• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.5 Respons Dokter Internship pada Hasil Pelaksanaan Kebijakan PIDI 3 Peningkatkan Ilmu Pengetahuan, Wawasan dan Penanganan Pasien

5.1.6 Sarana dan Prasarana yang Tersedia Bagi Dokter

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran sarana dan prasara bagi dokter internship dapat dilihat bahwa 12 orang informan di Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/BB Medan menyatakan bahwa sarana dan prasarana di rumah

109

sakit tersebut lengkap dan sudah memadai. Sedangkan di Rumah Sakit Sultan Sulaiman Syaiful Alamsyah Serdang Bedagai ada 1 orang yang menyatakan bahwa sarana dan prasarana di rumah sakit tersebut sudah memadai dan 8 dokter internship lainnya menyatakan bahwa belum memadai.

Informan yang ada di Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/BB Medan secara keseluruhan menyatakan bahwa rumah sakit ini memiliki sarana dan prasarana yang memadai. Sebenarnya pada ketentuan program Internship, Rumah sakit yang dapat dijadikan wahana adalah rumah sakit tipe C, sementara Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/BB Medan sudah berakreditasi B. Rumah sakit ini berada di kota Madya, dengan Fasilitas yang lengkap dan jumlah pasien yang banyak, sehingga dokter internship memiliki cukup banyak pasien dan cukup banyak kasus untuk diselesaikan.

Informan di Rumah Sakit Sultan Sulaiman Syaiful Alamsyah Serdang Bedagai sebagian besar menyatakan bahwa sarana dan prasarana di rumah sakit ini masih kurang memadai, sebagian dari mereka berpendapat hal itu wajar untuk rumah sakit tipe C. Jadi, karena sarana dan prasarana kurang mendukung, kurang juga untuk mencapai suatu kompetensi. Mereka jadi tidak bisa mengaplikasikan dan memperdalam ilmu yang mereka terima sebelumnya. Mereka menyesalkan untuk apa di testing dengan soal-soal yang spesialistik di UKDI, tetapi hanya dikasih dengan ruang lingkup dengan fasilitas C, jadi mereka merasa tidak ada peningkatan kompetensi dan ilmu yang mereka terima sia-sia.

Dalam Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No.1/KKI/PER/I/2010 tentang Registrasi Dokter Program Internship disebutkan pada pasal 7 bagian agar

110

kegiatan internship dapat terlaksana dengan baik harus tersedia wahana atau tempat pelaksanaan internship yang terakreditasi dan memenuhi syarat agar peserta internship dapat mecapai kompetensi sesuai yang diinginkan.

Semua kriteria dalam pemilihan wahana ditentukan oleh badan akreditasi/KIDI yang terdiri dari sekelompok pakar guna mempertahankan dan meningkatkan mutu program internship. Rumah sakit Putri Hijau Kesdam I/BB Medan memang sudah berakreditasi B, memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap,dan rumah sakit ini juga melayani pasien BPJS, sehingga sebagian besar pasien rujukan yang datang akan ditangani oleh dokter spesialis. Maka, dalam hal ini dokter internship sebenarnya tidak melakukan tindakan langsung pada pasien, hanya sebatas pemeriksaan dasar saja. Tentunya hal ini akan mengakibatkan kurangnya keefektifan program dalam hal peningkatan kompetensi.

Jika dibandingakan dengan Rumah Sakit Sultan Sulaiman Syaiful Alamsyah Serdang Bedagai, memang sebagian besar informan menyatakan bahwa sarana dan prasarana di rumah sakit ini masih kurang memadai, tetapi dalam hal pengambilan keputusan untuk melakukan terapi apa yang tepat diberikan kepada pasien, tentunya kesempatan itu akan lebih sering diperoleh.

Dalam Buku Pedoman Pelaksanaan Program Internship Dokter Indonesia, wahana menyiapkan SDM, sarana prasarana, mekanisme pelaksanaan internship, dan daya pendukung lainnya. Sebagi syarat wahana Internship adalah rumah sakit yang ditunjuk harus tipe C dan D atau yang setara. Pada keadaan tertentu RS tipe B dapat dijadikan wahana apabila memenuhi prinsip kriteria wahana Internship.

111

Wahana internship tersebar di berbagai penjuru Indonesia, hingga ke daerah pelosok. Tentunya pemilihan wahana dilakukan KIDI dengan mempertimbangkan kriteria memenuhi syarat atau tidak. Kriteria tersebut meliputi kelengkapan rumah sakit/puskesmas dan jumlah kunjungan pasien setiap harinya. Pemilihan wahana hingga ke daerah yang relatif terpencil merupakan hal positif bagi perkembangan PIDI. Wahana di daerah umumnya memiliki rasio dokter- pasien yang cukup rendah sehingga secara kuantitas akan lebih baik dalam membantu peserta PIDI memahirkan kompetensinya.

Pelaksanaan harian di wahana internship diatur dalam Pedoman Peserta Internship Indonesia. Meskipun demikian, dalam pedoman tersebut dinyatakan bahwa pengaturan tata tertib, hak, dan kewajiban peserta sebagian diserahkan kepada wahana setempat. Melihat kondisi fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) di Indonesia yang begitu beragam, diperlukan fleksibilitas agar PIDI berjalan lancar tanpa mengganggu pelayanan kepada masyarakat. Sayangnya, tidak ada standar untuk pelaksanaan PIDI di wahana yang menyebabkan kesenjangan antarwahana internship. Ada wahana yang memberikan akomodasi dan transportasi kepada para peserta dan ada pula yang tidak. Dari segi pelayanan, ada wahana yang hanya mengizinkan peserta menjadi pengamat (observer) tanpa menangani pasien secara langsung. Ada pula wahana yang justru melimpahkan sebagian besar pelayanan pasien kepada para dokter internship. Dengan demikian, perlu ditetapkan standardisasi wahana sehingga kompetensi yang diinginkan dapat tercapai sesuai standar ((Priantono, 2014)).

112

Bertugas di wahana yang terletak di daerah terpencil merupakan pengalaman yang bersifat konstruktif bagi peserta PIDI. Berada di daerah yang jauh dari pusat pendidikan dengan berbagai keterbatasan, baik keterbatasan dalam hal kebutuhan hidup maupun fasilitas kesehatan, merupakan bentuk pendewasaan diri dan penyelarasan antara apa yang diperoleh saat masa pendidikan dengan apa yang ditemui di lapangan.

5.1.7 Ketersediaan Asuransi

Asuransi yang dimaksud disini adalah asuransi jiwa maupun asuransi kesehatan yang memberikan jaminan dan perlindungan kepada dokter yang menjalan tugasnya pada wahana. Dengan tersedianya asuransi dalam program ini, dapat menggambarkan kepedulian pemerintah akan dokter yang bertugas terutama pada daerah-daerah terpencil, dan hal ini menjamin ada proteksi terhadap ancaman risiko yang mungkin dijumpai di lapangan.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran respons dokter internship terhadap ketersediaan asuransi, dapat dilihat bahwa 21 orang informan di Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dan di Rumah Sakit Sultan Sulaiman Syaiful Alamsyah Serdang Bedagai menyatakan bahwa tidak seorang pun menerima asuransi kesehatan atau asuransi keselamatan kerja dari program ini, dan mereka beranggapan bahwa seharusnya pemerintah menyediakan asuransi tersebut.

Domain asuransi kesehatan mencakup berbagai program atau produk Asuransi atau pelayanan kesehatan, yang disebabkan oleh penyakit, kecelakaan

113

kerja, kecelakaan diri selain kecelakaan kerja, penggantian penghasilan yang hilang akibat menderita penyakit atau mengalami kecelakaan. Fokus perhatian dunia asuransi adalah risiko yang terkait dengan kerugian baik berupa materil maupun berupa kehilangan kesempatan berproduksi akibat menderita penyakit berat. Asuransi membatasi areanya pada resiko yang berkonotasi negatif karena tidak diharapkan oleh siapapun (Thabrany, 2014).

Bismarck dalam Thabrany (2014) berpendapat penduduk harus mendapatkan haknya pada masa-masa sulit ketika jatuh sakit. Hak tersebut diatur melalui suatu mekanisme khusus yang berasal dari kontribusinya sendiri, bukan sumbangan orang. Negara harus menjamin agar hak tersebut terpenuhi dengan cara mewajibkan pekerja membayar iuran untuk dirinya sendiri. Sebagai konsekuensinya, ketika orang mengalami kegagalan mendapatkan upah akibat sakit, orang tersebut berhak mendapatkan penggantian kehilangan upah tersebut.

Informan menjelaskan bahwa mereka bekerja di rumah sakit dengan resiko tinggi, jadi asuransi ini sangatlah dibutuhkan. Karena penyelenggara program internship adalah pemerintah, maka informan menagggapi bahwa pemerintah juga harus menyediakan asuransi bukan hanya menghimbau dokter internship untuk mendaftarkan diri mereka dengan BPJS. Mereka beranggapan bahwa mereka sendirilah yang harus menanggung risiko kerja di rumah sakit dan harus buat asuransi dengan biaya pribadi. Informan juga memberikan perbandingan dengan contoh rekan mereka yang telah meninggal di daerah endemis dan sangat disayangkan jika tidak ada asuransi kesehatan.

114

5.1.8 Jangka Waktu untuk Program

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran respons dokter internship terhadap jangka waktu untuk program, dari 21 orang informan, ada 14 orang yang setuju dan 7 orang tidak setuju dengan jangka waktu pelaksanan Program Internship Dokter Indonesia.

Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia Nomor : 1 /KKI/PER/ I /2010 tentang Registrasi Dokter Program Internship Pasal 6 pada ayat 1 dikatakan jangka waktu pelaksanaan program internship dilaksanakan dalam 1(satu) tahun. Apabila kompetensi belum dapat dicapai sesuai ketentuan maka dapat diperpanjang sesuai waktu yang dibutuhkan untuk mencapainya dan pada ayat 2 dikatakan apabila setelah melewati jangka waktu tertentu peserta internship tidak memenuhi persyaratan sesuai ketentuan maka dinyatakan tidak dapat melanjutkan program internship dan tidak boleh berpratik profesi dokter.

Informan menyatakan bahwa dengan menambah Program Internship ini, sebenarnya hanya menambah waktu yang harus ditempuh untuk menjadi seorang dokter. Jadi, informan melihat bahwa waktu untuk menjadi dokter umum saja sudah terlalu lama, belum lagi jika mereka melanjutkan ke jenjang spesialis.

Program ini juga diwajibkan bagi sebagian universitas sebagai syarat pendaftaran spesialis, ditambah lagi syarat untuk magang di luar program internship. Tentunya hal ini sangat memberatkan para dokter untuk mengambil spesialis, mengingat waktu yang mereka jalankan sudah cukup lama.

Ada juga informan yang tidak mempermasalahkan jangka waktu, karena mereka beranggapan setuju tidak setuju, mereka tetap harus menjalankan program

115

ini. Informan lain beranggapan kompetensi dokter tidak tergantung pada jangka waktu pelaksanaan program tetapi tergantung pada individu yang menjalani program tersebut dan fasilitas yang disediakan di wahana dalam peningkatan kompetensi.

Informan lain beranggapan bahwa dengan mengikuti program ini mereka dapat pengalaman yang mungkin tidak mereka peroleh sewaktu koas, karena alasan ini sebagian besar infrorman setuju dengan jangka waktu pelaksanaan program dokter internship.

5.2 Respons Informan pada Pelaksaan Program Internship Dokter