• Tidak ada hasil yang ditemukan

AJARAN KONG HU CHU

Dalam dokumen SEKILAS TENTANG sejarah administrasi PENGARANG (Halaman 129-134)

Kong Hu Chu menghindarkan diskusi mengenai hal-hal yang metafisik dan abstrak. Seorang muridnya, Chung Yun, suatu kali bertanya kepada Tuannya tentang roh. Kong Hu Chu menjawab: “Bilamana engkau tidak dapat mengenal manusia, bagaimana engkau dapat mengenal roh?” Ketika beliau ditanya mengenai kematian, jawabnya: “Bilamana engkau tidak mengenal kehidupan, bagaimana engkau bisa mengetahui kematian?” Juga dikatakan tentang beliau: “Tuan tidak pernah berbicara tentang hal-hal yang menyimpang dari hukum, adu kekuatan, pemberontakan, atau pun

1 James R. Ware (translator), The Saying of Confucius. (Mentor Religious Classic, New York, 1955)

dewa-dewa”. Meskipun demikian, tidak dapat disangsikan lagi akan kenyataan bahwa Kong Hu Chu percaya kepada Tuhan dan seorang yang ketat bertauhid. Beliau mendakwahkan bahwa Kehendak Tuhan telah diwahyukan kepadanya adalah missinya agar kehendak Nya itu unggul di muka bumi. Di sini ada beberapa kata ucapannya: “Dia yang menyakitkan Tuhan, maka tiada satu pun yang dapat menerima doanya” (Analects, 3:13).

“Ada tiga perkara yang harus ditakuti oleh seorang yang mulia: perintah – perintah Tuhan, alim ulama, dan kata-kata hikmah orang dahulu. Orang picik adalah orang yang tidak tahu menahu akan perintah Tuhan, tidak merasa takut pada Nya, tidak menghormati alim-ulama, mengejek kata-kata hikmah orang dahulu. “ (Analects, 16:8)

“ Tuhan telah menugaskan kepada saya suatu risalah Ketuhanan. Apa yang dapat dilakukan oleh Huan T’uei (seorang perwira militer yang menggesernya) kepadaku?” (Analects, 7:23)

“Bila sudah menjadi Kehendak Tuhan, bahwa sistem Ilahi diabaikan, maka anak cucu kita tidak akan mendapat lagi bagian dari ilmu keimanan ini. Tetapi dengan Kehendak Tuhan, sistem ini tidak tersia-sia, apakah yang dapat dilakukan orang-orang Kuang terhadapku.” (Analects, 9:5)

Kong Hu Chu percaya bahwa dunia ini dibangun berdasarkan landasan moral. Bilamana manusia dan negara menjadi rusak akhlaknya, maka tata-susunan alam akan terganggu. Akan ada bencana peperangan, banjir, gempa bumi, paceklik yang panjang, dan wabah penyakit. “Jadi”, tulis Alfred Doeblin, “berlawanan dengan arus pemikiran kita yang materialistis dan menjadikan manusia itu objek tak berdaya dalam mengadapi arus peristiwa yang bebas serta tanpa arti, maka tingkah laku kita itu dapat mempengaruhi dan sesungguhnya telah mempengaruhi peristiwa- peristiwa dunia, karena kita ini memiliki kekuatan rohani yang mempengaruhi kekuatan rohani dunia, dan suatu pilihan nasib

manusia yang tidak tergantung kepada Langit itu tidak mungkin, seperti tidak mungkinnya alur peristiwa di dunia ini tidak tergantung kepada manusia. Kesengsaraan, kegagalan peristiwa- peristiwa yang mengerikan adalah jeritan peringatan dunia yang menderita, yang menjerit menyeru manusia untuk mengembalikan tata susunan dan kembali ke jalan yang benar. Jadi Kong Hu Chu dan ajaran orthodoksnya meningkatkan pengertian kita. Kita mengembangkan suatu kewajiban yang mendalam agar bertindak wajar dan tidak ditujukan untuk takut hukuman. Kong Hu Chu menjadikan kita para penjamin tata dunia yang teratur, dan jangan melalaikan kewajiban kita sekejap pun, karena suatu gerakan itu diikuti oleh gerakan yang lain, dan hanya suatu perniagaan kontanlah yang berlaku.”2

Kong Hu Chu menaruh penghargaan yang tinggi kepada ummat manusia, percaya bahwa manusia itu dianugrahi suatu Cahaya Ilahi. Beliau berkata: “Manusia yang membuat tata susunan ini besar, dan bukan sistemnya yang membuat manusia itu besar.” (Analects, 15:29). Dia percaya bahwa manusia itu fitrahnya baik dan akan kembali kepada kemuliaan bila suatu contoh teladan ditegakkan oleh atasan atau golongan penguasa. Dia tidak percaya adanya beban gaib, dosa asal, atau dosa yang diwariskan. Beliau adalah teman dari kehidupan dan manusia, seperti yang dikenal dengan baik bahkan tanpa beban dari dosa asal ini sudah cukup menderita dan senantiasa diancam oleh dua bahaya, yakni anasir- anasir perusak yang mencederainya dan penguasa yang jahat. Kong Hu Chu membela manusia, bahkan seekor binatang ataupun makhluk hina dianggap baik dalam fitrahnya, dan sangat cemas kalau mereka dibinasakan. Beliau percaya bahwa manusia itu tidak memerlukan juru selamat yang secara mukjizat akan menghapus

2 Alfred Doeblin, The Living Thoughts of Confucius, p.14 (The Living Thoughts Library, Cassel and Company, London, 1942)

segala dosanya. Apa yang diperlukan manusia adalah seorang guru ketulusan yang dengan sepenuhnya mempraktikkan ajaran- ajarannya dapat menjadi contoh teladan bagi manusia lainnya. Kong Hu Chu sendiri adalah Guru semacam itu yang dibangkitkan oleh Tuhan.

Analects mengajarkan kepada kita kepercayaan atas evolusi kemanusiaan yang sejati. Di sini digambarkannya kebenaran atau kemuliaan manusia: “Dia yang mula pertama mempraktikkan apa yang diajarkannya, dan kemudian mengajarkan apa yang dipraktikkannya”. (Analects, 2:13) “ Orang yang mulia memahami apa yang benar, dan orang yang rendah hanya mengenal apa yang dapat dijual.” (Analects, 4: 16). “Orang yang mulia mencintai jiwanya; orang yang rendah mencintai harta bendanya. Orang yang mulia senantiasa ingat betapa ia dihukum karena kesalahan- kesalahannya; orang yang rendah selalu mengingat hadiah-hadiah apa yang diperolehnya” (4:11). Orang yang mulia itu berwibawa dan ramah tamah serta tidak sombong, tetapi orang rendah itu sombong dan tidak berwibawa (13:26). “ Orang mulia itu dapat memahami pandangan orang lain tetapi tidak sepenuhnya menyetujui, orang yang rendah itu setuju sepenuhnya dengan pandangan orang lain tetapi tidak memahaminya.” (13:23) “Orang besar mempunyai pandangan universal tanpa prasangka, orang picik berprasangka dan tidak universal pandangannya” (2:14)

Dari segi etika, Kong Hu Chu menekankan pada senasib sepenanggungan, atau timbal balik menyuburkan simpati dan kerja sama yang harus dimulai dalam keluarga, kemudian diperluas secara bertahap ke perkumpulan. Beliau menekankan pentingnya lima hubungan kemanusiaan utama yang sudah menjadi adat- istiadat di antara bangsa China: (1) penguasa dengan rakyatnya, (2) ayah dengan anaknya, (3) saudara tua dengan adiknya, (4) suami dengan istrinya, dan (5) sahabat dengan temannya. Kong Hu Chu melihat bahwa kekacauan yang timbul di China ketika raja tidak

bertingkah laku sebagai raja, rakyat tidak bertindak sebagai rakyat, bapak tidak berbuat sebagai bapak, dan seterusnya. Maka dia merasa bahwa langkah pertama ke arah perombakkan dunia yang kacau, ialah dengan cara setiap orang harus menyadari dan memenuhi kewajibannya sendiri dengan tepat.

Suatu kali, Kong Hu Chu ditanyai, “Adakah satu kata yang dapat berlaku sebagai prinsip dalam hubungan hidup?” Dia menjawab: “Barangkali kata ‘timbal balik’ adalah yang tepat. Janganlah berbuat sesuatu kepada orang lain yang kalian sendiri tidak ingin orang lain berbuat demikian terhadapmu.” (Analects, 15: 24)

Menurut Kong Hu Chu, kemuliaan yang harus disuburkan di atas segalanya ialah kasih antara sesama manusia (Jen). Etikanya, kebijakannya, cita-cita hidupnya, semuanya mengalir dari kemuliaan yang utama ini. Jen berisi cita-cita Kong Hu Chu untuk menyuburkan hubungan antara manusia, mengembangkan kemampuan manusia, menggabungkan kepribadian seseorang, dan memegang hak azasi manusia. Tzu Tang bertanya kepada beliau

tentang Jen, dan beliau menjawab: “Kemampuan untuk

melaksanakan lima sifat mulia di dunia membentuk Jen. Ketika ditanya lagi apakah itu, beliau berkata: “Itu adalah kehormatan, kedermawanan, ketulusan, ketekunan, dan kasih sayang.” (Analects, 17 : 6). Beliau juga mengatakan bahwa Jen terdiri dari “menyayangi sesama.”

Kong Hu Chu menginginkan kemajuan manusia sepanjang :Jalan peradaban yang benar”, yang dijamin oleh penguasa yang baik , yang memimpin di depan dan menegakkan suatu contoh teladan, serta para pembantunya yang baik menjalankan hukum sesuai kerangka agama yang tertulis. Dia menginginkan agar seluruh negeri disusun sebagai suatu lembaga pendidikan, kerja keras harus dimulai, dan atau dengan para penguasa terlebih dahulu, sebab bilamana penguasa memberi contoh buruk maka dia

akan menjerumuskan seluruh rakyat dalam kesengsaraan. Menurut ajaran Kong Hu Chu tiada sedikit pun diragukan bahwa tujuan satu- satunya dari suatu negara adalah meningkatkan kesejahteraan rakyat sesuai dengan hukum Tuhan.

“ Pemerintah hanyalah menempatkan segala perkara dengan benar. Bila Anda sendiri memberi contoh teladan yang benar, siapakah yang berani menyeleweng”. (Analects, 12 : 17)

“ Apabila penguasa sendiri berbuat apa yang benar, dia akan mempunyai pengaruh terhadap rakyat, bahkan tanpa memberi perintah-perintah, dan bilamana penguasa sendiri tidak melaksanakan apa yang benar, segala perintahnya akan sia-sia tanpa guna.” (13 : 6)

“ Bilamana penguasa menepati kewajibannya sendiri, memerintah adalah suatu yang sangat mudah, dan jika dia tidak menepati kewajibannya, bagaimana dia dapat menyuruh orang lain menepatinya?” (13 : 13)

“ Pimpinlah rakyat itu dengan alat-alat kekuasaan dan awasi serta aturlah mereka dengan ancaman hukuman, dan rakyat akan mencoba keluar dari penjara, namun mereka tidak akan punya rasa hormat atau pun rasa malu. Bimbinglah rakyat dengan akhlak mulia, dan awasi serta aturlah dengan aturan-aturan kebenaran, maka rakyat akan menaruh rasa hormat serta patuh.” (2 : 3)

Dalam dokumen SEKILAS TENTANG sejarah administrasi PENGARANG (Halaman 129-134)