• Tidak ada hasil yang ditemukan

Al Bilaly dan Abu Salma, bantahan singkat atasnya

Al Ustadz Usamah Mahr

15.9 Al Bilaly dan Abu Salma, bantahan singkat atasnya

“Aku Melawan Teroris”, Sebuah kedustaan atas nama ulama Ahlussunnah dan “CMM” sebuah Kedustaan atas nama Asatidz Ahlussunnah.

Semenjak beberapa hari terahir ini saya memang tidak banyak tahu dan melihat perkembangan dan informasi keagamaan yang disajikan di dunia maya.

Alangkah terkejutnya saya ketika diberitahu seseorang – semoga Allah Ta’ala menjaganya – bahwa ada sebuah tulisan yang menyinggung-nyinggung soal saya dan soal CMM, disebutkan bahwa saya menulis buku yang kemudian diterbitkan CMM.

Semula saya tidak ingin menanggapinya, karena hal tersebut sebelumnya sudah saya jelaskan saat ada yang menanyakannya. Akan tetapi, ketika berita itu semakin menyebar dan akhirnya saya pun melihatnya sendiri , maka saya merasa perlu untuk meluruskan hal yang sebenarnya.

Saya berlindung kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala jika apa yang ingin saya jelaskan ini hanya sebagai pembelaan diri.

Memang akan banyak waktu terbuang sebetulnya menanggapi hal-hal yang seperti ini, juga hanya akan membuat si penulis merasa dihargai dan besar diri.

Namun, si penulis nampaknya tidak merasa puas jikalau tulisan miring dan berbau fitnah itu belum tersebar kemana-mana, entah apa yang diinginkannya dari itu semua – wallahu a’lam-, bisa jadi hasad , bisa jadi tamak terhadap dunia , yang jelas simak syair-syair berikut ini : Mata- mata pendengki mengintaimu sepanjang masa.

Coba menampakkan kesalahanmu, sedang kebaikan disembunyikannya Para pemuda menanam kedengkian ketika tidak mendapatkan keinginannya Jadilah semua kaum sebagai lawan dan tandingannya

Rambutku telah beruban, namun rambut si tamak belum jua beruban Orang yang tamak terhadap dunia, sungguh dalam kepayahan

Saya tegaskan bahwa saya tidak pernah menulis – walau seperempat buku-pun - yang kemudian diterbitkan oleh CMM. Apalagi kalau sebuah buku atau satu buku seperti yang dituduhkan Al Bilaly.

Al Bilaly tidak akan pernah bisa menyebutkan bukti kebenaran tuduhannya selain dari satu artikel yang saya tulis berjudul : “Aku Melawan Teroris” sebuah kedustaan atas nama Ulama Ahlus Sunnah.”

Saya kira kang Al Bilaly banyak termakan berita – berita yang disebar lewat surat kabar, persisnya ketika tulisan saya itu menjadi ramai diperbincangkan dan menjadi bahan diskusi- diskusi.

Dalam sebuah surat kabar tiba – tiba Tarmidzi Taher memberikan pernyataan, ”Kurang lebih ada delapan kesalahan Imam Samudra dan pihaknya akan mengeluarkan sebuah buku bantahan, “Aku Melawan Teroris”, sebuah kedustaan atas nama Ulama Ahlus Sunnah. Penulisnya sendiri adalah Al – Ustadz Abu Hamzah Yusuf, dkk”. Itulah kira-kira ungkapan Tarmidzi Taher.

Kang Al Bilaly kelihatannya merasa cocok dengan berita ini – saya tidak tahu apa Al Bilaly membaca langsung berita ini, atau dia mendengar hal itu dari orang lain, atau dia mendapatkan kiriman bukunya langsung dari CMM. Tetapi ini tidaklah penting, yang menarik adalah komentarnya, ”Saya bermesra-mesraan dengan JIL - CMM-“Pengikutnya JIL “… Rupanya kang Al Bilaly tidak sendirian dalam tuduhan dan hujatan yang dilontarkan pada saya ini, tetapi diikuti juga oleh Abu Salma alias Ibnu Burhan. Saya sendiri kaget ketika mendengar kabar berita pernyataan Tarmidzi Taher itu, hingga salah seorang ikhwan memperlihatkan surat kabarnya kepada saya.

Memang tidak lama buku yang dimaksud Tarmidzi Taher itu keluar, seorang ikhwanpun membawanya ke hadapan saya dan setelah saya lihat barulah tahu bahwa isi buku itu adalah salinan dari majalah Asy Syari’ah edisi Vol.II/No.13/1425/2005 bertema utama “Terorisme Berkedok Jihad”, disitulah saya menulis artikel dalam kajian utama dengan judul : ”Aku Melawan Teroris ”, sebuah kedustaan atas nama Ulama Ahlus Sunnah.

Jadi bukan saya yang sengaja mengirim tulisan itu langsung ke CMM kemudian mereka terbitkan, atau saya yang minta agar tulisan itu dibukukan, bagaimana mungkin saya lakukan hal ini sementara saya tahu siapa itu CMM, disamping itu tulisan yang diambil CMM pun bukan tulisan saya saja.

“Aku Melawan Teroris”, sebuah kedustaan atas nama Ulama Ahlus Sunnah, itulah judul yang tertulis disampul depan buku yang dimaksud oleh Tirmidzi Taher, isi buku itu sama persis seperti apa yang ada dalam majalah Asy Syari’ah pura lupa, atau memang pelupa, atau memang bisa jadi tidak tahu apa-apa, sehingga hal yang seperti ini tidak diperhatikan, yang pada akhirnya dengan semangat mengesankan bahwa saya memang satu-satunya penulis buku itu dan berhubungan dengan penerbit CMM.

Majalah Asy Syari’ah tujuannya memang da’wah, Sehingga siapapun berhak membaca majalah tersebut dan mengambil faidah darinya , karenanya pihak redaksi memperbolehkan bagi siapapun dari pembaca untuk mengutip isi majalah tersebut sebagian atau seluruhnya dengan mencantumkan sumber dan penulisnya, makanya dalam buku terbitan CMM itu dituliskan majalah tersebut sebagai sumbernya.

Repotnya pihak CMM yang menerbitkan tulisan – tulisan di majalah tersebut ke dalam bentuk buku, lantas mereka komersilkan untuk kepentingan mereka.

Sejak pertama kemunculan buku itupun saya segera klarifikasi, sebab pasti ada orang – orang yang memanfaatkan hal tersebut sebagai celah untuk menghasut saya dan para asatidz lainnya. Buktinya memang ada dua tokoh “pendekar standar ganda” yang diperankan oleh Al Bilaly dan Ibnu Burhan menjadi korbannya.

Saya dan beberapa ikhwan berusaha untuk dapat menghubungi pihak CMM tetapi tidak pernah berhasil dan nampaknya tidak digubris .

CMM adalah CMM, dan saya setuju dengan pernyataan “pendekar standar ganda” itu bahwa mereka adalah corongnya JIL di Indonesia dan yang berhaluan “Liberal”. Lantas darimana kemudian saya dikatakan bermesra-mesra dengan JIL atau bahkan pengikutnya ? Lain kali dan ‘kali lain-lain’, hati-hati kang…

Perkataan itu bak susu sapi yang telah diperas dari teteknya Tidak mungkin dapat dikembalikan lagi ke dalamnya

Bagaimana mungkin seseorang dapat mengembalikan susu sapi yang telah diperas dari teteknya

Seperti itulah perkataan tak dapat dikembalikan ke tempat asalnya

Saya berlepas diri dari CMM dan apa yang ada didalamnya. Adapun kedua pendekar “standar ganda” itu mereka majhul disisi saya, entah pengikut aliran mana, beda dengan Abu Qatadah yang sok dibela-belanya itu, saya pergi ke Yaman bersama dan pulang bersama, pernah mengajar di Pondok bersama-sama, keadaannya sudah wadhih, jelas. Saya tidak ingin mengupasnya lagi, tulisan ini akan terlalu panjang bila mengupasnya.

Dua Pendekar “standar ganda” itu mungkin merasa girang dan menang ketika saya tidak menanggapi tuduhannya, sebagian ikhwanpun mendesak untuk segera meluruskan persoalan yang sebenarnya.

Tidak ada yang membuat saya tidak semangat untuk membalasnya melainkan saya teringat bait – bait syair dari Salim bin Maimun Al Khawash :

Jika Pembaca ingin tahu arti dari syair ini tanyakan saja pada pendekar “standar ganda”itu, Kang Al Bilaly dan Ibnu Bur-han, mudah-mudahan mereka mengerti, tapi hati-hati dari tahrif dan ta’wilnya seperti yang terjadi di atas.

Bandung Raya, 20 Desember 2006 Yang selalu mengharap ampunan Rabbnya Abu Hamzah Yusuf Al-Atsary

BAB. XVI

BERTAHKIM DI DEPAN

Garis besar

Dokumen terkait