• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

5.3 Respons Informan pada Hasil Pelaksaan Program Internship Dokter Indonesia

5.3.1. Pernyataan Informan pada Hasil Pelaksaan Program Internship Dokter Indonesia dalam Peningkatkan Ilmu Pengetahuan,Wawasan dan Penanganan Pasien

Dalam Peraturan Konsil Kedokteran Indonesia No.1/KKI/PER/I/2010 Tentang Registrasi Dokter Program Internship disebutkan pada pasal 2 bahwa setiap dokter yang akan melakukan praktik kedokteran mandiri di Indonesia wajib menjalani program internship guna memperoleh tingkat kemahiran untuk berpraktik secara mandiri. Kegiatan internship dilakukan terpisah dari program pendidikan dokter yang dilaksanakan oleh institusi pendidikan kedokteran.

Dalam pasal 3 tujuan internship meliputi tujuan umum dan tujuan khusus. Di mana,tujuan umum internship adalah memberikan kesempatan kepada dokter yang baru lulus pendidikan kedokteran untuk memahirkan kompetensi yang diperoleh selama pendidikan ke dalam pelayanan primer dengan pendekatan kedokteran keluarga.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran respons dokter internship, dapat dilihat bahwa dari 12 orang informan di Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/BB Medan terdapat 4 orang yang mengaku kurang dalam peningkatkan ilmu pengetahuan,wawasan dan penanganan pasien dan 8 orang menyatakan ada peningkatan. Sedangkan di Rumah Sakit Sultan Sulaiman Syaiful Alamsyah Serdang Bedagai ada 1 orang yang mengaku kurang dalam peningkatkan ilmu pengetahuan,wawasan dan penanganan pasien dan 8 orang menyatakan ada peningkatan.

129

Sebagian besar informan dalam penelitian ini menyatakan bahwa mereka mendapat manfaat dari Program Internship Dokter Indonesia. Selain mendapat pengalaman kerja, mereka juga dapat bertukar informasi dariperawat yang berpengalaman, dokter jaga, dan dokter spesialis. Mereka dapat lebih trampil menangani pasien, lebih sering mengadakan komunikasi dengan pasien sehingga menimbulkan rasa empati sebagai dokter, karena lebih banyak kasus yang ditangani daripada yang sebelumnya.

Informan lain merasa bahwa ilmu yang mereka terima tidak jauh berbeda dari ilmu yang mereka dapat sebelumnya. Mereka menyatakan bahwa tidak terjadi perubahan yang terlalu signifikan, dengan jenis kasus yang tidak jauh berbeda. Bisa jadi jumlah pasien banyak, tapi apa yang mereka dapat tidak memiliki pengaruh besar dalam meningkatkan kompetensi.

Menurut penelitian (Priantono, 2014), Internship secara langsung atau tidak langsung juga dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dan membantu meningkatkan kepuasan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Di daerah yang belum memiliki pelayanan gawat darurat 24 jam, dengan adanya dokter internship pelayanan tersebut dapat berjalan tanpa jeda.

Seiring waktu dan umpan balik yang diberikan para peserta dan pendamping internship, KIDI dapat semakin meningkatkan kualitas program sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Perlu diingat bahwa pemahiran kompetensi dokter bukan merupakan tanggung jawab KIDI semata. Fakultas Kedokteran sebagai institusi pendidikan bertanggungjawab untuk memberikan

130

kompetensi yang dibutuhkan. Ujian kompetensi berperan dalam melakukan evaluasi apakah tolok ukur sudah tercapai. (Priantono, 2014)

Selain itu, dapat diperhatikan juga bahwa sebagai hasil akhir dari Program Dokter Internship Indonesia, dokter intership diharapkan dapat menggali harapan dan mengenali jenjang karir lanjutan serta dapat memperoleh pengalaman dan mengembangkan strategi dalam menghadapi tuntutan profesi sebagimana yang dicatat dalam Buku Pedoman Pelaksanaan Program Internship Dokter Indonesia.

Dalam gambaran yang ideal, kebijakan-kebijakan negara biasanya diakhiri setelah tujuan-tujuan yang diharapkan tercapai. Atau sebagai alternatifnya kebijakan-kebijakan tersebut mungkin direvisi dan dibuat lebih baik sejalan dengan diperolehnya umpan balik dari individu individu dan kelompok kelompok sasaran serta informasi yang berasal dari hasil evaluasi.

Jika kelompok sasaran diharapkan menjadi pihak yang akan menikmati hasil dari suatu program maka pandangan mereka mungkin saja serupa dengan pandangan atau persepsi para pejabat di pusat, yakni sampai sejauh manakah pelayanan jasa yang direncanakan itu benar-benar diberikan? Sekalipun demikian kelompok sasaran itu kemungkinan akan lebih memusatkan perhatiannya pada permasalahan apakah pelayanan atau jasa yang telah diberikan oleh pemerintah tersebut benar-benar mengubah pola benar-benar memberikan dampak positif dalam jangka panjang bagi peningkatan mutu hidup, termasuk pendapatan mereka. Sebab, pemahaman semacam itu akan memungkinkan mereka untuk mengantisipasi umpan balik politik Terhadap asumsi asumsi perilaku yang

131

mendasari penyusunan setiap program (Wahab, 1990).

5.3.2. Pernyataan Informan pada Pendistribusian Sumber Daya Kesehatan Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran respons dokter internship, dapat dilihat bahwa dari 21 orang informan di Rumah Sakit Putri Hijau Kesdam I/BB Medan dan di Rumah Sakit Sultan Sulaiman Syaiful Alamsyah Serdang Bedagai, semua informan menyatakan setuju untuk program pemerintah dalam hal pendistribusian tenaga kesehatan.

Informan dalam penelitian ini menyatakan setuju dengan alasan bahwa mereka juga prihatin akan daerah yang masih jarang tenaga medisnya, termasuk daerah Timur yang masih kekurangan tenaga medis. Mereka setuju dengan syarat kesejahteraan diperhatikan baik berupa BBH maupun jaminan kesehatan.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2013 tentang Pendidikan Kedokteran pasal 38,dikatakan bahwa mahasiswa yang telah lulus dan telah mengangkat sumpah sebagai Dokter atau Dokter Gigi harus mengikuti program internship yang merupakan bagian dari penempatan wajib sementara yang diperhitungkan sebagai masa kerja.

Aturan pendayagunaan tenaga dokter dimulai sejak diberlakukannya Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 1961 tentang Wajib Kerja Sarjana (WKS), yang menyebutkan pemerintah mempunyai kewenangan untuk menempatkan tenaga dokter dan sebagai imbalannya akan memperoleh reward menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Tetapi aturan ini telah mengalami banyak perubahan sejak

132

diberlakukannya Keputusan Presiden Nomor 37 Tahun 1991 tentang Pengangkatan Dokter menjadi Pegawai Tidak Tetap (PTT) Selama Masa Bakti.

Dengan aturan ini, maka sekalipun telah menyelesaikan masa wajib kerja sarjana (atau yang saat ini dikenal dengan masa bakti sebagai PTT, dokter tersebut tidaklah secara otomatis diangkat sebagai pegawai negeri. Kemudian dikembangkan menjadi aturan pendayagunaan tenaga dokter diatur melalui Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) 1540/Menkes/SK/XII/ 2002 yang menyatakan bahwa tata cara penempatan tenaga medis dibagi menjadi dua yaitu melalui masa bakti dan cara lain. Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes) ini juga mengatur mengenai penundaan masa bakti, yaitu seorang dokter bisa langsung melanjutkan pendidikan spesialis maupun berpraktik dengan Surat Ijin Praktik Sementara (SIPS). Dengan adanya aturan penundaan masa bakti, saat ini terdapat kecenderungan lulusan dokter baru enggan untuk menjalani program PTT. Untuk melihat sejauh mana minat calon dokter (koasisten) terhadap program PTT perlu dilakukan sebuah studi untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap maupun persepsi dokter yang akan menjalani kebijakan ini. (Freely, 2004)

Harapan diberlakukannya desentralisasi bidang kesehatan dalam rangka pemerataan pelayanan kesehatan di samping bertujuan agar pemerintah kabupaten/kota dapat mengelola sumber daya manusia (SDM) dengan baik, sehingga permasalahan-permasalahan di bidang SDM seperti penempatan tenaga yang tidak merata, ketidaksesuaian jenis dan jumlah tenaga yang dibutuhkan dapat teratasi.(Herman, 2008)

133