• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

5.4 Analisis Domain

Analisis domain yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe sebab akibat yaitu untuk menganalisis respons dokter pada pelaksanaan kebijakan implementasi Program Internship Dokter Indonesia di Rumah Sakit TK II Putri Hijau Kesdam I/BB kota Medan dan RSUD Sultan Sulaiman Syariful Alamsyah Serdang Bedagai tahun 2016.

Tabel 5.4.1 Respon Dokter Internship pada Implementasi Kebijakan PIDI

Kompetensi Dokter

Hubungan Semantik Sebab Akibat

Respons Dokter Internship : 1. Pengetahuan akan PIDI 2. Jumlah BBH

3. Ketepatan Pembayaran BBH 4. Sarana dan Prasarana di

Wahana

5. Ketersediaan Asuransi

6. Jangka Waktu Pelaksanaan PIDI 7. Shift Kerja

8. Sistem Pendaftaran 9. Hubungan Kerjasama dan

Komunikasi 10.STR

11.Motivasi akan Spesialis

Kompetensi dokter memiliki hubungan semantik tipe sebab akibat dengan respons dokter internship. Pengetahuan dokter akan kebijakan PIDI, akan mempengaruhi bagaimana seorang dokter internship menjalankan tugas-tugasnya di wahana yang telah dipilih secara online. Pengetahuan tersebut ada, bergantung pada respons dokter sebagi pelaksana kebijakan. Pengetahuan akan PIDI dipengaruhi oleh kelengkapan informasi yang dokter internship terima untuk kelancaran implementasi dilapangan.

134

Berdasarkan penelitian ini, dokter internship yang mengetahui jenis program berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No.299/Menkes/Per/II/2010, tahu kerena pernah membacanya. Informasi tersebut diperoleh melalui media massa dan tercetak yang diberikan pada saat pelaksanaan PIDI.

Hubungan semantik tipe sebab akibat ini juga menunjukkan bagaimana dokter Intenship memberikan respons akan PIDI di mana dokter internship diberikan pembekalan yang sama sebelum memasuki program. Dalam penelitian ini, respons dokter internship dapat dilihat berdasarkan minat baca yang mereka miliki terhadap informasi tertulis, maupun bagaimana minat mereka dalam memperhatikan materi yang dibawakan secara lisan saat pembekalan.

Pengetahuan yang dimiliki oleh dokter internship akan berbeda-beda, jika dilihat dari cara mereka memperoleh informasi. Hal ini dapat disebabkan oleh respons dokter internship dalam menanggapi program ini, misalnya ada yang bertanya pada dokter yang pernah menjalankan program internship baik dari segi pengalaman atau informasi lain yang telah mereka dapat. Dengan semakin banyak bertanya pada senior sebelum nya, maka semakin banyak pula pengetahuan yang dokter internship peroleh.

Dengan jumlah BBH yang diterima dokter internship, kebanyakan dari dokter memberikan respon tidak setuju. Hal ini disebabkan nilai dari BBH yang mereka terima tergolong minim untuk kebutuhan hidup mereka, belum biaya transportasi dan biaya tempat tinggal. Bagi dokter Internship yang ada di Rumah Sakit Putri Hijau Medan, ada yang mengatakan cukup karena sebagian dari mereka bertempat tinggal bersama orang tua dan sebagian lagi memiliki rumah

135

yang dekat. Demikian pula di Rumah Sakit Sultan Sulaiman Serdang Bedagai yang menyatakan BBH kurang, terutama untuk biaya transportasi.

Respon dokter terhadap BBH juga dapat dilihat dari uang yang mereka terima juga dipotong Pajak. Secara keseluruhan mereka tidak setuju dengan adanya pemotongan pajak yang dilakukan oleh pemerintah, karena jumlah BBH yang mereka terima sudah relatif minim.

Dalam Penelitian Adisasmito (2014), permintaan masyarakat untuk pelayanan kesehatan modern semakin meningkat dan jumlah lulusan fakultas kedokteran juga semakin meningkat. Namun, anggaran pemerintah untuk mempekerjakan dokter-dokter baru relatif terbatas dan banyak dokter yang tidak bersedia ditempatkan di daerah-daerah terpencil karena insentif yang tidak memuaskan. Maka, diperlukan perencanaan pengganggaran dana untuk BBH yang tepat dalam mengimplementasikan PIDI.

Ketidak setujuan dokter internship akan BBH yang diterima, akan mempengaruhi respons mereka akan pelaksanaan PIDI. Jumlah BBH yang diterima oleh dokter Internship disetiap daerah di wilayah NKRI adalah sama, dengan demikian perlu adanya partisipasi dari pemerintah derah untuk memperhatikan kebutuhan dokter internship didaerah mereka. Dengan begitu, perlu ada kerjasama yang baik di tingkat daerah (Dinkes Prop/Kab/Kota, Rumah Sakit, serta Organisasi Profesi tingkat wilayah/cabang) dalam hal pelaksanaan keputusan.

Upaya pertama yang dilakukan adalah terus menerus melakukan koordinasi dan advokasi dengan Organisasi Profesi, Dinas Kesehatan dan

136

Pemerintah Daerah dalam pelaksanaan, melalui rapat koordinasi wilayah, bimbingan teknis, rapat kerja, dll. Untuk antisipasi pendanaan berupa insentif di daerah perlu diusulakan anggaran penanganan yng dikhususkan bagi program ini.

Namun hal ini akan tetap jadi masalah, apabila pemerintah daerah merasa bahwa pihak yang berkepentingan adalah dokter internship saja, semata-mata dokter internship datang ke daerah hanya untuk mendapatkan keuntungan bagi mereka saja. Sebenarnya pihak pemerintah daerah juga mendapatkan keuntungan dimana daerah mereka akan terbantu dalam hal penambahan tenaga medis yang dapat meningkatkan pertolongan bagi kesehatan masyarakat sekitar.

Dalam ketepatan pembayaran BBH juga mempengaruhi respons dokter, di mana mereka menyatakan bahwa dana yang diterima terkadang datang tidak tepat waktu dan kadang digabung dengan bulan yang selanjutnya. Untuk melaksanakan suatu kewajiban dengan disiplin yang tinggi, diperlukan juga pemenuhan hak yang dibayarkan tepat pada waktunya, jadi pembayaran BBH yang tepat waktu menunjukkan hubungan semantik tipe sebab akibat dengan kompetensi dokter dalam menjalankan PIDI.

Sarana dan Prasarana yang diberikan oleh wahana internship yang berbeda tentunya mempengaruhi kompetensi seorang dokter untuk meningkatkan pengetahuannya. Sarana dan prasarana ini akan menunjang dokter untuk memberikan pelayanan pada pasien, menentukan pemecahan dalam suatu kasus penyakit dan memberikan pengobatan secara tepat. Dengan adanya alat-alat yang lengkap dan semkain sering digunakan akan mendorong meningkatnya kompetensi.

137

Pelaksanaan PIDI dirumah sakit, tentunya memiliki banyak resiko yang harus dihadapi, terutama resiko saat berhadapan dengan pasien. Dalam setiap pekerjaan dibutuhkan asuransi yang menjalamin kesehatan dan keselamatan dalam bekerja. Jika tidak ada yang menjamin, motivasi kerja akan berkurang yang juga dapat berakibat pada penurunan minat dan kompetensi dokter.

Jangka waktu pelaksanaan kebijkan PIDI memiliki hubungan semantik tipe sebab akibat dengan respons dokter internship yang berbeda-beda. Bedasarkan keterangan yang diperoleh dari informan dapat dilihat bahwa jumlah waktu yang dibutuhkan untuk mencapai gelar dokter sekitar tiga setengah tahun sampai empat tahun, untuk menyelesaikan pendidikan profesi dibutuhkan waktu satu setengah tahun sampai dua tahun, dan ditambah lagi waktu untuk menjalankan program internship selama satu tahun. Meskipun ada yang tidak setuju karena alasan memperlama waktu studi, tetapi dalam penelitian ini kebanyakan dokter internship setuju dengan jangka waktu yang ditentukan.

Dalam penelitian ini, didapati ada juga informan yang membandingkan waktu yang harus mereka habiskan di pendidikan dengan sangat lama, sedangkan dalam rentang waktu yang sama seseorang di fakultas lain sudah bisa meraih gelar master.

Di wahana yang berbeda, di berikan shift kerja yang berbeda, bergantung pada dokter pendamping pada wahana terkait. Shift kerja mempengaruhi produktivitas seseorang dalam bekerja, ada yang memberikan respons positif, ada juga yang memberi respon negatif. Respons tersebut akan mempengaruhi bagaimana dokter menikmati pekerjaannya atau tidak, semakin baik responsnya

138

maka motivasi untuk meningkatkan kompetensi dalam pelaksanaan PIDI semakin baik pula.

Untuk menjalankan suatu program dilakukan proses pendaftaran. Dalam proses pendaftaran PIDI ada suatu tahap pemilihan wahana yaitu tempat menjalankan kebijkan PIDI. Sebagai awal yang baik untuk menjalankan suatu kebijakan, seharusnya dipersiapkan dengan baik, sehingga pendaftar yang masuk dapat termotivasi dalam melakukan tugas dan kewajibanya.

Hubungan semantik tipe sebab akibat antara kerjasama dan komunikasi dokter internship dengan kompetensi dokter akan menentukan bagaimana dokter internship menjalankan program. Jika ada hubungan kerjasama dan komunikasi yang baik antara dokter dengan dokter spesialis maupun tenaga kesehatan lainnya, pastinya akan mendukung peningkatan kompetensi dokter. Berbagi informasi dan saling memberikan anjuran akan memotivasi dokter internship dan meningkatkan semangat kerja.

Dengan interaksi tersebut, dokter internship dapat termotivasi untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan yang selanjutnya atau jenjang spesialis. Dengan melaksanakan program ini, ada sejumlah dokter yang termotivasi karena jumlah kasus yang mereka hadapi semakin banyak. Dengan semakin banyaknya jumlah kasus yang dikerjakan maka, ada upaya untuk belajar lagi, hal inilah yang meningkatkan motivasi mereka melanjutkan ke jenjang selanjutnya.

STR termasuk motivasi dokter internship dalam menjalankan program ini, meskipun dokter internship memberikan respons yang berbeda-beda dalam hal ini.

139

Ada yang merasa bahwa ini adalah bentuk pemaksaan pemerintah untuk menjalankan program, karena mereka tidak akan dapat berpraktek apabila tidak mendapatkan STR. Dengan begitu, dokter internship harus menjalankan program ini. Ada juga yang pasrah karena PIDI sudah merupakan program pemerintah yang mau tidak mau harus dijalankan.

Internship saat ini menjadi salah satu syarat untuk memperoleh surat tanda registrasi dari KKI yang harus dimiliki seorang dokter agar bisa memperoleh surat izin praktik (SIP) ataupun melanjutkan pendidikan spesialis. Program internship dilaksanakan selama delapan bulan di Rumah Sakit Kelas C dan D serta empat bulan di puskesmas. Pada saat internship, seorang dokter dapat melakukan pelayanan kedokteran primer terhadap pasien, namun masih di bawah supervisi dari dokter lainnya yang menjadi pendamping.

Penyelenggaran Internship akan dilaksanakan oleh Komite Internship Dokter Indonesia (KIDI) yang terdiri atas KIDI Pusat dan KIDI propinsi. KIDI pusat terdiri atas beberapa unsur, yaitu Departemen Kesehatan (Depkes), institusi pendidikan kedokteran, Kolegium Dokter dan Dokter Keluarga Indonesia (KDDKI) /IDI pusat, dan rumah sakit pendidikan, sedangkan KIDI propinsi terdiri atas unsur Pemerintah Daerah (Pemda), Dinas Kesehatan (Dinkes), institusi pendidikan kedokteran, IDI wilayah, dan rumah sakit daerah.

KKI merupakan suatu badan otonom dan mandiri yang bertanggungjawab kepada Presiden Republik Indonesia yang mempunyai fungsi inti menjaga dan menjamin kompetensi dokter dan dokter gigi melalui pendidikan dan pelatihan berkelanjutan, registrasi, serta pembinaan, dan penegakan disiplin. Dalam

140

menjalankan seluruh kewenangannya tersebut dijabarkan dalam peran KKI sebagai regulator, asesor, dan inisiator sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Program internsip menjadi konsekuensi dari paradigma pendidikan kedokteran Indonesia yang menerapkan kurikulum berbasis kompetensi sebagai metode belajar. Hal ini disebabkan karena diterapkan prinsip tidak boleh menjadikan pasien sebagai objek. Sehingga program internsip wajib bagi dokter- dokter yang baru lulus dari pendidikan kedokteran bebasis kompetensi. Oleh sebab itu, Internsip merupakan proses pemandirian yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan dan pelatihan seorang dokter baru.

Melakukuan Ujian Kompetensi Untuk Internship untuk selanjutnya memperoleh STR (Surat tanda registrasi kemudian KIDI akan melakukan penetapan wahana selanjutnya peserta internship melapor ke IDI Kota/kabupaten untuk memperoleh Rekomendasi SIP Internship, setelah selesai melaksanakan Internship selama 1 tahun (atau sampai kasus terpenuhi ) maka selanjutnya peserta Internship akan memperoleh Serifikat Kompetensi setelah Internship dan sudah boleh melakukan praktek.

Ujian Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI) adalah tahapan penting lainnya yang harus dilalui setelah menyelesaikan Koass. Sebenarnya setelah lulus Koass, gelar dokter sudah disandang. Atas dasar tidak seragamnya kualitas pendidikan kedokteran, serta ketidakmampuan mengontrol input dan proses (kita tidak memiliki standar kurikulum pendidikan kedokteran), maka satu-satunya

141

yang bisa dilakukan untuk menjaga kualitas sebagai proses standardisasi adalah dengan mengontrol output, yaitu dengan cara UKDI.

Setelah lulus UKDI, seorang dokter akan mendapat Surat Tanda Registrasi (Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor 1 tahun 2005 tentang Registrasi Dokter dan Dokter Gigi) dan Surat Izin Praktek (SIP) untuk Internship. Internship artinya seorang dokter hanya diperkenankan untuk praktek di satu rumah sakit saja. Dokter internship tidak diperkenankan untuk praktek di luar itu. Pemilihan rumah sakit dilakukan dengan membuka lowongan dokter internship secara daring, lalu dokter dipersilahkan memilih sendiri wilayah yang diinginkannya.

Permasalahan kemudian muncul bukan terkait lamanya proses pendidikan ini. Seorang dokter yang sudah lulus UKDI, bisa menunggu sangat lama sampai dibuka lowongan internship. Dalam penelitian ini, informan mengaku bahwa banyak yang masih harus menunggu sampai pendaftaran internship berikutnya untuk memilih wahana internship. Artinya, ada jeda waktu minimal selama 6 bulan dia harus menganggur. Hal inlah yang mengakibatkan banyak dokter yang mengisi waktunya dengan bekerja di klinik atau rumah sakit tertentu, biarpun belum memenuhi syarat.

Sebagian dokter yang telah lulus UKDI yang belum memasuki PIDI, baik karena belum mendaftar atau sudah mendaftar tapi belum mendapatkan wahana, ada yang masuk ke klinik-klinik untuk menghabiskan waktu dengan kegiatan yang mereka rasa menguntungkan, biarpun mereka belum memiliki STR. Hal ini adalah dampak dari perencanaan yang kurang akan kuota/jumlah wahana yang disediakan untuk menampung peserta Internship. Maka, perlu perencanaan yang

142

lebih baik lagi dalam mempertimbangkan jumlah wahana yang disediakan dengan jumlah dokter yang telah lulus UKDI yang akan menjalankan PIDI.

Respons dokter internship secara keseluruhan menyatakan bahwa mereka setuju dengan pendistribusian tenaga kesehatan. Sebgai dokter mereka ingin mewujudkan pemerataan tenaga kesehatan diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagian besar dokter mendukung program pemerintah yang bertujuan untuk peningkatan kompetensi dokter dan pendistribusian tenaga kesehatan dalam rangka peningkatan mutu kesehatan di Wilayah Negara Kesetuan Republik Indonesia. Dengan menjalankan PIDI mereka menjalankan bentuk pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan pelayanan terbaik karena ada peningkatan kompetensi dari program yang dijalankan. Hanya saja dalam pelaksanaan program ini perlu perencanaan yang lebih matang lagi, terkait wahana, dokter pendamping, dan kebutuhan dokter internship sebagai pelaksana kebijakan.

Dalam penelitian Rondinelli (1978) yang dikutip dalam Wahab (1990) dikatakan ada sejumlah alasan mengapa kebijakan-kebijakan tidak dilaksanakan atau jika dilaksanakan ternyata tidak efektif, diantaranya adalah langkanya sumber-sumber, kebijakan yang dirumuskan secara sembrono, dan perlawanan dari kelompok sasaran boleh jadi merupakan penyebab dari semua itu.

Dilihat dari sudut pandang pusat, maka fokus analisis implementasi kebijakan itu akan mencakup usaha-usaha yang dilakukan oleh pejabat pejabat atasan atau lembaga lembaga di tingkat pusat untuk mendapatkan kepatuhan dari lembaga-lembaga atau pejabat-pejabat di tingkat yang lebih rendah atau daerah

143

dalam upaya mereka untuk memberikan pelayanan untuk mengubah perilaku masyarakat kelompok sasaran dari program yang bersangkutan. Apabila kemudian ternyata program tidak berjalan sebagaimana mestinya, Maka kemungkinan akan dilakukan upaya penyesuaian terhadap program tersebut atau pengenaan sanksi hukum tertentu pada pejabat pejabat yang bertanggung jawab atau kebijaksanaan itu sendiri perlu dirumuskan kembali (Wahab, 1990).

144

BAB VI