• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTISARI AGAMA YAHUD

Dalam dokumen SEKILAS TENTANG sejarah administrasi PENGARANG (Halaman 197-200)

AGAMA YAHUD

INTISARI AGAMA YAHUD

Intisari agama Yahudi terdapat dalam Decalogue yang termasyur atau Sepuluh Perintah yang diwahyukan kepada Musa a.s. dari Tuhan. Dalam kitab kedua yang dinisbahkan kepada Musa a.s. disebut Keluaran, perintah ini tersusun sebagai berikut::

“Akulah Tuhan Allahmu yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir dan tempat perbudakan. Janganlah ada padamu Allah lain dihadapanKu.”

“Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit, atau yang ada di bumi, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku Tuhan Allahmu adalah Allah yang cemburu dan membalaskan kesalahan bapak kepada anak- anaknya, kepada keturunan yang ketiga, keempat, dan orang-orang yang membenci Aku. Tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan berpegang pada perintah-perintahKu.”

“Jangan menyebut nama Tuhan Allahmu dengan sembarangan, sebab Tuhan akan memandang bersalah orang yang menyebut nama Nya dengan sembarangan.”

“Ingatlah dan kuduskanlah hari Sabat. Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ke tujuh adalah hari Sabat Tuhan Allahmu, maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan engkau atau anakmu laki-laki atau anakmu perempuan atau hambamu laki-laki atau hambamu perempuan atau hewanmu atau orang asing yang di tempat kediamanmu. Enam hari lamanya Tuhan menjadikan langit dan bumi laut dan segala isinya, dan berhenti pada hari ketujuh, itulah sebabnya Tuhan memberkati hari Sabat dan mengkuduskannya.”

“Hormatilah ayah dan ibumu supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan Tuhan Allah kepadamu.”

“Janganlah membunuh.. “Janganlah berzinah.. “Janganlah mencuri.

“Janganlah mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu. “Jangan menginginkan rumah sesamamu, jangan mengingini isterinya, atau hambanya laki-laki atau hambanya perempuan atau lembunya atau keledainya atau apa pun yang dipunyai sesamamu”. (Keluaran, 20 : 2 – 17)

Juga ada perintah selanjutnya dalam Imamat:

“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (19 : 18) UMMAT PILIHAN

Kaum Yahudi menganggap dirinya sebagai umat pilihan Tuhan. Terbukti mereka bertindak lebih jauh dengan menganggap Tuhan dengan perasaan khusus adalah milik mereka, dan menyebut Dia sebagai “Tuhan Raja Israil”. Dia telah mewahyukan agama Nya yang sejati hanya kepada mereka sendiri. Dengan mengutip pengarang Yahudi modern :

“Kunci yang benar dalam memahami agama Yahudi dalam tafsiran mereka sendiri didapati dalam konsepsi mereka tentang “ummat pilihan”. Ajaran “pilihan” ini adalah suatu misteri ... dan suatu skandal. Hal itu merupakan misteri dalam Alkitab itu sendiri yang menetapkan pilihan Tuhan tidak kepada sifat-sifat mulia yang tertanam pada bangsa Yahudi, tetapi kepada kehendak yang tak dikenal Tuhan. Segera hal ini terbentuk, tetapi tetap sebagai suatu skandal pada orang-orang kebanyakan, dan bahkan bagi beberapa banyak orang Yahudi.”14

14 Arthur Hertzberg (editor), Judaism, Introduction p. xv (Washington Square Press Book, New York, 1963).

Menurut Alkitab Yahweh, Tuhan Yang Esa dan Sejati mengadakan perjanjian dengan Bani Israil yang menjadikan Dia Tuhan dari Israil, dan Israil sebagai ummat Yahweh. Mereka disebut “anak Tuhan” dan dinyatakan lebih unggul dari bangsa- bangsa lain:

“Kamulah anak-anak Tuhan Allahmu … sebab engkau ummat yang kudus bagi Tuhan Allahmu, dan engkau dipilih Tuhan untuk menjadi ummat kesayangan Nya dari antara segala bangsa yang ada di atas muka bumi” (Ulangan, 14 : 1-2)

“Dan bangsa manakah di bumi seperti umatmu Israil yang Allahnya pergi membebaskannya menjadi ummat Nya untuk mendapat nama bagimu dengan perbuatan-perbuatan besar yang dasyat.dan dengan menghalau bangsa-bangsa dari depan ummatmu yang telah Kau bebaskan dari Mesir. Engkau telah membuat ummatmu Israil menjadi ummatmu untuk selama-lamanya, dan Engkau ya Tuhan menjadi Allah mereka” (Tawarich, 17 : 21-22)

Bahkan tanah yang diberikan Tuhan kepada Bani Israil, tanah Kanaan (Palestina) dinyatakan tidak ada tanah yang lebih seperti itu di permukaan bumi:

“Maka janganlah najiskan negeri tempat kedudukanmu yang ditengah-tengahnya Aku diam, sebab Aku Tuhan diam di tengah- tengah orang Israil” (Bilangan, 35 : 34)

Dalam Talmud ditulis:

“Barangsiapa yang tinggal di Tanah Israil, dianggap percaya kepada Tuhan. Barangsiapa yang tinggal di luar Tanah itu dianggap sebagai golongan orang penyembah berhala .…Barang siapa yang hidup di Tanah Israil menjalani kehidupan tiada berdosa sebagaimana telah tersurat dalam Alkitab: ‘Orang-orang yang tinggal di sana akan diampuni atas kesalahannya’ (Isaiah, 33:34) Barang siapa yang dikuburkan di Tanah Israil dianggap seolah-olah dia dikuburkan di bawah Altar ... .Barang siapa yang berjalan

sejauh empat meter di Tanah Israil dijamin satu tempat di dunia mendatang” (Mishah, Ketubot, 110a –111a)

Dasar perjanjian Tuhan dengan Israil di Sinai adalah ajakan Tuhan, “Dan kamu akan menjadi bagi Ku kerajaan iman dan bangsa yang kudus” (Keluaran, 19:6). Namun tidak bisa diingkari bahwa kaum Yahudi selalu menganggap bahwa Perjanjian ini mengikat mereka hanya sebagai ikatan ras belaka. Akibatnya tidak saja mereka gagal untuk mengajarkan agama Yahudi kepada orang lain, bahkan mereka tidak menginginkan orang lain sebagai pengikutnya. Bila seorang asing mau menjadi penganutnya (hampir dapat dipastikan disebabkan perkawinan, maka hukum Yahudi tidak mengenal perkawinan antara penganut agama Yahudi dengan bukan Yahudi), itikadnya selalu dicurigai. Sifat agama Yahudi yang rasialis dan kebangsaan yang picik tampak jelas dalam kenyataan bahwa kaum Yahudi mengeluarkan kaum Samaria dari masyarakat Yahudi meskipun mereka sama-sama yakin kepada Taurat, hanya disebabkan karena mereka dianggap bersalah memperbolehkan perkawinan dengan kaum non Yahudi. Sebaliknya, orang Yahudi menganggap seorang yang dilahirkan oleh orang tua Yahudi itu, selalu beragama Yahudi bahkan meskipun dia (baik lelaki maupun perempuan) telah menjadi ateis ataupun telah membuang semua kepercayaan dan peribadatan Yahudi.

Dalam dokumen SEKILAS TENTANG sejarah administrasi PENGARANG (Halaman 197-200)