• Tidak ada hasil yang ditemukan

MATERI DAN METODA A. Pembuatan Kompos

B. Analisis Mineral

Percobaan Analisis mineral dilakukan sendiri di Laboratorium Tanah Maros, Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan meliputi Analisis Total N, P, K, Ca, Mg, S dan C.

1. Analisis Kuantitatif Total N

Total N yang dikandung dalam kompos terdiri dari N. Organik (Asam Amino dan Amida), N sebagai garam amonium (NH4+) dan N sebagai Nitrat (NO3-). Analisis dilakukan dengan Metoda Kjeldahl.

2. Analisis Kuantitatif Phosfor (P)

Kandungan phosfor dalam sampel ditetapkan sebagai phosfor pentoksida, P2O5. Alat ukur yang digunakan adalah Spektrofotometer pada panjang gelombang maksimal (untuk P=400 nano meter).

3. Analisis Kuantitatif Potasium (K)

Sampel kompos dioksidasi basah dengan larutan HNO3 dan HCLO4. Kandungan K dalam sampel diukur dengan AAS berdasarkan serapan atom pada 770 nm. Sebagai pembanding dibuat larutan deret standar K dengan konsentrasi berturut-turut 2 ppm; 4 ppm; 8 ppm; 12ppm; 16 ppm dan 20 ppm.

4. Analisis Kuantitatif Magnesium (Mg)

Proses Analisis Mg dilakukan sama dengan proses analisis K, hanya larutan deret standar yang dibuat adalah larutan standar Mg dengan konsentrasi berturut-turut 0,5 ppm; 1 ppm; 2 ppm; 3 ppm; 4 ppm dan 5 ppm, lalu % absorbance dibaca pada 248 nm.

5. Analisis Karbon Organik (Kurmis)

Pada prinsipnya karbon organik dioksidasikan dengan di chromat dalam suasana asam. Chorm III yang terbentuk setara dengan C-organik yang teroksidasi. Pengukuran dilakukan berdasarkan pengukuran Chorm III yang terbentuk dan dapat dibaca % absorbancenya pada 561 nm.

6. Analisis Kalsium, Ca (Pada 432 nm)

7. Analisis Kalsium dilakukan sama dengan melakukan analisis Magnesium. 8. Analisis Sulfur (S) dengan AAS pada 432 nm

46 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Gambar 2. Spectrofotometer, alat untuk analisis Phosfor

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Proses Dekomposisi Feses (Bahan Organik) 1. Skema Pembuatan Kompos

Teknologi pembuatan kompos dari bahan feses sapi secara sistematis diuraikan dalam skema dibawah ini :

Feses + Urine + Residu pakan Ditimbun + probiotik 0,25% + urea 0,1%

Pembalikan tiap minggu hingga tiga kali Penyaringan

Pengemasan Penyimpanan

2. Bahan Kompos

Dalam proses pencernaan, makanan ternak yang sebagian besar terdiri dari hijauan yang mengandung gula, zat pati, protein, lemak, hemi sellulosa, sellulosa, lignin, mineral dll, dilapukkan oleh proses dekomposisi dalam perut ternak. Sedangkan cairan urine yang dikeluarkan banyak mengandung senyawaan Nitrogen dan sedikit mineral yang larut. Feses dan urine ini bercampur dengan residu pakan yang tercecer dalam kandang. dan dianalisis di laboratorium.

3. Penambahan Probiotik

Pada pengomposan feses, ditambahkan probiotik 0,25% dimaksudkan mempercepat proses dekomposisi. Probiotik mengandung koloni-koloni bakteri terpilih, yakni mikroba pengurai bahan organik dan pengefektif mikroba tanah. Hal ini terlihat pada pengaruhnya yang menguntungkan, yaitu :

a) Mempercepat Dekomposisi bahan organik, unsur hara yang terikat dibebaskan, asam yang dihasilkan melarutkan mineral-mineral.

b) Transformasi organik membentuk senyawa amonium dan nitrat yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.

c) Meningkatkan Nitrogen yang diambil dari udara melalui proses Fiksasi N.

3. Penambahan urea sebanyak 0,1% dimaksudkan untuk membantu meningkatkan kandungan N dalam bahan. Hal ini dapat memacu aktivitas kerja mikroba-mikroba pengurai yang dalam keseharian hidupnya membutuhkan senyawa ini.

a) Pengadukan bahan kompos

b) Pengadukan bahan dilakukan dengan cara dibalik-balik dimaksudkan agar proses dekomposisi berjalan merata.

c) Pengamatan dalam pencatatan perubahan-perubahan temperatur (T) dengan thermometer dilakukan untuk mengontrol jalannya proses dekomposisis T awal = 250 C, T puncak = 660 C dan T akhir = 270 C. Proses dekomposisi protein terjadi sebagai berikut :

1. C, H, NH2 + O2 Oksidasi CO (NH2)2 enzimatik

2. CO (NH2)2 (NH4)2 CO3

3. (NH4)2 CO3 H2O + CO2 + Senyawa N + Energi

Senyawa N yang baru terbentuk berupa garam amonium (NH4+), garam Nitrat (NO3-), senyawa protein yang berupa asam amino CH2 NH2 CO (CH2) dan amida CH3 CO NH2 yang kesemuanya sangat dibutuhkan oleh tanaman. Kekurangan unsur N pada tanaman menyebabkan tananaman menjadi merana dan kerdil disertai daunnya kekuningan, buah menjadi kecil dan cepat matang. Senyawa N yang terbentuk juga diguanakan sebagai pembentuk jasad mikroba.

a) Uraian hasil-hasil dekomposisi bahan organik

48 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan - Karbon = CO2, CO32-, HCO3-, CH4, C

- Nitrogen = NH4+, NO2-, NO3-, asam amino, amida - Belerang = S, H2S, SO32-, SO42-, CS2

- Phosfor = H2PO4-, HPO42-,

- Lainnya = Mineral ( K, Ca, Mg) H2O, H2, O2, OH-

4. Analisis Mineral

Berdasarkan hasil percobaan analisis di laboratorium BPTP Sulawesi Selatan, komposisi mineral dalam bahan awal feses sapi dan dalam kompos yang sudah jadi disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Zat hara Unsur Makro Zat hara unsur

Makro Bhn awal bhn jadi Kadar ( % ) Bhn awal bhn jadi C/N Ratio Nitrogen (N) Phosfat (P2O5) Potasium (K) Magnesium (Mgo) Karbon (C) Kalsium (Ca) Sulfur (S) 0,59 1,12 0,70 1,13 3,59 7,49 0,10 0,12 24,65 18,81 1,02 1,54 0,86 41,8 16,8

Dari Tabel diatas, terlihat jelas komposisi zat-zat mineral dalam kompos yang sudah jadi, jauh lebih tinggi dari komposisi mineral yang terkandung dalam bahan awal. Nilai C/N pada bahan awal adalah 41,8 sedangkang nilai C/N dalam kompos jadi adalah 16,8. Bila C/N pada bahan organik tinggi, maka akan terjadi persaingan pengambilan N oleh tanaman dan mikroba, dalam hal ini N di inmobilisasi. Suatu petunjuk proses pengomposan sudah sempurna adalah dicirikan oleh nilai C/N menjadi rendah. Hal ini disebabkan pada proses pengomposan terjadi nitrifikaasi, yaitu suatu proses oksidasi terhadap garam-garam amonium (NH4+) menjadi senyawa Nitrat (NO3-) yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.

2 NH4+ + 3 O2 Enzim 2 NO2- + 2 H2O + 4 H + Energi Oksidasi

2 NO2 + O2 Enzim 2 NO3- + Energi Oksidasi

Nitrifikasi menyebabkan bereaksinya kembali ion hidrogen H+ dengan ion nitrat, NO3- membentuk asam nitrat, HNO3 yang akan dapat melarutkan mineral-mineral dan meningkatkan keasaman tanah. Itulah sebabnya pemberian kapur pada saat penggunaan pupuk organik dimaksudkan untuk menanggulangi efek pengasaman tersebut. Dibawah ini disajikan Tabel 2 yang berisi berbagai bahan pupuk organik beserta kandungan zat-zat haranya. Sedangkan pada Tabel 3 disajikan berbagai jenis pupuk anorganik beserta kandungan zat-zat haranya.

Tabel. 2. Kadar zat-zat hara dalam pupuk organik *)

No Bahan Pupuk % N % P2 O5 % K2O

1 2 3 4 5 6 7 Kotoran kuda Kotoran Sapi Kotoran Domba Kotoran Babi Kotoran Ayam Kotoran Kota Kotoran Hijau 0,7 0,6 0,95 0,5 1,0 0,5 1,2 0,25 1,15 0,35 0,35 0,80 0,3 0,25 0,55 0,45 1,00 1,00 0,40 1,20 0,80 Tabel. 3. Kadar zat-zat hara dalam pupuk anorganik *)

No Bahan Pupuk % N % P2 O5 % K2O 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Urea

Triple super phostat

Kalium Chlorida 80 (Kcl 80) Kalium Chlorida 90 (Kcl 90) Amonium Sulfat (ZA) Zwavelzuur kali 90 (ZK 90) Zwavelzuur kali 96 (ZK 96) Double Super Phostat (DS) Sendawa Chili

Enkel Super Phostat ( ES) FMP 46 - - - 21 - - - 16 - - - 46-48 - - - - - 36-38 - 16-20 20 - - 52 60 - 50 52 - - - - *) Sumber : Kirana, I.W.1990

Dari rangkaian percobaan-percobaan yang telah dilakukan dilaboratorium kita dapat dengan mudah menghitung atau menentukan dosis pemberian pupuk kompos dan pupuk imbangan seperti urea, TSP, KCL dan sebagainya ke dalam lahan yang akan ditanami. Untuk memperoleh takaran / dosis yang akurat, sebaiknya kandungan unsur hara makro dalam tanah /lahan diketahui pula, yakni dengan cara melakukan analisis kuantitatif unsur makro yang dikandung dalam tanah tersebut di laboratorium.

KESIMPULAN

1. Komposisi mineral pada bahan feses sapi adalah N = 0,59 %, P = 0,7 %, K = 3,59 %, C = 24,65 %, Mg = 0,10 %, dan Ca = 1,02 % ( C/N = 41,8 )

2. Komposisi mineral pada Kompos Jadi adalah N = 1,12 %, P = 1,13%, K = 7,49 %, C = 18,81 %, Mg = 0,12 %, S = 0,86 % dan Ca = 1,54 % (C/N = 16,8 )

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Sdr. Sunari, Benyamin Saranga dan Subair yang telah membantu dalam pelaksanaan pembuatan Kompos.

50 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Kepala Kantor Kebun Percobaan Gowa yang telah membantu memberikan kesempatan dan fasilitas penunjang percobaan. Bapak Ir. Matheus Sariubang, MS. yang telah meluangkan waktu untuk mengoreksi tulisan ini, dan kepada semua fihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam tulisan ini.