• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN 1 Hasil

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Biologi USU 2014 (Halaman 53-58)

DAYA HAMBAT EKSTRAK RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Escherichia col

HASIL DAN PEMBAHASAN 1 Hasil

Terbentuknya zona hambat terhadap pertumbuhan koloni bakteri di sekeliling kertas cakram

merupakan parameter yang diukur dalam penelitian ini. Pengukuran dilakukan menggunakan jangka sorong. Interpretasi daerah hambatan pertumbuhan bakteri mengacu pada standar umum obat asal tanaman yakni diameter daya hambat berukuran 12- 24 mm.

Hasil pengujian menunjukkan bahwa ekstrak rimpang kencur memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Hal ini terlihat dari zona bening yang terbentuk disekeliling kertas cakram. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak rimpang kencur maka zona hambat yang terbentuk semakin luas. Hasil pengukuran rata-rata diameter zona hambat ekstrak rimpang kencur terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dalam waktu inkubasi 1 x 24 jam disajikan dalam Tabel 1. DISK Keterangan : = Diameter Horizontal = Diameter Vertikal = Z na Hambat -

Tabel 1. Hasil Pengukuran Rata-rata Diameter Zona Hambat Ekstrak Rimpang Kencur terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli(1 x 24 Jam) (mm)

Perlakuan Ulangan/Diameter Zona Hambat Total Diameter Zona Hambat Rata-rata Diameter Zona Hambat 1 2 3 P0 (KN) 0 0 0 0 0 P1 (20%) 4,05 3,68 5,52 13,25 4,42 P2 (40%) 10,15 8 6,75 24,83 8,28 P3 (60%) 9 10,45 6,52 25,98 8,66 P4 (80%) 16,72 17,62 16 50,35 16,79 P5 (100%) 27,65 25,22 27,98 80,85 26,95 P6 (KP) 33,98 31,48 36,3 103,75 34,59 Total 299,01 14,25

Keterangan: KN= 43egativ 43egative (akuades steril), KP= 43egativ positif (khloramfenikol 10%). Tabel 1 memperlihatkan bahwa zona hambat mulai terbentuk pada konsentrasi 20% dengan rata- rata diameter 4,42 mm. Pada konsentrasi 100% diperoleh rata-rata diameter zona hambat 26,95 mm. Kontrol 43egative dengan akuades steril tidak memperlihatkan zona hambat sedangkan 43egativ positif dengan khloramfenikol memperlihatkan rata-rata diameter sebesar 34,59 mm. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak rimpang kencur (Kaempferia 43egative L.) mempunyai efek antibakteri dan memberikan efek terhadap penghambatan pertumbuhan Escherichia coli.

Selain itu, hasil penelitian ini juga memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan antibakteri berbagai serial konsentrasi ekstrak rimpang kencur, dimana semakin tinggi konsentrasi ekstrak rimpang kencur, maka semakin besar diameter yang terbentuk. Gejala ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak rimpang kencur maka semakin besar efek antibakterinya. Gambaran diameter zona hambat masing-masing konsentrasi ekstrak rimpang kencur ditampilkan dalam bentuk grafik (Gambar 1).

Gambar 1. Diagram Rata-rata Zona Hambat Setiap Perlakuan (mm)

Hasil analisis one-way anova (Tabel 2) memperlihatkan adanya perbedaan rata-rata diameter zona hambat yang bermakna (p> 0,05) konsentrasi ekstrak rimpang kencur dalam menghambat pertumbuhan Escherichiacoli.

Tabel 2. Analisis Varian Daya Hambat Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli

0 10 20 30 40 KN 20% 40% 60% 80% 100% KP Z o n a H am b at

Rata-rata Diameter Zona …

Konsentrasi

SK DB JK KT Fhitung Ftabel (0,05)

Perlakuan 6 2843,507 473,918 178,5* 2,85

Galat 14 37,172 2,655

Berdasarkan Tabel 2 bahwa uji one way anova terhadap diameter zona hambat bakteri Escherichia coli diperoleh nilai F hitung 178,5. Jika dibandingkan dengan F tabel pada taraf signifikan 5%, maka F hitung memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan dengan F 44egat, maka hipotesis 44egative44ve (Ha) diterima, yakni ekstrak rimpang kencur dapat menghambat pertumbuhan

bakteri Escherichia coli. Hasil yang diperoleh berupa rataan zona hambat (Tabel 2) kemudian dianalisis dengan uji Duncan pada taraf signifikan 5 %, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 3.

Berdasarkan Tabel 3 pada taraf signifikan 5%, daya hambat ekstrak rimpang kencur pada konsentrasi 100% (P5) berbeda nyata dengan daya hambat pada semua konsentrasi. Konsentrasi 80% (P4) menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap konsentrasi 60% (P3) namun berbeda nyata dengan konsentrasi 40% (P2), konsentrasi 20% (P1), 44egativ 44egative dan 44egativ postif. Konsentrasi 60% (P3) menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan konsentrasi 40% (P2) dan 80% (P4), namun berbeda nyata dengan 44egativ positif, konsentrasi 100% (P5), konsentrasi 20% (P1) dan 44egativ 44egative (P0). Konsentrasi 40% (P2) menunjukkan perbedaan yang tidak nyata terhadap konsentrasi 60% (P3), namun berbeda nyata dengan 44egativ positif, konsentrasi 100% (P5), konsentrasi 80% (P4), konsentrasi 20% (P1) dan 44egativ 44egative (P0). Konsentrasi 20 % (P1) dan 44egativ 44egative (P0) menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap semua konsentrasi.

Tabel 3. Hasil Uji Jarak Nyata Terdekat Duncan (JNTD) Daya Hambat Ekstrak Rimpang Kencur (Kaempferia galanga L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli

Konsentrasi (%)

Rata-rata Zona Hambat

(mm)

Beda Riil Pada Jarak P = JNTD

2 3 4 5 6 7 0,05 P0 (KN) 0 − a P1 (20%) 4,42 4,42∗ − b P2 (40%) 8,28 3,86∗ 8,28∗ − c P3 (60%) 8,66 0,38NS 4,24∗ 8,66∗ − cd P4 (80%) 16,79 8.13NS 8,51∗ 12,37 16,79∗ − d P5 (100%) 26,95 10,16∗ 18,29∗18,67 22,53∗ 26,95∗ − e P6 (KP) 34,59 7,64∗ 17,8∗ 25,93 26,31∗ 30,17∗ 34,59∗ f P0,05 (p, 14) 3,03 3,18 3,27 3,33 3,37 3,39 JNTD0,05(p,14)= (P.SῩ) 2,8 2,9 3,07 3,13 3,17 3,18

Keterangan: NS : Tidak Berbeda Nyata; * : Berbeda Nyata pada Taraf 0,05%

Dengan demikian perlakuan terbaik (optimum) adalah perlakuan dengan konsentrasi 100% (P5).Kemudian perlakuan terbaik kedua yaitu pada konsentrasi 60% (P3). Maka kisaran konsentrasi terbaik adalah 60% (P3) – 100% (P5). Diameter daya hambat mengacu pada standar obat asal tanaman yakni 12-24 mm (Departemen Kesehatan dalam Hermawan, 2007:5). Berdasarkan ketentuan ini konsentrasi 80% berdiameter 16,79 mm ditentukan sebagai konsentrasi hambat minimum (KHM) yang terbaik.

2. Pembahasan

Kadar Hambat Minimum (KHM) pada penelitian ini diperoleh dengan mengukur diameter zona hambat ekstrak rimpang kencur yaitu pada kisaran 12-24 mm mengacu pada standar umum obat asal tanaman (Departemen Kesehatan dalam Hermawan, 2007:5) setelah diinkubasikan selama 24 jam. Pada penelitian ini rata-rata diameter zona hambat yang didapat secara berturut-turut pada konsentrasi 20%; 40%; 60%; 80% dan 100% adalah 4,42 mm, 8,66 mm, 16,79 mm, dan 26,95 mm. Oleh karena itu konsentrasi 80% ditentukan sebagai KHM dengan diameter 16,79 mm.

Menurut Davis dan Stout (1971:664), kriteria kekuatan daya antibakteri sebagai berikut: diameter zona hambat 5 mm atau kurang dikategorikan lemah, zona hambat 5-10 mm dikategorikan sedang, zona hambat 10-20 mm dikategorikan kuat dan zona hambat 20 mm atau lebih dikategorikan sangat kuat. Berdasarkan kriteria tersebut, maka daya antibakteri ekstrak rimpang kencur pada bakteri Escherichia coli dengan konsentrasi ekstrak 20% (4,42 mm) dikategorikan lemah. Konsentrasi 40% (8,28 mm), 60% (8,66mm) dikategorikan sedang. Konsentrasi ekstrak 80% (16,79 mm) dikategorikan kuat dan konsentrasi100% (26,95 mm) dikategorikan sangat kuat.

Uji Duncan terhadap diameter zona hambat bakteri Escherichia coli untuk kontrol negatif, menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap kontrol positif dan berbagai perlakuan konsentrasi ekstrak. Kontrol negatif yang digunakan adalah akuades yang menunjukkan tidak adanya zona hambat. Penggunaan kontrol negatif bertujuan untuk memastikan bahwa diameter zona hambat ekstrak yang terbentuk bukan pengaruh dari pelarut, tetapi murni dari senyawa aktif dalam ekstrak tersebut. Kontrol positif menunjukkan perbedaan yang nyata dalam uji Duncan, karena menghasilkan aktivitas antibakteri yang paling besar terhadap bakteri uji dibandingkan dengan kontrol negatif dan berbagai konsentrasi ekstrak.

Antibiotik yang digunakan sebagai pembanding atau kontrol positif adalah Khloramfenikol. Khloramfenikol merupakan antibiotik sintetis yang memiliki aktivitas menghambat pertumbuhan mikroba patogen melalui mekanisme penghambatan sintesis protein.Penggunaan khloramfenikol biasanya terbatas pada infeksi yang jelas. Berdasarkan hasil tes laboratorium atau pengalaman, infeksi dapat diobati dengan sangat efektif oleh obat ini. Khloramfenikol sangat stabil dan berdifusi dengan baik dalam media perbenihan agar. Oleh karena beberapa alasan ini, kloramfenikol cenderung memberi daerah hambatan pertumbuhan yang lebih luas pada kertas cakram (Darma dkk., 2013: 341).

Pada pertambahan konsentrasi bahan uji, diameter zona hambat yang terbentuk juga makin besar. Hal ini membuktikan bahwa peningkatan konsentrasi memiliki korelasi positif terhadap daya hambat pertumbuhan Escherichia coli. Secara umum rata-rata diameter zona hambat mengalami peningkatan seiring dengan konsentrasi yang diberikan. Menurut Ariyanti dkk. (2012:3), semakin tinggi konsentrasi suatu bahan antibakteri maka aktivitas antibakterinya akan semakin kuat. Pelczar dan Chan (1986:453) menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi bahan antibakteri maka akan semakin cepat bakteri terbunuh. Namun penggunaan konsentrasi yang tinggi dalam pengobatan juga tidak disarankan karena dapat menimbulkan resistensi, bersifat toksin serta kurang ekonomis.

Ekstrak rimpang kencur (Kaempferia galanga L.) yang diperoleh melalui metode maserasi memiliki aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak rimpang kencur mengandung senyawa antimikroba. Sesuai dengan pernyataan Gholib (2011:67) bahwa di dalam rimpang kencur terdapat senyawa-senyawa antimikroba seperti alkaloid, tanin, flavonoid dan lain-lain. Menurut Naim dalam Enayati (2009:16), ekstrak tumbuhan dapat berperan aktif sebagai antimikroba disebabkan oleh adanya senyawa kimia berupa alkaloid, flavonoid, tanin, dan saponin yang terdapat pada tumbuhan tersebut.

Mekanisme kerja alkaloid sebagai antimikroba dihubungkan dengan kemampuan alkaloid untuk berikatan dengan DNA bakteri. Flavonoid memiliki aktivitas antibakteri melalui hambatan fungsi DNA gyrase bakteri sehingga kemampuan replikasi dan translasi bakteri dihambat. Tanin akan menginaktivasi adhesin sel mikroba yang terdapat pada permukaan sel dan enzim yang terikat pada membran sel dan polipeptida dinding sel sehingga akan menyebabkan kerusakan pada dinding sel (Gunawan dalam Wulandari dkk., 2012:73). Saponin menunjukkan aktivitas sebagai antibakteri dengan cara merusak membran sitoplasma dan membunuh sel (Aulia dalam Barito, 2011:12).

Bakteri Escherichia coli yang digunakan dalam penelitian ini termasuk golongan bakteri Gram negatif yang terbukti dapat dihambat pertumbuhannya menggunakan ekstrak rimpang kencur. Menurut Madigan dkk. (2009:94), bakteri Gram negatif mudah menyerap larutan, sehingga memudahkan zat terlarut memasuki dinding sel bakteri tersebut. Zat terlarut berupa zat aktif yang terkandung dalam ekstrak rimpang kencur yaitu alkaloid, saponin, tanin dan flavonoid memiliki mekanisme yang berbeda-beda sebagai antibakteri. Namun, keempatnya bekerja secara sinergis untuk menghambat pertumbuhan dan membunuh bakteri Escherichia coli.

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanti, N.K., Ida, B.G.D., dan Sang, K.S. 2012. Daya Hambat Ekstrak Kulit Daun Lidah Buaya (Aloe barbadensis Miller) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dan Escherichia coli ATCC 25922. Jurnal Biologi, XVI (1): 1 – 4.

Astuti.Y., Dian. S., dan M. Wien. W. 1996. Tanaman Kencur (Kaempferya galanga L.); Informasi Tentang Fitokimia dan Efek Farmakologi. Warta Tumbuhan Obat Indonesia, 3 (2): 26-28. Barito, A.T. 2011. Uji Ekstrak Kulit Batang Kayu Manis (Cinnamomum burmannii) Sebagai

Davis, W.W. dan T.R. Stout. 1971. Disc Plate Methods of Microbiological Antibiotic Assay. Applied Microbiology, 22 (4): 659-665.

Darma, B., I. Wayan S., dan Hapsari, M. 2013. Efektivitas Perasan Akar Kelor (Moringa oleifera) Sebagai Pengganti Antibiotik pada Ayam Broiler yang Terkena Kolibasilosis. Indonesia Medicus Veterinus,2 (3): 331 – 346.

Enayati, D. 2009. Uji Anti Mikroba Ekstrak Metanol Bunga Cengkeh Terhadap Bakteri Penyebab Karies Gigi, Streptococcus mutans. Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Gholib, D. 2009. Daya Hambat Ekstrak Kencur (Kaempferia galanga L.) Terhadap Trichophyton mentagrophytes dan Cryptococcus neoformans Jamur Penyebab Penyakit Kurap pada Kulit dan Penyakit Paru. Buletin Litro, 20 (1): 59-67.

Hayati, K. 2009. Efek Anti Bakteri Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera) Terhadap Staphylococcus aureus yang Diisolasi dari Denture Stomatitis (Penelitian In Vitro). Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Hermawan, A. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli dengan Metode Difusi Disk. Artikel Ilmiah. Surabaya: Universitas Airlangga.

Kusdarwati, R., Ludira, S., dan Akhmad, Akhmad, T.M. 2010. Daya Antibakteri Ekstrak Buah Adas (Foeniculum vulgare)Terhadap Bakteri Micrococcus Luteus Secara In Vitro. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 2 (1): 31-35.

Madigan, M.T dkk. 2009. Brock Biology of Microorganism 12th Ed. San Francisco: Pearson Benjamin Cummings.

Mpila, D.A., Fatimawali., dan Weny. I.W. 2012. Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Mayana (Coleus atropurpureus [L] Benth) Terhadap Staphylococcus aureus, Escherichia coli dan Pseudomonas aeruginosa Secara In-Vitro. Pharmacon, 1(1): 13-21.

Pelczar, M.J. & E.C.S. Chan, 1986. Penterjemah, Ratna Siri Hadioetomo dkk. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. Jakarta: UI Press.

Pelczar, M.J. & E.C.S. Chan, 1986. Penterjemah, Ratna Siri Hadioetomo dkk. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Jakarta: UI Press.

Rahmah, R.A. 2013. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Rimpang Kencur (Kaempferia galanga Linn) sebagai Antimikroba terhadap Bakteri Salmonella typhi secara In Vitro. Skripsi. Malang: Universitas Brawijaya.

Santoso, B. 2008. Ragam dan Khasiat Tanaman Obat. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Sarjono, P.R. dan Nies, S.M. 2012. Aktivitas Antibakteri Rimpang Temu Putih (Curcuma mangga Vall). Jurnal Sains & Matematika (JSM), 15 (2): 89-93.

Syarif, N dan Almunady, T.P. 2009. Uji Daya Hambat Asap Cair Hasil Pirolisis Kayu Pelawan (Tristania abavata) Terhadap Bakteri Escherichia coli. Jurnal Penelitian Sains, 9 (12): 30-32. Tirtodiharjo, K. 2011. Strategi Mengatasi Bakteri yang Resisten terhadap Antibiotika Universitas

Gadjah Mada. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DARI AIR PERASAN DAUN SEREH WANGI,

Dalam dokumen Prosiding Seminar Nasional Biologi USU 2014 (Halaman 53-58)

Garis besar

Dokumen terkait