• Tidak ada hasil yang ditemukan

GUNA MENDUKUNG SUMBER PAKAN RUMINANSIA BAMBANG KUSHARTONO DAN NANI IRIANI

HASIL INVENTARISASI

Dari hasil survey di beberapa daerah di P Jawa baik di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat serta di daerah Sumatera Selatan menunjukkan bahwa hampir mempunyai kesamaan dalam pola penyediaan pakan. Dari hasil survey dan wawancara dengan petani peternak diperoleh beberapa tanaman dari sekian banyak tanaman yang terdapat di Indonesia ternyata dapat dimanfaatkan sebagai tamBahan hijauan pakan ternak.

Adapun secara fungsional tanaman tersebut sebagai penghijauan yang mempunayai keanekaragaman kegunaan seperti berikut : (1)Sebagai sumber pakan, (2) Sebagai peneduh baik untuk ternak dan manusia, (3) Sebagai penyimpan air, (4) Sebagai tanaman pagar, (5)Sebagai penghijauan dan reboisasi dan (6) Sebagai pupuk hijau.

Dari hasil inventarisasi masing-masing jenis hijauan dapat di kelompokan sebagai berikut: (1) Kelompok rumput, (2) Kelompok leguminosa, (3) Kelompok hijauan lain dan (4) Kelompok limbah pertanian.

Kelompok Rumput

Rumput merupakan pakan utama ternak ruminansia. Pada umumnya petani peternak di pedesaan masih bertumpu pada cara- cara tradisional dengan mengandalkan rumput lapang sebagai sumber utama pakan ternak dengan jumlah sangat terbatas. Jenis rumput lapang yang sering di jumpai dan disukai tenak antara lain: rumput pahitan (Paspalum conjugatun), rumput kawatan (Cynodon dactylon), rumput lamuran (Polytrias amuara), babadotan (Agratum conyzoides) dan jajahean (Panicum repens). Kandungan protein jenis rumput lapangan berkisar 6 - 8 %.

Dari hasil survey yang kami lakukan sangat jarang petani menanam rumput. Penanaman rumput hanya ditemui di daerah sentra sapi perah. Dari bermacam-macam jenis rumput yang di usahakan oleh para peternak dapat dibedakan menjadi dua golongan yaitu kelompok rumput potongan dan rumput gembala. Pada kelompok rumput potongan bercirikan sebagai berikut : tumbuh tinggi secara vertikal, banyak anakan nilai nutrisinya cukup baik yaitu kandungan protein kasar sekitar 8 - 10 % dan produksinya bisa mencapai 1000 ton/Ha/ Th (Siregar,1988). Contoh rumput potongan yaitu rumput raja (Pennisetum purpurepoides), rumput gajah (Pennisetum purpureum), rumput Australia (Paspalum dilatatum), rumput hamil (Panicum maximum) dan rumput setaria (Setaria splendida).

68 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Sedangkan pada kelompok rumput gembala bercirikan sebagai berikut : tumbuh pendek dan menjalar, tahan renggut dan injak serta tahan terhadap kekeringan. Contoh rumput gembala yaitu rumput kolonjono (Panicum muticum), BD (Brachiaria decumbens) BR (Brachiaria ruziziensis) dan Andoposan sayamus. Dua kelompok jenis rumput baik rumput potongan maupun rumput gembala tersebut merupakan contoh rumput jenis unggul yang sangat baik untuk di kembangkan sebagai sumber pakan ruminansia. Kandungan protein dan palatabilitas dari beberapa jenis rumput terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kandungan protein dan palatabilitas beberapa jenis rumput

Jenis Protein (%) Palatabilitas

Rumput pahitan (Paspalum conjugatum) 8,29 baik

Rumput kawatan (Cynodon dactylon) 8,67 baik

Rumput lamuran (Polytrias amuara) 6,75 baik

Rumput raja (Pennisetum purpurephoides) 10,82 baik

Rumput gajah (Pennisetum purpureum) 9,72 baik

Rumput Australia (Paspalum dilatatum) 10,82 baik

Rumput kolonjono (Panicum muticum) 8,59 baik

Rumput setaria (Setaria splendida) 8,40 baik

B.D (Brachiaria decumbens) 8,1 baik

Kelompok Leguminosa

Disamping rumput daun-daunan leguminosa mendapat tempat penting sebagai pakan hijauan. Pohon leguminosa seperti gamal (Gliricidia sepium), lamtoro (Leucena leucephala), kaliandra (Calliandra calothysus) dan turi (Sesbania glandiflora) mempunyai banyak fungsi antara lain untuk pakan ternak, tanaman pagar, tanaman pelindung , kayu bakar, pupuk daun dan pencegah erosi. Leguminosa sebagai pakan ternak mempunyai susunan zat makanan yang sangat baik. Dari semua hijauan leguminosa yang paling tinggi kadar proteinnya. Disamping itu daun-daun leguminosa digemari banyak ternak. Leguminosa umunya mempunyai kandungan protein yang cukup tinggi sekitar 22 % sehingga sangat tepat bila dipakai sebagai sumber protein terhadap ruminansia yang hanya diberi rumput saja. Pemanfaatan leguminosa sebagai pakan ternak dapat diberikan secara tunggal atau dicampur dengan rumput atau hijauan lainnya. Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan penggunaan leguminosa baik penggunaan gamal, lamtoro, kaliandra dan turi sebagai ransum domba hasilnya selalu positip dengan pertambahan bobot badan yang nyata (Mathius 1989 dan Wina 1992). Mengenai potensinya sebagai sumber pakan ruminansia sangat baik karena tanaman leguminosa bila dipotong pada waktu yang tepat akan menghasilkan hijauan yang cukup banyak sehingga dapat mendukung ketersediaan pakan hijauan sepanjang tahun (Kushartono, 2000). Selain jenis leguminosa tersebut yang bisa dimanfaatkan sebagai pakan yiatu jenis Leguminosa berpohon besar seperti trembesi ( Samanea saman ), akasia (Acacia suriculiformis), dan kelampis (Acacia esmentosa). Dari hasil wawancara dengan petani peternak tanaman ini merupakan sumber pakan sapi, kambing pada musim kemarau. Kandungan protein tanaman akasia cukup baik 17 %. Jenis-jenis tanaman tersebut umumnya tumbuh di agroklimat kering dan merupakan tanaman reboisasai dan sebagai tanaman penghijauan. Komposisi kimia dari beberapa leguminosa terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi kimia leguminosa. Jenis Bh Kering (%) Bh Organik (%) Protein Kasar (%) Energi (Kcal/kg)

Gamal (Gliricidia sepium) 22,06 89,00 22,50 4703,40

Lamtoro (Leucena leucepala) 31,06 89,99 25,80 4789,10

Kaliandra (Calliandra calothysus) 30,69 92,90 22,90 4469,40

Turi (sesbania glandiflora) - - 24,00 4825,00

Terembesi (Sesmanea samen) - - 16,50 -

Akasia (Acacia suriculiformis) - - 17,10 -

Kelampis (Acacia esmentosa) - - 17,00 -

Sumber : Wina (1992).

Dari hasil wawancara dengan peternak, daun gamal disukai ternak dan dapat menaikan bobot badan. Pendapat tersebut sejalan dengan hasil penelitian Mathius dkk (1989), yang menyatakan bahwa didapatkan peningkatan bobot badan dengan ditingkatkannya pemberian gamal.

Kelompok Hijauan Lain

Penyediaan pakan hijauan untuk ruminansia selalu merupakan masalah terutama di musim kemarau dimana hijauan jenis rumput dan leguminosa sulit didapat. Untuk menanggulangi kekurangan hijauan sebenarnya masih dapat diatasi dengan cara mengganti hijauan lain di luar rumput dan leguminosa. Disekitar kita banyak tumbuhan lain diluar golongan rumput dan leguminosa yang dapat diberikan pada ternak, meskipun hanya merupakan hujauan tambahan pada saat golongan rumput dan leguminosa sukar didapat. Dari hasil wawancara yang kami lakukan beberapa peternak sudah melakukan substitusi ini namun kebanyakkan belum melakukan secara intensif, kurang memperhatikan pola tanam, jenis tanaman, kondisi tanah dan pengelolaannya. Adapun tanaman yang dapat digunakan sebagai tam bahan hijauan pakan ternak terlihat pada Tabel 3.

Tabel.3 Jenis Hijauan lain yang dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Jenis Kandungan protein

(%)

Bagian yang optimal

Nangka (Artocarpus integra ) 2,70 daun

Pisang (Musa sapientum ) 16,81 daun dan limbah

Bambu ( Bambusa vulgaris ) 12,70 daun

Ketela pohon (Manihot utilisima ) 8,20 daun dan ubi

Waru ( Hibiscus tiliaccus ) - daun

Ubi jalar (Ipomea batatas poir ) - daun dan ubi

Bunga sepatu ( Hibiscus rosa sinensis ) - daun

Mangga ( Mangifera indica ) - daun

Jambu air ( Eugenia aquea ) - daun

Pepaya ( Carica papaya ) - daun

Asem ( Tamarindus indica ) - daun

Nilai gizi dari tanaman tersebut sangat bervariasi antara 3 % - 16 %. Walaupun demikian tanaman tersebut sangat besar faedahnya bagi petani peternak, karena dapat digunakan sebagai alternatif sumber pakan hijauan pada musim kemarau dimana jenis rumput dan leguminosa sulit

70 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan didapat. Prospek pengembangan dan pemanfaatan hijauan lain selain rumput dan leguminosa sangat terbuka. Sebagai contoh kambing dan domba sangat suka makan daun pisang dan menurut hasil analisis kandungan protein lebih baik dari pada rumput. Selain itu pemanfaatan limbah pisang dengan teknologi fermentasi yang dilaporkan Ujianto (2003) nilai gizinya cukup baik dengan kandungan protein 14,88 %. Dengan demikian peluang sebagai sumber pakan hiajauan semakin terbuka.

Kelompok Limbah Pertanian

Limbah pertanian merupakan hasil ikutan dari pertanian yang telah dipanen. Limbah pertanian yang umum di manfaatkan bagi kelangsungan hidup ternak yaitu jerami padi (Oryza sativa), jerami jagung ( Zea mays ), jerami kacang tanah (Arachis hypogae ), jerami kedele (Glycine max) dan pucuk tebu (Saccharum officanarum). Limbah pertanian sangat mudah didapat terutama pada saat musim tertentu dan harganya murah bahkan cenderung tidak mengeluarkan biaya. Pemanfaatan limbah pertanian sebagai sumber pakan sudah banyak di lakukan petani peternak di pedesaan namun pemanfaatanyan belum optimal. Perlu diketahui bahwa limbah pertanian mempunyai nilai gizi relatif rendah, demikian juga kandungan vitamin dan mineral serta daya cernanya. Menurut Lubis (1963), rendahnya nilai gizi limbah pertanian sangat erat hubungannya dengan umur tanaman. Kadar protein dari hijauan setinggi- tingginya sewaktu belum berkembang, lambat laun bertambah rendah dan serendah-rendahnya sesudah kembang menjadi buah, serat kasar menjadi sebaliknya. Angka manfaat dari hijauan berhubungan dengan kadar serat kasar, semakin rendah serat kasar dari tanaman semakin tinggi koefisien cernanya. Analisa dari beberapa limbah pertanian terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Analisa dari limbah pertanian

Jenis limbah Protein kasar Serat kasar

Jerami padi 4.1 29.2

Jerami jagung 5.6 33.6

Jerami kacang kedele 12.5 36

Jerami kacang tanah 16.6 25.4

Pucuk tebu 7.4 42.4

Rendahnya nilai gizi limbah pertanian tentunya perlu adanya penerapan suatu teknologi tepat guna bagi pemanfaatan limbah ini agar hasilnya lebih berlipat ganda. Sebagai contoh di beberapa daerah di Jawa Timur seperti di daerah Tuban dan Magetan ada beberapa peternak menerapkan teknologi amoniasi jerami padi. Tujuan perlakuan amoniasi untuk meningkatkan daya cerna jerami padi tersebut, karena dengan proses amoniasi diharapkan kristal silikat dapat di larutkan serta dapat memperkaya kandungan nitrogennya. Selain itu dengan perlakuan amoniasi jerami padi bisa disimpan lebih awet sehingga dapat dipakai sebagai persediaan pakan di musim kemarau. Begitu juga di Jawa Barat banyak di kembangkan pembuatan silase daun jagung bahkan sudah di ekspor ke beberapa negara.

Hasil penelitian yang di laporkan oleh Komar (1984), dan Winugroho (1991) perlakuan jerami amoniasi dengan penamBahan urea bisa meningkatkan daya cerna dan protein kasar. Begitu juga menurut Budiarsana salah satu peneliti menyatakan bahwa penamBahan probion pada jerami padi dapat meningkatkan kualitasnya. Jerami padi ini dapat menggantikan rumput dan dapat diberikan pada kambing perah PE, serta mampu menghasilkan produksi susu yang

cukup baik. Dengan adanya teknologi - teknologi tersebut peluang pemanfaatan limbah pertanian sebagai sumber pakan ruminansia sangat menjanjikan.

KESIMPULAN

Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa disekitar kita banyak tanaman penunjang yang bisa di manfaatkan sebagai pakan ternak.

Dengan semakin banyak keanekaragaman pakan yang diketahui baik kelompok rumput, leguminosa, hijauan lain dan limbah pertanian di harapkan dapat meningkatkan daya dukung penyediaan pakan ruminansia dan pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan peternak.

DAFTAR BACAAN

Komar. A. 1984. Teknologi pengolahan jerami. Yayasan Dian Grahita Jakarta.

Kushartono. B. 2002. Potensi leguminosa pohon sebagai sumber pakan hijauan. Proseding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti. Puslitbang Peternakan Badan Litbang Pertanian. Hal : 210 - 217. Lubis. 1963. Ilmu pakan ternak. PT. Pembangunan Jakarta.

Matius. I. W., Dwi yulistiani dan Agustinus Wilson. 1989. Tatalaksana pakan kambing dan domba kumpulan peragaan dalam rangka penelitian ternak kambing dan domba di pedesaan. Balai Penelitian Ternak. Hal : 49 - 89.

Santoso. B. T. 1989. Farm forestri penyediaan hijauan makanan ternak. Poultry Indonesia. No 118 Th ke X. Hal : 47 - 50.

Siregar. M. E. 1988. King grass sebagai hijauan ternak. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 10 ( 4 ) Juli 1988.

Ujianto.A, 2003. Peluang pemanfaatan limbah pisang sebagai pakan ternak. Proseding Temu Teknis Fungsional Non Peneliti.Puslitbang Peternakan Bogor. Hal: 52 - 57

Winugroho. M. 1991. Pedoman cara pemanfaatan jerami pada pakan ruminansia. Balai Penelitian Ternak Bogor. Hal : 32 - 38.

Wina. E. 1992. Nilai gizi kaliandra, gliricidia dan lamtoro sebagai suplemen untuk domba yang diberi rumput gajah. Proseding pengolahan dan komunikasi hasil- hasil pertanian. Balai Penelitian Ternak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Petenakan. Hal : 13 - 19.

72 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

TEKNIK KASTRASI PADA ANAK KELINCI JANTAN

I WAYAN PASEK SUMADIA DAN ROSSUARTINI Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002

RINGKASAN

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan mutu kulit bulu kelinci terutama kelinci Rex jantan adalah dengan kastrasi. Kastrasi adalah memutuskan saluran reproduksi kelinci jantan dengan jalan memotong vasdeferen atau epididimis yang menghubungkan testis dengan penis, sehingga kelinci tidak dapat memproduksi semen/spermatozoa, akibatnya kelinci menjadi mandul/invertil. Teknik kastrasi ada 3 cara : yaitu pengikatan epididimis/operasi, insisi pada testis dan injeksi. Namun yang paling mudah dan efektif dilakukan adalah pengikatan epididimis pada kelinci umur < 2.5 bulan karena ternak tidak terlalu kuat bergerak sehingga memudahkan melakukan kastrasi, waktu relatif lebih lama sesudah dikastrasi dan sebelum ternak dipotong pada umur 5 – 6 bulan, sehingga bobot badan lebih besar serta mutu kulit yang lebih baik dari cara kastrasi yang lainnya

Kata kunci : kelinci Rex jantan muda, kastrasi

PENDAHULUAN

Peranan komoditas kelinci sebagai penghasil kulit bulu, juga sekaligus menjadi salah satu solusi bagi usaha meningkatkan keberhasillan dalam membudidayakan kelinci Rex yang mampu menghasilkan kulit bulu yang berkualitas tinggi (Raharjo, 2000). Dalam rangka mendukung pola usaha ternak kelinci Rex yang mampu menghasilkan produk kulit/kulit bulu yang berkualitas baik serta menunjang pemanfaatan produksi daging dan kulit bulu dan upaya lain untuk meningkatkan produktivitas dan mutu kulit bulu, terutama pada kelinci jantan Rex adalah melalui kastrasi.

Kastrasi adalah memutuskan saluran reproduksi kelinci jantan dengan jalan memotong vasdeferen atau efididimis yang menghubungkan testis dengan penis, sehingga kelinci tidak dapat memproduksi semen/spermatozoa, akibatnya kelinci menjadi mandul/in vertil.

Kastrasi dapat mempercepat pertumbuhan karena hormon androgen yang digunakan untuk reproduksi dihilangkan sehingga lebih ditujukan untuk pertumbuhan. Selain kulit bulu yang dihasilkan menjadi lebih tipis dan lemas. (Cheeke dkk., 1987) dan mungkin bulu yang lebih mengkilap. Sisi negatif kastrasi, pada umumnya akan meningkatkan jumlah lemak, namun hal ini diduga dapat meningkatkan kilapan pada bulu, sehingga meningkatkan nilai tambah pada bulu.,

Pada ayam kampung jantan pengaruh kastrasi berbeda nyata dengan ayam kampung jantan yang non kastrasi terhadap pertamBahan berat badan dan jumlah makanan yang dihabiskan (Purba J. dkk.1970). Diharapkan pada kelinci jantan yang dikastrasi bisa mengahasilkan kelinci jantan yang lebih besar dan kulit yang lebih lemas dan bulu yang lebih padat dan mengkilap.

Tujuan dari penulisan makalah ini mencari teknik kastrasi yang sesuai untuk kelinci jantan, dan memperkenalkan teknik kastrasi yang dilakukan pada kelinci Rex pejantan muda.