• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

5.4. Alat Pelindung Diri (APD) di Instalasi Binatu Rumah Sakit Umum Haji Medan

APD adalah peralatan keselamatan yang harus digunakan oleh pekerja apabila berada pada suatu tempat kerja yang berbahaya. Semua tempat yang dipergunakan untuk menyimpan, memproses dan membuang limbah bahan kimia dapat dikategorikan sebagai tempat kerja yang berbahaya (Cahyono, 2004).

Pengertian APD menurut Budiono (2006) adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya/

kecelakaan kerja. APD tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuhnya, tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi.

Berbasis pada Kepmenkes No.432/Menkes/SK/IV/2007 tentang manajemen K3 di Rumah Sakit, salah satu perencanaan dalam manajemen K3 Rumah Sakit adalah pengendalian faktor risiko. Dilaksanakan melalui 4 tingkatan pengendalian

risiko yaitu menghilangkan bahaya, menggantikan sumber risiko dengan sarana/

peralatan lain yang tingkat risikonya lebih rendah atau tidak ada (engineering/

rekayasa), administrasi dan alat pelindung pribadi (APP).

Apabila beberapa alternatif pengendalian (secara teknik dan administratif) mempunyai beberapa kendala, pilihan lain untuk melengkapi tenaga kerja dengan APD menjadi suatu keharusan. Hal ini sesuai dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, khususnya pasal 9, 12, dan 14, yang mengatur penyediaan dan penggunaan APD di tempat kerja, baik bagi pengusaha maupun bagi tenaga kerja (Budiono, 2006).

Salah satu perundang-undangan yang menyangkut penggunaan APD adalah UU No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja antara lain :

1. Kewajiban pengurus untuk menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang: semua pengamanan dan alat-alat perlindungan yang diharuskan dalam tempat kerja (pasal 9, ayat 1 b), alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan (pasal 9, ayat 1 c).

2. Kewajiban memasuki tempat kerja, untuk siapa pun wajib mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai APD yang diwajibkan (pasal 13).

3. Kewajiban pengurus untuk menyediakan secara cuma-cuma, semua APD yang diwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki tempat kerja tersebut (pasal 14, ayat c).

Menurut Ridley (2008), operator yang menggunakan APD harus memperoleh informasi tentang bahaya yang dihadapi, instruksi tentang tindakan pencegahan yang

perlu di ambil, pelatihan tentang penggunaan peralatan dengan benar, konsultasi dan diizinkan memilih APD yang tergantung pada kecocokannya, pelatihan cara memelihara dan menyimpan APD dengan rapi, instruksi agar melaporkan setiap kecacatan atau kerusakan.

Selain itu APD harus disediakan secara gratis, diberikan satu persatu, hanya digunakan sesuai peruntukkannya, dijaga dalam kondisi baik, diperbaiki atau diganti jika mengalami kerusakan dan disimpan di tempat yang sesuai jika tidak digunakan. Dalam penggunaan APD sebagai sarana pengendali risiko, organisasi sebaiknya melakukan evaluasi secara mendalam terhadap peralatan yang digunakan dalam mengurangi risiko. Penggunaan APD tetap membutuhkan pelatihan atau instruksi kerja bagi karyawan yang menggunakannya termasuk pemeliharannya. Karyawan harus mengerti bahwa penggunaan APD tidak akan menghilangkan bahaya yang terjadi. Jadi bahaya akan tetap terjadi jika ada kecelakaan.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada Kabid Penunjang Medis dan Kepala Instalasi binatutentang APD maka Kabid Penunjang Medis dan Kepala Instalasi binatusudah mengetahui penjelasan tentang APD, apa-apa saja jenis APD, serta manfaat APD itu sendiri. Sedangkan untuk petugas di instalasi binatu sudah mengetahui penjelasan dari APD, jenis-jenis APD yang digunakan di isntalasi binatu dan mengetahui manfaat dari APD.

Untuk jenis APD di rumah sakit pada bagian binatu APD yang digunakan antara lain masker, earmuff, sarung tangan dan sepatu boot. Tetapi pihak Rumah Sakit Umum Haji Medan belum maksimal dalam menyediakan APD. APD yang disediakan diinstalasi binatu hanya berupa sepatu boot, tapi petugas binatujarang menggunakannya pada saat bekerja. Sedangkan untuk masker, sarung tangan dan earmuffbelum disediakan oleh pihak instalasi binatu. Untuk APD masker dan sarung

tangan sering digunakan oleh petugas binatu dan APD tersebut diminta pada bagian medis dan diganti seminggu sekali. Pengadaan APD yang belum ada diintalasi binatu dikarenakan pihak instlasi binatu menunggu anggaran dari pihak Rumah Sakit untuk mengabulkan persetujuan dalam pengadaan APD.

Sedangkan untuk earmuff sendiri belum digunakan oleh petugas binatu dikarenakan petugas memang tidak mengunakan APD telinga. Untuk manfaatnya sendiri, baik dari Kabid Penunjang Medis dan Kepala Instalasi binatu dan petugas di instalasi binatu sudah mengetahui apa saja manfaatnya. Antara lain untuk mengurangi dan menghindari penyakit akibat kerja atau kecelakaan kerja yang bisa saja terjadi pada pekerja, untuk mencegah penyakit terhadap diri sendiri dan tidak menyebar pada orang lain dan untuk keamanan diri sendiri.

Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Anisa Imadul Bilad, et.al. tahun 2013 tentang analisis risiko keselamatan dan kesehatan kerja pada instalasi laundry RSUD kota Semarang didapatkan bahwa RS mempunyai risiko penularan penyakit infeksi dan juga terdapat beberapa risiko bahaya yang memengaruhi kondisi RS, salah satunya di instalasi laundry. Hanya sebagian petugas laundry yang memakai APD berupa masker dan topi dan dari hasil wawancara terdapat petugas laundry yang mengalami kecelakaan kerja pada saat bekerja (Anisa Imadul Bilad, et.al. 2013).

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Sriwahyudi, et.al. 2014 tentang hubungan kebisingan dengan keluhan kesehatan non pendengaran pada pekerja instalasi laundry RS kota Makassar. Dari hasil penelitian didapat bahwa semua pekerja pada instalasi laundrytidak ada satupun yang memakai APTsehingga terpapar kebisingan.Penelitian ini menyarankan kepada pihak rumah sakit menyediakan ruang kontrol sehingga pekerja bisa beristirahat agar tidak terus menerus terpapar kebisingan dan menyediakan APT untuk pekerja laundry (Sriwahyudi, et.al. 2014).

Hasil penelitian Anisa Imadul Bilad, et.al pada tahun 2013 dan Sriwahyudi et.al. pada tahun 2014 tersebut didapatkan bahwa penggunaan APD itu sangat penting terutama untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan kerja dan mengurangi potensi terkena penyakit. Sama seperti petugas binatu di Rumah Sakit Umum Haji Medan dimana hanya sebagian petugas yang menggunakan APD. Dan APD yang digunakan hanya masker, sarung tangan dan sepatu boot. APD sepatu boot berasal dari instalasi binatu sedangkan APD masker dan sarung tangan tidak berasal dari instalasi binatu melainkan meminta ke ruangan medis karena bagian instalasi binatu belum menyediakan APD untuk petugas binatu dikarenakan masih dalam tahap pengajuan untuk meminta APD kepada pihak Rumah Sakit Umum Haji Medan.

Untuk itu penggunaan APD di instalasi binatu pada Rumah Sakit Umum Haji Medan belum dilakukan secara optimal baik dari segi jumlah maupun penyediaannya karena masih belum lengkap tersedianya APD di instalasi binatu.