• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI KOMPONEN KIMIA DALAM BIJI MENGKUDU (MORINDACITRIFOLIA)

ENI HAYANI DAN TJITJAH FATIMAH

Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Jl. Tentara Pelajar No. 3, BOGOR.

RINGKASAN

Biji mengkudu berwarna cokelat kehitaman, merupakan limbah dari buah mengkudu setelah diproses untuk sari buah. Didalam biji mengkudu terdapat alkaloid, saponin, tanin dan glikosida jantung. Dari hasil pemisahan komponen ekstrak etanol secara KLT dengan eluen CHCl3 diperoleh jumlah spot sebanyak 7 buah. Daya insektisida berupa efek refellent dan antifeedant.

Kata kunci : Biji mengkudu, Identifikasi, Pemisahan komponen.

PENDAHULUAN

Tanaman mengkudu merupakan tanaman obat yang cukup potensial untuk dikembangkan. Hampir semua bagian tanaman dapat digunakan sebagai obat-obatan. Tanaman tersebut berbentuk pohon dan dapat tumbuh secara liar di ladang-ladang, hutan atau halaman rumah sampai pada ketinggian 1000 m dpl. Tanaman mengkudu dapat mencapai tinggi 3-8 m, bercabang banyak, berdaun lebar, tebal dan permukaan licin serta 6mengkilap. Biji mengkudu berwarna coklat kehitaman dan memiliki kantong yang memungkinkan biji mengapung dalam air. Hal tersebut menyebabkan tanaman mengkudu dapat tersebar. Untuk perbanyakan tanaman dapat dilakukan melalui biji atau cangkok. Buah mengkudu yang sudah masak dibiarkan membusuk di dalam tanah selama satu bulan hingga biji terlepas dari dagingnya. Selanjutnya biji dicuci dan disimpan di tempat yang kering. Untuk bahan tanaman di gunakan bibit yang sudah berumur 1 atau 11/2 bulan penuh dalam tanah. Tanaman mengkudu dapat berbuah sepanjang tahun.

Menurut Eisai (1986) daun dan buah mengkudu mengandung alkaloid, saponin, flavonoid, antrakinon, dan polifenol. Selain itu juga buah mengkudu mengandung metil asetil ester, asam kaprilat dan morindon, sedangkan daun mengadung asam ursolic (C 30 H 48 O3) yaitu suatu triterpen pentasiklik, karoten, zat besi, zat kapur, dan askorbin (Heyne dan Sardianto, 1987). Di dalam akar mengkudu terdapat dua senyawa viridoid 7,5%, 7 antrakinon 15,3 %, 1 turunan kumarin 27,8% dan 8 triterpen sebanyak 6,9%. Sedangkan didalam biji kemungkinan terdapat minyak asam capron dan asam kaprilat.

Pada tahun 1984-1990 permintaan buah mengkudu sebagai obat-obatan sebesar 2145,57 kg dan di tahun 2000 diperkirakan meningkat menjadi 4230,96 kg . Pada umumnya buah mengkudu yang digunakan sebagai obat adalah buah yang sudah masak (berwarna kuning) dengan cara dipress (kempa). Para penderita kelainan jantung agar berhati-hati dalam mengkonsumsi buah mengkudu karena dapat mempercepat denyut jantung.

Didalam buah mengkudu terdapat banyak biji yang dibuang begitu saja sebagai limbah setelah di press. Menurut Sri Wahyuni (2000) ekstrak biji mengkudu sebanyak 1,0% (v/b) dapat menghambat perkembangan Sitophilus zeamais. Daya insektisida yang dimiliki oleh bahan

154 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan tersebut adalah berupa efek repellent (serangga tidak mau bertelur pada saat infestasi) dan antifeedant (mengganggu aktivitas makan). Menurut Eva Erayana (2001) ekstrak biji mengkudu dapat digunakan untuk menghambat bakteri B.Sthearothermophillus dengan zona hambatan sebesar 7,75 mm. Dengan demikian perlu kiranya dilakukan identifikasi biji mengkudu untuk mengetahui komponen apa yang terdapat di dalamnya sehingga biji tersebut kemungkinan dapat digunakan sebagai pestisida nabati atau untuk kegunaan lainnya.

Percobaan ini bertujuan untuk memberi informasi bahwa kandungan yang terdapat dalam biji mengkudu merupakan limbah yang dapat berguna untuk kepentingan pengendalian hama.

BAHAN DAN CARA

Percobaan dilakukan di Laboratorium Fisiologi hasil dan Keteknikan, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat di Bogor pada tahun 2002. Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah biji mengkudu kering yang diperoleh dari Kebun Percobaan Cimanggu dan bahan kimia seperti Etanol, CHC13, aceton, toluen, etil asetat, as. Format, cerric sulfat dan sebagainya serta peralatan seperti ekstraktor, hummer mill, rotary evaporator dan alat-alat gelas untuk analisis.

Biji mengkudu dikeringkan di panas matahari, setelah kering di giling dengan menggunakan hummer mill. Sebelum diekstrak dilakukan analisis karakteristik biji yang selanjutnya diekstrak dengan menggunakan pelarut etanol (1:3) selama 2 jam. Hasil ekstrasi diuapkan dengan menggunakan rotary evaporator. Selanjutnya dilakukan skrining fitokimia terhadap oleoresin biji mengkudu dengan parameter yang diamati adalah alkanoid, flavonoid, saponin, tanin, glikosida, dan glikosida jantung serta dilakukan pemisahan komponen dengan kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan beberapa cairan pengembang seperti: (1) CHC13, (2) CHC13 : aceton (3:1) dan (3) Toluen : CHC13 : etil acetat ( 1 : 3 : 3 + 3 tetes asam format).

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik biji mengkudu

Dari hasil analisis karakteristik diperoleh kadar air biji mengkudu 8,66%, kadar abu 1, 09% , kadar sari dalam air 5,78%, dan kadar sari alkohol 7,09 % (Tabel 1) .

Tabel 1. Hasil analisis serbuk biji mengkudu.

Analisis Nilai (%)

Kadar air 8,66 Kadar abu 1,09 Kadar sari larut dalam air 5,78 Kadar sari larut dalam alkohol 7,09

2. Pemeriksaan Fitokimia

Selanjutnya hasil dari identifikasi skrining fitokimia oleoresin diperoleh bahwa di dalam biji mengkudu terdapat alkaloid, saponin, tanin dan glikosida jantung seperti pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil identifikasi skrining fitokimia oleoresin biji mengkudu

Jenis Pemeriksaan Hasil

Alkaloid + Saponin + Tanin + Glikosida jantung ++ Flavonoid - Glikosida -

Dilihat dari hasil skrining fitokimianya bahwa biji mengkudu kemungkinan dapat digunakan sebagai pestisida nabati (alkaloid dan glikosa jantung). Alkaloid sering kali beracun bagi manusia dan banyak digunakan dalam bidang pengobatan. Komponen terbesar dari senyawa nitrogen yang terdapat dalam tumbuhan adalah alkaloid beracun. Demikian juga dengan glikosa jantung yang dapat ditemukan pada famili Apocynaceae, liliaceae, moraceae. Tumbuhan yang mengandung glikosa jantung sejak jaman pra sejarah sudah digunakan sebagai racun panah dan siksaan. Senyawa ini mempunyai efek kardiotonik khas dan tapak kerja molekulnya ialah ATP ase yang terikat pada membran yang mengatur angkutan kation. Keberadaan senyawa tersebut di dalam tumbuhan dapat memberi perlindungan terhadap dirinya dari gangguan beberapa senyawa tertentu.

Hasil pemisahan secara kromatografi lapis tipis (KLT) dengan pemakaian eluen pengembang yang berbeda dapat dilihat pada Tabel 3. Bila dilihat dari jumlah spot/bercak yang muncul, ternyata penggunaan eluen pengembang CHC13 menghasilkan spot paling banyak yaitu 7 buah, CHC13 : aceton (1 : 3) 4 buah dan toluen : CHC13 : etil acetat (1 : 3 : 3) + 3 tetes as. format 3 buah. Hal ini dapat ditunjukan pada gambar 1.

Tabel 3. Pemisahann komponen ekstrak etanol biji mengkudu dengan tiga macam keluen Jenis eluen Jumlah komponen Harga Rf Warna

CHC13 7 0,933 0,733 0,6 0,566 0,33 0,166 0,06 Coklat Coklat Coklat Biru Coklat Biru Coklat CHC13 : aceton 1 : 3 4 0,866 0,466 0,2 0,13 Ungu Coklat Ungu Ungu Toluen : CHC13 : Etil acetat =1:3:3 + 3

tetes as. format 3 0,9706 0,8529 0,7941 Ungu merah Ungu Biru

156 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

CHCl3 CHCl3 : Aceton Toluen : CHCl3 : Etil acetat 1 : 3 ( l : 3 : 3) + 3 tetes as. format Pelarut : Ethanol

Pendeteksi : Cerric sulfat

Gambar 1. Pemisahan komponen ekstrak mengkudu

Pemisahan komponen secara KLT dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain kejenuhan uap pelarut dalam benjana pengembang, cara penetesan contoh pada absorben, ketebalan absorben yang digunakan dan suhu ruangan.

Dalam KLT berlaku hukum like disolves like , yaitu bahan polar menyukai yang polar dan yang tidak polar menyukai yang tidak polar. Zat polar akan dibawa merambat oleh cairan polar dan non polar dibawa merambat oleh cairan polar (Kantasubrata, 1991 dan Sutrisno, 1986).

KESIMPULAN

Dalam hasil analisis skrining fitokimia menunjukan bahwa di dalam biji mengkudu terdapat alkaloid, saponin, tanin, dan glikosida jantung. Hasil pemisahan dengan KLT menunjukan bahwa penggunaan cairan pengembang CHCL3 menghasilkan spot paling banyak yaitu 7 buah, CHC13 : aceton 4 buah dan toluen : CHC13 : etil acetat + as.format menghasilkan 3 spot.

DAFTAR BACAAN

Eisai.1986. Indek Tumbuh-tumbuhan Obat di Indonesia. PT Eisai Indonesia. Jakarta. Pp. 207

Erayana, E. 2001. Kajian Antibakteri dan Antioksidan dari bagian buah mengkudu (Morinda citrifolia L). Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian, IPB. Bogor. pp.49.

Heyne, K dan Sardianto. 1987. Tumbuhan berguna Indonesia. Badan Litbang Kehutanan Jakarta. III, pp. 1775-1779.

Kantasubrata, J. 1991. Konsep polaritas dalam kromatografi . Warta Kimia Analitik. Puslitbang Kimia Terapan LIPI, Bandung.

Sutrisno, B. 1986. Reserve Approach. Fak.Farmasi Universitas Pancasila.Jakarta.

Wahyuningsih, S. Kajian daya insektisida biji paria (Momordica charantia L.) dan biji mengkudu (Morinda citrifolia L) terhadap perkembangan sitophilus zeamais Motsch. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian,IPB, Bogor. Pp. 42.

Awal penotolan Batas rambut

ANALISA KIMIA BIJI MAKADAMIA