• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIFQAN SURKATI DENGAN PENGANUT KHURAFAT

KALAU MATAHARI TELAH TERBIT DARI BARAT BARULAH SAYA AKAN BERPALING DARI AL-IRSYAD !!

DAN MAJALAH ADZDZAKHIRAH INI MENYAMBUT DENGAN LUAS (SANGAT TERBUKA), HALAMAN-HALAMANNYA TERBENTANG LUAS, PINTUNYA TERBUKA

18.10 RIFQAN SURKATI DENGAN PENGANUT KHURAFAT

Syaikh berkata: “Kita bersyukur kepada Allah, sebab di awal abad ini, Allah telah menempatkan seorang alim, yaitu Syaikh ‘Allamah Ahmad Asy Syurkati yang…. memerangi khurafat, kesesatan, …". Benarkah?

"Barangkali kita pernah mendengar adanya sekelompok orang yang suka melakukan pemujaan terhadap seekor kerbau yang berwarna bule. Demikian hormatnya mereka terhadap kerbau itu sampai-sampai kotorannyapun menjadi rebutan karena diyakini memiliki berkah. Bentuk kepercayaan seperti ini jumlahnya cukup banyak di masyarakat, tak terkecuali Poin keempat, tuduhannya bahwa keimanan Ahlus Sunnah, Syi’ah, Zaidiyah, dan Ibadhiyah adalah sama. Kemungkinan ia jahil dengan keyakinan firqah-firqah tersebut atau itu adalah pengkaburan terhadap Muslimin karena perbedaan antara keimanan Ahlus Sunnah dengan keimanan firqah-firqah tersebut adalah hal yang tidak samar lagi bagi siapa yang mempunyai sedikit dari ilmu yang bermanfaat (ilmu agama) terlebih lagi mereka yang dijuluki dengan gelar-gelar yang besar. Agar menjadi jelas perbedaan antara keimanan Ahlus Sunnah dengan keimanan firqah-firqah tersebut akan aku sebutkan beberapa perbedaan :

1. Sesungguhnya keimanan Ahlus Sunnah berdasarkan keyakinan bahwa Al Qur’an adalah kalamullah bukan makhluk. Sementara mereka (firqah-firqah tersebut) meyakini bahwa Al Qur’an itu makhluk. 2. Iman Ahlus Sunnah berdiri atas dasar keyakinan bahwa Mukminin akan melihat Rabb mereka sedang Zaidiyah dan Ibadhiyah tidak mengimaninya.

3. Iman Ahlus Sunnah tegak berdasar keyakinan bahwa para pelaku dosa besar adalah ahli maksiat bukan orang kafir dan mereka berada di bawah kehendak Allah, apakah Dia menyiksanya dengan azab atau mengampuninya. Sedangkan Zaidiyah mengatakan bahwa pelaku dosa besar berada pada satu tempat diantara dua tempat, manzilah baina manzilatain, bukan orang mukmin, bukan pula orang kafir. Adapun Ibadhiyah mereka meyakini bahwa pelaku dosa besar adalah kafir, oleh karena itu mereka mengkafirkan masyarakat Muslim.

Perbedaan-perbedaan di atas hanyalah sebagai contoh karena bukan di sini tempatnya untuk membeberkannya secara panjang lebar. As Syahristany mengakui bahwa keyakinan Zaidiyah adalah keyakinan Mu’tazilah dimana ia berkata :

“Adapun dalam permasalahan ushul, mereka berpendapat dengan pendapat Mu’tazilah selangkah demi selangkah.” (Al Milal Wan Nihal I:319)

Ar Razy menyebutkan hal ini juga dalam Al Mahshal halaman 248. Begitu juga disebutkan oleh Al Maqbaly dalam Al ‘Ilmu Asy Syaamikh halaman 319. Ini adalah berkenaan dengan Zaidiyah yang tergolong firqah Syi’ah yang paling dekat dengan Ahlus Sunnah. Maka bagaimanakah dengan firqah Syi’ah lainnya yang jauh menyimpang dari manhaj Ahlus Sunnah?!

Namun demikian, Qaradhawi menyamakan semua firqah ini dan pemikiran-pemikiran yang dibawanya serta keyakinan-keyakinan yang batil dengan Ahlus Sunnah wal Jama'ah para pemeluk keyakinan yang murni dan bersih yang disarikan dan diambil dari Kalamullah dan sunnah Rasul-Nya berdasarkan pemahaman Salafus Shalih. Poin kelima, tuduhannya bahwa kemakshuman dalam Syi’ah Imamiyah adalah termasuk dalam masalah furu’iyah dalam akidah.

Dan bantahan terhadap point ini dari dua sisi :

Yang pertama, penjelasan tentang hakikat keyakinan ini. Aku berkata, kemakshuman menurut Syi’ah tergolong permasalahan ushul yang besar yang termasuk dasar akidah mereka. Syi’ah meyakini bahwa para imam mereka makshum dari segala kesalahan dan kealpaan dan dari melakukan dosa-dosa besar ataupun dosa-dosa kecil. Keyakinan ini tercantum dalam banyak kitab-kitab yang mereka jadikan sebagai bahan rujukan, antara lain kitab Aqa’idul Imamiyah karangan tokoh Syi’ah masa kini, Muhammad Ridha Mudhaffar, An Nukatul I’tiqadiyah karangan Al Mufid, kitab Al Bihar susunan Al Majlisy. Sungguh ia telah mengisahkan bahwa kemakshuman para imam Syi’ah merupakan kesepakatan mereka. Tidak cukup di situ saja bahkan mereka menjadikan para imam mereka berkedudukan yang lebih tinggi dari kedudukan para nabi dan malaikat.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Al Khumaini :

Merupakan hal pokok dalam mazhab kita bahwa para imam kita mempunyai kedudukan yang tidak bisa diraih oleh malaikat yang dekat ataupun nabi-nabi yang diutus.” (Al Wilayah At Takwiiniyah, halaman 52) Inilah kemakshuman menurut Syi’ah.

Yang kedua, penjelasan tentang kebatilan keyakinan yang rusak ini dan itu dilihat juga dari dua sisi : a. Bahwasanya kemakshuman yang dijadikan oleh Syi’ah bagi para imam mereka tidak terdapat pada para Nabi. Allah berfirman menceritakan tentang Nabi Adam ‘Alaihis Salam :

“Dan durhakalah Adam kepada Rabbnya dan sesatlah ia. Kemudian Rabbnya memilihnya maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.” (QS. Thaha : 121-122)

Allah juga berfirman :

Keduanya berkata : “Ya Rabb kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (QS. Al A’raf : 23) Dan inilah rasul kita Muhammad , Allah berfirman tentang beliau :

“Semoga Allah memaafkanmu. Mengapa kamu memberi izin kepada mereka (untuk tidak pergi berperang) sebelum jelas bagimu orang-orang yang benar (dalam keuzurannya) dan sebelum kamu ketahui orang-orang yang berdusta.”

di kalangan kaum muslimin. Yang dipujapun bermacam-macam, diantaranya tempat-tempat yang dianggap memiliki penunggu yang "mbaurekso", seperti laut, gunung, pohon, dan sebagainya. Inilah keadaan orang-orang yang aqidahnya telah teracuni oleh berbagai keyakinan terhadap sesuatu yang nilainya sangat rendah, namun mereka sejajarkan dengan pencipta mereka yaitu Allah "(Asy-Syari'ah no.13/II/1426H, hal.43).

Contoh di atas adalah sebagian kecil dari gambaran suatu kaum yang memiliki keyakinan- keyakinan Khurafat yang menyesatkan, bagaimana sikap Surkati terhadap mereka :

"ORANG-ORANG YANG MEMILIKI KEYAKINAN KHURAFAT, MESKIPUN MEREKA MEMILIKI PENYIMPANGAN DALAM BEBERAPA SEGI, MEREKA ITU MASIH BAGIAN KITA". Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Jadi, bagaimana mungkin orang ini dipuji sebagai "Syaikh Salafiyyin" yang memerangi khurafat sementara orang yang dipuji itu sendiri telah menetapkan bahkan telah menyeru

(QS. At Taubah : 43) Allah juga berfirman :

“Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali ia ingin membersihkan dirinya (dari dosa).” (QS. Abasa : 1-4)

Dahulu orang-orang musyrik menawarkan kepada Rasulullah agar menjadikan bagi mereka suatu hari dimana para hamba sahaya seperti Ibnu Mas’ud dan Bilal tidak bisa menghadirinya. Hal tersebut sempat terbersit dalam hati Rasulullah akan tetapi Allah menurunkan ayat :

“Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Rabbnya di pagi hari dan petang hari sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya.” (QS. Al An’am : 52)

Allah berfirman :

“Dan (ingatlah) ketika kamu berkata kepada orang yang Allah telah melimpahkan nikmat kepadanya dan kamu (juga) telah memberi nikmat kepadanya : ‘Tahanlah terus istrimu dan bertaqwalah kepada Allah.’ Sedang kamu menyembunyikan di dalam hatimu apa yang Allah akan menyatakannya dan kamu takut kepada manusia sedang Allah-lah yang lebih berhak untuk kamu takuti.” (QS. Al Ahzab : 37)

Terdapat hadits Nabi yang menunjukkan bahwa beliau tidak makshum secara mutlak. Beliau bersabda : “Tidak lain aku hanyalah seorang manusia biasa, kadang datang padaku sebuah perkara. Maka barangkali sebagian dari mereka lebih pandai menyampaikan dari yang lainnya. Maka aku menyangka bahwa ialah yang benar (jujur) maka aku memenangkannya. Dan barangsiapa yang telah aku menangkan perkaranya dengan mengorbankan hak seorang Muslim maka tidak lain itu adalah percikan api neraka maka hendaklah ia menanggungnya atau meninggalkannya.” (HR. Muslim)

Dalam dalil ini terdapat penjelasan bahwa para nabi kadang jatuh dalam kesalahan hanya saja mereka tidak membenarkan kesalahan tersebut. Ini adalah kebalikan dari apa yang diyakini Syi’ah tentang para imam mereka bahwa mereka tidak mungkin melakukan kesalahan, baik disengaja ataupun lalai. b. Bahwa keyakinan yang diakui oleh Syi’ah tentang para imam mereka, membawa mereka dalam hal-hal sebagai berikut :

v Setiap perkataan yang muncul dari para imam mereka yang dua belas adalah sama kedudukannya seperti firman Allah dan sabda Nabi . Oleh karena itu bahan rujukan mereka dalam hadits sanad-sanadnya kebanyakan berhenti pada salah satu imam mereka.

v Ketika mereka berselisih dan bersengketa maka mereka merujuk kepada perkataan imam mereka. Ini bertentangan dengan Al Qur’an dimana Allah telah berfirman :

“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya) jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An Nisa’ : 59)

v Berlebih-lebihan dalam kubur-kubur mereka dan menjadikannya tempat ziarah dan perayaan. Mereka menjadikan perbuatan ini sebagai dasar-dasar keyakinan mereka dan membuat bab-bab khusus tentang masalah ini dalam buku-buku dan karangan karangan mereka.

Pembaca, setelah mengetahui apa arti kemakshuman menurut mereka (Syi’ah) dan penyelisihan mereka dengan akidah yang benar, yakni akidah Salafus Shalih, masihkah dikatakan bahwa ‘ishmah termasuk masalah furu’ dalam akidah? Maha Suci Allah, ini adalah kebohongan yang besar! Allah berfirman :

“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak tatkala yang hak itu datang kepadanya?” (QS. Al Ankabut : 68) Allah juga berfirman : “Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengadakan dusta terhadap Allah sedang dia diajak kepada agama Islam.” (QS. As Shaff : 7)

Adapun tuduhannya bahwa hal-hal yang mendasar telah disepakati adalah dakwaan yang sangat jelas kebatilannya. Karena Syi’ah dan sekte-sektenya seperti Zaidiyah dan Ibadhiyah dan sebagainya mempunyai ushul yang berbeda dengan ushul Ahlus Sunnah, baik dalam hukum ataupun dalam akidah.

Dan telah disebutkan beberapa perbedaan Ahlus Sunnah dengan firqah-firqah yang disebutkan Qaradhawi, maka aku tidak mengerti hal-hal mendasar apakah yang disepakati oleh Ahlus Sunnah dan Syi’ah menurut pemahaman Qaradhawi.

Seandainya apa yang dimaksud dengan hal mendasar tersebut adalah akidah maka ini tidak bisa diterima karena akidah Syi’ah dalam masalah Asma’ was Shifat diambil dari Mu’tazilah. Dalam masalah qadar dari Qadariah. Serta dalam masalah shahabat mereka mengkafirkan sekelompok besar dari sahabat, melaknat mereka, dan menuduh mereka dengan pelbagai kejahatan dan tidak bersandar (berpegang) dengan apa yang mereka riwayatkan dari Rasulullah .

siapapun “untuk bergabung dengan jiwa dan hartanya” bahwa penganut khurafat masih termasuk anggota formasi dakwah –sesat-nya?! Allahul Musta'an.

Biarlah, Syaikh Ahmad An-Najmi yang berusaha "meluruskan garis perjuangan" yang telah dibengkok-bengkokkan oleh Ahmad Surkati ini:

"Adapun persatuan umat, maka hakekatnya ialah seluruh umat menyembah Allah dengan syari'at yang diajarkan oleh para Rasul baik dalam aqidah,maupun ibadah, hendaklah seluruh umat berbuat demikian. Rabb mereka satu, Dien mereka satu, aqidah mereka satu, Nabi sebagai imam yang diikuti syari'atnya oleh mereka satu, tujuannya satu yaitu meninggikan kalimat Allah dalam dirinya dan diri orang lain, sasarannya satu yaitu menggapai ridha dan surga Allah serta selamat dari murka dan neraka-Nya….Perbedaan ini bukanlah sebab yang mengharuskan pengkotakan dan menimbulkan dampak negative pada persatuan umat kecuali kalau perbedaan itu terjadi pada ushul aqidah (dasar aqidah) seperti tauhid dengan tiga macamnya. Siapa yang meyakini bolehnya beristighatsah kepada makhluk dalam urusan yang tidak disanggupi oleh selain Allah , acuh terhadap orang- orang yang : thawaf di kuburan, mempersembahkan kurban sesembelihan bagi kubur dan memohon kepada penghuni kubur disertai harapan untuk memenuhi keperluan dan menghilangkan keburukan, dimana dia berpendapat kalau orang-orang semisal ini belum keluar dari Islam sebab perbuatannya melakukan pelanggaran itu, bahkan menyebut mereka "SAUDARA" dan MEMASUKKAN DALAM FORMASI DAKWAHNYA, Dan seandainya ia bermaksud dengan assasiyat (hal-hal mendasar, asasi) adalah bahwa dasar-dasar Syi’ah yang dijadikan rujukan oleh mereka adalah dasar-dasar Ahlus Sunnah, itu sama batilnya dengan yang sebelumnya. Dasar-dasar Syi’ah bukanlah dasar-dasar Ahlu Sunnah! Dasar-dasar Ahlus Sunnah adalah Al Qur’an dan dua kitab shahih milik Bukhari-Muslim dan apa-apa yang shahih dari sunnah Rasulullah yang dicatat oleh para ulama umat Islam seperti Sunan Abu Dawud, Sunan Tirmidzi, An Nasai, Ibnu Majah, Musnad Ahmad, dan kitab-kitab sunan yang lain.

Adapun Syi’ah tidak menjadikan semua ini sebagai dasar-dasar mereka. Tentang sikap mereka terhadap Al Qur’anul Karim, adapun penganut Itsna ‘Asyariyah berkeyakinan bahwa Al Qur’an sudah diselewengkan sedangkan Al Qur’an yang sempurna adalah yang diturunkan kepada Fatimah setelah Nabi . Mereka menamakannya Al Qur’an yang lain itu Mushaf Fatimah dan ini diakui dalam kitab-kitab Syi’ah Imamiyah serta dijelaskan secara terang-terangan. Seperti dalam kitab Al Kaafi milik Al Kailani dan lain sebagainya. Orang-orang ini (Syi’ah) tidaklah memahami Al Qur’an dengan pemahaman shahabat bahkan mereka menakwilnya dengan takwilan batiniyah sebagaimana yang sudah dikenal dari mereka.

Pembaca, setelah Anda mengetahui penyelisihan Syi’ah dengan Ahlus Sunnah dalam masalah akidah dan dalam dasar-dasar rujukan, Anda mengerti bahwa tidak ada kata sepakat antara Ahlus Sunnah dan Syi’ah. Tuduhan Qaradhawi bahwa ada hal-hal mendasar yang disepakati adalah tuduhan sesat dan batil yang jelas serta merupakan pemutarbalikan fakta yang semua itu ditujukan dalam rangka dakwah taqrib (pendekatan) antara Syi’ah dan Sunnah, dakwah pendekatan antara tauhid dan syirik, petunjuk dan kesesatan, kegelapan dan cahaya, sunnah dan bid’ah! Dakwah yang berusaha mendekatkan kecintaan pada shahabat dan meneladani mereka dengan pelaknatan dan pencelaan terhadap mereka dan ajaran-ajaran syar’i yang mereka bawa. Dakwah yang mengupayakan penyatuan dua hal yang berlawanan!

Dakwah ini tidak bertujuan untuk mendekatkan Syi’ah kepada Sunnah, hal ini tidaklah diinginkan oleh Qaradhawi seperti apa yang diakuinya. Katanya :

Tidaklah diharapkan dari seorang yang bermadzhab Syi’ah untuk meninggalkan Syi’ahnya akan tetapi ajakan untuk pendekatan ... . Dan seterusnya.

Benarlah perkataan Syaikh Ihsan Ilahi Dzahir :

“Maka menjauhlah persatuan yang didirikan dengan mengorbankan Islam dan celakalah persatuan yang dibangun atas dasar pencelaan terhadap Muhammad dan para sahabatnya radliyallahu 'anhum.” (As Sunnah wasy Syi’ah halaman 7)

Benarlah perkataan Muhaddits masa kini, Syaikh Al Albaniy :

“Jauh sekali kemungkinan pendekatan dan saling memahami bersama mereka (Syi’ah) bahkan setiap usaha untuk mencapainya akan gagal. Dan hanya pada Allah kita memohon pertolongan.” (Ad Dha’iifah, hadits

nomor 1893)

Pembaca, ketahuilah bahwa pertentangan nyata terjadiantara Ahlus Sunnah dan Syi’ah.

“Tidak ada jalan untuk menghapus perbedaan itu dan membenarkan upaya pendekatan antara Ahlus Sunnah dengan Syi’ah sementara mereka (Syi’ah-Rafidhah) masih terus bertahan dalam keganjilan mereka menjauhi jamaa’atul Muslimin. Dan tidaklah mungkin mempertemukan Ahlus Sunnah dan Syi’ah mencapai suatu hasil, apakah melalui acara dialog, diskusi atau muktamar-muktamar dalam rangka memhahas perselisihan kita dengan mereka dalam masalah dasar-dasar aqidah dan hukum (Dalam tanda kutip adalah perkataan penulis Kitab Masalah At Taqrib Baina As Sunnah wa Asy Syi’ah.) .” Sesungguhnya orang-orang yang berjalan dalam rangka mendekati mereka dan berdakwah kepada yang demikian adalah para dai yang menyeru pada kesesatan dan penyimpangan dari jalan yang lurus!!

(Sumber : Kitab Raf'ul Litsaam 'An Mukhaalaafatil Qaradhawi Li Syari'atil Islaam, edisi Indonesia Membongkar Kedok Al Qaradhawi, Bukti-bukti Penyimpangan Yusuf AL Qardhawi dari Syari'at Islam. Penerbit Darul Atsar Yaman. Sumber artikel :http://www.salafy.or.id/print.php?id_artikel=652)

SESUNGGUHNYA DIA TELAH MERUNTUHKAN TAUHID ULUHIYYAH DENGANNYA"(Al- Maurid, hal.99).

Surkati-pun melanjutkan propaganda sesatnya:"Masing-masing itu kaum Muslimin, orang- orang yang beriman dan orang-orang yang mencari ridha Allah".

Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un untuk orang yang diberi jabatan sebagai “Syaikh Salafiyyin”. 18.11 RIFQAN SURKATI DENGAN SYI'AH

Syaikh Ali bin Hasan berkata: “Kita bersyukur kepada Allah, sebab di awal abad ini, Allah telah menempatkan seorang alim, yaitu Syaikh ‘Allamah Ahmad Asy Syurkati yang…. memerangi khurafat, KESESATAN, …". Benarkah?

Alangkah jauhnya antara timur dengan barat, ternyata Surkati berkata:" DAN KELOMPOK SYI’AH, MESKIPUN MEREKA BERLEBIH-LEBIHAN, DIA MASIH SYI’AH KITA". Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.

Sesungguhnya dakwah Hizbul Irsyad dengan dakwah Hizbul Ikhwan adalah sama, mereka berupaya untuk menyatukan dan mengumpulkan berbagai aliran sesat yang berserakan di muka bumi ini untuk bernaung dan berjuang di bawah bendera dakwah "sesat" mereka, "inilah, dada kami menerima dengan lapang dada pendapat yang mendukung kami dengan pendapat yang lurus dalam tujuan ini. Dan majalah AdzDzakhirah ini menyambut dengan luas (sangat terbuka), halaman-halamannya terbentang luas, pintu terbuka lebar bagi siapa saja yang ingin bergabung dengan kita dalam amalan yang agung ini, baik dengan jiwanya maupun hartanya", sok jadi pengayom adalah bahasa gaulnya"37. Cukuplah bantahan Syaikh Ahmad An-Najmi Hafidhahullah terhadap kesesatan

dakwah Ikhwanul Musliminnya Hasan Al-Banna yang akan kita nukilkan. Mereka berdua mungkin tidak saling mengenal , tetapi Jamaluddin Al-Afghani bagi keduanya adalah sosok yang sangat istimewa dan mengagumkan.

Syaikh Ahmad berkata:

{2} Upaya dia dan seluruh pengikutnya untuk mendekatkan antara Syi’ah -pembawa virus yang dapat membuat kafir atau fasik seseorang muslim- dengan Ahlussunnah, dengan asumsi bahwa Syi’ah dan Sunni seluruhnya adalah muslim.

Saya katakan:

1- Apakah masih teranggap muslim seorang yang mencela Abu Bakar dan Umar dengan celaan yang paling buruk, hina dan busuk ?

2- Apakah masih muslim seorang yang mencela Ummul Mukminin Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq yang telah dilepaskan dari tuduhan zina oleh Allah dari atas tujuh lapis langit?! Namun Syi’ah masih tetap melemparkan kepada beliau tuduhan perbuatan keji itu, padahal Allah telah membebaskan beliau di dalam Al-Quran, yang sama artinya mereka telah mendustakan Al-Quran yang telah menyucikan beliau 3- Apakah masih muslim siapa yang menghukumi seluruh shahabat telah murtad dari Islam kecuali segelintir dari mereka saja. Mereka menyangka seluruh shahabat Radhiyallahu 'Anhum adalah kafir sebab bersepakat merampas jabatan khalifah dari Ali bin Abi Thalib , padahal Nabi telah bersabda: “Umatku tidak akan sepakat konsensus di atas kesesatan”. Para shahabat adalah sebaik-baik manusia, paling afdhal dan teladan umat, maka apakah dapat diterima oleh akal bahwa mereka semua akan bersepakat di atas kesesatan ?!

4- Apakah masih muslim siapa yang mempropagandakan kema’shuman Ali bin Abi Thalib dan dua belas orang keturunannya?! Padahal kema’shuman tidak tsabit bagi selain Rasulullah . Juga demi Allah, Ali sendiri tidak pernah mengaku dirinya ma’shum, tidak pula Al-Hasan, Al-Husein dan siapapun keturunan mereka yang mulia sebagaimana digembar-gemborkan kema’shumannya oleh Syi’ah.

5- Apakah masih muslim siapa yang menyembah makhluk baik yang hidup atau sudah mati, memanggil mereka ketika menghadapi kesusahan, thawaf di kubur mereka, bahkan menduga berhaji ke Karbala’ sama dengan berhaji ke Baitullah Al-Haram ?!

6- Apakah masih muslim siapa yang menjadikan anak cucunya sebagai hamba para makhluk, menamainya dengan Hamba Husein, Hamba Kazhim, Hamba Az-Zahra’ dan lain selainnya.

7- Apakah masih muslim siapa yang berkeyakinan bahwa Jibril telah berkhianat dengan membawa misi kerasulan kepada Muhammad ?! Menurut mereka seharusnya 37 Pengayom dan pemersatu apa? Berbagai firqah dan sekte sesat!!

kerasulan itu diberikan kepada Ali , namun Jibril 'Alaihis Salam memalingkannya. Dengan itu mereka telah melakukan konsekwensi mengkafirkan sebagai berikut:

a. Menuduh Jibril Al-Amin 'Alaihis Salam sebagai pengkhianat, padahal Allah mensifatinya:

ُنيِمَلا ُحوّرلا ِهِب َلَزَن

﴿

١۹۳

َنِم َنوُكَتِل َكِبْلَق ىَلَع ﴾

ََنيِرِذْنُمْلا

﴿

١۹٤

ٍنيِبُم ّيِبَرَع ٍناَسِلِب

﴿

١۹٥

:ءارعشلاا

١۹۳

-

١۹٥

]

[193] dia dibawa turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril), [194] ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, [195] dengan bahasa Arab yang jelas. [QS Asy Syu'ara: 193 - 195]

Berarti mereka telah mendustakan pengabaran Allah , inilah kekufuran yang nyata . b. Meniadakan ilmu tentang ghaib dari Allah. Berarti Allah dapat dikhianati tanpa

sepengetahuan-Nya sebagaimana seseorang dapat melakukan pengkhianatan terhadap sesamanya makhluk tanpa diketahuinya. Ini adalah kekafiran berdasarkan kesepakatan kaum muslimin .

c. Allah tidak mengetahui kemaslahatan sedangkan Jibril-lah 'Alaihis Salam yang lebih mengetahuinya, sebab sebenarnya Allah memperuntukkan risalah itu kepada anak berumur delapan tahun (Ali ) lalu diselewengkan oleh Jibril 'Alaihis Salam dan diberikannya kepada seorang dewasa yang berumur empat puluh tahun (Rasulullah ), yang berarti menuduh Allah bodoh dan tidak bijak, sungguh ini termasuk kekafiran yang terbesar .

8- Apakah masih muslim seorang yang berkeyakinan bahwa Hari Kiamat adalah hari menghidupkan para musuh keluarga Muhammad . Ketika Al-Mahdi yang ditunggu- tunggu telah keluar, lalu ditegakkan qishash untuk kerabat Muhammad terhadap semua manusia?! Mereka berprasangka bodoh bahwa orang pertama yang akan dikenakan hukuman qishash adalah Abu Bakar dan Umar .

9- Apakah masih muslim seorang yang berprasangka bodoh bahwa Al-Mahdi yang ditunggu-tunggu kalau telah keluar, maka dia akan mewujudkan sesuatu yang belum diwujudkan oleh Rasulullah ?! Beginilah ucapan Al-Khameini yang dia tegaskannya di dalam kitabnya .

10- Apakah masih muslim siapa yang menghalalkan zina dalam bentuk nikah mut’ah?!

Garis besar

Dokumen terkait