupal Parasitism Rate (IPR) sebesar 73,9 %.

Kata kunci: Kupu-kupu, Acraea violae, pradewasa, parasitoid

PENDAHULUAN

Salah satu genus kupu-kupu Nympahlidae yang terdapat di Sumatera adalah Acarea, tersebar dari dataran rendah sampai dataran tinggi (Dahelmi, Salmah dan Herwina, 2009). Genus ini memiliki lebih kurang 240 spesies, larva memakan berbagai tanaman yang mencakup 24 famili (Ackery et al. 1995). Beberapa spesies diantaranya bersifat hama, seperti Acraea acerata merupakan hama pada Ipomea batatas (Okonya and Kroschel (2013).

Salah satu spesiesnya adalah Acraea violae, banyak ditemukan pada daerah terbuka seperti padang rumput, taman, semak belukar, hutan primer dan sekunder yang terbuka. Kupu-kupu ini cenderung menghindari kawasan yang ternaungi dengan vegetasi yang padat. Umumnya melimpah pada daerah dataran rendah, namun di India dan Sri Lanka pernah ditemukan hingga ketinggian 2.100 meter dpl. Keberadaan kupu-kupu ini bersifat musiman, tetapi ditemukan sepanjang tahun khususnya pada sebelum atau saat musim hujan. Penyebarannya mulai dari kawasan India, Sri Lanka, Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaysia, Singapura dan Kepulauan Indonesia (Kunte, 2006).

Di Sumatera Barat, penelitian tentang biologi kupu-kupu yang telah dilakukan diantaranya bioekologi kupu-kupu famili Papilionidae (Dahelmi, 2002), lama stadia pradewasa 11 jenis kupu- kupu Papilionidae (Dahelmi et al, 2008). Umumnya penelitian yang telah dilakukan hanya pada famili Papilionidae dan masih terbatas untuk famili Nymphalidae terutama untuk spesies A. violae. Dari studi pendahuluan yang dilakukan di sekitar kampus Universitas Andalas, larva A. violae ditemukan memakan tumbuhan Passiflora foetida (Passifloraceae). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lama lama stadia pradewasa kupu-kupu A. violae yang dipelihara pada tumbuhan inang P. foetida dan parasitoid yang menyerangnya.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksankan dari bulan November 2011 sampai Maret 2012. Pengamatan mengenai siklus hidup dilakukan di Laboratorium Taksonomi Hewan Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Andalas dan pengamatan mengenai dinamika populasi dilakukan di sekitar Kampus Universitas Andalas, Padang.

Pengamatan lama stadia pradewasa

Kelompok telur yang baru diletakkan oleh kupu-kupu betina dewasa pada tumbuhan inang P. foetida dikoleksi dan dipelihara di laboratorium. Telur diambil dengan cara memotong tangkai daun tumbuhan tempat telur menempel, kemudian dipelihara dalam kotak plastik berukuran 7×7×6 cm, dicatat tanggal koleksi, jumlah telur yang dihasilkan perkelompok telur dan jumlah yang menetas

menjadi larva. Pada stadia telur hingga larva instar dua akhir, larva hidup secara berkelompok sehingga larva dipelihara dalam satu kotak yang sama. Setelah memasuki stadia larva instar tiga, sebanyak 20 ekor larva diambil lalu dipindahkan ke kotak plastik, dalam satu kotak berisi satu larva. Masing-masing kotak diberi label dan diisi dengan daun tumbuhan inang yang bagian ujung tangkainya dibalut kapas basah agar daun tetap segar. Setiap hari ketersediaan pakan larva diperiksa dan dibersihkan dari kotoran larva.

Setelah larva instar terakhir selesai maka larva memasuki stadia prepupa, pada stadia ini dalam kotak diberi sarana untuk memanjat berupa ranting tumbuhan kemudian dibersihkan dari kotoran dan dikosongkan dari pakan. Individu yang berada pada stadia prepupa masih ditempatkan dalam kotak plastik, stadia prepupa dihitung sejak larva menggantung sampai menjadi pupa. Setelah satu hari, pupa dipindahkan dalam kotak yang lebih besar berukuran 10x10x15 cm yang di dalamnya sudah diletakkan styrofoam. Setiap hari pupa diamati untuk menghindari kerusakan dan kematian pupa serta memeriksa predator. Pupa yang rusak segera dikeluarkan dari kandang untuk mencegah penularan ke pupa lainnya.

Jenis-jenis parasitoid yang menyerang stadia pradewasa dan penentuan stadia yang sesuai (succeptible) terhadap parasitoid

Sebanyak 20 telur, larva (setiap instar) dan pupa dikoleksi dari lapangan. Sampel yang sudah terkumpul dipelihara dalam kotak plastik di labotatorium. Larva diberi makan dengan daun tumbuhan P. foetida dan penggantian pakan dilakukan setiap hari. Perubahan yang terjadi dari masing-masing stadia atau mati yang disebabkan oleh parasitoid diamati dan dicatat. Jenis parasitoid yang didapatkan disimpan di dalam botol koleksi yang telah berisi alkohol 70%.

Untuk menentukan jenis parasitoid yang diperoleh dilakukan identifikasi menggunakan beberapa buku acuan seperti Nauman (1991) dan Huang and Noyes (1994). Larva dan pupa yang diperoleh dari lapangan digunakan untuk mengetahui stadia yang sesuai (succeptible) terhadap parasitoid. Stadia dianggap succeptible bila setelah larva atau pupa dipelihara, parasitoid muncul pada atau setelah instar berikutnya.

Indeks serangan parasitoid atau IPR (index of larval and pupal parasitism rate) dihitung dengan menggunakan rumus : IPR = N2/N1 x 100%

dimana:

IPR = rata-rata indeks serangan parasitoid (%) N1 = jumlah larva dan pupa yang diambil dari lapangan dan dipelihara di laboratorium N2 = larva dan pupa yang terserang parasitoid

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa stadia telur berlangsung selama 4 hari, larva mengalami lima kali instar, masa larva berlangsung 14-17 hari, prepupa selama satu hari dan pupa berlangsung 4- 6 hari. Secara keseluruhan, masa stadia pradewasa kupu-kupu Acraea violae berkisar antara 23-28 hari dengan rata-rata 25,6 hari (Tabel 1).

Lama stadia telur A. violae yang dipelihara pada suhu berkisar 27,9-30,80C dan kelembaban 64,0-69,4% adalah empat hari (Tabel 1), lebih singkat dibandingkan lama stadia telur A. violae pada tanaman inang Corchorus olitorus (Malvaceae) dengan suhu 23-310C dan kelembaban 59-64% yaitu rata-rata 5,7 hari (Lawson and Duodu, 1984), namun hampir sama dengan A. andromacha pada tanaman inang Passiflora suberosa (Passifloraceae) yang berkisar 4-5 hari (Hawkeswood, 1991) dan lebih singkat dibandingkan A. encedon pada tanaman inang Commelina spp. dengan suhu rata-rata 27,910C dan kelembaban 84,8% yaitu rata-rata 7,5 hari (Emosairue and Usua, 1999). Lama stadia telur bervariasi untuk setiap jenisnya, lama ini dipengaruhi oleh jenis kupu-kupu, kondisi lingkungan (suhu dan kelembaban) dan tanaman inang.

Tabel 1. Lama (hari) masing-masing stadia pradewasa kupu-kupu A. violae pada tanaman inang P. foetida (suhu 27,9-30,80C dan kelembaban 64,0-69,4%)

Stadia Jumlah Lama (hari)

(n) Kisaran ±Sd Telur 75 4 4,00±0 Larva 14-17 15,35±0,99 Instar satu 71 5 5,00±0 Instar dua 71 1 1,00±0 Instar tiga 20 2-5 2,40±0,82 Instar empat 20 1-4 2,85±0,75 Instar lima 20 3-5 4,10±0,55 Prepupa 20 1 1,00±0 Pupa 20 4-6 5,25±0,64 Total 23-28 25,6±1,14

Lama stadia pradewasa A. violae pada tanaman inang P. foetida berkisar antara 23-28 hari (25,6±1,14) (Tabel 1). Lama stadia pradewasa berbeda untuk tiap jenisnya. Pada A. encedon dengan tanaman inang Commelina spp., lama stadia pradewasa berkisar 37-44 hari. Larva A. violae mengalami lima kali instar, sedangkan hasil penelitian Zhou et al., (2009) di China dilaporkan bahwa larva spesies ini yang dipelihara pada tanaman inang Adenia cardiophylla mengalami enam kali instar. Adanya perbedaan ini mungkin disebabkan berbedanya tanaman inang larva yang digunakan. Selain perbedaan jenis kupu-kupu, lama siklus hidup dipengaruhi oleh faktor lingkungan diantaranya suhu, kelembaban serta kualitas dan kuantitas makanan (Christopher and Mathavan, 1984).

Salah satu jenis parasitoid yaitu Brachymeria sp. diketahui telah menyerang stadium pupa dengan nilai IPR sebesar 73,9% (Tabel 2). Tingginya nilai IPR terhadap pupa A. violae ini menyebabkan jumlah pupa yang berhasil menjadi imago relatif sedikit, yaitu hanya sebesar 17,4%. Selain akibat serangan parasitoid, mortalitas pupa juga disebabkan karena busuk, namun persentasenya lebih rendah dibandingkan pupa yang terserang parasitoid yaitu sebesar 8,7. Faktor parasitoid lebih dominan dalam menekan populasi pupa A. violae. Kondisi lingkungan yang sesuai menyebabkan parasitoid ini dapat berkembang dengan baik dalam pupa.

Tabel 2. Jenis parasitoid dan rata-rata indeks parasitisme (IPR) pada stadia pupa kupu-kupu A. violae Famili / Jenis parasitoid Stadia awal N1 N2 IPR (%)

Chalcididae

Brachymeria sp. Pupa 23 17 73,9

Parasitoid Brachymeria merupakan jenis parasitoid yang umum ditemukan di daerah tropis, dan merupakan parasitoid primer pada beberapa jenis serangga dari ordo Lepidoptera, Orthoptera, Hemiptera, Diptera dan Coleoptera, kebanyakan jenis dari genus ini merupakan parasiotid pupa pada Lepidoptera (Gupta, 2010). Dari ordo Lepidoptera serangan parasitoid ini pernah ditemukan pada Erionata thrax (Lepidoptera: Hesperiidae) Emlias (1997), Graphium doson (Gupta, 2010), dan Syntomeida epilais (Arctiidae) (McAuslane and Bennett, 1995).

KESIMPULAN

1. Stadia pradewasa kupu-kupu Acraea vioalae berlangsung antara 23-28 hari, dimana stadium telur berlangsung 4 hari, larva mengalami 5 kali instar yang berlangsung selama 14-17 hari dan pupa selama 4-6 hari.

2. Satu jenis parasitoid yaitu Brachymeria sp. terdeteksi menyerang stadia pupa dengan Index of Larval and Pupal Parasitism Rate (IPR) sebesar 73,9 %.

Ucapan Terima Kasih

Penelitian didanai oleh Bakrie Center Foundation, untuk itu penulis mengaturkan terima kasih atas bantuan dana yang telah diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Ackery, P.R., C.R. Smith and R.I. Vane-Wright. 1995. Carcasson’s African Butterflies. Catalogue of the Papilionoidea and Hesperioidea of the Afrotropical Region. CSIRO ublishing, Collingwood, Melbourne.

Dahelmi. 2002. Life history and Ecology of Papilionid butterflies of Province of Sumatera Barat, Indonesia. Annual Report of Pro Natura Foundation 12:147-162.

Dahelmi. 2008. Life History and Seasonal Occurrence of Papilionid Butterflies in Sumatera, Indonesia. Disertasi. Kanazawa University, Japan.

Dahelmi., S. Salmah, dan H. Herwina. 2009. Diversitas Kupu-kupu (Butterflies) Pada Beberapa Taman Nasional di Sumatra. Laporan Penelitian Hibah Strategis Nasional. Universitas Andalas. Padang.

Dahelmi., S. Salmah., I. Abbas, N. Fitriana, S. Nakano and K. Nakamura. 2008. Duration of Immature Stages of Eleven Swallow Tail Butterfflies (Lepidoptera: Papilionidae) In West Sumatra, Indonesia. Far Eastern Entomologist 182: 1-9.

Emlias. 1997. Dinamika Populasi Stadia Pradewasa Hama Penggulung Daun Pisang (Erionota thrax Linn.) dan Waktu Oviposisi Parasitoid Terhadap Inang. Thesis Pascasarjana Biologi. FMIPA. Universitas Andalas, Padang (Tidak Dipublikasikan).

Emosairue, S.O and E.J. Usua. 1999. Notes on The Life History of Acraea encedon L. (Lepidoptera: Acraeidae) and Nature of Damage to Commelina spp. Journal Chemistry and Agricultural Research 2 (1): 11-14.

Gupta, A. 2010. First Record of Brachymeria jambolana Gahan (Hymenoptera: Chalcididae) as a Pupal Parasitoid of Graphium doson (C. & R. Felder) (Lepidoptera: Nymphalidae). Journal of Biological Control 24(4): 363-365.

Hawkeswood, T.J. 1991. Some Observations on the Biology of the Australian Butterfly Acraea andromacha andromacha (Fabricius) (Lepidoptera, Nymphalidae). Spixiana 14: 301-308. Huang, D.W and J.S. Noyes. 1994. A Revision of the Indo-Pacific Species of Ooencyrtus

(Hymenoptera:Encyrtidae), Parasitoids of the Immature Stages of Economically Important Insect Specie (Mainly Hemiptera And Lepidoptera). Entomol 63:1-136.

Kunte, K. 2006. Butterflies of Peninsular India. Indian Academy of Sciences. Universities press. India.

Lawson, B.W.L and Duodu, Y.A. 1984. Life History and Seasonal Occurrence of the Tossa Jute Defoliator, Acraea terpsicore (L.) (Lepidoptera: Nymphalidae) in Ghana. Entomologist's Monthly Magazine (ENTOMOL. MON. MAG.) 120 (1436-1439): 47-53.

McAuslane, H. J and F.D. Bennett. 1995. Parasitoid and Predator Associated with Syntomeida epilais (Lepidoptera: Arctiidae) on Oleander. Florida Entomologist 78 (3): 543-546.

Nauman, I.D. 1991. Hymenoptera. In Division of Entomology Csiro Australia (eds.), The Insects of Australia, pp.916-1000. Second Edition. Vol II. Corner University Press. Ithaca, New York. Okonya, J.S and J. Kroschel. 2013. Pest Status of Acraea acerata Hew. and Cylas spp. in Sweetpotato

(Ipomoea batatas (L.) Lam.) and Incidence of Natural Enemies in the Lake Albert Crescent Agro-ecological Zone of Uganda. International Journal of Insect Science 2013:5 41–46. Zhou, C., Chen, X.M., Shi, J.Y and Yi, C.H. 2009. Morphological Records and Biology of Parthenos

sylvia, Vindula erota (Lepidoptera: Nymphalidae) and Acraea violae (Lepidoptera: Acraeidae). Forest Research 22(2): 171-176.

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Biologi USU 2014 (Halaman 75-79)

Garis besar

Dokumen terkait