• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai gizi bahan pakan

KECERNAAN BAHAN KERING IN-SACCO PADA BEBERAPA BAHAN PAKAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai gizi bahan pakan

-(%) BK Residu = × b a c

7. Laju degradasi BK dapat dihitung menggunakan persamaan Ørskov dan McDonald (1979): p = a + b (1- e-ct), di mana:

p = degradabilitas pada waktu t.

a = bagian yang dapat larut dalam air (%, waktu 0 jam) b = bagian yang potensial dapat didegradasi (%) c = laju degradasi dari b (%/jam)

e = konstanta eksponensial t = waktu inkubasi (jam)

Nilai parameter degradasi a, b, dan c dihitung dengan menggunakan paket program Neway Excel.

HASIL DAN PEMBAHASAN Nilai gizi bahan pakan

Komposisi kimiawi bahan pakan yang digunakan untuk percobaan in-sacco berdasarkan analisis proksimat disajikan pada Tabel 1.

122 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Tabel 1. Komposisi kimiawi bahan pakan

Komposisi kimiawi (%) Bahan pakan BK BO* PK* SK* LK* BETN* TDN** Kaliandra segar 39,58 25,54 18,70 22,24 2,44 42,58 60,26 Gamal segar 25,14 17,34 18,15 21,57 4,37 48,11 61,46 Bungkil kopra 90,56 82,15 27,60 6,85 11,22 45,93 75,33

Bungkil biji kapuk 89,69 81,38 30,83 8,70 3,81 48,35 78,01 Ampas tahu basah 10,79 6,80 25,65 14,53 5,32 50,51 76,00 Bungkil kedelai 89,41 81,64 52,08 25,53 1,01 13,61 40,27 Keterangan: BO = bahan organik; PK = protein kasar; SK = serat kasar; LK = lemak kasar; BETN = bahan ekstrak tiada nitrogen; TDN = total digestible nutrient; * Berdasarkan 100% BK

** Dihitung dengan rumus regresi sesuai petunjuk Hartadi et al. (1997).

Dari hasil analisis terlihat bahwa bahan tersebut layak digunakan sebagai pakan ternak, dengan ditunjukkan kandungan energi dan protein kasar cukup tinggi. Namun demikian, perlu dipertimbangkan faktor-faktor pembatas penggunaannya bagi ternak-ternak tertentu.

Daun kaliandra dan daun gamal merupakan pakan suplemen yang baik bagi rumput maupun hijauan kualitas rendah lainnya. Daun kaliandra mengandung tannin cukup tinggi yang dapat menurunkan kecernaan antara 30 – 60%. Pada ruminansia, daun kaliandra dapat diberikan sampai dengan 30% dari total bahan kering ransum (Winrock International, 1999).

Daun gamal mengandung beberapa senyawa beracun, diantaranya adalah HCN dan nitrat. Anti-nutrisi pada daun gamal dapat berakibat fatal pada non-ruminansia. Pada ruminansia, daun gamal dapat diberikan sebagai pakan basal antara 1 – 3% dari bobot badan (Anonimus, 2004a). Hasil penelitian Hao dan Hiep (2003) juga melaporkan bahwa daun daun gamal dapat menggantikan sampai dengan 70% bungkil kacang tanah pada kambing laktasi.

Limbah agroindustri umumnya merupakan sumber protein nabati. Bungkil kopra memiliki kandungan lemak tinggi dibandingkan bahan pakan lainnya, sehingga mudah tengik (rancid). Namun lemak pada bungkil kopra dapat meningkatkan kadar lemak susu. Pada sapi perah laktasi dapat diberikan antara 1,5 – 2 kg per hari (Anonimus, 2004b).

Bungkil biji kapuk merupakan sumber protein yang baik bagi ternak. Faktor pembatas yang terdapat di dalam biji kapuk adalah gossypol yang bersifat racun bagi ternak berlambung tunggal dengan gejala umum sembelit. Bungkil biji kapuk baik digunakan pada ruminansia karena mempunyai degradabilitas rumen rendah dan merupakan sumber protein by-pass. Bungkil biji kapuk tidak dianjurkan untuk diberikan kepada pedet di bawah lima bulan karena perkembangan rumennya belum sempurna (Anonimus, 2004c).

Ampas tahu dan bungkil kedelai merupakan limbah agroindustri berbahan baku kedelai. Dibandingkan dengan limbah agroindustri lain, bungkil kedelai mempunyai banyak keunggulan, yaitu: kandungan protein lebih tinggi, asam amino lebih lengkap, sangat palaTabel, mudah dicerna, dan kandungan energi dapat dicerna lebih tinggi. Namun demikian, bungkil kedelai juga mempunyai faktor anti-nutrisi paling banyak. Faktor anti-nutrisi yang sangat berpengaruh adalah penghambat tripsin (trypsin inhibitor). Di samping itu, degradasi protein kasar dari bungkil kedelai pada rumen sangat tinggi, sehingga pemberian pada sapi diperlukan perlakuan

tertentu untuk menurunkan daya degradasi protein kasar, misalnya dengan cara pemanasan (Anonimus, 2004d).

Nilai Degradasi Bahan Kering

Nilai degradasi BK beberapa bahan pakan dalam rumen dengan metode in sacco disajikan dalam Tabel 2.

Tabel 2. Nilai parameter degradasi BK in sacco beberapa bahan pakan Parameter degradasi Bahan pakan a 1) b 2) c 3) Degradasi setelah 48 jam 4) Degradabilitas efektif, % 5) Kaliandra segar 34,87 65,13 0,003 50,76 41,50 Gamal segar 33,15 64,53 0,023 76,15 53,40 Bungkil kopra 26,50 62,49 0,058 85,09 60,00

Bungkil biji kapuk 11,45 52,89 0,249 64,34 55,50

Ampas tahu basah 16,63 83,37 0,028 87,70 51,10

Bungkil kedelai 33,13 59,31 0,189 92,43 80,00

1)

bagian yang hilang saat dicuci dengan air (%); 2) degradabilitas yang tidak larut dalam air (%). 3)

laju degradasi konstan (/jam); 4) prakiraan degradabilitas in vivo (%); 5) diasumsikan laju degradasi dalam rumen adalah 0,05/jam.

Daun kaliandra dan daun gamal merupakan leguminosa pohon sumber protein nabati bagi ternak. Daun kaliandra dan daun gamal mempunyai daya kelarutan dalam air yang sama, yaitu 34,87% dan 33,15%. Begitu pula pada bagian yang secara potensial dapat didegradasi, yaitu masing-masing 65,13% dan 64,53%. Namun demikian, bila ditinjau dari segi laju degradasinya, maka nilai kecernaan daun gamal (c = 0,023) lebih tinggi daripada daun kaliandra (c = 0,003, sehingga degradabilitas di dalam rumen pada 48 jam juga menunjukkan lebih tinggi. Apabila laju degradasi diukur pada kecepatan sama, yaitu 5%/jam, maka daun gamal masih menunjukkan nilai kecernaan yang lebih tinggi, dengan degradabilitas efektif sebesar 53,40%. Rendahnya kecernaan daun kaliandra ini diduga disebabkan oleh kandungan tannin di dalam daun. Hal ini sejalan dengan laporan Winrock International (1999) yang menyatakan bahwa tannin dapat menurunkan kecernaan daun kaliandra antara 30 – 60%. Pola kecernaan daun kaliandra dan daun gamal dapat dilihat dalam Gambar 1.

Bahan pakan yang berasal dari agroindustri umumnya kaya akan protein. Tabel 2 menunjukkan bahwa nilai kelarutan dalam air paling rendah terdapat pada bungkil biji kapuk (11,45%). Hal ini diduga bungkil biji kapuk masih banyak mengandung serat kapuk yang sukar larut di dalam air (Anonimus, 2004c). Nilai degradabilitas rendah pada bungkil biji kapuk baik digunakan pada ruminansia karena merupakan sumber protein by-pass.

Nilai kelarutan dalam air yang rendah juga ditunjukkan oleh ampas tahu. Namun demikian, ampas tahu secara potensial dapat didegradasi dalam rumen cukup tinggi (83,37%), bahkan nilai degradabilitas setelah 48 jam, bila dibandingkan dengan bahan-bahan lainnya, paling tinggi (Gambar 2).

124 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan 50.76 76.15 0 20 40 60 80 100 0 4 8 16 24 48 72 96

Waktu inkubasi (jam)

Kaliandra Gamal

Gambar 1. Hubungan antara waktu inkubasi dengan nilai degradasi BK pada daun kaliandra dan daun gamal

64.34 92.43 0 20 40 60 80 100 0 2 4 8 16 24 48

Waktu inkubasi (jam)

B. Kopra B. Kapuk A. Tahu B. Kedelai

Gambar 2. Hubungan antara waktu inkubasi dengan nilai degradasi BK pada beberapa limbah agroindustri

Bungkil kopra selain sumber protein juga merupakan sumber lemak. Kandungan lemak yang cukup tinggi pada bungkil kopra menyebabkan nilai kelarutan dalam air lebih rendah daripada bungkil kedelai, yaitu masing-masing 26,50% dan 33,13%. Secara umum, nilai degradasi bungkil kopra cukup tinggi.

Bungkil kedelai, di samping mengandung asam amino paling lengkap, juga mudah dicerna. Hal ini dibuktikan dengan nilai degradasi 48 jam dan nilai degradasi efektif sangat tinggi, yaitu berturut-turut sebesar 92,43% dan 80,00%.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian terhadap kecernaan BK secara in sacco pada beberapa bahan pakan dapat disimpulkan bahwa:

1. Pada kelompok bahan pakan dari leguminosa pohon, daun kaliandra dan daun gamal mempunyai daya kelarutan dalam air dan potensial degradasi dalam rumen tidak berbeda. Namun demikian, daun gamal mempunyai laju degradasi, degradasi setelah 48 jam, dan degradasi efektif lebih tinggi dibandingkan kaliandra. Sehingga, nilai kecernaan BK daun gamal lebih tinggi daripada daun kaliandra.

2. Pada kelompok bahan pakan dari limbah agroindustri, bungkil kedelai merupakan bahan pakan paling mudah dicerna. Degradasi maksimum setelah 48 jam dicapai oleh ampas tahu, bungkil kedelai, dan bungkil kopra. Nilai degradasi paling rendah terdapat pada bungkil biji kapuk.

Di dalam memilih bahan pakan, di samping memperhatikan kandungan gizi, harga, dan palatabilitas, disarankan juga mempertimbangkan nilai kecernaan dan faktor-faktor penghambat yang dikandung oleh suatu bahan pakan.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Ir. Mariyono dan Ibu Ir. Uum Umiyasih atas bimbingan, bantuan serta dukungannya dalam penulisan makalah ini. Ucapan ini juga disampaikan kepada saudara Rukmini , Dadang Karnadi serta seluruh teman-teman Laboratorium yang telah membantu selama percobaan ini sehingga tersaji tulisan ini.

DAFTAR BACAAN

Anonimus. 2004a. Gliricidia sepium, Gliricidia maculata. Animal Feed Resources Information System. FAO. http://www.fao.org/ag/aga/agap/frg/afris/data/543.htm.

Anonimus. 2004b. Cocos nucifera. Animal Feed Resources Information System. FAO.

http://www.fao.org/ag/aga/agap/frg/afris/data/498.htm.

Anonimus. 2004c. Gossypium spp. Animal Feed Resources Information System. FAO.

http://www.fao.org/ag/aga/agap/frg/afris/data/541.htm.

Anonimus. 2004d. Soybean meal, soyabean meal, soya bean meal, sojabean meal, Manchurian meal.

Animal Feed Resources Information System. FAO. http://www.fao.org/ag/aga/agap/frg/afris/data/736.htm.

Hao, N. van dan N. van Hiep. 2003: Utilization of Gliricidia leaves (Gliricidia maculata) as a protein

source for dairy goats. Dalam: Proc. of Final National Seminar-Workshop on Sustainable

Livestock Production on Local Feed Resources (Ed.: Reg Preston dan Brian Ogle). HUAF-SAREC, Hue City.

Hartadi, H., S. Reksohadiprojo, dan A. Tillman. 1997. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada Univ. Press. Yogyakarta.

Ørskov E. R., F. D. Hovell, dan F. Mould.1980. The use of the nylon bag technique for the evaluation of

feedstuffs. Trop. Anim. Prod. 5: 195 - 213.

Ørskov, E. R. dan I. McDonald.1979. The estimation of protein degradability in the rumen from

126 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan Panjaitan, T. S. 2003. Mengenal Potensi Lamtoro Hibrida F1 (Kx2) sebagai Sumber Hijauan Pakan

Ternak. BPTP NTB.

Schere, J. B. 1987. Limbah Pertanian: Potensi dan Faktor Pembatas dalam Pemanfaatannya sebagai

Pakan Ruminansia. Pros. Bioconversion Project. Second Workshop on Crop Residues for Feed

and Other Purpose. Sub Balitnak Grati Pasuruan.

Setyono, H. 1995. Penentuan Nilai Gizi dan Pemalsuan Pakan Ternak: Semi Loka Lab sebagai Sarana

Diagnosa Penyakit dan Efisiensi dalam Upaya Meningkatkan Kesehatan Hewan dan Kualitas SDM. FKH Unair, 27 – 28 Nov. 1995.

Susanti, S, S. Chuzaemi, dan Soebarinoto. 2001. Pengaruh pemberian konsentrat yang mengandung

bungkil biji kapuk terhadap kecernaan ransum, produk fermentasi dan jumlah protozoa rumen sapi perah peranakan friesian holstein jantan. Biosain 1 (3): 42-49.

Winrock International. 1999. Calliandra calothyrsus - an Indonesian discovery for humid tropical

PENYAMAKAN KULIT BULU DOMBA DENGAN METODE