• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi kulit kakao

PELEPAH KELAPA SAWIT SEBAGAI PAKAN DASAR SAPI ROKHMAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi kulit kakao

Sejalan dengan meningkatnya perkebunan kakao rakyat di Propinsi Lampung mencapai 20.115 ha (Lampung Dalam Angka 2002), yang akhir-akhir ini cukup mencuat perkembangan luas arealnya (Table 1), ,karena petani sudah banyak mengetahui tentang manfaat dan keuntungan komoditas tersebut. Ditinjau dari tingkat produksi kakao rakyat yang mencapai 11.979 ton pada tahun 2002. Peningkatan produksi tersebut diikuti dengan peningkatan limbah kulit buah kakao yang praktis belum banyak dimanfaatkan dimana kulit buahnya sekitar 40 persen dari total bobot buah kakao basah yang dipanen. Potensi tersebut cukup mendukung dalam penyediaan pakan ternak khususnya ternak ruminansia.

Tabel 1. Luas Areal Tanam Perkebunan Kakao Rakyat dan Perkembangan Produksi dari Tahun 1997 s/d Tahun 2002.

Peubah/Th 1997 1998 1999 2000 2001 2002

Luas Tanam(Ha) 14.235 14.020 11.942 12.809 15.794 20.115

Produksi (ton) 4.051 1.117 5.019 5.608 7.714 11.979

Sumber : Lampung Dalam Angka, 2002

Berdasarkan survai yang telah dilakukan kepad 18 KK diwilayah sekitar pertumbuhan kakao, Ternyata seluruh petani peternak sudah lama memanfaatkan kulit buah kakao sebagai pakan tambahan maupun tungal. Cara pemberian langsung yaitu setelah buah kakao dipisahkan antara kulit dan buahnya , dimana kulitnya langsung diberikan kepada ternak dengan terlebih dahulu dipotong dengan ukuran kurang lebih 3 cm.. Kulit kakao harus diberikan dalam keadaan segar , karena ternak tidak suka mengkonsumsi kulit yang sudah tidak segar, terlebih setelah penyimpanan 2 hari. Melimpahnya kulit buah kakao yang masih belum dapat dimanfaatkan secara optimum, maka BPPT Lampung akan mencoba membuat Fermentasi kulit buat kakao.

Peranan Kulit Kakao Sebagai Pakan Ternak Kambing PE

Pengenalan kulit buah kakao sebagai bahan baku pakan ternak kambing PE, pada awal mula diperkenalkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung khususnya oleh para peneliti dan teknisi serta petugas penyuluh pertanian dan Dinas Peternakan setempat, sejak tahun 1999/2000 dimulai dari spesifik lokasi pada ternak kambing Peranakan Etawah dan

144 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan pembentukan petani kooperator yakni petani peternak di desa Sadar Sriwidjaja , Kecamatan Bandar Sribawono Kabupaten lampung Timur dan desa Bukurejo Gedongtataan, Kabupaten Lampung Selatan.

Sejalan dengan itu BPTP Lampung telah melakukan kajian sistem usahatani ternak kambing pada perkebunan kakao rakyat, yang merupakan basis perkebunan kakao, sebaga perkebunan rakyat pemilikan ternak kambing PE rata-rata 5-8 ekor, dimana masing-masing memiliki pejantan 1 ekor (pola kepemilikan tradisional), disamping penggunaan limbah kulit buah kakao juga ternak kambing PE diberi tambahan pakan lain seperti tanaman hijauan , yang merupakan tanaman pelindung bagi kakao yaitu gamal dan lamtoro. Adapun rata-rata pemberian kulit kakao perekor /hari sekitar 3-5 kg berdasarkan status fisiologis yaitu untuk ternak dewasa 5 kg dan untuk ternak anak dan yang masih muda 3 kg, Ketersediaan limbah kulit buah kakao untuk daerah tersebut sangat mendukung pemeliharaan ternak kambing, hal ini disebabkan kulit buah kakao disamping disukai oleh ternak juga mudah diperoleh karena pada dasarnya panen kakao itu hampir sepanjang tahun dan umur pertama panen adalah 3 tahun pada bulan pertama panen hasilnya berbeda dengan bulan berikutnya begitupun harga kakao tidak banyak berfluktuasi dari bulan-kebulan. dapat diambil contoh tanaman kakao milik pak Paidin ( ketua kelompok ) dengan luas 2 ha (Table 2).

Tabel 2. Produksi Kakao pada tahun 2002

Bulan Jumlah (Kg) Harga Rp / Kg

Januari 205 14000 Febuari 194 13000 Maret 213 14000 April 246 12000 Mei 464 11000 Juni 790 10000 Juli 287 10000 Agustus 156 10000 September 70 10000 Oktober 70 10000 Nopember 50 9000

Sumber : Ketua Kooperator

Dari Tabel 2. dapat dilihat bahwa tanaman kakao tersedia sepanjang tahun, dengan demikian pemanfaat kulit kakao untuk pakan ternak sangat tersedia dengan kata lain ketersediaan bahan pakan lokal cukup untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan kambing PE . Hasil analisas proksimat kulit kakao segar maupun hasil fermentasinya dapat dilihat dalam Tabel 3. Hasil fermentasi menunjukkan adanya peningkatan komposisi proteinkasar dari 9,15 % menjadi 14,9 %, disamping itu terjadi juga penurunan komposisi serat dari 32,7 % menjadi 24,7 %, sedangkan bahan kering komposisi pada hasil olahan fermentasi juga meningkat. Disamping adanya peningkatan kandungan protein dari hasil fermentasi, kulit buah kakao juga dapat disimpan untuk pakan ternak , dengan kata lain tidak menjadi busuk.

Tabel 3. Analisis Proksimat Pakan Kulit Buah Kakao Segar dan Fermentasi Komposisi Segar ( % ) Fermentasi ( % )

Bahan kering (BK) 15.5 81.4 Protein kasar 9.15 14.9 Serat kasar 32.7 24.7 Lemak 1.25 1.32 BETN2 41.2 47.1 Abu 15.4 63.2 TDN3 50.5 12.7 Kalsium (Ca) 0.29 0.21 Fosfor ( P ) 0.19 0.13

Keterangan : Fermentasi dengan probiotik selama 2 minggu, kering ,matahari

Bahan Ekstrak tanpa Nitrogen ,dihitung dengan rumus Hartadi dkk (1980) Sumber : A. Prabowo, dkk., 2002.

Dilihat dari hasil kandungan nutrisinya kulit buah kakao maka dapat dikatakan bahwa pakan kulit buah kakao dapat dikonsusmsi sebagai bahan pakan berkualitas dimana kandungan serat kasar kulit buah kakao sekitar 10% , sementara tanaman gamal dan lamtoro lebih dari 20 %.Bakrie dkk (1999) melaporkan bahwa dalam kajian pada ternak kambing PE yang dipelihara oleh petani kakao dengan memanfaatkan limbah kulit buah kakao dan hijauan dari tanaman pelindung (gamal dan lamtoro) sebagai pakan. BPTP Lampung menerapkan pula paket teknologi pemberian suplemen pakan berupa blok (meneral blok ) terhadap kambing dara sebelum dikawinkan, ternyata dapat meningkatkan pertambahan berat badan sebelum kebuntingan sampai dua kali lipat (38 vs 78g/hari)., (Prabowo, dkk, 2002) Selanjutnya pada petani peternak diharapkan setelah paket teknologi selesai, agar dapat membuat sendiri/menyediakan mineral blok tersebut untuk kebutuhan ternaknya. Adapun tujuan akhir (jangka panjang) dari kajian usahatani ternak kambing pada perkebunan kakao rakyat ini untuk mendapatkan teknologi proses produksi ternak kambing yang meliputi tatalaksana pemeliharaan, perkawinan dan pemberian pakan ternak pada berbagai status fisiologis, dalam suatu sistem usaha ternak kambing pada perkebunan kakao rakyat.

Kulit kakao mempunyai prospek yang baik dalam menunjang bahan baku ternak dan cukup ekonomis.

KESIMPULAN

Dari hasil pengamatan atau survei dilapangan dapat disimpulkan bahwa

1. Kulit buah kakao segar merupakan jenis bahan pakan tradisional yang dikonsumsi ternak kambing PE sebanyak 70% dari total pakan, disamping itu 30 % lainnya dari gamal dan lamtoro

2. Mengingat banyaknya limbah kulit buah kakao didaerah perkebunan kakao rakyat, maka pengenalan akan teknologi fermentasi kulit buah kakao diperlukan untuk optimasi pemanfaatannya sebagai pakan ternak.

146 Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan

DAFTAR BACAAN

Bakrie, B.,A. Prabowo, M. Silalahi, E. Basri, R.D. Tambunan, Soerachman, A. Sukawa, T. Kusnanto dan A. Maryanto, 1999. Laporan Akhir Teknologi Spesifik Lokasi Dalam Mendukung SPAKU Kambing. LPTP Natar, Lampung.

Disnak Prop. Dati I Lampung. 1995. Kebutuhan tTeknologi dan Peluang Bisnis Sub Sektor Peternakan di Propinsi Lampung. Risalah Lokakarya Penyusunan Program Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Propinsi Lampung. LPTP Natar, Lampung.

Disnak Prop. Dati I Lampung. 1998. Optimasi Pengembangan Peternakan Melalaui Program Kemintraan sebagai Upaya Pemberdayaan Peternakan yang Tangguh di Daerah Lampung. Makalah yang disampaikan pada diskusi panel yang diselenggara kan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Unila Tanggal 23 Mei 1998

Prabowo, Akhmad dan Syamsul Bakri 2002. Kajian Sistem Usaha Ternak Kambing Pada Perkebunan Kakao Rakyat di Lampung Proseding Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner, Puslitbangnak, 2002.

TEKNIK BUDIDAYA LADA INTEGRASI BERTERNAK KAMBING